Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Komunikasi
Dosen Pengampu : Linda Rohayati, M.Pd.I
Disusun oleh :
Hilmanudin
Toni I
Andi
Ruliana
2022
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PSIKOLOGI PESAN
Psikologi pesan terdapat konsep yang berupa teknik pengendalian perilaku orang lain
yang disebut bahasa. Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang
disebut linguistik. Bahasa merupakan seperangkat katayang disusun secara berstruktur
sehingga menjadi suatu kalimat yangmengandung makna (Riswandi, 2009). Setiap
manusia mengucapkan kata-kataatau kalimat dengan cara-cara tertentu untuk
mengendalikan perilaku orang lain.Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri.
Cara-cara tersebut adalah pesan paralinguistik.
Pesan verbal atau pesan linguistik adalah pesan yang digunakan dalamkomunikasi
menggunakan bahasa sebagai media. Pesan verbal di transmisikanmelalui kombinasi
bunyi-bunyi bahasa dan digunakan untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan maksud.
Dengan kata lain, pesan verbal adalah pesan yangdiungkapkan melalui bahasa yang
menggunakan kata-kata sebagai media penyimpanan gagasan, ide, dan informasi.
4.tahap keempat: kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat
tinggal kita dan dunia yang kita bicarakan,
5.tahap kelima: kita harus mempunyai semacam sistem kepercayaan untuk menilai apa
yang kita dengar.
2. Pesan Nonverbal
Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik, kata pengikut general
semantics. General semantics tidak menjelaskan proses penyandian, tetapi ia
menujukkan karakteristik bahasa yang mempersulit proses ini. Peletak dasar teori ini
adalah Alferd Korzybski, pemain pedang, insinyur, spion, pelarian, ahli matematika,
psikiater, dan akhirnya ahli bahasa.
Korzybski melambangkan asumsi dasar teori general semantics : bahasa seringkali tidak
lengkap mewakili kenyataan; kata-kata hanya menangkap sebagian saja aspek
kenyataan. Berikut ini nasihat Korzybski, dua bersifat perintah dan dua larangan.
Bahasa itu statis, sedangkan realitas itu dinamis. Umtuk mengatasi ini general semantics
merekomendasikan dating (penanggalan).
Hubungan antara kata dengan rujukannya tidak semena-mena. Kata itu bukan rujukan,
kata hanya mewakili rujukan. Karena kita sering mengacaukan kata dengan rujukan, kita
juga cenderung menganggap orang lain mempunyai rujukan yang sama untuk kata-kata
yang kita ucapkan.
Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu. Pernyataan itu
kita sebut sebagai pengalaman. Kita menarikkesimpulan itu. Pernyataan itu kita sebut
pengamata. Kita menarik kesimpulan bila menghubungkan hal-hal yang diamati dengan
sesuatu yang tidak teramati. Dalam pengamatan kita menghubungkan lambang dengan
rujukan. Dalam kesimpulan kita menggunakan pemikiran. Pengamatan dapat diuji,
diverifikasi karena itu menggunakan kata-kata abstraksi rendah. Penyimpulan tidak dapat
diuji secara empiris karena itu menggunakan kata-kata berabstraksi tinggi.
2. Makna yang disampaikan lewat pesan verbal dan nonverbal tidak lengkap
Karena makna ditentukan oleh pesan yang diterima dan pikiran serta perasaan
komunikan, maka orang yang berbeda tidak pernah menginterpretasi sebuah pesan
dengan makna yang sama. Bahkan, karena setiap individu berubah, pesan yang diterima
oleh seseorang pada saat yang berbeda akan diinterpretasikan dengan makna yang
berbeda pula. Misalnya, pesan “I love you” yang diterima pemuda berusia 20 tahun dari
pacarnya, akan diberi makna yang berbeda oleh orang ketika dia berusia 50 tahun.
Makna denotatif adalah definisi objektif dari kata atau pesan nonverbal dan bersifat
universal. Makna konotatif merupakan makna subjektif dan bersifat emosional. Anggukan
kepala yang normal, yang digunakan untuk merespon pertanyaan “Kamu setuju?”
mengungkapkan makna denotatif. Namun bila anggukan kepala itu disertai dengan
kedipan mata atau senyuman sehingga terkesan tidak biasa, makna yang terungkap lebih
cenderung bersifat konotatif.
5. Makna harus didasarkan pada konteks
6.
