Anda di halaman 1dari 9

Manusia dan Komunikasi Lintas Budaya

di Era Globalisasi
26 Februari 2016 16:40 Diperbarui: 26 Februari 2016 16:45 1 2 0

Ciri khas manusia ialah bahwa ia merupakan “Animal Symbolicum”, makhluk yang mengerti
serta membentuk simbol. Bagi binatang yang bertaraf lebih tinggi hanya akan mengenal ada
tanda saja, tetapi bagi manusia mengenal simbol. Manusia tidak dapat diartikan sebagai subtansi,
tetapi harus dimengerti melalui tingkah lakunya yang fungsional. Kita harus mempelajari
manusia melalui ciptaan-ciptaannya sebagai makhluk simbolis, karena dengan memanfaatkan
sistem simbol yang beraneka ragam, dapat melihat keanekaragamaan manusia dalam
memamandang dunianya.
Manusia Makhluk Simbolik dan Makhluk komunikasi.
Manusia saat diciptakan sudah diberi kemampuan untuk mengenal lambang dalam mengelola
alam semesta ini. Sebagai makhluk lambang maka manusia juga merupakan makhluk simbolik
untuk mengenali sesuatu dengan simbol-simbol. Sebagai contoh : masyarakat sudah sepakat jika
mereka menemukan lampu merah menyala diperempatan jalan, maka yang berkendaraan akan
berhenti, di Salatiga bendera hitam menandakan kedukaan, sementara bagi masyarakat Solo
mereka menggunakan bendera kuning sebagai simbol duka.
Definisi Komunikasi
Berikut merupakan definisi komunikasi dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Pengertian komunikasi secara etimologis : suatu usaha yang bertujuan menggapai


kebersamaan atau kesamaan makna.

2. Pengertian komunikasi secara terminologis : proses penyampaian informasi oleh sesorang


untuk oarang lain.
Media atau Medium : alat baü Pesan : isi atau informasi yang disamapaikan dalam proses
komunikasi. Komunikan : Orang yang berposisi sebagai penerima pesan.

3. Paradigma Lasswell bahwa komunikasi meliputi lima unsur : Komunikator : Seseorang yang
menjadi sumber informasi.üntu yang dipakai oleh komunikator.
4.Feedback atau Umpan Balik : tanggapan respon dari komunikan tentang apa yang disampaikan
oleh komunikator.
Komunikasi adalah “Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada kamunikan dengan
menggunakan media tertentu sehingga menimbulkan efek tertentu”. Efek yang di maksud adalah
bahwa proses komunikasi dapat mempengaruhi perilaku, cara hidup, dan nilai yang ada. Dari
penjelasan di atas akan timbul masalah yang menonjol dalam proses komunikasi yaitu
perbandingan antara pesan yang di sampaikan dengan pesan yang di terima. Informasi yang baik
adalah tidak bergantung pada jumlahnya tapi sejauh mana pesan dapat dimengerti, dengan tujuan
mewujudkan komunikasi yang efektif dan efisien.
Tujuan Komunikasi
Berikut ada beberapa tujuan dalam komunikasi, yaitu :

1. Menginformasikan, pada tahap ini tujuan yang diharapkan hanya sebatas transfer pengetahuan
saja. Contoh : saat mengikuti perkuliahan, seminar, menonton TV(berita/informasi media
elektronik), dan sebagainya.

2. Meyakinkan, pada tahap ini komunikasi tidak hanya sekedar transfer pengetahuan yang
menjadi seseorang dari tidak tahu menjadi tahu tetapi sudah sampai pada menyakinkan
komunikan. Contoh : pada saat kuliah mahasiswa yang kurang mengerti(materi yang didapatkan)
sebaiknya aktif bertanya kepada dosen tersebut.
3. Membujuk, setelah komunikan yakin tentang pesan yang diterima maka dia akan terbujuk
untuk melakukan tindakan seperti apa yang diharapkan komunikator, komunikan merasa
tergerak untuk melakukan, bahkan kalau keyakinan yang diterima sangat kuat seolah-olah
menjadikan dirinya tidak tenang kalau tidak melakukan. Contoh : Seorang dosen yang meminta
mahasiswa untuk lebih aktif dalam menulis karya ilmiah dengan meminta mahasiswa mengikuti
lomba program kreatifitas mahasiswa, kemudian mahasiswa yang mengikuti lomba tersebut akan
ditambah nilai plus.

4. Menginspirasi, tujuan komunikasi pada tahap ini merupakan tujuan yang ideal kalau bisa
dicapai, karena pesan yang disampaikan komunikator tidak hanya sebatas diterima sebagai
pengetahuan dan pengalaman baru tetapi bisa menjadi sumber inspirasi bagi komunikan untuk
melakukan sesuatu yang lebih. Contoh: seorang dosen yang memberikan informasi secara detail
tentang kegiatan PKM kepada mahasiswa supaya mahasiswa mau berperan serta dalam suatu
kegiatan tersebut.
5. Menghibur, tidak boleh dilupakan bahwa setiap orang membutuhkan rasa aman, nyaman,
tidakterancam.

5.Contoh: menciptakan suasana yang menyenangkan saat berbicara dengan orang lain atau
mengetahui.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif·
Beberapa factor yang mempengaruhi komunikasi agar efektif yaitu :
1. Komunikator : Percaya diri, sebagai komunikator kepercayaan diri menjadi penting karena
pada saat proses komunikasi berlangsung komunikan menaruh perhatian kepadanya dan sangat
berharap ada keuntungan yang didapat.
2. Komunikan : Siapa, jenjang pendidikan, profesi, berapa jumlah orang, baerapa usia rata-rata,
ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dimunculkan tatkala kita akan berbicara kepada
komunikan.
3. Pesan : Penguasaan pesan,keterikatan dengan pesan.
4. Media : Ketepatan pemilihan media.
5. Feedback : Positif, negatif.
Jenis Komunikasi
Jenis-jenis komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi tertulis adalah proses penyampaian pesan secara tidak langsung kepada
komunikan. Kelebihan : memberikan catatan-catatan dan referensi yang resmi dan otentik, kita
dapat mempersiapkan terlebih dahulu pesan yang akan disampaikan dengan cermat dan
sistematis. Kelemahan : kita memperoleh umpan baliknya tidak secara langsung.
2. Komunikasi tidak tertulis adalah proses penyampaian pesan secara langsung kepada
komunikan. Kelebihan : memberi pertukaran pesan yang cepat dengan umpan balik secara cepat.
Kelemahan : kita perlu menjaga keserasian antara ucapan yang kita lontarkan dengan ekspresi
dan bahasa tubuh kita.
B. Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat
perhatiannya terletak pada cara manusia berkomunikasi dengan melintasi komunitas manusia
dengan menggunakan kode-kode pesan secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi antar
budaya merupakan komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda, bisa berbeda secara ras, etnis, atau sosio-ekonomi, atau gabungan dari semua
perbedaan ini.

6komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi karena pada dasarnya budaya
berkembang melalui proses komunikasi dan sebaliknya dalam berkomunikasi tersirat perilaku
budaya seseorang. Manifestasi budaya tidak akan dapat ditransmisikan tanpa komunikasi. Oleh
karena itu, Fiske (20110) menyatakan bahwa komunikasi menjadi sentral bagi keberlangsungan
kehidupan budaya; tanpa komunikasi kebudayaan jenis apapun akan mati. komunikasi
antarbudaya adalah proses penyampaian pesan secara lisan, tulisan ataupun simbol-simbol antar
pribadi yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.
1. Tujuan Mempelajari Komunikasi Lintas Budaya dilatarbelakangi dengan beberapa hal (Litvin,
1977)
Dunia semakin menyusut, memahami keanekaragaman semakin penting, karena dengan
„‟menyusutnya‟‟ dunia pertemuan orang-orang berlainan budaya sangat dimungkinkan.
Semua budaya berfungsi penting bagi penganut budayanya, tidak ada budaya yang tidak bernilai
bagi penganutnya.
Nilai-nilai setiap masyarakat “sebaik” nilai-nilai masyarakat lainnya, oleh karenanya memahami
nilai budaya lain sangat penting dilakukan saat berkomunikasi. Setiap individu atau
masyarakat berhak menggunakan nilai-nilai yang menjadi muatan budayanya.
Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya
mendasar yang berbeda dan patut dihormati.
Pemahaman atas nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk memahami nilai budaya lain.
Memperkecil kecurigaan dan rasa khawatir terhadap “ancaman” dari budaya lain.
Dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadiaan yang matang. Terampil dan
meningkatkan komunikasi monokultrural dan multikultural.
Adanya perbedaan kebudayaan menuntut kebutuhan komunikasi yang saling memahami.
Komunikasi yang efektif akan tercipta kalau ada pemahaman antar budaya.
2. Model Komunikasi Lintas Budaya
Keterangan skema antara budaya A atau B dengan budaya C :
Seorang komunikator akan melakukan komunikasi dengan budaya lain hendaknya komunikator
meninggalkan sejenak budayanya untuk berusaha menyesuaikan dengan budaya komunikan,
dengan demikian pada saat kita melakukan proses komunikasi kita sudah ada dalam suatu
budaya, satu pandangan, satu perspektif. Contoh : apabila ada orang Sumba yang dibesarkan
dalam budaya Sumba, lalu pergi
7merantau ke Jawa (Salatiga) untuk kuliah, meskipun dia sudah cukup lama berbaur dengan
budaya Jawa tetapi budaya Sumbanya tidak akan hilang.
Keterangan skema antara Budaya A dan budaya B :
Pada skema di atas terlihat perubahan antara budaya A dan budaya B lebih kecil dan jaraknya
pun lebih dekat dibandingkan dengan jarak dan perubahan budaya A atau budaya B dan budaya
C. Contoh : budaya orang Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat) banyak kemiripan
dan masing-masing hampir memiliki bentuk yang sangat sama jika digambarkan.
3. Komunikasi Lintas Budaya diEra Globalisasi
Beberapa ciri dari era globalisasi informasi :
Masyarakat global ditandai dengan semakin tingginya peradaban yang ditopang oleh keberadaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Globalisasi informasi menembus batas-batas budaya.
Kemajuan teknologi komunikasi memberikan kemudahan dan kecepatan dalam berhubungan
satu dengan yang lain, sehingga jarak tidak lagi menjadi kendala untuk dapat berkomunikasi.
Dengan semakin cepatnya arus informasi dan beragamnya media komunikasi mengantarkan kita
kepada tranformasi. Dengan munculnya masyarakat informasi, muncul pula ekonomi informasi.
John Naisbitt mengidentifikasi beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang perubahan
masyarakat industry kemasyarakat informasi, diantaranya :
Masyarakat informasi merupakan realitas ekonomi
Inovasi dibidang komnikasi dan teknologi computer akan menambah langkah perubahan dalam
penyebaran informasi dan percepatan informasi.
Teknologi informasi yang baru pertama kali diterapkan dalam tugas industry yang secara
perlahan melahirkan aktifitas dalam proses produksi yang baru.
Didalam masyarakat informasi, individu yang meinginkan kemampuan menulis dan membaca
yang lebih bagus, bias mendapatkan system pendidikan yang lebih bagus dari system yang
terdahulu.
Keberhasilan atau kegagalan teknologi komunikasi ditentukan oleh prinsip teknologi tinggi dan
sentuhan yang tinggi pula.
Perubahan gaya hidup (lifestyle). Teknologi yang semakin canggih memberi kemudahan dan
kebebasan kepada masyarakat untuk mengakses informasi apa saja yang ada.
Semakin tajamnya kesejangan atau gap antara negaraindustri dengan Negara berkembang.
8
C. Jenis-jenis konteks budaya komunikasi
Ada beberapa konteks komunikasi budaya di dunia ini. Masing-masing jenis harus kita ketahui
barang sedikit sehingga kita tidak terhindar dari konflik hanya karena salah menangkap makna
komunikasi dari orang yang mempunyai budaya komunikasi lain. Ada dua jenis budaya dalam
berkomunikasi, yaitu high culture context dan low culture context. Kedua jenis konteks
berkomunikasi tersebut dapat diterangkan sebagai berikut (Nishimura et al., 2009):
a. High Context Culture (budaya dengan konteks tinggi): budaya ini sangat bergantung pada
isyarat non-verbal dan halus dalam komunikasi. Apa yang disampaikan belum tentu maknanya
seperti yang terungkapkan. Dalam budaya Jawa, hal yang seperti ini sangat sering digunakan.
Orang berkomunikasi dengan sanepa, isyarat mata, bahasa tubuh, dan lain-lain.
b. Low Context Culture (budaya dengan konteks rendah): budaya yang ini sangat bergantung
pada kata-kata untuk menyampaikan makna dalam komunikasi. Apa yang disampaikan,
maknanya dengan dengan ucapan verbal. Oleh karena itu, biasanya orang dengan budaya seperti
ini akan betul-betul memperhatikan apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya.
Variasi komunikasi antar budaya
Komunikasi verbal : Dalam komunikasi verbal, pilihan kata yang digunakan dapat memengaruhi
baik tidaknya komunikasi kita. Meskipun disuatu daerah kata-kata yang digunakan dianggap
normal, ada kemungkinan ditempat lain kata-kata tersebut dianggap kurang sopan atau kasar,
sehingga ada kemungkinan akan menyebabkan ketersinggungan. Volume dan nada suara juga
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi kita. Volume suara yang keras bisa
menandakan ketegasan, yang lemah berarti kurang tegas. Nada suara tinggi secara umum
dianggap sedang marah dan lain sebagainya.
Non-verbal : tidak kalah menentukan dalam keberhasilan berkomunikasi adalah komunikasi non-
verbal. Pada saat kita berkomunikasi dengan orang lain harus diperhatikan: ruang pribadi
(beberapa kebudayaan tidak suka apabila kita berbicara terlalu dekat jaraknya, sementara yang
lain lebih suka kalau saling berdekatan), sentuhan (sentuhan di beberapa bagian tubuh
merupakan penghinaan bagi beberapa budaya, sentuhan antara lelaki dan perempuan juga harus
diperhatikan), ekspresi wajah (bisa menunjukkan emosi kita), kontak mata (orang-orang
berkebudayaan barat lebih menginginkan kita untuk menatap mata mereka apabila sedang
berbicara karena itu menunjukkan keseriusan kita), sikap tubuh (termasuk cara duduk, posisi
tangan ketika berbicara, dll).

9 Culture shock (gegar budaya)


Culture shock (gegar budaya) adalah satu hal yang juga perlu diperhatikan ketika seseorang,
termasuk dosen, akan melakukan studi lanjut ke luar negeri. Gegar budaya sering menjadi batu
sandungan seorang dosen ketika sedang melaksanakan tugas belajar di luar negeri. Culture shock
seringkali dianggap sebagai hal yang wajar bagi sebagian besar orang, namun hal tersebut tidak
boleh dianggap remeh karena dapat memicu timbulnya depresi akut bagi sebagian orang. Culture
shock sangat berkaitan dengan keadaan dimana ada kekhawatiran dan galau berlebih yang
dialami orang-orang yang menempati wilayah baru dan asing. Biasanya, orang yang mengalami
culture shock adalah mereka yang relatif labil dalam beradaptasi. Keadaan lingkungan yang
berbeda dengan yang biasanya terdapat di tanah air, seperti lingkungan rumah, jenis makanan
yang berbeda, suasana kampus dan perkuliahannya, pergaulan dengan orang-orang yang tidak
sesuai harapan dikenal menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya gejala culture shock.
Tahapan timbulnya culture shock, yaitu:
1. The honeymoon phase (fase bulan madu)
Dalam fase ini, orang yang sedang studi lanjut di luar negeri biasanya akan merasa bahagia
setibanya di negara yang baru, apalagi negara yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.
Biasanya, semua hal yang baru terasa menarik dan menyenangkan.
2. The crisis phase (fase krisis)
Dalam fase ini, perbedaan di negara baru mulai terasa tidak pas atau membosankan. Hal yang
tidak pas ini bias berupa makanannya (kesulitan mencari makanan yang sesuai dengan lidah,
kesulitan mencari bahan makanan yang halal, dll), bahasa yang susah dimengerti (terutama di
negara yang tidak berbahasa Inggris), pergaulan dengan lingkungan yang baru serta kebiasaan-
kebiasaan baru serta mulai kesepian karena jauh dengan kerabat. Dalam fase ini sering sekali
terjadi benturan-benturan seperti yang dianalogikan dengan dua gunung es bertabrakan di atas.
3. The adjustment phase (fase penyesuaian)
Fase ini sangat penting karena sukses tidaknya kita melewati masa gegar budaya tergantung dari
kemampuan kita untuk melakukan penyesuaian. Dalam fase ini, diharapkan dosen yang sedang
studi lanjut sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru dan mencari jalan
untuk melakukan penyesuaian.
4. Bi-cultural phase (fase dwi budaya)

10Setelah sukses melewati fase-fase sebelumnya, dosen yang studi lanjut di luar negeri akan
mengalami fase ini. Yang bersangkutan sudah bisa merasa nyaman hidup dengan dua
kebudayaan sekaligus (bias menyesuaikan). Meskipun demikian, harus ada keseimbangan antara
memahami kebudayaan asing tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
Karena gegar budaya ini adalah persoalan “non-teknis” yang dapat menghambat kesuksesan
seorang dosen melaksanakan studi lanjut di luar negeri, adalah penting untuk mengetahui
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai antisipasi atau meminimalisisr dampak gegar budaya.
Dari beberapa pengalaman, ada beberapa cara untuk mengatasi culture shock ini:
1. Menambah wawasan mengenai negara tujuan kuliah. Cara terbaik adalah dengan membaca
buku panduan tentang negara tujuan, bertanya kepada orang yang pernah tinggal di sana,
maupun browsing informasi di internet. Jangan pernah dibayangkan bahwa kehidupan di luar
negeri seperti yang kita lihat di film maupun di televise. Hal tersebut untuk menghindari
kekecewaan maupun kesalahpahaman karena apa yang kita bayangkan tidak sesuai dengan
kenyataan.
2. Mencari informasi mengenai budaya, kebiasaan hidup, olahraga yang populer di negara tujuan
hingga topik pembicaraaan sehari-hari serta bahasa tubuh yang biasa digunakan di negara
tersebut.
3. Setibanya di negara tujuan, segera berusaha mengenali kehidupan setempat dan ketahui
tempat-tempat penting seperti kantor pos, took makanan, dokter, dan kantor pelayanan
mahasiswa internasional. Jika ada sesuatu ada yang tidak berjalan sesuai rencana, harus berani
bertanya tentang keadaan dan adat di tempat baru. Dibiasakan untuk membaca koran lokal
sehingga tahu topik pembicaraan yang sedang hangat dan bisa didiskusikan. Hal ini dapat
membantu mempercepat penyesuaian pergaulan dengan lingkungan yang baru.
D. Contoh Kasus Komunikasi Lintas Budaya
Berikut ini merupakan contoh kasus komunikasi lintas budaya yang terjadi di beberapa daerah
sebagai berikut:
Di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai dengan tujuh ayunan,
melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Sedangkan di
Perancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali ayunan atau gerakan.

sumber:Silvia nitsuga
https://www.kompasiana.com/mreyhanvr/56d01579ad9273b50ff2cfcc/manusia-dan-komunikasi-
lintas-budaya-di-era-globalisasi?page=all
Manfaat mempelajari komunikasi lintas budaya, Litvin (1977) :

· Menyadari bias budaya sendiri.

· Lebih peka secara budaya.

· Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk
menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.

· Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.

· Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang.

· Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi
komunikasinya sendiri.

· Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana
dan makna bagi para anggotanya.

· Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam
budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.

· Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar


budaya.

· Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis,
dibandingkan, dan dipahami.

· Pengalaman-pengalaman antar budaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian.

· Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari


pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural.

· Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi,


namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau memudahkan.

4. Buatlah sebuah cerita interaksi manusia yang dikatakan komunikasi lintas budaya !

Jawab :

Contoh Kasus Pentingnya Komunikasi Lintas Budaya dalam dunia Bisnis

DISNEY IN FRANCE

Disney sebagai perusahaan yang mengembangkan konsep taman hiburan dalam bisnisnya telah berhasil
meraih keuntungan di Amerika Serikat dan Jepang. Langkah selanjutnya yang dilakukan Disney adalah
mencoba memasuki pasar Eropa, dalam hal ini Paris sebagai target utamanya. Mengapa Paris yang
dijadikan kota yang akan dibangun taman hiburan berikutnya? Mengapa tidak memilih kota yang lain?
Disney berargumen bahwa Paris dipilih karena beberapa alasan, pertama sekitar 17 juta orang eropa
tinggal kurang dari dua jam perjalanan menuju Paris, dan sekitar 310 juta dapat terbang ke Paris pada
waktu yang sama. Kedua, besarnya perhatian pemerintah kota paris yang menawarkan lebih dari satu
milyar dollar dalam berbagai insentif, dan ekspektasi bahwa proyek ini akan menciptakan 30000
lapangan pekerjaan.

Namun apa yang terjadi? Dalam pelaksanaanya Disney mengahadapi beberapa masalah antara lain
berupa boikot acara pembukaan oleh menteri kebudayaan Perancis, dan kegagalan Disney untuk
memperoleh target pengunjung yang datang dan pendapatan yang diharapakan. Mengapa bisa? Hal ini
disebabkan karena Disney kesalahan asumsi terhadap selera dan pilihan dari konsumen di Perancis. Ini
disebabkan karena perbedaan budaya, Disney menganggap pola budaya perusahaan yang telah berhasil
dijalankan di Amerika Serikat dan Jepang akan berhasil pula di Perancis, ternyata tidak. Sebagai contoh,
pertama, kebijakan Disney untuk tidak menyediakan minuman alkohol di taman hiburan, berakibat
buruk karena di Paris sudah menjadi kebiasaan untuk makan siang dengan segelas wine. Kedua asumsi
bahwa hari jumat akan lebih ramai dari hari minggu, ternyata berkebalikan. Ketiga, Disney tidak
menyediakan sarapan pagi berupa bacon dan telur seperti yang dinginkan oleh konsumen, tapi malah
menyediakan kopi dan Croissant.

Begitu juga dengan model kerja tim yang diterapkan, Disney mencoba menerapakan model kerja tim
yang serupa dilakukan di USA dan Jepang, yang tidak dapat diterima oleh karyawan Disney di Paris. Juga
kesalahan perkiraan Disney bahwa orang Eropa akan menghabiskan waktu lama di taman mereka,
ternyata keliru.

Kegagalan dan kesalahan pola budaya perusahaan yang dilakukan Disney di Paris, disebabkan oleh
adanya kesalahan penafsiran budaya. Disney beranggapan bahwa apa yang diterapakan dan sukses di
USA dan jepang akan sukses pula di Perancis. Disney seharusnya mengadakan riset dahulu tentang
bagaimana budaya orang Perancis agar pola budaya perusahaan dapat disesuaikan dengan kultur
setempat dan diterapkan di Perancis. Dan setelah Disney merubah strateginya yaitu dengan merubah
nama perusahaannya menjadi Disney Land Paris, merubah makanan dan pakaian yang ditawarkan
sesuai pola budaya setempat, harga tiket dipotong sepertiganya, terbukti jumlah pengunjung Disney di
Paris mengalami kenaikan.

5. Sebutkan peran komunikasi lintas budaya dalam pembangunan !

Jawab :

Dalam karyanya, Schram (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial
dalam rangka pembangunan nasional, yaitu :

1. Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan nasional,agar mereka


memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan,kesempatan dan cara mengadakan perubahan,
sarana-sarana perubahan, danmembangkitkan aspirasi nasional.

2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secaraaktif dalam proses
pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkansemua pihak yang membuat keputusan
mengenai perubahan, memberikesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin
danmendengarkan pendapat rakyat kecil, dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari
bawah ke atas.

3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, sejak orang dewasa,hingga anak-anak, sejak
pelajaran baca tulis, hingga keterampilan teknis yangmengubah hidup masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai