Anda di halaman 1dari 14

MODUL II

KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL

2.1 Tujuan Praktikum


1 Memperkenalkan cara komunikasi yang efektif dalam kelompok
2 Bentuk Komunikasi : Mengarahkan orang lain agar bisa mencapai tujuan

2.2 Alat Dan Bahan


1 Buku
2 Pulpen
3 Stopwatch

2.3 Prosedur Permainan


Game: 1 Tebak Gaya
 Kelompok terdiri dari 4 – 5 orang.
 Setiap orang akan berjajar
 1 orang akan memberi gaya yang harus diperagakan
 Anggota yang berada diposisi terdepan akan memperagakan gaya
kemudian menepuk pundak anggota berikutnya. Begitu juga untuk
anggota ketiga, keempat, dan kelima
 Anggota yang memperagakan gaya boleh memberikan clue gaya yang
harus ditebak tersebut terdiri dari berapa kata.
 Anggota yang paling terakhir akan menebak gaya apa yang telah
diperagakan
 Team yang paling cepat menjawab dan paling banyak memperagakan
gaya serta menebaknya dengan tepat akan menjadi pemenangnya.
Game: 2 Tebak Kata
 Kelompok terdiri dari 4-5 orang
 Seluruh anggota akan berdiri berjajar kemudian akan diberi kata satu
persatu.
 Seluruh anggota menyebutkan kata yang diberikan secara bersamaan
kepada kelompok lawan.
 Kelompok yang berhasil menebak gaya paling banyak akan menjadi
pemenangnya.

