Anda di halaman 1dari 9

Teori Yang Berhubungan Dengan Percakapan

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Teori komunikasi

dosen pengampu : Mia Nurislamiyah, M.Sos

Oleh :

1. Siti Robaedah
2. Danu Pramudito
3. Novia Andeslin
4. Ali Baqri
5. Idris

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM INSTITUT


AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON
P
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam suatu percakapan, agar informasi bisa diterima, biasanya pembicara menyampaikan
informasi itu secara langsung dengan menggunakan bahasa yang tepat. Selain untuk menyampaikan
informasi, percakapan kadang- kadang dilakukan untuk menyindir, memuji, mengkritik, bahkan
memancing emosi lawan tutur. Namun, tanpa disadari penyampaian informasi dengan tujuan seperti
itu menjadikan informasi tersebut menarik. Dalam sebuah percakapan, pemahaman pada makna
tersirat suatu ujaran mengenai implikatur sangat diperlukan. Makna yang tersirat dalam suatu
percakapan disebut juga implikatur percakapan. Dengan kata lain, implikatur percakapan adalah
proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan atau dimaksudkan
penutur berbeda dengan sebenarnya dikatakan oleh penutur dalam suatu percakapan Bahasa sebagai
alat komunikasi haruslah dipahami penutur dan mitra tuturnya sehingga penggunanya tidak terjadi
salah pengertian. Pesan seorang penutur kepada mitra tuturnya bisa berjalan dengan baik jika
keduanya saling memahami makna tuturan mereka. Pesan secara tersurat saja belum cukup dalam
berkomunikasi, karena pesan dalam berkomunikasi tidak hanya tersurat tetapi juga tersirat. Makna
tersurat dapat dimengerti dengan mencari semantis kata-kata yang membentuk ujaran tersebut.
Sementara itu, pemahaman makna tersirat suatu ujaran, pengetahuan semantis saja tidak begitu
memadai. Dengan kata lain, makna tersirat tidak terbatas pada apa yang dikatakan oleh penutur saja
tetapi apa yang tidak dikatakannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, masalah yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengertian Percakapan

2. Teori Komunikasi yang berhubungan dengan Percakapan

3. Prinsip kerja sama dalam sebuah percakpan

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka makalah ini dibuat dengan tujuan

1. Untuk mengetahui konsep teori percakapan

P
2. Untuk mengetahui apa saja Teori Komunikasi yang berhubungan dengan Percakapan

3. Untuk mengetahui Prinsip Kerja Sama Dalam Sebuah Percakpan

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERCAKAPAN

Percakapan sebagai bagian dari peristiwa berbahasa, memiliki beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan, diantaranya

1) cara menarik perhatian orang,

2)cara memulai pembicaraan,

3) cara mengakhiri pembicaraan,

4) cara menginsterupsi atau memotong pembicaraan, dan

P
5) cara memperbaiki kesalahan.
Bagi sebagian orang percakapan itu bagaikan sebuah tarian, dengan pasangan bercakapnya yang
mengkordinasikan gerakan-gerakan yang lembut. Bagi orang lain percakapan bagai arus lalu lintas di
perempatan jalan. ( SUmber :KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI
KLASIFIKASI TINDAK TUTUR Agustine Nurhayati, S.Pd., M.Pd. Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas PGRI Adi Buana Suraba)

Percakapan dapat didefinisikan sebagai: suatu urutan interaksi dengan awal dan akhir yang jelas , saling
bergantian dan memiliki arah atau seperangkat tujuan. Adanya percakapan dikontrol oleh sejumlah
aturan, memiliki struktur dan menunjukkan adanya kesatuan (coherence) serta memiliki makna.

Yang perlu diperhatikan dalam percakapan Percakapan adalah kegiatan yang terkoordinasi Percakapan
mendapatkan maknanya dari konteks percakapan yang terjadi Percakapan membutuhkan interaksi yang
terkoordinasi

B. TEORI KOMUNIKASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCAKPAN

Teori percakapan yang akan dibahas Teori Mengurangi Ketidakpastian, Teori Akomodasi dan Adaptasi
Teori Analisis Percakapan, Teori Negosiasi Wajah. Berikut penjelasannya :

1. Teori Mengurangi Ketidakpastian

Atau di sebut Uncertainty Reduction Teorye penemu teori ini: Charles Burger URT ini membahas proses
dasar bagaimana kita memperoleh pengetahuan mengenai orang lain yang belum kita kenal/ ketahui.
Menurut Burger, orang dapat menempuh berbagai macam cara untuk mendapatkan informasi
mengenai orang lain yaitu melalui 3 strategi:

1.Strategi pasif : bila hanya melakukan pengamatan saja. Terdapat dua bentuk strategi pasif yaitu:
reactivity searching dan disinhibition searching. Reachtivity searching dilakukan dengan mengamati
seseorang ketika sedang melakukan sesuatu atau mengamati reaksinya pada situasi
tertentu.Disinhibition searching adalah mengamati sesorang dalam situasi informal, santai, tidak terlalu
memikirkan penampilan (self-monitoring) dan berperilaku apa adanya.