Kata atau tingkah nonverbal yang sama, bisa mengungkapkan makna yang sangat
berbeda bila digunakan dalam konteks yang berbeda. Ugkapan “Apa kabar?” yang
disampaikan ketika berpapasan dengan seorang teman bermakna “Halo”. Tapi bila
ungkapan itu disampaikan ketika mengunjungi teman yang sakit, makna yang terungkap
adalah “kondisi kesehatan”.
B. PSIKOLOGI KOMUNIKATOR
Aritoteles menyebutkan karakter komunikator sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran
baik (good sense), akhlak yang baik (good moral character), dan maksud yang baik (good
will), serta perilaku yang baik (good manner).
Para cendekiawan modern menyebut ethos Aristoteles sebagai (1) Itikad Baik (good
intentions), (2)Dapat Dipercaya (trustwordthinnes), (3) Kecakapan & Kemampuan
(competence & expertness).
Pengertian Psikologi Komunikator
Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menulis :
Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran
baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral, character, good
will).Pendapat Aristoteles ini diuji secara ilmiah 2300 tahun kemudian oleh Carl Hovland
dan Walter Weiss (1951). Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi
komunikator. Kepada sejumlah besar subjek disampaikan pesan tentang kemungkinan
membangun kapal selam yang digerakkan oleh tenaga atom (waktu itu, menggunakan
energi atom masih merupakan impian).
Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur : Expertise
(keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).Kedua komponen ini telah disebut
dengan istilah-istilah lain oleh ahli komunikasi yang berbeda. Untuk expertness,
McCroskey (1968) menyebutnya authoritativeness : Markham (1968) menamainya factor
reliablelogical: berlo, Lemert dan Mertz (1966) menggunakan qualification. Untuk
trusworthiness, peneliti lain menggunakan istilah safety, character, atau evaluative faktor.
Seseorang tidak akan mempersoalkan mana istilah yang benar. Dapat disebut
kredibilitas, tetapi seseorang tidak hanya melihat pada kredibilitas sebagai faktor yang
mempengaruhi efektifitas sumber. Tetapi juga akan melihat dua unsur lainnya : atraksi
komunikator (source attractiviness) dan kekuasaan (source power). Seluruhnya-
kredibilitas, atraksi dan kekuasaan-seseorang sebut sebagai ethos (sebagai
penghormatan pada aristoteles, psikologi komunikasi yang pertama). Dimensi – dimensi
ethos akan kita bicarakan pada bagaian berikutnya. (Jalaluddin Rakhamat, 2008 : 256).
1. Dimensi – dimensi Ethos
Ethos diartikan sebagai sumber kepercayaan (source credibility) yang ditunjukkan oleh
seorang orator (komunikator) bahwa ia memang pakar dalam bidangnya, sehingga oleh
karena seorang ahli, maka ia dapat dipercaya. Diatas telah kita uraikan bahwa ethos atau
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi,
dan kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang
ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman (1957) pengaruh komunikasi kita pada orang
lain berupa tiga hal : internalisasi (internalization), identifikasi (identification), dan
ketundukan (compliance).
a. Internalisasi ( Internalization )
Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu
sesuai dengan system nilai yang dimilikinya, kita menerima gagasan, pikiran, atau
anjuran orang lain, karena gagasan, pikiran, atau anjuran tersebut berguna untuk
memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh system nilai
kita. Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Kita
menghentikan rokok atas saran dokter, karena kita ingin memelihara kesehatan kita atau
karena merokok tidak sesuai dengan nilai – nilai yang kita anut. Dimensi ethos yang
paling relevan di sini ialah kredibilitas, keahlian komunikator atau kepercayaan kita pada
komunikator.
Contoh : seorang individu menghentikan rokok karena perintah dokter, karena ingin
menelihara kesehatan atau karena merokok tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut.
Dimensi ethos yang paling relevan disini ialah Kredibilitas – keahlian komunikator atau
kepercayaan seseorang pada komunikator.
b. Identifikasi ( Identification )
Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau
kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri
secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok
itu, hubungan yang mendefinisikan diri artinya konsep diri. Dalam identifikasi, individu
mendefinisikan peranannya sesuai dengan peran orang lain. “He attempts to be like or
actually to be the other person,” ujar Kelman. Ia berusaha seperti atau benar-benar
menjadi orang lain. Dengan mengatakan pa yang iakatakan, melakukan apa yang ia
lakukan, mempercayai apa yang ia percayai.individu mendefinisikan sesuai dengan yang
mempengaruhinya. Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi adalah atraksi
(attractiviness)–daya tarik komunikator.
Contoh : Anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tingakah laku gurunya,
atau penggemar bertingkah atau berperilaku seperti idolanya.Dimensi ethos yang paling
relevan adalah Atraksi – daya tarik komunikasi.
c. Ketundukan (compliance)
Ketundukan (compliance) terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau
kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang
atau kelompok tersebut. Ia ingin mendapatkan ganjaran atau menghindari hukuman dari
pihak yang mempengaruhinya. Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang di
anjurkan bukan karena mempercayainya, tetapi Karena perilaku tersebut membantunya
untuk menghasilkan efek social yang memuaskan. Kredibilitas, Atraksi, dan kekuasaan
kan kita perinci pada bagian berikutnya.
Contoh : Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, petani yang
menanam sawahnya karena ancaman pamong desa.Dimensi Ethos yang berkaitan
dengan ketundukan ialah kekuasaan
2. Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tentang sifat-sifat komunikator.
Dalam definisi ini terkandung dua hal: (1) Kredibilitas adalah persepsi komunikate, tidak
inheren dalam diri komunikator; (2) Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator,
yang selanjutnya akan seseorang sebut sebagai komponen-konponen kredibilitas.Karena
kredibilitas itu masalah persepsi. Kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi
(komunikate), topik yang dibahas, dan situasi.
Pada satu kelompok dikatakan bahwa pembicara adalah hakim yang banyak menulis
masalah kenakalan remaja (kredibilitas tinggi), dan pada kelompok lain dilukiskan
pembicara sebagai pengedar narkotik (kredibilitas rendah).
komponen kredibilitas yang paling penting adalah keahlian dan kepercayaan. Keahlian
adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam
hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dianggap tinggi pada
keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau
terlatih. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan
dengan wataknya.
Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978: 144-147) menambahkan empat komponen lagi :
1) Dinamisme
Sosiabilitas adalah kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang periang
dan senang bergaul.
3) Kooreientasi
4) Karisma
Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator
yang menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet menarik benda-benda di
seseorangrnya.
3. Atraksi ( Attactiveness )
Atraksi (attractiveness) adalah daya tarik komunikator yang besumber dari fisik. Seorang
komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui
mekanisme daya tarik (fisik), misalnya, komunikator disenangi atau dikagumi yang
memungkinkan komunikate menerima kepuasan.
Shelli Chaiken (1979), menelaah pengaruh kecantikan komunikator terhadap persuasi
dengan studi lapangan. Ia mengkritik penelitian laboratorium yang meragukan pengaruh
atraksi fisik, karena menghasilkan kesimpulan yang beraneka ragam. Penelitian
Laboratoris terlalu melebih-lebihkan daya tarik fisik, dan menjadikan mahasiswa yang
menjadi objek penelitian terpengaruh oleh penelitian untuk menjawab sesuai dengan
kehendak peneliti.
Seseorang cenderung menyenangi orang yang tampan atau cantik, yang banyak
kesamaan dengan individu lain. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan
karena menarik ia memiliki daya persuasive. Tetapi kita juga tertarik pada seseorang
karena adanya beberapa kesamaan antara dia dengan kita.
4. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan
atraksi, ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan
menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya kepada orang
lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting (critical resources).
Berdasarkan sumber daya yang dimilkinya, French dan Raven menyebutkan jenis-jenis
kekuasaan. Klasifikasi ini kemudian dimodifikasikan Raven (1974) dan menghasilkan lima
jenis kekuasaan :
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
https://www.mastoming.com/2021/09/psikologi-pesan-pesan-verbal-linguistik.html?m=1
https://www.academia.edu/38649972/
PSIKOLOGI_KOMUNIKATOR_DAN_PSIKOLOGI_PESAN
https://yesismynotes.blogspot.com/2012/09/psikologi-pesan.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.bsi.ac.id/index.php/
unduh/item/240405/Psikologi-Komunikasi-
14.pdf&ved=2ahUKEwjR4tTbhIr7AhVxSmwGHReLC0YQFnoECA4QAQ&usg=AOvVaw1mwIOs
xfSPt63umoqBFjXw
https://ressalinq.wordpress.com/2014/06/16/psikologi-komunikator-dan-psikologi-pesan/