2.4 Pembahasan
2.4.1 Definisi Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk
komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan
cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati
porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan,
lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang nonverbal. Dengan
harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah
memahami pesan-pesan yang disampaikan, contoh : komunikasi verbal
melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh
seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi
verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara
komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan dengan mengguna- kan berupa media surat, lukisan, gambar,
grafik dan lain-lain.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
sistem kode verbal (Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan
sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal.
Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama
untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama,
karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara
anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya.
Menurut Larry L. Barker (dalam Mulyana, 2005), bahasa
mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi,
dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha
mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut
namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.Fungsi interaksi
menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang
simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.Secara formal,
bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat
dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai
peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya
memberi arti.
Komunikasi NonVerbal
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas
dalam bentuk tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi
nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam
berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut
terpakai. Karena itu, komunakasi nonverbal bersifat tetap dan selalu
ada. Komunikasi nonverbal lebih bersifat jujur mengung kapkan hal
yang mau diungkapkan karena spontan.
Bentuk komunikasi nonverbal sendiri di antaranya adalah, bahasa
isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna
dan intonasi suara. Beberapa contoh komunikasi nonverbal:
a. Sentuhan, Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam
tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan
lain-lain.
b. Gerakan Tubuh, Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau
gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap
tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu
kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk
mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan.
c. Vokalik, Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam
suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada
suara, keras atau lemah- nya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara,
intonasi, dan lainlain.
d. Kronemik, Kronemik adalah bidang yang mempelajari
penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu
dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi
suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan
dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
Klasifikasi Pesan Nonverbal Rakhmat (1994) mengelompokkan
pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
1. Pesan kinesik, pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh
yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan
gestural, dan pesan postural.
2. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna
tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat
menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan,
rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,
pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976)
menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:
a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan
taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek
penelitiannya baik atau buruk;
b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang
lain atau lingkungan;
c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi
situasi;
d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya
atau kurang pengertian.
3. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan
seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
4. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan,
makna yang dapat disampaikan adalah:
a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara
menunjukkan kesukaan dan penilaian positif;
b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator.
Anda dapat membayangkan postur
orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang
merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional
pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak
berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
5. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan
ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan
keakraban kita dengan orang lain.
6. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh,
pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang
sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan
persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan
tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan
kosmetik.
7. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan
dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang
sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara
berbeda. Pesan ini oleh Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
8. Pesan sentuhan dan bau-bauan, alat penerima sentuhan adalah
kulit, yang mampu menerima dan membeda- kan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu
dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan
tanpa perhatian.
9. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah
berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –
menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional,
pencitraan, dan menarik lawan jenis.
2.4.2 Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga perbedaan
utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the intentionality of
the message), tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of
symbolism in the act or message), dan pemrosesan mekanisme (processing
mechanism) yaitu :
1. Kesengajaan (intentinolity), Satu perbedaan utama antara komunikasi
verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada
umumnya niat ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan
lambang atau kode verbal.
2. Perbedaan simbolik (symbolic differences) Niat dapat dipahami karena
beberapa dampak simbolik dari komunikasi. Misalnya, memakai pakaian
dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu
`pesan' oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan warna merah akan
diberi makna sebagai orang yang berani). Komunikasi verbal merupakan
sebuah bentuk komunikasi yang diantarai. Pada komunikasi verbal kita
mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang diterapkan
pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah abstraksi yang
telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat
intensional dan harus 'dibagi' di antara orang-orang yang terlibat
didalammnya. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, sebagai
perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian menjelaskan bahwa
komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal
yang bersifat implisit. Isyaratisyarat verbal dapat didefinisikan melalui
sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan, namun komunikasi
nonverbal hanya memiliki penjelasan yang samar-samar dan informal.
Berdasarkan hal tersebut dapat kita lihat bahwa ada ketidaksamaan antara
tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda merupakan representasi
alami dari suatu kejadian atau tindakan. Tanda adalah apa yang kita lihat
atau rasakan. Lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu
yang lain. Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Apa yang
secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana
menciptakan perbedaan yang berubahubah untuk menunjukkan derajat
ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih
spesifik dari bahasa nonverbal, karena dapat dipakai untuk membedakan
hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah. Bahasa
nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau
emosi.[12]
3. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism) Semua informasi
termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita
menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan
perilaku-perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis Satu perbedaan utama
dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi pada setiap belahan otak.
Belahan otak kiri adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan
dan berubah-ubah, sedangkan belahan otak kanan, tipe informasinya Iebih
berkesinambungan dan alami. Pesan-pesan verbal dan nonverbal juga
berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi nonverbal kurang
terstruktur. Aturan-aturan ketika kita berkomunikasi secara nonverbal akan
lebih sederhana dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan
aturan-aturan tata bahasa dan kalomat. Komunikasi nonverbal
diekspresikan pada saat komunikasi berlangsung. Bahasa nonverbal tidak
bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa
mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah
pemahaman mengenai konteks di mana interaksi tersebut terjadi,
sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut. [11]
4. Struktur vs Nonstruktur Komunikasi verbal sangat terstruktur dan
mempunyai aturan-aturan tata bahasa. Komunikasi nonverbal tidak ada
struktur formal yang mengarahkan komunikasi karena terjadi secara tidak
disadari, tanpa urut-urutan kejadian yang dapat diramalkan sebelumnya.
Perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada saat
yang berlainan atau pada tempat yang berbeda
5. Linguistik vs Nonlinguistik Linguistik mempelajari macam-macam
segi bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari lambang-lambang yang sudah
diatur pemberian maknanya. Pada komunikasi nonverbal, sulit untuk
memberi makna pada lambang karena tidak memiliki struktur.
6. Continuous vs Discontinuous Komunikasi nonverbal dianggap bersifat
kontinyu, sementara komunikasi verbal bersifat terputus-putus.
Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di dalamnya
meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan kehadiran
kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita sendiri, berarti
komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya dengan kata-kata
dan simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai titik awal dan akhir
yang pasti.
7. Dipelajari vs Didapat secara Ilmiah Komunikasi nonverbal sangat
jarang untuk dipelajari. Manusia lahir dengan naluri-naluri dasar
nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus
dipelajari.
8. Pemrosesan Bagian Otak Kiri vs Pemrosesan Bagian Otak Kanan
Kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak sebelah kanan,
sedangkan stimuli verbal yang memerlukan analisis dan penalaran,
diproses dalam bagian otak sebelah kiri.
Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent
tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima
sudah cukup diper- timbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab,
komunikasi nonverbal cen- derung kurang dilakukan dengan sengaja dan
kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu,
komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku,
sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya,
norma-norma untuk penampilan fisik.

2.4.3 Manfaat
Adapun manfaat media komunikasi dalam pendidikan dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Memberikan Pengetahuan Tentang Tujuan Belajar Pada
permulaan pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan
yang akan diperolehnya atau ketrampilan yang akan dipelajarinya.
Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya, apa
yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah
menguasai bahan pelajaran dan tingkat kesulitan yang diharapkan.
Untuk pembelajaran dalam kawasan perilaku psikomotor atau kognitif,
media visual khususnya yang menampilkan gerak dapat
mempertunjukkan kinerja (performance) yanh harus dipelajari siswa.
Dengan demikan dapat menjadi model perilaku yang diharapkan dapat
dipertunjukkannya pada akhir pembelajaran.
2. Memotivasi Siswa Salah satu peran yang umum dari media
komunikasi adalah memotivasi siswa. Tanpa motivasi, sangat mungkin
pembelajaran tidak menghasilkan belajar. Usaha untuk memotivasi
siswa seringkali dilakukan dengan menggambarkan sejelas mangkin
keadaan di masa depan, dimana siswa perlu menggunakan pengetahuan
yang telah diperolehnya. Jika siswa menjadi yakin tentang relevansi
pembelajaran dengan kebutuhannya di masa depan, ia akan termotivasi
mengikuti pembelajaran. Media yang sesuai untuk menggambarkan
keadaan masa depan adalah media yang dapat menunjukkan sesuatu
atau menceritakan hal tersebut. Bila teknik bermain peran digunakan
(seperti lawak atau drama), pengalaman yang dirasakan siswa akan
lebih kuat. Film juga sering kali diproduksi dan digunakan untuk tujuan
motivasi dengan cara yang lebih alami.
3. Menyajikan Informasi Dalam sistem pembelajaran yang besar
yang terdiri dari beberapa kelompok tantangan kurikulum yang sama,
media seperti film dan televisi dapat digunakan untuk menyajikan
informasi. Guru kelas bebas dari tugas mempersiapkan dan menyajikan
pelajaran, ia dapat menggunakan energinya kepada fungsi-fungsi yang
lain seperti merencanakan kegiatan siswa, mendiagnosa masalah siswa,
memberikan konseling secara individual. Ada tiga jenis variasi
penyajian informasi: (a) Penyajian dasar (basic), membawa siswa
kepada pengenalan pertama terhadap materi pembelajaran, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi, kegiatan siswa atau “review” oleh guru
kelas (b) Penyajian pelengkap (supplementary), setelah penyajian dasar
dilakukan oleh guru kelas, media digunakan untuk mebawa sumber-
sumber tambahan ke dalam kelas, melakukan apa yang tidak dapat
dilakukan di kelas dengan cara apapun. (c) Penyajian pengayaan
(enrichment), merupakan informasi yang bukan merupakan bagian dari
tujuan pembelajara, digunakan karena memiliki nilai motivasi dapat
mencapainperubahan sikap dalam diri siswa.
4. Merangsang Diskusi Kegunaan media untuk merangsang diskusi
seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk penyajian
yang relatif singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan
diskusi. Format media biasanya menyajikan masalah atau pertanyaan,
sering kali melalui drama atau contoh pengalaman manusia yang
spesifik. Penyajian dibiarkan terbuka (open-end), tidak ada penarikan
kesimpulan atau saran pemecahan masalah. Kesimpulan atau jawaban
diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan
pemimpin atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat
merangsang pemikiran, membuka masalah, menyajikan latar belakang
informasi dan memberikan fokus diskusi. Film atau video sering kali
digunakan untuk tujuan ini.
5. Mengarahkan Kegiatan Siswa Pengarahan kegiatan merupakan
penerapan dari metode pembelajaran yang disebut metode kinerja
(performance) atau metode penerapan (application). Penekanan dari
metode ini adalah pada kegiatan melakukan (doing). Media dapat
digunakan secara singkat atau sebentar-sebentar untuk mengajak siswa
mulai dan berhenti. Dengan kata lain program media digunakan untuk
mengarahkan siswa melakukan kegiatan langkah demi langkah.
Penyajian bervariasi, mulai dari pembelajaran sederhana untuk kegiatan
siswa seperti tugas pekerjaan rumah sampai pengarahan langkah demi
langkah untk percobaan laboratorium yang kompleks. Permainan
merupakan metode pembelajaran yang sangat disukai khususnya bagi
siswa sekolah menengah, memiliki nilai motivasional yang tinggi,
melibatkan siswa lebih baik daripada metode pembelajaran yang lain.
6. Pelaksanakan Latihan Dan Ulangan Penyajian latihan adalah
proses mekanis murni dan dapat dilakukan dengan sabar dan tak kenal
lelah oleh media komunikasi, khususnya oleh media yang dikelola
komputer. Laboratorium bahasa juga salah satu contoh media yang
digunakan untuk pengulangan dan latihan. Dalam belajar keterampilan,
apakah itu bersifat kognitif atau psikomotor. Pengulangan respons-
respons dianggap sangat penting untuk kemajuan kecepatan dan tingkat
kemahiran. Istilah “drill” digunakan untuk jenis respons yang lebih
