Anda di halaman 1dari 15

DEIKSIS Vol. 08 No.

02, Mei 2016


p-ISSN: 2085-2274, e-ISSN 2502-227X hal. 157-171

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA INTERAKSI JUAL BELI


DI PASAR INDUK KRAMAT JATI
Erna Megawati

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI

Abstrak

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hymes menegaskan
bahwa kompetensi berbahasa mengacu pada fungsi bahasa yang memungkinkan manusia untuk
menyampaikan/ menerjemahkan pesan serta memahami bahasa sesuai konteksnya. Sehingga
dalam dunia pendidikan kompetensi berbahasa dari seorang pengajar sangat menentukan
keberhasilan penyampaian materi/ bahan ajar guna mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa, peneliti hendak menganalisis Tindak Tutur Ilokusi.
Penelitian ini sendiri dibatasi pada persoalan Tindak Tutur Ilokusi, sehingga dapat dirumuskan
bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki tindak tutur ilokusi apa yang sering
digunakan serta tujuannya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan berarti
berupa konsep-konsep berbahasa Indonesia yang efektif dan komunikatif.

Kata kunci: bahasa, keterampilan berbahasa, konteks, tindak tutur ilokusi

Abstract

Language has hold an important role in human life. Hyme also states the same thing that language
competence referes to the language unction which enable human to deliver/ translate a message
and comprehend language based on the contex. That is why in the world of education, teacher’s
language competence is considered as something important in their aim to deliver knowledge to
achive the goal. Considering such an important function, the researcher aims to make a research
on Illocution Act. This research is limited to discover the illocution acts which are often used and
what is the purpose. The result is expected can give language concepts in using Indonesian
language effectively and communicatively.

Key words: language, language competence, contex, illocution act

157
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 157-171

PENDAHULUAN Kramat Jati termasuk kepada salah satu


UPB atau Unit Pasar Besar yang ada di
LATAR BELAKANG Jakarta. Harapan peneliti adalah di tempat
Penelitian ini dilandaskan pada ini diversitas dari sampel akan memberi
teori yang diajukan oleh Austin (Saeed, keleluasaan bagi peneliti untuk men-
2000) bahwa “Speech act is an utterance dapatkan data secara lebih variatif se-
defined in term of intention of the speaker hingga hasilnya bisa mewakili
and the effect to the listener. In speaking, masyarakat seumumnya.
people do something, or by saying Berdasar tujuan tersebut di atas,
something, people also do something.” maka penelitian ini digolongkan dalam
Austin mencoba menyampaikan bahwa linguitik makro melalui subdisiplin
melalui tindak tutur seorang penutur Sosiolinguitik. Meskipun berupa pe-
hendak menyampaikan sesuatu atau me- nyelidikan linguistik terapan, namun
lalui ujaran seorang penutur juga me- hasil dari penelitian itu sendiri tentu saja
lakukan sesuatu. Hal tersebut sejalan akan dibawa ke dalam ranah linguitik
dengan yang diajukan oleh Hymes teoritis guna kepentingan pengajaran
(1972:56-57) bahwa ada tiga satuan ber- bahasa. Rangga Sudharma (Februari
jenjang dalam analisis sosiolinguistik dari 2012) menulis artikel di
unit yang terbesar sampai unit yang edukasi.kompasiana.com mengulas
terkecil yaitu: situasi tutur (speech pentingnya berbahasa Indonesia.
situation), peristiwa tutur (speech event), Penelitian Bahasa DepDikNas (2011)
dan tindak tutur (speech act). Ketiga mengungkapkan hasil penelitian ke-
satuan itu dikatakan berjenjang sehingga mampuan berbahasa guru dengan sampel
tindak tutur menjadi bagian dari peristiwa 2000 guru dari 14 propinsi dengan
tutur, dan masyarakat tutur me-rupakan rentang skor 749-775, yang berarti tidak
konteks unit analisis yang terluas ada yang istimewa. Berdasar data ter-
(Duranti, 1989:216). Sehingga penting sebut, peneliti berkeyakinan bahwa
bagi penelitian ini dilakukan dengan me- penting untuk melakukan penelitian
ngambil masyarakat sebagai subyek pe- dengan mengambil bahasa sebagai
nelitiannya. obyeknya.
Situasi tutur dapat terjadi dimana Penelitian itu sendiri dibatasi pada
saja, sehingga peristiwa tutur pun bisa ter- persoalan Tindak Tutur Ilokusi. Sehingga
jadi di sana. Dengan demikian tindak dapat dirumuskan bahwa tujuan peneliti-
tutur ada di dalamnya. Pada interaksi jual an ini adalah untuk menyelidiki tindak
beli yang dilakukan masyarakat di pasar, tutur ilokusi apakah yang sering diguna-
tempat bertemunya penjual dan pembeli, kan serta tujuannya. Hasilnya penelitian
di dalamnya terjadi peristiwa dan tindak ini diharapkan mampu memberi masukan
tutur. Tindak tutur yang terjadi pada pen- berarti berupa konsep-konsep berbahasa
jual dan pembeli sangat menarik karena Indonesia yang efektif dan komunikatif.
mereka menggunakan bahasa yang Melalui penelitian ini, peneliti ber-
efektif. Tuturan-tuturan yang terjadipun harap dapat memperoleh informasi
tidak selalu panjang, namun tepat sasar- penting mengenai tidakan komunikatif
an. Hal inilah yang menarik minat peneliti yang memungkinkan seorang pendengar/
untuk melakukan analisis ini pada inter- pembaca memahami maksud dari si
aksi jual beli di Pasar Induk Kramat Jati. pembicara/penulis. Informasi ini juga
Adapun alasan peneliti memilih merupakan hal penting bagi seorang guru
Pasar Induk Kramat Jati sebagai tempat dalam usahanya menyampaikan isi/
pengambilan data karena Pasar Induk bahan ajar kepada peserta didiknya.

158
Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
(Erna Megawati)

Dengan mengetahui tindak tutur yang phak yang ditanya, diminta untuk me-
efektif maka seorang guru akan mampu lakukan sesuatu, dsb, hal inilah yang
menyampakan isi pembelajaran secara diajukan sebagai fungsi bahasa yang
tepat gun mencapai tujuan pembelajaran. disebut Tindak Tutur. (speech acts).
Pemahaman lain diajukan oleh Sukses atau tidaknya sebuah
Bachman (1990) yang membagi kompe- komunikasi sangat tergantung dari cara si
tensi berbahasa menjadi dua yaitu pembicara meyakinkan si pendengar dan
kompetensi penyusunan yang meliputi juga bagaimana si pembicara dapat mem-
kompetensi tata bahasa dan tekstual. pengaruhi si pendengar. Teori ini di-
Bagian yang kedua adalah kompetensi kembangkan J.L Austin pada tahun
Pragmatic yang meliputi fungsi bahasa. 1930an, yang diteruskan Searle. Austin
Fungsi bahasa inilah yang menjadi tujuan berpendapat bahwa bahasa sehari-hari
seseorang melakukan tuturan. Sebuah menggambarkan pemahaman secara
kajian linguistic bertujuan untuk meng- pragmatik sehingga secara otomatis dapat
ungkapkan “pikiran manusia”, hal ini di- dianalogikan dalam memahami bahan-
ungkapkan oleh Rudolp Carnap (1942:9), bahan kajian pragmatics.
dalam Morris 1995): Austin mengajukan jika peng-
“In an investigation explicit reference is gunaan tindak tutur meliputi tiga elemen,
made to the speaker, or, to put it in more yaitu; apa yang ikatakan oleh pembicara
general terms, to the user of a language,
then we assign it to the field of pragmatics.
dinamakan sebagai tindak tutur lokusi
If we abstract from the user of the (locutionary act) yaitu ujud dari bahasa
language and analyze only the expressions itu sendiri yang berupa peraturan-per-
and their designate, we are in the field of aturan cara pengucapan serta tata bahasa-
semantic. And if, finally, we abstract from nya. Yang kedua, maksud yang di-
the designate also and analyze only the
relations between the expressions, we are
kehendaki dari si pembicara, yang di-
in (logical) syntax. The whole science of istilahkan sebagai tindak tutur ilokusi
language, consisting of the tree parts (illocutionary act), dengan mana bahasa
mentioned, is called semiotic.” bisa berterima di masyarakat. Pada fakta-
nya, makna dari tindak tutur sering
Jadi, dapat diformulasikan jika diasosiasikan sebagai bagian ini. Pada
pragmatik menjangkau semua bidang teori tindak tutur, ilokusi adalah inti dari
yang menggunakan bahasa sebagai tindak tutur itu sendiri. Elemen yang
medianya. ketiga adalah tindak tutur perlokusi
Berdasar argumentasi di atas, men- (perlocutionary act) yaitu mengacu pada
jadi jelas jika seseorang belajar bagai- tindakan yang mengikuti sebuah tuturan:
mana menggunakan bahasa secara efek dari sebuah tindak tutur ilokusi.
komunikatif, maka tidak cukup hanya Sebuah tindak tutur ilokusi- direktif
mempelajari cara pengucapan dan tata (directive illocutionary act) dapat ditutur-
bahasanya saja. Kita juga harus mem- kan menggunakan sebuah kata, frase,
pelajari bagaimana mengajukan per- atau sebuah kalimat yang memiliki ke-
tanyaan, membuat saran, member salam, kuatan di dalamnya. Hanya dengan
dan berterima kasih kepada orang lain. mengucapkan kata, frase, atau kalimat
Dengan kata lain, kita harus mengetahui tersebut, si pembicara bisa memerintah-
kapan dan di mana sebuah ujaran bisa kan seorang pendengar untuk melakukan
digunakan. Demikin halnya, pendengar, sebuah tindakan.
sebagai pihak yang menangkap makna Contoh:
dari pembicaraan, mengetahui dengan “Tutup pintu!”
jelas apakah yang bersangkutan adalah

159
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 157-171

Ini adalah contoh tindak tutur direktif tindakan ini berfungsi untuk
secara nyata karena menggunakan susun- mengekspresikan dan mengungkapkan
an kalimat perintah. Makna ilokusi sikap pskologis penutur terhadap mitra
direktif ini adalah kekuatan untuk me- tutur.
merintah, mendebat, atau menasihati si Contoh:
pendengar untuk menutup pintu. “bunga ini indah sekali!”
Sedangkan tindak tutur komisif Ini adalah contoh tindak tutur
(commissive illocutionary act) dinyata- langsung sebagai ekspresi sikap si
kan oleh Searle (dalam saeed, 2000)’ pembicara terhadap sebuah kondisi.
“….is one of the ways how to convey the Tindak tutur deklarasi adalah
intentions to the hearer that refers to the tindak tutur yang
future actions and until the hearer knows menghubungkan isi proposisi dengan
what is the speaker mean in utterance.” redalitas yang sebenarnya, misalnya
Maksudnya bahwa tindak tutur ilokusi membaptis, menghukum, menetapkan,
komisif adalah salah satu cara untuk memecat, memberi nama, dsb.
menyampaikan maksud kepada si pen- Contoh:
dengar yang mengacu pada tindakan yang “Dengan ini saya nyatakan kalian
akan dilakukan di masa depan dan sampai resmi menjadi suami dan istri.”
dengan si pendengar memahami apa Tindak tutur deklarasi berkaitan
maksud dari tuturan si pembicara. Lebih dengan si pembicara yang mempunyai
jauh, melalui tindakan ini, si pembicara otoritas untuk mensahkan pasangan
bermaksud melakukan sesuatu, yang ke- tersebut menjadi suami dan istri. Jika
mungkinan akan dilakukan di masa depan tuturan ini dilakukan oleh seseorang
Contoh: tanpa wewenang mensahkan, maka
“Saya akan pulang jam lima tindak tutur ini tidaklah tercapai.
sore.” Melalui analisis ini, peneliti
Ini adalah contoh tindak tutur tidak berharap mampu menggali “makna
langsung karena tuturan ini lebih meng- kontekstual” dari interaksi jual beli guna
gambarkan janji dari si pembicara mengenali fungsi bahasa dalam rangka
ketimbang sebuah pernyataan, jika me- mencari jenis pengajaran bahasa apa yang
ngacu pada strukturnya. bisa digunakan secara efektif sehingga
Tindak tutur asertif atau kompetensi berbahasa seperti yang
representatif adalah tindak tutur yang diharakan bisa tercapai.
menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu
itu adanya, misalnya pemberian pernyata- TINJAUAN PUSTAKA
an, pemberian saran, pelaporan, pe- Pragmatik
ngeluhan, dsb. Untuk menganalisis menggunakan
Contoh: pendekatan pragmatik, perlu dipahami
“Pintu rumahnya tertutup.” definisi dari pragmatic itu sendiri. Salah
Ini adalah contoh tindak tutur satu definisi pragmatic, diajukan oleh
langsung sebagai pernyataan si Levinson (Saeed, 2000):
pembicara dari sebuah kondisi. “Pragmatics is the study of those relations
Tindak tutur ekspresif yaitu between language and context that the
sentence has connection to grammar. In
tindak tutur yang menyangkut perasaan other word the speaker’s intention is
dan sikap, misalnya berupa tindakan delivered by using code in the structure of
meminta maaf, berterima kasih, language. It is the study of the relations
menyampaikan ucapan selamat, memuji, between language and context that the
menyatakan belasungkawa, mengkritik; hearer does not only know the meaning

160
Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
(Erna Megawati)

and the grammar of the words uttered but mengkaji bagaimana konteks mem-
also is able to make inference.” pengaruhi makna. Kajian pragmatik me-
Jadi, dengan sederhana dapat di- liputi: prinsip kesopanan, presuposisi,
katakan jika pragmatik adalah cabang implikatur, dan tindak tutur.
ilmu yang mempelajari bagaimana meng-
gunakan pengetahuan linguistik sesuai Tindak Tutur (Speech Act)
konteks. Dengan demikian, pragmatik Austin (Saeed, 2000) menyatakan
adalah cabang ilmu yang mengkaji bahwa “Speech act is an utterance
bagaimana pendengar membuat inferensi defined in term of intention of the speaker
dalam rangka menginterpretesaikan and the effect to the listener. In speaking,
maksud dari si pembicara. Inferensi dapat people do something, or by saying
terbentuk melalui kombinas dari berbagai something, people also do something.”
pengetahuan seperti: pengembangan Artinya tindak tutur adalah sebuah ujaran
diesis, referensi dan konteks, dan untuk menyampaikan maksud dari si
pengetahuan itu sendiri sebagai konteks. pembicara dan efeknya terhadap si pen-
Bahasa dan konteks tidak bisa dipisahkan dengar. Melalui berbicara, seseorang me-
dari tindak komunikasi, dengan mana lakukan sesuatu, atau dengan menyatakan
seseorang dapat memahami maksud sesuatu, maka orangpun melakukan se-
orang lain melalui tindak tutur. suatu. Austin coba untuk menyampaikan
Definisi lebih jauh diajukan oleh bahwa tindak tutur sebuah tindakan
Yule (Saeed, 2000), linguistik yang menekankan pada
”Pragmatics is the study of contextual
meaning. It is clear that in order to
penyampaian makna melalui bahasa.
comprehend an utterance, the hearers Tindak tutur “Speech act theory”
should know the context. In other words, berdasar Austin, dapat dianalisis ke
Yule states pragmatics is the study of dalam tiga bagian:
meaning as communicated by speaker (or 1. Tindak tutur Lokusi (A locutionary
writer) and interpreted by a listener (or
reader).”
act) , yaitu adalah tindak proposisi
Dengan kata lain, pragmatik mengacu kepada aktivitas bertutur
tidaklah sepertihalnya semantik, dimana kalimat tanpa disertai tanggung jawab
makna secara konvensional atau penuturnya untuk melakukan suatu
“dikodekan” dalam bahasa itu sendiri, tindakan tertentu.
pragmatk mengkaji bagaimana pe- 2. Tindak tutur Ilokusi (An illocutionary
nyampaian makna tidaklah semata-mata act) adalah suatu tindak yang
tergantung pada struktur dan pengetahuan dilakukan dalam mengatakan sesuatu,
linguistic (seperti tata bahasa, leksikon, sebagai maksud sesungguhnya dari
dll) dari pembicara dan pendengar, tetapi sebuah ujaran, seperti membuat janji,
juga sangat tergantung kepada kontgeks membuat pernyataan, mengeluarkan
dari ujaran tersebut, pengetahuan me- perintah atau permintaan
ngenai siapa saja yang terliba, inferensi 3. Tindak tutur (A Perlokusi act) adalah
dar maksud pembicara, dan faktor-faktor implikasi tindak lokusi terhadap
lainnya. Dengan demikian, pragmatik pendengar yaitu tindak tutur yang
menjelaskan bagaimana para pengguna dilakukan untuk mempengaruhi
bahasa mengatasi ambiguitas, karena orang lain, menjadikan orang marah,
makna sangat tergantung kepada cara, dan menghibur seseorang.
temat, waktu, dll, dari sebuah ujaran.
Berdasar penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa Pragmatik adalah
sebuah sub-bidang ilmu linguistik yang

161
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 157-171

Jenis-jenis Tindak Tutur dengan komitmen dari si pembicara


J.R. Searle (Saeed: 2000): me- terhadap tindak lanjutnya. Artinya si
ngategorikan tindak tutur ke dalam lima pembicara memiliki maksud dan niat
jenis yaitu: untuk melakukan sesuatu di masa
1. Representatif depan.
Tindak tutur yang mengharus- Dalam sebuah tindak tutur
kan si pembicara untuk menyatakan komisif, subjeknya menggunakan
kebenaran dari sebuah proposisi. ‘Saya’ dan ‘Kami’. Sebuah tuturan di-
2. Direktif nilai berhasil jika si pembicara
Tindak tutur direktif adalah mampu dan memang berniat untuk
usaha/ maksud dari si pembicara agar melakukan suatu tindakan di masa
si pendengar melakukan sesuatu. depan; di mana si pendengar mem-
Pada dasarnya, tindak tutur direktif percayai bahwa si pembicara me-
adalah bentuk kalimat perintah yang miliki kemampuan dan keinginan
biasanya banyak digunakan oleh untuk melakukan tindakan tersebut.
karakter-karakter di dalam sebuah 4. Ekspresif
karya sastra. Berdasarkan fungsinya, Tindak tutur ekpresif adalah
direktif terbagi menjadi beberapa jenis tindak tutur yang mengekspresi-
jenis yaitu: meminta, memerintah, kan keadaan psikologis. Sebuah ujar-
menasihati, memesan, dan me- an ekspresif muncul sebagai akibat
rekomendasi. dari tindakan sebelumnya- kegagal-
3. Komisif an- dari si pembicara, atau ke-
Adalah jenis tindak tutur yang mungkinan kondisi saat ini yang di-
membuat si pembicara berkomitmen akibatkan oleh tindakan sebelumnya
terhadap rencana yang dibuat. Dalam tersebut atau kegagalan dari tindakan
hal ini, si pembicara akan melakukan tersebut.
sesuatu di masa mendatang setelah 5. Deklarasi
menyampaikan ujarannya. Tindak tutur deklarasi adalah
Mey (1994:164) menyatakan: jenis tindak tutur yang mampu
“commissives operate a change in the mempengaruhi kondisi suatu institusi
world by means of creating an atau lembaga.
obligation; however, this obligation Pada akhirnya, dapat disimpulkan
is created in the speaker, not in the bahwa setiap tindak tutur memiliki fungsi
hearer.” Jadi tindak tutur komisif berbeda tergantung kepada sudut
menciptakan keharusan untuk me- pandangnya. Sebuah ujaran bisa saja
lakukan (tidak) sesuatu di masa berfungsi lebih dari satu karena
depan, di mana kewajiban ini di- keberhasilan dari sebuah ujaran sangat
bebankan kepada si pembicara bukan tergantung kepada kondisi kontekstual di
si pendengar. mana ujaran tersebut dituturkan.
Tindak tutur komisif dapat di-
sampaikan melalui berbagai macam Konteks
kalimat, seperti perintah, pertanyaan, Berdasarkan Leech (Saeed, 2000),
pernyataan, atau melalui pernyataan “Context is any background knowledge
langsung berdasarkan fungsinya. assumed to be shared by speaker and
Kata kerja komisif terkandung hearer which contributes to hearer
dalam kata kerja setuju, berjanji, ber- interpretation of what speaker means by
sumpah, menolak, dll. Sifat tindak given utterance.” Konteks adalah
tutur ini prospektif dan berkaitan pengetahuan mengenai latar belakang

162
Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
(Erna Megawati)

yang diketahui oleh si pembicara dan dan konteks langsung (immediate


pendengar yang turut memberi kontribusi context). Penggunaan konteks pada pe-
dalam menginterpretasikan ujaran dari si nelitian ini guna memberi gambaran
pembicara. mengenai kebudayaan di mana berlaku
Berdasar definisi di atas, dapat di- tuturan.
katakan bahwa konteks dari sebuah
ujaran memberikan bantuan bagi si pen- METODE PENELITIAN
dengar dalam menganalisis apa yang
coba disampaikan oleh si pembicara Populasi dalam penelitian ini ter-
melalui sebuah ujaran. Dengan demikian, bagi menjadi dua yaitu populasi sumber
jelas bahwa konteks memegang peranan data dan populasi data. Populasi sumber
penting baik bagi si pembicara maupun si data pada penelitian adalah adalah semua
pendengar dalam memahami sebuah penutur yang ada di Pasar Induk Kramat
ujaran. Seorang pendengar haruslah me- Jati di Jakarta Timur, baik penjual
mahami konteks dari sebuah ujaran maupun pembeli. Populasi data pada pe-
terlebih dahulu guna memahami maksud nelitian ini adalah semua tuturan yang
dari ujaran si pembicara dihasilkan oleh penjual dan pembeli yang
Dalam proses komunikasi, konteks ada di Pasar Induk Kramat Jati.
sangatlah mempengaruhi kelancara Sampel yang digunakan dalam pe-
komunikasi. Ketika seseorang berbicara nelitian ini adalah penjual dan pembeli di
kepada orang yang lainnya, si pembicara Pasar Induk Kramat Jati. Pembeli tidak
haruslah mengetahui apa yang akan hanya datang dari daerah Kramat Jati,
disampaikannya dan si pendengar tetapi juga dari daerah lainnya. Teknik
haruslah mengetahui maksud dari si pem- yang digunakan dalam menentukan
bicara. Sebagai tambahan, Mey (1993: sampel adalah teknik purposive
38) menyatakan, “the context is dynamic, sampling. Sampel untuk penjual terdiri
not static concept. It is to be understood atas penjual lauk-pauk, penjual sembako,
as the surroundings, in the widest sense, penjual sayur-sayuran dan penjual buah-
that enable the participants in the buahan. Sampel untuk pembeli merupa-
communication process to interact, and kan pembeli yang berbelanja di Pasar
that make the linguistic expression of Induk Kramat Jati. Kriteria informan
their interaction intelligible.”sebuah pada penelitian ini adalah; Pria atau
konteks bersifat dinamis, tidak statis. wanita; tidak terbatas oleh faktor pen-
Konteks dipahami sebagai situasi dan didikan; usia minimal tujuh belas tahun
kondisi, dengan pemahaman, yang me- (tidak ada batas usia maksimum).
mungkinkan para partisipan dalam proses Pengumpulan dari kedua jenis
komunikasi menjadi saling berinteraksi, data di atas dilakukan dengan tiga metode
sehingga membikin ekspresi-ekspresi yaitu metode simak libat cakap dan
linguistik mereka mampu dipahami oleh metode simak bebas libat cakap yang
orang lain. dalam ilmu sosial setara dengan observasi
Pernyataan lain diajukan oleh berpartisipan (participant-observation)
Werth (Yasin, 1991: 264) yang membagi dan observasi tidak berpartisipan
konteks menjadi dua bagian yaitu: ektra- (nonparticipant-observation) serta
linguistik and konteks linguistik. Yasin metode wawancara.
juga memberikan definisi bahwa konteks Data yang telah diperoleh terlebih
ekstra-linguistik sebenarnya bukannlah dahulu diklasifikasikan sebelum di-
bagian dari linguistik itu sendiri, melain- analisis. Metode analisis data yang di-
kan kontek kebudayaan (cultural context) gunakan adalah metode deskriptif,

163
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 157-171

metode komparatif, dan metode oleh Searle, maka hasilnya dimasukkan


kontekstual. ke dalam tabel hasil penelitan. Data
diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak
HASIL DAN PEMBAHASAN tutur lokusi pada interaksi jual beli di
Pasar Induk kramat Jati.
Setelah melakukan analisis ber-
dasar teori tindak tutur yang diajukan

Tabel 1.
Hasil Analisis Tindak Tutur Ilokusi
No Dialog Tindak tutur Analisis
1 2 3 4 5
1 X:” Ini segini 10 ribu se ons. Segini 5 √ Ini adalah tindak tutur
ribu. Kalo diketeng 5 ribu.” asertif jenis pemberian
informasi oleh X.
Y: “mahal amat.”
2 Pembeli (X): “Kalau yang ini?” √ Ini adalah tindak tutur
asertif jenis pemberian
Penjual (Y): “Ini asinan mangkanya informasi oleh Y.
lain yang ini mahalan”
3 Pembeli (X): “Enak gak nih?” √ Ini adalah tindak tutur
ekspresif oleh Y
Penjual (Y): “Enak. Kalo yang ini gak
begitu asin, tapi mahalan.”
4 Pembeli (X): “Kalo ikan tembang √ Ini adalah tindak tutur
mana? Berapaan?” ekspresif oleh Y

Penjual (Y): “ Enggak tau tembang?


Masa orang betawi gak tau tembang!
Noh tembang. Tembang mah murah.
Kalo yang ini peda’. Kalo aku mah
demennya ini.”
5 Pembeli (X): “Bungkus bu satu yang 5 √ Ini adalah tindak tutur
ribu!” direktif jenis
memerintahkan oleh X
Penjual membungkus ikan tersebut
6 Pembeli (X): “Ada jahe merah bang?” √ Ini adalah tindak tutur
asertif jenis pemberian
Penjual (Y): “Jahe merah? ada nih!” informasi oleh Y.
(menunjuk ke tumpukan plastik jahe
berukuran lebih kecil dari jahe biasanya)
7 Pembeli (X): “Berapaan bang?” √ Ini adalah tindak tutur
asertif jenis pemberian
Penjual (Y): “Sekilo 15 ribu.” informasi oleh Y.

164
Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
(Erna Megawati)

8 Pembeli(X): “Kok kecil-kecil bang? √ Ini adalah tindak tutur


Bedanya apa sama jahe yang biasa?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y.
Penjual (Y): ” Jahe merah biasanya
dipake buat obat.”
9 Pembeli(X): “Kalo kencur berapaan √ Ini adalah tindak tutur
bang?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y.
Penjual(Y): “Sama! Sekilo 15 ribu.”
10 Pembeli(X): “Murah amat bang. Gak √ Ini adalah tindak tutur
bisa kurang apa?” direktif jenis
permintaan oleh X.
Penjual(Y): “ngambil untungnya
sedikit”
11 Pembeli(X): “tapi kalo saya beli di sini √ Ini adalah tindak tutur
lagi, dapat diskon ya?” komisif jenis janji oleh
Y.
Penjual(Y): “boleh”
12 Pembeli(X): “Bisa beli dikit aja gak √ Ini adalah tindak tutur
bang? direktif jenis
permintaan oleh X.
Penjual(Y): “Gak bisa!”
13 Pembeli(X): “tapi bagus kan? √ Ini adalah tindak tutur
komisif jenis janji oleh
Penjual(Y): “dijamin mantap!” Y.
14 Pembeli (X):” Kalo gitu kurangin deh √ Ini adalah tindak tutur
harganya. Kalo saya beli jahe merah dan direktif jenis
kencur sekilo-sekilo jadi 25 ribu.” permintaan oleh X.

