PROSES KOMUNIKASI
Namun Terdapat tiga kajian yang menjadi awal mula kegiatan komunikasi, yakni:
●Retorika
●Publizistik Wissenschaf ●Communication Science
RETORIKA Awal
Pada abad ke-5 SM untuk pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan
manusia sebagai fenomena sosial. Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani “Rhetorike” yang
di kembangkan di Yunani Purba
Akhirnya: Kemudian pada abad-abad berikutnya dimekarkan di Romawi dengan nama bahasa
latin “Rhetorika” (dalam bahasa Inggris Rhetoric dan dalam bahasa Indonesia Retorika).
PUBLIZISTIK WISSENSCHAFT
1. Definisi
Ilmu ini mengkaji pernyataan manusia yang secara lisan dan tatap muka baik dalam bentuk
dialog antar dua orang maupun dalam bentuk sekelompok hadirin
2. 100-44 SM
Kegiatan Publizistik Wissenschaft awal mulanya terjadi ketika Gaius Julius Caisar
3. Acta Diurna
Kaisar Romawi yang termahsyur ini mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan senat
setiap hari di umumkan kepada masyarakat dengan cara ditempel pada papan pengumuman
yang dinamakan Acta Diurna.
4.Cikal Bakal Jurnalistik
Kegiatan pemberitaan melalui Acta Diurna ini merupakan cikal bakal yang sekarang ini
dikenal sebagai kegiatan jurnalistik
Komunikasi
Jika retorika sebagai ilmu pertama pernyataan manusia yang berkembang di Yunani dan
Romawi yang kemudian berkembang menuju kearah Jerman yang menjadi Publizistik
Wissenschaft dan terkakhir berkembang hingga Amerika Serikat yang di sebut sebagai
Communication Science atau Ilmu Komunikasi.
Awal mula
Ilmu Komunikasi di Amerika berkembang dari aspek persurat kabaran yakni Jurnalisme lalu
pada tahun 1903 Joseph Pulitzer membuat School of Jurnalism, hal ini mendapat tanggapan
positif dari Charles Eliot (Rektor Harvard) dan Nicholas Murray Butler (Rektor Columbia
University).
1. Harold Lasswell
2. Kurt Lewin
3. Paul Lazarsfeld
4. Carl Hovland
5. Willbur Schramm
PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan
pendapat oleh pakar komunikasi.
Terdapat dua belas prinsip-prinsip komunikasi yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana.
3.
Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimesi Hubungan
Dimensi isi disampaikan secara verbal (kata-kata) dan dimensi hubungan disampaikan secara
non verbal.
Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) tentang apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakan, mengisyarakatkan, hubungan antara
komunikator dan komunikan serta bagaimana seharusnya pesan itu disampaikan.
Kesengajaan bukannlah syarat untuk terjadinya komunikasi, walau kita sama sekali tidak
bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, namun perilaku kita potensial
ditafsirkan orang lain.
Walau prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat, akan tetapi kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.
Jika semua perilaku manusia itu bersifat acak, tanpa diduga, maka hidup akan sulit.
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi,
yang identik dengan penyandian balik dalam proses komunikasi.
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat maka tidak mungkin kita
berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih atau mengabaikan
suatu pesan.
DEFINISI PERSEPSI
Berikut adalah beberapa definisi persepsi:
•Rudolph F. Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi.”
•Kenneth K. Sereno & Edward M. Bodaken: “Persepsi adalah sarana yang
memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita.”
•Philip Goodcare & Jennifer Follers: “Persepsi adalah proses mental yang digunakan
untuk menilai rangsangan.”
•Joseph A. DeVito: “Persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indra kita.”
Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (indra peraba, penglihat,
penciuman, pengecap, dan pendengar), atensi (Perhatian terhadap kejadian atau
rangsangan) dan interpretasi.
Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua: Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepsi terhadap manusia (persepsi sosial).
Kebanyakan objek tidak mempersepsi anda ketika anda mempersepsi objek tersebut. Akan
tetapi manusia mempersepsi anda ketika anda mempersepsi mereka, dengan kata lain
persepsi terhadap manusia bersifat interaktif.
•Objek tidak bereaksi (status) sedangkan manusia bereaksi (dinamis). Oleh karena itu
persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, dan persepsi terhadap
manusia lebih berisiko.
Persepsi Sosial atau persepsi terhadap manusia adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian yang kita alami dilingkungan kita.
Manusia bersifat emosional sehingga penilaian terhadap manusia mengandung resiko.
Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya.
Terdapat beberapa prinsip mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas persepsi
sosial ini, yaitu:
•Persepsi berdasarkan pengalaman
•Persepsi bersifat selektif
•Persepsi bersifat dugaan
•Persepsi bersifat evaluatif
•Persepsi bersifat kontekstual
Persepsi ini berdasarkan pola-pola perilaku manusia mengenai realitas (sosial) yang telah
dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka
berdasarkan pengalaman (pembelajaran) seseorang.
Cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang baik buat kita, cara kita makan dan menilai
makanan yang baik buat kita, mengukur kecantikan atau ketampanan seseorang, bereaksi
terhadap ular, merespon kuburan, dan lain sebagainya sangat bergantung pada apa yang
telah diajarkan budaya kita mengenail hal-hal itu.
Faktor Internal: faktor-faktor yang dipengaruhi oleh faktor biologis (lapar, haus, dan
sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, dan lain-lain), faktor-faktor
sosial budaya (agama, gender, status sosial, pengalaman masa lalu), dan faktor
psikologis (keinginan, kemauan, motivasi, pengharapan, kemarahan, dan lain-lain).
Semakin besar perbedaan pada aspek ini pada individu maka semakin besar perbedaan
persepsi mereka mengenai realitas.
Faktor eksternal: dipengaruhi oleh atribut-atribut objek yang di persepsi, seperti, gerakan,
intensitas, kontras, kebaruan dan perulangan objek yang dipersepsi.
Suatu objek yang bergerak, lebih menarik perhatian daripada yang diam. suatu objek yang
penampilannya lain daripada yang lain (kontras/unik) akan menarik perhatian. Suatu objek
yang dengan kebaruan dan peristiwa yang berulang akan lebih kita perhatikan.
Bila anda tidak kritis menggunakan seperangkat pengharapan dari situasi ke situasi lainnya,
maka anda akan mengalami kesulitan berkomunikasi.
Kebanyakan orang menjalani hari-hari mereka dengan perasaan bahwa apa yang mereka
persepsi adalah nyata. Mereka pikir bahwa menerima pesan dan menafsirkannya sebagai
proses alamiah. Namun, harus ada evaluasi terhadap hal tersebut. Hal tersebut kadang-
kadang terjadi karena alat indra dan persepsi menipu kita sehingga kita ragu mengenai
realitas sebenarnya.