Anda di halaman 1dari 4

Arti denotatif

Arti denotatof adalah suatu jenis penghematan. Arti denotatif terdiri dari hubungan antara simbol kata
dengan suatu benda atau kejadian. Arti denotatif menyatakan suatu hubungan. Definisi denotatif atau
penunjukan yang sempurna memerlukan hadir nya baik tanda kata maupun bendanya. Kita bisa
mendedinisikan kata suatu kata secara denotatif dengan menunjuk dengan objek yang dimaksud.
Kawasan arti denotatif adalah realitas fisik.

Arti srtuktural

Tata bahasa menunjuk kepada cara-cara untuk memberikan urutan kepada kata-kata, bukan aturan,
melainkan hanya cara-cara. Tata bahasa deskriptif adalah suatu pedoman atau pembimbing, sedangkan
suatu tata bahasa presfektif adalah suatu buku tentang aturan-aturan, bukan suatu tata bahasa dalam
arti yang sebenarnya. Arti struktural ditemukan dalam suatu hubungan antara tanda atau simbol dengan
tanda atau simbol lainnya. Arti struktural adalah suatu hubungan tanda dan tanda. Kawasan arti
struktural adalah realitas formal, bukan realitas fisik.

Artii kontekstual

Jenis arti ini bersifat “cangkokan”, artinya kita mencoba untuk mendapatkan arti denotatif dalam arti
bahwa kita mencoba untuk mendapatkan arti denotatif untuk istilah istilah yang belum memiliiki makna.

Arti konotatif

Arti yang konotatif adalah arti yang primitf, yaitu arti yang tidak pernah melampaui tingkat belajar
secara pribadi. Arti konotaif berorientasi pada orang atau pribadi. Arti konotatif merupakan arti yang
paling erat hubungannya dengan pengalaman pribadi. Arti konotatif tidaklah berhubungan dengan
realitas fisik atau realitas formal, tetapi dengan realitas sosial.

Bahasa dan berfikir

Menurut sapir whorf pikiran di bentuk oleh Bahasa. . whorf (1956) menjelaskan bahwa Bahasa
merupakan alat primer budaya. Dengan kata lain Bahasa yang kita gunakan mempengaruhi pengalaman
kita, dan evolusi Bahasa mencerminkan perubahan penting dalam cara berekspresi (Tubs dan Moss,
1996). Menurut Rahmat (1986), Bahasa dapat di definisikan berdasarkan dua cara, yaitu fungsional dan
formal. Secara fungsional Bahasa diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan
gagasan”. Secara formal, Bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang dapat dibuat
menurut peraturan tata Bahasa.

Penggunaan Bahasa yang tidak tepat dapat menggangu proses berfikir seseorang. Beberapa diantaranya
yang dapat langsung mengganggu komunikasi antara lain Bahasa abstrak, inferensi, dikotomi,
eufemisme, dan Bahasa ekuivokal.

Penggunaan Bahasa abstark seringkali dpat menimbulkan kesulitan komunikasi yang disebabkan
kata-kata. Semakin abstrak suatu istilah, maka semakin besar kemungkinan kesalahpahamannya.

Inferensi adalah suatu simpulan atau penilaian yang diperoleh dari bukti atau asumsi ( Tubs dan
Moss, 1996)
Dikotomi atau kata-kata yang bertolak belakang (polar words) sering kali merupakan salah satu
penyebab masalah bahasa. Salah satu cara untuk menghindari dikotomi tersebut adalah dengan cara
mengajukan pertanyaan “bagaimana?” dan “sampai sejauh mana”.

Eufemisme berguna untuk mengganti istilah yang lugas dengan istilah lain yang agak halus, sama
atau tidak terlalu emodional Tund dan Moss, 1996). Namun resikonya adalah kita akan kehilangan
makna dari kata yang sebenarnya, sehingga walaupun maksud kita tersampaikan, namun hal itu tidak
sampai ketingkat yang seharusnya di rasakan.

Bahasa ekuivokal (equivocal language) adalah Bahasa yang memiliki dua atau lebih interpretasi
(Tubs dan Moss, 1996). Ada dua hal yang dapat merupakan sumber kekacauan mengenai kata dan
ungkapan, yang pertama orang berasumsi bahwa karena menggunakan kata yang sama berarti mereka
sepaakat, padahal kenyataannya setiap orang menafsirkan kata tersebut secara berbeda. Kedua, bila
dua orang mengira mereka berbeda pendapat karena menggunakan kata-kata yang berlainan, padahal
sebenarnya mereka sepakat pada konsep atau maksud yang dikandung oleh kata-kata tersebut.

A. TIGA TUJUAN PESAN KOMUNIKASI PERSUASIF


1. Membentuk tanggapan

Salah satu tujuan komunikasi persuasive adalah membentuk cara sasaran memberikan tanggapannya.
Pembentukan tanggapan tersebut dilakukan pada sasaran yang mengetahui banyak tentang topik yang
dibicarakan ataupun yang tidak. Dalam proses pembentukan sikap, dan tanggapan presader harus
mampu mempertalikan antara gagasan atau produk baru dengan nilai-niali yang melekat di dalam
sistem masyarakat atau sasaran. Jadi persuader harus menyadari bahwa pembentukan adalah proses
pertalian ide ide baru dengan nilai nilai yang mapan bagi ssaran persuasi, dan hasil hasil nya berupa
perubahan perilaku.

2. Penguatan tanggapan (reinforcing responses)

Yang dimaksud dengan penguatan tanggapan adalah terdapatnya keseinambungan prilaku yang sedang
berlangsung saat ini terhadap beberapa produk, gagasan atau isu.

3. Pengubah tanggapan (changing responses)

Yang dimaksud dengan pengubah tanggapan adalah pengubahan tanggapan sasaran persuasi untuk
mengubah perilaku mereka terhadap suatu produk, konsep, atau gagasan. Persuader berupaya untuk
mengubah tanggapan sambil meminta kepada sasaran untuk mewakilli dana tau menghentikan
beberapa perilaku.

B. MENGGAYAKAN PESAN KOMUNIKASI PERSUASIF


Beberapa keuntungan jika pesab persuasive digayakan, antara lain sebagai berikut.
1. Pesan persuasi yang digayakan dapat memperoleh perhatian sasaran yang lebih besar
(Jordan, Flanagan, Wineinger, 1975).
2. Pesan persuasi yang digayakan dapat mempertinggi, pengertian atau pemahaman pesan
(Mazza, joedan, dan Carpenter, 1972).
1. Gaya persuasif

Beberapa ciri gaya lisan persuasif adalah sebagai berikut.

a. Gaya lisan persuasive ditandai dengan kalimat-kalimat yang pendek, lebih sedikit kalimat
kompleks, dan kata-katanya lebih sederhana.
b. Gaya lisan persuasif lebih bersifat berulang-ulang, lebih pleonastis dan tepat.
c. Dalam gaya lisan, persuasif dipengaruhi oleh aspek aspek kepribadian pembicaran, peristiwa,
subjek, dan khalayak sasaran persuasive.
Persoalan pokok dalam komunikasi persuasive adlah bagaimana persuader menggunakan kata
kata untuk menyampaikan arti-arti yang terkandung di dalam pesan, sedemikian rupa sehingga
apa yang dimaksudkan persuader, diterima sasaran seperti yang dimaksudkannya.

2. Efektifitas penggunaan Bahasa

Bahasa yang efektif mengandung tiga unsur, yakni kejelasan, kelugasan, dan ketepatan. Kejelasan akan
muncul, jika kondisi kondisi tersebut terpenuhi, yaitu. (A) seorang individu memiliki gagasan (B) ia
menyediakan gagasan itu kedalam Bahasa, (C) penerima memberi pesan seperti yang dimaksudkan oleh
sumber. Agar komuniukasi persuasif berfungsi dengan baik dan efektif, maka dalam penyampaian
pesan-pesan persuasi harus disertai dengan gaya yang mengesankan, menawan dan tidak
membosankan. Paling tidak, ada tujuh teniks sintaksis (pengaturan kata) yang dapat digunakan untuk
memberikan pengaturan Bahasa yang menawan, yaitu omisi, inversi, supensi, antithesis, repitisi,
paralelisme, dan aliterasi.

Omisi berarti kita mempersingkat Bahasa ke intinya.

Inverensi adalah memutarbalikan suasana kata normal dari suatu frase atau kalimat.

Suspensi fungsinya adalah menempatkan kata kunci pada akhir frasa atau kalimat untuk
menimbulkan pengaruh.

Antithesis berarti “kebalikan”. Antithesis berfungsi dalam mengembangkan struktur parallel


yang menyimbangkan suatu bagian atau klausa suatu kalimat dengan bagian atau klausa yang lain.

Repetisi atau “pengulangan” adalah menggunakan kata atau frasa kunci yang sama berkali-kali
untuk memberikan tekanan dan pengaruh.

Paralelisme merupakan gaya Bahasa yang menggunakan kata atau akar kata yang sama untuk
memulai beberapa kalimat atau frasa.

Aliterasi adalah gaya Bahasa yang menggunakan bunyi (biasanya konsonan awal) yang sama
dalam dua atau lebih kata atau suku kata yang berdekatan untuk menimbulkan efek yang mencolok atau
tidak umum.

C. DAYA GUNA PESAN PERSUASIF


Daya guna pesan persuasif dapat ditelusuri dari fungsi nya, yakni sebagai isyarat yang
disampaikan, bentuk structural, pengaruh sosial, penafsiran, refleksi diri, dan kebersamaan
(commonality). Dalam setiap pesan komunikasi persuasif, terdapat tiga buah pesan yang
potensial. Fisher (1986) menjelaskan bahwa pesan dapat dipandang sebagai bentuk dan lokasi
pikiran, verbalisasi, dan lain lain dari setiap individu.
 Pesan sebagai bentuk structural adalah bahwa pesan dikaji pada ssat disampaikan
(sandi).
 Pesan sebai pengaruh sosial adalah bahwa pesan itu merupakan suatu bentuk yang
disandi, yang didalam nya secara tersirat terdapat pengaruh sosial.
 Pesan sebagai penafsiran adalah pesan itu merupakan “peristiwa simbolis yang
menyatakan suatu penafsiran tentang kejadian fisik”, baik oleh sumber maupun oleh
penerima (Clevenger dan mathwes, 1971).
 Pesan sebagai refleksi diri adalah pesan yang mencerminkan keadaan internal individu,
yakni prilaku dalam bentuk tertentu.

Pesan sebagai kebersamaan (commonality) maksudnya adalah bahwa pesan yang


dikomunikasi kan merupakan “suatu sistem pemasangan (coupling system) yang
menghubungkan antara sumber dan penerimanya.

Anda mungkin juga menyukai