Penjual (Y): “Coba saya tanya bos


dulu.” (mendekati seseorang dan
menanyakan)
15 Bos penjual (X):“gini aja, jahe merah √ Ini adalah tindak tutur
sekilo 15 ribu, kencur 13 ribu, jadi 28 direktif jenis menyuruh
ribu.” oleh X

Pembeli (Y): “Ya udah deh.”


16 Pembeli (X): “Tapi masih bisa dapet √ Ini adalah tindak tutur
bonuskan?” komisif jenis janji oleh
Y.
Penjual (Y): “nanti ya kalo belanja lagi.”
17 Pembeli(X): “Ini buah naga merah apa √ Ini adalah tindak tutur
putih bu?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y.
Penjual(Y): “Merah.”

165
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 157-171

18 Pembeli (X):” Berapaan?” √ Ini adalah tindak tutur


asertif jenis pemberian
Penjual (Y):” Semua, yang disini informasi oleh Y.
(menunjuk ke satu tumpukan buah naga
berukuran sedang) satunya 5 ribu (dijual
satuan), kalo yang itu (menunjuk ke
tumpukan buah naga yang lebih besar)
sekilonya 10 ribu.”
19 Pembeli (X): “Beli dua deh bu yang 5 √ Ini adalah tindak tutur
ribu.” direktif jenis menyuruh
oleh X
Penjual (Y): (mengambil buah ukuran
sedang tanpa dipilih dan ditimbang
kemudian memasukannya ke dalam
kantong plastik)
20 Pembeli (X): “yang itu kok kecil sih.” √ Ini adalah tindak tutur
ekspresif oleh Y
Penjual (Y): “ini gede banget kok.”
21 Pembeli (X): “manis gak nih? Kadang √ Ini adalah tindak tutur
ada yang asem rasanya.” komisif jenis janji oleh
Y
Penjual (Y): “kalo yang saya dagangin
super”
22 Pembeli (X):” Mas, kunyit berapa?” √ Ini adalah tindak tutur
asertif jenis pemberian
Penjual (Y):” 17.000 sekilo mas.” informasi oleh Y
23 Pembeli (X):” Boleh kurang gak mas?” √ Ini adalah tindak tutur
direktif jenis
Penjual(Y):” Brapa?” permintaan oleh X

24 Pembeli (X):” 15.000 ya sekilo?” √ Ini adalah tindak tutur


direktif jenis
Penjual(Y):” Belum bisa mas.” permintaan oleh X
25 Pembeli (X):” Jahe merah dan jahe biasa √ Ini adalah tindak tutur
brapa?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y
Penjual (Y): “Jahe merah 15.000, kalo
jahe biasa 17.000.”
26 Pembeli (X):” Kok lebih mahal jahe √ Ini adalah tindak tutur
biasa, bukannya jahe merah?” ekspresif oleh X

Penjual (Y): “Gak tau dari agennya


segitu.”
27 Pembeli (X): “Jahe merah dan kencur √ Ini adalah tindak tutur
sekilo jadi brapa?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y
Penjual (Y): “32 ribu aja.”

166
Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
(Erna Megawati)

28 Pembeli (X): “Yah mahal, 28 ribu aja √ Ini adalah tindak tutur
ya?..” direktif jenis
permintaan oleh X
Penjual (Y): “Ya udah 28 ribu.”
29 Pembeli (X): “ Ya udah √ Ini adalah tindak tutur
bungkusin saya kencur dan jahe direktif jenis
merahnya sekilo-sekilo. “ memerintah oleh X

Penjual (Y) langsung menimbang dan


membungkusnya
30 Pembeli (X): “Pak buah naga yang √ Ini adalah tindak tutur
kecil-kecil ini brapa harganya?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y
Penjual (Y): “10 ribu dapet 3 buah.”

31 Pembeli (X): “ 10 ribu dapet 4 bisa pak” √ Ini adalah tindak tutur
direktif jenis
Penjual (Y): “Wah gak bisa mas, beli permintaan oleh X
20 ribu aja mas bisa dapet 7.”
32 Pembeli (X): “Ya udah nanti aja mas, √ Ini adalah tindak tutur
makasih ya.” direktif jenis
permintaan oleh X
Penjual (Y):” ya udah mas nih. Duapuluh
ribu dapet delapan.”
Pembeli (X): “nah gitu dong bang. kalo √ Ini adalah tindak tutur
33 begini kan, besok-besok saya bisa beli di komisif jenis janji oleh
sini lagi.” Y

Penjual (Y):” bener ya, beli di sini lagi.”


34 Pembeli (X): “bang beli brokoli sekilo, √ Ini adalah tindak tutur
sawi sekilo tambah jagung 2 kilo. Dapet direktif jenis
diskon ya bang? saya kan langganan!” permintaan oleh X

Penjual (Y): “Oke siap bu.”


35 Pembeli (X): “pilihin yang seger-seger √ Ini adalah tindak tutur
ya bang!” direktif jenis
permintaan oleh X
Penjual (Y): “ini cakep-cakep semua
bu.”
36 Pembeli (X): “Gak ada yang layu kan √ Ini adalah tindak tutur
bang? sayuran gak enak kalo dah pada komisif jenis janji oleh
layu ” Y

Penjual (Y): “Kaga Bu! Itu saya pilihin


yang seger semua.”

167
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 157-171

37 Pembeli (X): “bingung mo belanja. √ Ini adalah tindak tutur


Harga pada mahal semua.” ekspresif oleh X

Penjual (Y): “Sama bu!”


38 Pembeli (X): “Lele berapa harganya √ Ini adalah tindak tutur
mas?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y
Penjual (Y): “Sekilo 15 ribu aja Bu.
Gak mahal.”
39 Pembeli (X): “Bang melon brapa √ Ini adalah tindak tutur
sekilo?” asertif jenis pemberian
informasi oleh Y
Penjual (Y): “Sekilo 5 ribu, mau beli
brapa kilo? Minimal 5 kilo ya!”
40 Pembeli (X): “Ya udah saya beli 6 kilo √ Ini adalah tindak tutur
ya. Jadi… 30 ribu. Taro di karung ya.” direktif jenis
permintaan oleh X
Penjual (Y): “Oke saya taruh dikarung
yang ini ya!”
TOTAL 15 5 6 14

INTERPRETASI HASIL sehingga pembeli membuat respon yang


PENELITIAN relevan dengan pernyataan mahal.
Tindak Tutur Asertif
Pembicara atau si penulis meng- Direktif
gunakan bahasa untuk menyatakan apa Tindak tutur direktif adalah usaha/
yang mereka ketahui atau yakini. Fungsi maksud dari si pembicara agar si pen-
menitik beratkan pada nilai-nilai kebenar- dengar melakukan sesuatu. Pada dasar-
an dari sebuah ujaran. nya, tindak tutur direktif adalah bentuk
Contoh: kalimat perintah yang biasanya banyak
Pembeli: “Ini berapaan bang?” digunakan oleh karakter-karakter di
Penjual:” Ini segini 10 ribu seons. dalam sebuah karya sastra.
Segini 5 ribu. Kalo diketeng 5 ribu.” Contoh:
Pembeli: “Mahal amat.” Pembeli (X): “Pilihin yang
Sebuah pernyataan diutarakan oleh seger-seger ya bang!”
penjual, dan direspon oleh pembeli Penjual (Y): “ Ini cakep-cakep
sebagai tindak tutur ilokusi. Makna literal semua bu.” (sambil memilih sayuran)
dari pernyataan pembeli tidak relevan Sebuah pernyataan diutarakan oleh
dengan percakapan. Karena penjual ber- X, dan direspon oleh Y sebagai tindak
asumsi pembeli sedang terlibat dalam tutur ilokusi. X berasumsi bahwa Y yang
percakapan, maka pembeli menduga ada terlibat dalam percakapan mengutarakan
makna lain dari ujaran pembeli. Berdasar pernyataan yang relevan. Makna literal
informasi yang diketahui bersama, pem- dari pernyataan Y relevan dengan per-
beli memahami jika penjual sedang cakapan. Berdasar informasi yang di-
menginformasikan harga barang-barang ketahui bersama, Y memahami jika X
dagangannya. Pembeli memahami jika sedang meminta agar Y memberikan
penjual menggunakan tindak tutur asertif sayuran yang segar. Y memahami jika X
menggunakan tindak tutur direktif se-

168
Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
(Erna Megawati)

hingga Y membuat respon yang relevan kegagalan- dari si pembicara, atau ke-
dengan menyetujuinya.Y memahami jika mungkinan kondisi saat ini yang di-
X menggunakan tindak tutur direktif akibatkan oleh tindakan sebelumnya
sehingga Y merespon dengan menyetujui tersebut atau kegagalan dari tindakan
dan langsung memilih sayuran. tersebut.
Contoh:
Komisif Pembeli (X): “Enak gak nih?”
Adalah jenis tindak tutur yang Penjual (Y) : “Enak. Kalo yang ini
membuat si pembicara berkomitmen ter- gak begitu asin, tapi mahalan.”
hadap rencana yang dibuat. Dalam hal ini, Sebuah pernyataan diutarakan oleh
si pembicara akan melakukan sesuatu di Y, dan direspon oleh X sebagai tindak
masa mendatang setelah menyampaikan tutur ilokusi X berasumsi bahwa Y yang
ujarannya. terlibat dalam percakapan mengutarakan
Contoh: pernyataan yang relevan. Makna literal
Pembeli (X):“Tapi masih bisa dapet dari pernyataan Y tidak relevan dengan
bonuskan?” percakapan. Karena X berasumsi Y
Penjual (Y): “Nanti ya kalo belanja sedang terlibat dalam percakapan, maka
lagi.” X menduga ada makna lain dari ujaran Y.
Pembeli (X):” Gitu dong.” Berdasar informasi yang diketahui ber-
Sebuah pernyataan diutarakan sama, X memahami jika Y sedang meng-
oleh Y, dan direspon oleh X sebagai ekpresikan perasaannya tentang barang-
tindak tutur ilokusi. X berasumsi bahwa barang dagangannya. X memahami jika
Y yang terlibat dalam percakapan meng- Y menggunakan tindak tutur ekspresif.
utarakan pernyataan yang relevan. Makna
literal dari pernyataan Y relevan dengan REKAPITULASI HASIL
percakapan. Berdasar informasi yang di- PENELITIAN
ketahui bersama, X memahami jika Y Rekapitulasi data dari hasil temuan
berjanji untuk memberi bonus jika diambil berdasarkan tabel intrumen
belanja lagi sehingga X merespon setuju analisis kerja. Hasil analisis kemudian di-
dengan janji Y. hitung untuk menentukan prosentase dari
tiap jenis tindak tutur Ilokusi pada
Tindak tutur ekpresif Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat
Adalah jenis tindak tutur yang Jati.
mengekspresikan keadaan psikologis. Hasil analisis data dapat dilihat
Sebuah ujaran ekspresif muncul sebagai dengan mudah pada tabel berikut ini:
akibat dari tindakan sebelumnya-

Tabel 2.
Rekapitulasi Hasil Analisis
Tindak tutur Ilokusi Pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
Tindak Asertif Ekspresif Komisif Direktif Deklarasi
tutur
Jumlah 15 5 6 14 0
Prosentase 37,5% 12,5% 15% 35% 0%
Total 100%

Berdasar hasil rekapitulasi di atas, yang dianalisis, lima belas adalah tindak
dapat dilihat bahwa dari empat puluh data tutur asertif, lima buah tindak tutur

169
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 157-171

ekspresif, tindak tutur berjumlah enam koma lima persen, sedangkan yang paling
buah, tindak tutur direktif empat belas rendah adalah tindak tutur deklarasi yaitu
buah dan tidak dtemukan satupun tindak nol persen
tutur deklarasi. Persentasi dari hasil analisis di
Dari hasil analisis, dapat dilihat atas akan lebih mudah dilihat melalui
bahwa tindak tutur asertif memiliki hasil grafik di bawah ini:
temuan tertinggi yaitu tiga puluh tujuh

Grafik 1.
Persentase Hasil Analisis Tindak Tutur pada Interaksi Jual Beli
di Pasar Induk Kramat Jati
15
Series 1
10
Series 2
5 Series 3
Series 4
0 Series 5
Asertif Ekspresif Komisif Direktif Deklarasi

Berdasar grafik di atas, dapat di- SIMPULAN


lihat bahwa jumlah pemakaian tindak
tutur ilokusi jenis asertif lebih sering Berdasarkan analisis tindak tutur
ketimbang tindak tutur yang lain. Jadi pada interaksi jual beli di Pasar Induk
dapat dikatakan bahwa dalam bahasa Kramat Jati, peneliti menyimpulkan
interaksi jual beli, para penutur bahwa ditemukan tuturan-tuturan dengan
cenderung menggunakan bahasa asertif prosentase sebagai berikut:
yang berfungsi menyampaikan informasi 1. Dari empat puluh (40) tuturan yang
mengenai sesuatu. telah dianalisis, jumlah tindak tutur
Berdasar analisis di atas, dapat jenis asertif mencapai lima belas buah
dikatakan juga bahwa penggunaan tindak (15) atau mencapai tiga puluh tujuh
tutur asertif akan sangat berguna bagi koma lima persen (37.5%), ini
efektivitas komunikasi dalam dunia merupakan jumlah tertinggi di antara
pengajaran terutama pengajaran bahasa. jenis tindak tutur yang lain.
Melalui penggunaan tindak tutur asertif 2. Dari empat puluh (40) tuturan yang
dengan berbagai aradigmanya, diharap- telah dianalisis, jumlah tindak tutur
kan dapat memberikan hasil pengajaran jenis ekspresif mencapai lima buah
bahasa yang lebih baik bagi para peserta (5) atau mencapai dua belas koma
didik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, lima persen (12.5%).
hasil temuan penelitian memberikan 3. Dari empat puluh (40) tuturan yang
informasi yang diperlukan dalam rangka telah dianalisis, jumlah tindak tutur
memenuhi tujuan pendidikan nasional. jenis komisif mencapai empat buah
Ketika seorang pendidik bisa meng- (6) atau mencapai lima belas persen
gunakan jenis tuturan yang tepat, hal (15%).
tersebut akan membantu si pendidik 4. Dari empat puluh (40) tuturan yang
tersebut dalam mengarahkan peserta telah dianalisis, jumlah tindak tutur
didiknya memenuhi target yang telah jenis direktif mencapai empat belas
ditetapkan.

170
Tindak Tutur Ilokusi pada Interaksi Jual Beli di Pasar Induk Kramat Jati
(Erna Megawati)

buah (15) atau mencapai tiga puluh Kreidler, W. C. (1998). Introducing


lima persen (35%). English Semantics. London:
5. Dari empat puluh (40) tuturan yang Routledge.
telah dianalisis, tidak ditemukan Kutha, R. N. (2011). Penelitian Sastra:
tindak tutur jenis deklarasi atau nol Teori, Metode, dan Teknik.
persen (0%). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Berdasar simpulan di atas, dapat Leech, G. (1983). Principles of
dilihat bahwa para penutur dalam Pragmatics. London: Longman.
interaksi jual beli di Pasar Induk Kramat Lyons, J. (1981). Language, Meaning,
Jati cenderung menggunakan tindak tutur and Context. London: Fontana.
asertif ketimbang tindak tutur yang lain,
hal tersebut dapat dilihat melalui Levinson, S. (1983). Pragmatics.
frekwensi penggunaan tindak tutur Cambridge: Cambridge
tersebut yang mencapai jumlah tiga puluh University Press.
tujuh koma lima persen (37.5%). Mey, J. (1993). Pragmatics: An
Introduction. Oxford: Blackwell.
DAFTAR PUSTAKA Nurgiantoro, B. (2005). Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Buku University Press..
Austin J.L. (1975). How to Do Things
with Words. Oxford: Clarendon Nunan, D. (1993). Introducing Discourse
Press. Analysis. New York: Penguin
English.
Black, E. (2011). Stilistika Pragmatis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ricouer, P. (2012). Teori Interpretasi.
Yogyakarta: Ircisod.
Brown, G. and George Y. (1983).
Discourse Analysis. Australia: Samsuri. (1983). Analisis Bahasa.
Cambridge University Press. Jakarta: Erlangga.
Gamberz. (1982). Discourse Strategies. Saeed I. J. (2000). Semantics. Great
Cambridge: Cambridge Britain: Blackwell Publishers Ltd.
University Press. Orasi Ilmiah:
Gerald, G. (1979). Pragmatics: Achmad HP. 2006. Wacana dan
Implicature, Presupposition, and Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Logical Form. New York: Universitas Negri Jakarta.
Academic Press, Inc. ltd. Internet:
Gleason H.A Jr. (1961). An Introduction http://www.apps-reference.com
to Descriptive Linguistics. New http://www.babylon.com
York: Holt, Rine hart and
Winston. http://www.definition-novel.com

Grice, H. P. (1975). Logic and http://www.infospace.com


Conversation. New York: http://www.merriam-webster.com
Academic Press.
http://www.novel-writinghelp.com

171

Anda mungkin juga menyukai