sederhana seperti menerjemahkan kata-kata asing. “Practice” biasanya
berhubungan dengan kegiatan yang lebih kompleks yang membutuhkan
koordinasi dari beberapa keterampilan dan biasanya merupakan
penerapan pengetahuan, misalnya latihan olahraga tim atau individual,
memecahkan berbagai bentuk masalah
7. Menguatkan Belajar Penguatan seringkali disamakan dengan
motivasi, atau digolongkan dalam motivasi. Penguatan adalah kepuasan
yang dihasilkan dari belajar, dimana cenderung meningkatkan
kemungkinan siswa merespon dengan tingkah laku yang diharapkan,
setelah diberikan stimulus. Penguatan paling efektif diberikan beberapa
saat setelah respon diberikan. Karena itu harus terintegrasi dengan
fungsi media yang membangkitkan respons siswa, seperti fungsi 3, 4, 5,
6, 8. Jenis penguatan yang umum digunakan adalah pengetahuan
tentang hasil. Suatu program media bertanya kepada siswa kemudian
siswa menyusun jawabannya atau memilih dari beberapa kemungkinan
jawaban. Setelah siswa menentukan jawaban, ia sangat termotivasi
untuk segera mengetahui jawabanyang benar. Jika jawaban benar dan ia
tahu, ia dikuatkan, bahkan jika jawabannya salah, evaluasi dari
jawabannya, menunjukkan seberapa dekat jawabannya mendekato
kebenaran, juga dapat menguatkan. Media apapun yang dapat
digunakan untuk menyajikan informasi juga mampu menyajikan
pertanyaan dan merangsang siswa untuk menjawab. Media apapun yang
mampu melakukan fungsi ini, ia juga mampu memberikan jawaban
benar terhadap responsnya, sehingga memberikan latihan terhadap
perilaku yang kompleks yang membutuhkan lingkungan khusus.
Contoh yang sering ditemui adalah simulator mobil yang digunakan
dalam latihan mengendara dan simulatair pesawat.
8. Memberikan Pengalaman Simulasi Simulator adalah alat untuk
menciptakan lingkungan buatan yang secara realistis dapat merangsang
siswa dan bereaksi, seperti pilot. Instruktur biasanya menjadi bagian
dari sistem, memberikan penilaian segera dan menyelipkan kerusakan
pada sistem untuk memberikan siswa latihan mengatasi masalah. Media
komunikasi seringkali memegang peranan penting dalam simulasi,
sejak siswa harus mengkomunikasikan informasi kepada mesin dan
sebaliknya mesin menginformasikan pengguna tentang pencapaiannya.
Simulator tidak terbatas pada sistem yang konkret dan “self-contained”,
tetapi dapat diaplikasikan pada sistem yang lebih abstrak seperti
ekonomi nasional dari negara kuno, anggaran belanja sistem sekolah
atau fungsi bantuan kedutaan dalam negara Afrika. Program komputer
dapat memungkinkan simulasi sistem yang kompleks, menerima
masukan dari siswa, menghitung hasil dan menginformasikan kepada
siswa melalui media komunikasi tentang perubahan yang dilakukan
dalam sistem. Jenis lain dari simulasi adalah permainan,
mensimulasikan sistem yang kompetitif dengan dua atau lebih siswa
atau kelompok belajar berinteraksi satu sama lain. Karena sangat mirip
dengan simulator yang dapat merefleksikan kenyataan, permainan dapat
mengembangkan respon yang siap ditransfer ke dunia yang sebenarnya
(M. Nurul Huda dan Agus Purwodido, 2002:7).
2.5 Kesimpulan
Dari beberapa uraian dalam pembahasan tersebut akhirnya dapat ditarik
kesimpulan dari beberapa manfaat media komunikasi dalam teori maupun
pada praktikum yang telah dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi ide perasaan yang
menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik
antara pemberi pesan dan pemberi pesan lainnya. Dalam pengaplikasian
game yang telah dilakukan secara efektif sesuai dengan teori karena
komunikasi antar anggota kelompok terjalin dengan baik.
2. Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terhadap sesama individu harus dilakukan dengan
menggunakan intonasi dan gaya bicara yang sesuai untuk memudahkan
dalam mendeskripsikan apa yang sedang dibicarakan, seperti yang
dilakukan pada saat tebak gerakan, gerakan diperlukan untuk memudahkan
alur pembicaraan yang mungkin sulit untuk di deskripsikan, dimana alur
ini merupakan salah satu bentuk komunikasi no verbal. Lalu pada sesi
tebak kata yang diperhatikan adalah bentuk mulut dan cara pembicaraan
secara jelas, serta alur ini salah satu bentuk komunikasi verbal. Jadi saat
melakukan pembicaraan selama individu kata yang dikeluarkan akan jelas
dan tidak perlu mengulangi kata kata tersebut karena lawan bicara yang
tidak mendengar kata dengan jelas.
Daftar Pustaka

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja


Rosdakarya
Rakhamat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Agus, M. Hardjana. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi
Interpersonal. Yogyakarta:Kanisiushttp://allaylaa.blogspot.co.id/2014/10/
komunikasi-verbal-dan-komunikasi- non.html
Nurul Huda, M., dan Purwowidodo, Agus. 2013. Komunikasi Pendidikan.
Surabaya: Acia

Anda mungkin juga menyukai