2. Strategi Aktif

3. Strategi interaktif Pencarian informasi dilakukan dengan cara bertanya kepada orang lain mengenai
seseorang yang ingin anda ketahui dan memanipulasi lingkungan sedemikian rupa agar orang yang
menjadi target lebih mudah anda amati. 3. Strategi interaktif menyangkut kegiatan pengungkapan diri
(self-discloser) yang merupakan strategi penting untuk mendapatkan informasi secara aktif tentang
seseorang.

2. Teori Akomodasi (Accomodation Theory)

P
Teori ini ditemukan oleh: Howard Giles Merupakan salah satu teori perilaku yang paling berpengaruh
dalam ilmu komunikasi. Teori ini menjelaskan: bagaimana dan mengapa kita menyesuaikan perilaku
komunikasi kita dengan perilaku orang lain. Terdapat perilaku meniru atau tidak meniru. Dalam
percakapan sering kali gesture/gerak tubuh lawan bicara dengan kita sama. Kesamaan gerakan/ gesture
ini baik disengaja atau tidak oleh Giles dikatakan sebagai KONVERGENSI (coming together) Sebaliknya
bila pembicara/ salah satu sumber memperkuat perbedaan, maka ini disebut sebagai tahapan
DIVERGENSI ( moving apart) menjauh/terpisah.

Persamaan atau perbedaan perilaku dalam percakapan yang bisa diamati adalah Intonasi suara,
kecepatan, aksen, volume suara, kata-kata, tata bahasa, gerak tubuh.

3.Teori Analisis Percakapan ( Conversation Analysis)

Teori berupaya untuk menemukan secara terperinci dan tepat apa saja keberhasilan yang telah dicapai
dengan menguji berbagai transkrip/catatan dalam percakapan. Menurut teori ini dalam percakapan
terdapat pengelolaan organisasi/ kerjasama antara pelaku komunikasi. Teori analisis percakapan
menfokuskan perhatiannya pada interaksi dalam percakapan, melihat berbagai gerakan komunikator,
mengamati penggunaan bahasa, teks atau percakapannya. teori ini masuk dalam paradigma
sosiokultural. Teori analisis percakapan memberikan perhatiannya pada beberapa topik penting dalam
percakapan yaitu:

terdapat aturan percakapan,sequence percakapan, argumen percakapan Teori analisis percakapan


memberikan perhatiannya pada beberapa topik penting dalam percakapan yaitu: Terkait dengan apa
yang ingin diketahui pembicara untuk melakukan percakapan, yaitu mengetahui aturan percakapan.
Yang termasuk dalam topik bahasan ini antara lain, giliran bicara, kondisi hening (silence), adanya jeda,
overlaps/tumpang tinding pembicaraan. Analisis percakapan juga memberikan perhatian pada
pelanggaran aturan dan cara cara orang mencegah dan memperbaiki kesalahan berbicara. terdapat
aturan percakapan,sequence percakapan, argumen percakapan (baca hal : 151-160) 3. Menganalisa
percakapan yang koheren yang memiliki definisi sederhana, seperti keterhubungan,keterkaitan dan
makna dalam percakapan suatu percakapan yang koheren akan nampak terstruktur, baik, logis bagi
peserta percakapan.

4.Teori Negosiasi Wajah/ Face Negotiation Theory

Dikembangkan oleh: Stella Ting -Toomey ada istilah dalam teori ini : Lose Face = Kehilangan muka =
sesuatu yang membuat kita merasa malu, bodoh, kikuk , kehilangan muka saat bercakap-cakap, ngobrol.
Untuk mengubahnya perlu melakukan Restorative Facework = membangun kembali harga diri atau
image seseorang setelah ia mengalami kehilangan harga diri. Protect Face = melindungi muka=sesuatu
yang anda lakukan agar orang lain tetap menghormati anda.

P
Yang dimaksud dengan negosiasi muka menurut Ting-Toomey adalah image diri seseorang di mata
orang lain.(one’s self image in the presence of others). Image diri mencakup: Perasaan mengormati dan
dihormati (respect) Kehormatan (honor) Status, hubungan, kesetiaan dan nilai nilai lain yang diberikan
orang lain kepada seseorang. (https://www.google.com/amp/s/slideplayer.info/amp/11934050/)

C. Prinsip Kerja Sama Dalam Sebuah Percakpan


Grice mengemukakan bahwa suatu percakapan biasanya membutuhkan kerja sama antara penutur dan
mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan prinsip yang mengatur kerja sama antara
penutur dan mitra tutur dalam suatu percakapan dinamakan prinsip kerja sama (cooperative principle).
Di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus menaati empat maksim
percakapan (conversational maxim),yaitu maksim kuantitas (maxsim of quantity), maksim relevansi
(maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner).
1. Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity)

Dalam maksim kuantitas terdapat dua submaksim, yaitu (1) informasi yang diberikan oleh penutur harus
informatif dan (2) tidak boleh melebihi informasi yang dibutuhkan oleh lawan tutur (penutur). Nababan
(1987:31) mengemukakan bahwa sebenarnya aturan yang kedua dalam maksim kuantitas, Grice tidak
perlu. Hal ini, dikarenakan tidak ada salahnya kelebihan informasi. Akan tetapi, hal ini membuang waktu,
informasi yang berlebihan akan dianggap sengaja dilakukan untuk mencapai efek tertentu atau tujuan
tertentu, dan dengan demikian bisa terjadi salah pengertian.

Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup,
relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian tidak boleh melebihi informasi yang
dibutuhkan oleh mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam Prinsip Kerja Sama
Grice.

2. Maksim Kualitas (Maxim of Quality)

Seperti maksim kuantitas, maksim kualitas juga mempunyai dua submaksim, yaitu (1) jangan
mengatakan sesuatu yang anda yakini bahwa itu tidak benar dan (2) jangan mengatakan sesuatu yang
bukti kebenarannya kurang meyakinkan. Dalam maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan
dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta harus
didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Wijana (1996:46-49) mengemukakan bahwa
maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontributor
peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai.

3. Maksim Relavansi (Maxim of Relevance)


Berbeda dengan dua maksim sebelumnya yang terdiri dari dua submaxim, maksim relevansi hanya
terdiri dari submaksim saja, yakni (1) perkataan harus relevan. Sehubungan dengan aturan dalam
maksim relevansi, (Nababan 987: 32)

P
mengemukakan bahwa walaupun aturan ini kelihatan kecil, namun mengandung banyak persoalan,
misalnya: fokus dan macam relevansi itu, bagaimana kalau fokus relevansi berubah selama percakapan,
bagaimana mengenai perubahan topik percakapan, dan lain sebagainya. Aturan relevansi sangat
penting, karena berpengaruh terhadap makna suatu ungkapan yang menjadi inti dari implikatur dan
juga merupakan faktor yang penting dalam penginterprestasian suatu kalimat atau ungkapan.
Dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan mitra
tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang suatu yang
dipertuturkan. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi
dan melanggar prinsip kerja sama.

4. Maksim pelaksanaan

yaitu maksim ini berisi anjuran agar penutur memberikan kontribusi dengan jelas, yaitu kontribusi yang
menghindari ketidakjelasan dan ketaksaan. Selain itu, kontribusi penutur juga harus singkat, tertib, dan
teratur. Maksim cara atau pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara langsung,
tidak kabur, tidak taksa dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut (Wijana, 1996:50) . ( sumber :
PERCAKAPAN HUMOR PARA PENYIAR RADIO ACARA “ONO OPO REK” DI RADIO EL VICTOR FM
SURABAYA ANALISIS TEORI PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN GRICE)

P
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Percakapan dapat didefinisikan sebagai: suatu urutan interaksi dengan awal dan akhir yang jelas , saling
bergantian dan memiliki arah atau seperangkat tujuan. Adanya percakapan dikontrol oleh sejumlah
aturan, memiliki struktur dan menunjukkan adanya kesatuan (coherence) serta memiliki makna. Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam percakpan diantaranya :

1) cara menarik perhatian orang,

2)cara memulai pembicaraan,

3) cara mengakhiri pembicaraan,

4) cara menginsterupsi atau memotong pembicaraan, dan

5) cara memperbaiki kesalahan.

Teroi Komunikasi yang berhubungan dengan percakapan yaitu ada Teori Mengurangi Ketidakpastian,
Teori Akomodasi dan Adaptasi Teori Analisis Percakapan, Teori Negosiasi Wajah.

Agar sebuah percakapan terjalin baik maka sebuah percakpan membutuhkan kerja sama antara penutur
dan mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan prinsip yang mengatur kerja sama antara
penutur dan mitra tutur dalam suatu percakapan dinamakan prinsip kerja sama (cooperative principle).
Di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus menaati empat maksim
percakapan (conversational maxim),yaitu maksim kuantitas (maxsim of quantity), maksim relevansi
(maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner).

P
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai