Anda di halaman 1dari 7

1.

PROSES KOMUNIKASI

Proses komunikasi ditinjau dari beberapa prespektif yakni:


Proses komunikasi dari prespektif psikologis
Proses komunikasi dari prespektif mekanistis
Proses komunikasi dari prespektif linier
Proses komunikasi dari prespektif sirkular

PROSES KOMUNIKASI DARI PRESPEKTIF PSIKOLOGIS


Proses komunikasi dari prespektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan.
●Dalam diri komunikator pikiran dan bahasa komunikasi disebut encoding berupa pesan
yang kemudian di transmisikan atau dioper kepada komunikan.
●Sedangkan komunikan proses dalam dirinya disebut decoding yang merupakan penerimaan
pesan dari si komunikator.

PROSES KOMUNIKASI DARI


PRESPEKTIF MEKANISTIS
Secara primer proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang (simbol) sebagai media atau
saluran. Lambang ini dibagi dua yaitu, verbal dan non verbal. Secara sekunder proses
komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator pada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebaqai media kedua setelah lambang sebagai
media pertama.

PROSES KOMUNIKASI DARI PRESPEKTIF LINEAR


Istilah linear mengandung makna lurus, jadi linear berarti perjalanan dari satu titik ke satu
titik secara lurus. Komunikasi linear ini berlangsung baik secara tatap muka maupun
komunikasi bermedia.

Pada umumnya komunikasi linear berlangsung pada komunikasi bermedia, kecuali


komunikasi melalui media telepon.

PROSES KOMUNIKASI DARI PRESPEKTIF SIRKULAR


Secara harfiah, sirkular berarti bulat, bundar, atau keliling. Dalam konteks komunikasi yang
dimaksudkan dengan proses sirkular adalah terjadinya feedback atau efek.

2. PERKEMBANGAN ILMU KOMUNIKASI


Sekitar tahun 500 SM fenomena sosial seperti pengungkapan fikiran dan
perasaan manusia (dapat berupa ide/gagasan, informasi, permohonan, saran,
dan lain lain) belum ada yang menelaahnya dan belum ada ilmu yang
memperlajari hal tersebut.

Namun Terdapat tiga kajian yang menjadi awal mula kegiatan komunikasi, yakni:
●Retorika
●Publizistik Wissenschaf ●Communication Science

RETORIKA Awal
Pada abad ke-5 SM untuk pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan
manusia sebagai fenomena sosial. Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani “Rhetorike” yang
di kembangkan di Yunani Purba
Akhirnya: Kemudian pada abad-abad berikutnya dimekarkan di Romawi dengan nama bahasa
latin “Rhetorika” (dalam bahasa Inggris Rhetoric dan dalam bahasa Indonesia Retorika).

PUBLIZISTIK WISSENSCHAFT
1. Definisi
Ilmu ini mengkaji pernyataan manusia yang secara lisan dan tatap muka baik dalam bentuk
dialog antar dua orang maupun dalam bentuk sekelompok hadirin
2. 100-44 SM
Kegiatan Publizistik Wissenschaft awal mulanya terjadi ketika Gaius Julius Caisar
3. Acta Diurna
Kaisar Romawi yang termahsyur ini mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan senat
setiap hari di umumkan kepada masyarakat dengan cara ditempel pada papan pengumuman
yang dinamakan Acta Diurna.
4.Cikal Bakal Jurnalistik
Kegiatan pemberitaan melalui Acta Diurna ini merupakan cikal bakal yang sekarang ini
dikenal sebagai kegiatan jurnalistik

Komunikasi
Jika retorika sebagai ilmu pertama pernyataan manusia yang berkembang di Yunani dan
Romawi yang kemudian berkembang menuju kearah Jerman yang menjadi Publizistik
Wissenschaft dan terkakhir berkembang hingga Amerika Serikat yang di sebut sebagai
Communication Science atau Ilmu Komunikasi.

Awal mula
Ilmu Komunikasi di Amerika berkembang dari aspek persurat kabaran yakni Jurnalisme lalu
pada tahun 1903 Joseph Pulitzer membuat School of Jurnalism, hal ini mendapat tanggapan
positif dari Charles Eliot (Rektor Harvard) dan Nicholas Murray Butler (Rektor Columbia
University).

PERINTIS DAN BAPAK ILMU KOMUNIKASI

1. Harold Lasswell
2. Kurt Lewin
3. Paul Lazarsfeld
4. Carl Hovland
5. Willbur Schramm

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Seperti fungsi dan definisi komunikasi, prinsip-prinsip komunikasi juga diuraikan dengan
pendapat oleh pakar komunikasi.

Terdapat dua belas prinsip-prinsip komunikasi yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana.

1. Komunikasi adalah Proses Simbolik


Simbolisasi atau penggunaan lambang menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia.
Lambang atau simbol dapat merupakan kata-kata, ikon, perilaku/tindakan/gejala, ekspresi
wajah, dan objek yang maknanya disepakati bersama.
Contoh:
•Memasang bendera merah putih sebagai bentuk peghormatan atau kecintaan pada negara.
•Rambu-rambu lalu lintas di jalan
•Mengantuk tanda bosan atau lelah, dan lain-lain.

Lambang memiliki beberapa sifat, sepert:


•Lambang bersifat sembarang, manasuka atau sewenang-wenang (bergantung pada
kesepakatan bersama).
•Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang memberi makna pada
lambang.
•Lambang itu bervariasi (dari suatu budaya ke budaya yang lain, dari suatu tempat ke tempat
lain, dari suatu konteks waktu ke konteks waktu yang lain).

2. Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi


Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We Cannot not communication). Namun, tidak berarti
bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Hal ini menjadi komunikasi bila seseorang
memberikan makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Cobalah minta seseorang untuk tidak berkomunikasi, dan amati. Apa yang akan terjadi?

3.
Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimesi Hubungan
Dimensi isi disampaikan secara verbal (kata-kata) dan dimensi hubungan disampaikan secara
non verbal.

Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) tentang apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakan, mengisyarakatkan, hubungan antara
komunikator dan komunikan serta bagaimana seharusnya pesan itu disampaikan.

Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan


Komunikasi dilakukan dari yang tidak sengaja sama sekali (misalnya melamun
memperhatikan orang-orang) sampai komunikasi yang benar-benar direncanakan dan
disadari.

Kesengajaan bukannlah syarat untuk terjadinya komunikasi, walau kita sama sekali tidak
bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, namun perilaku kita potensial
ditafsirkan orang lain.

Kadang-Kadang komunikasi yang sengaja dibuat tampak tidak sengaja.

5. Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu


•Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu,
intensitas cahaya, dan lain-lain)
•Waktu (pagi, siang, sore, malam)

6. Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi


Ketika berkomunikasi, kita akan memprediksi efek dari komunikasi tersebut. Artinya kita
sudah memilih strategi bagaimana kita berkomunikasi dan bagaimana orang tersebut akan
merespon.

Walau prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat, akan tetapi kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.

Jika semua perilaku manusia itu bersifat acak, tanpa diduga, maka hidup akan sulit.

PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi,
yang identik dengan penyandian balik dalam proses komunikasi.

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat maka tidak mungkin kita
berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih atau mengabaikan
suatu pesan.

DEFINISI PERSEPSI
Berikut adalah beberapa definisi persepsi:
•Rudolph F. Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi.”
•Kenneth K. Sereno & Edward M. Bodaken: “Persepsi adalah sarana yang
memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita.”
•Philip Goodcare & Jennifer Follers: “Persepsi adalah proses mental yang digunakan
untuk menilai rangsangan.”
•Joseph A. DeVito: “Persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indra kita.”

Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra kita (indra peraba, penglihat,
penciuman, pengecap, dan pendengar), atensi (Perhatian terhadap kejadian atau
rangsangan) dan interpretasi.

Persepsi manusia sebenarnya terbagi dua: Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan
persepsi terhadap manusia (persepsi sosial).

PERBEDAAN PERSEPSI OBJEK (LINGKUNGAN FISIK) DAN PERSEPSI MANUSIA


(SOSIAL)
•Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik sedangkan persepsi manusia
melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Manusia lebih aktif daripada
kebanyakan objek dan lebih sulit diprediksi.
•Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan manusia menanggapi sifat-
sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan dan sebagainya).

Kebanyakan objek tidak mempersepsi anda ketika anda mempersepsi objek tersebut. Akan
tetapi manusia mempersepsi anda ketika anda mempersepsi mereka, dengan kata lain
persepsi terhadap manusia bersifat interaktif.
•Objek tidak bereaksi (status) sedangkan manusia bereaksi (dinamis). Oleh karena itu
persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu, dan persepsi terhadap
manusia lebih berisiko.

Persepsi Sosial atau persepsi terhadap manusia adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian yang kita alami dilingkungan kita.
Manusia bersifat emosional sehingga penilaian terhadap manusia mengandung resiko.
Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya.

Terdapat beberapa prinsip mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas persepsi
sosial ini, yaitu:
•Persepsi berdasarkan pengalaman
•Persepsi bersifat selektif
•Persepsi bersifat dugaan
•Persepsi bersifat evaluatif
•Persepsi bersifat kontekstual

PERSEPSI BERDASARKAN PENGALAMAN

Persepsi ini berdasarkan pola-pola perilaku manusia mengenai realitas (sosial) yang telah
dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka
berdasarkan pengalaman (pembelajaran) seseorang.

Cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang baik buat kita, cara kita makan dan menilai
makanan yang baik buat kita, mengukur kecantikan atau ketampanan seseorang, bereaksi
terhadap ular, merespon kuburan, dan lain sebagainya sangat bergantung pada apa yang
telah diajarkan budaya kita mengenail hal-hal itu.

PERSEPSI BERSIFAT SELEKTIF

Faktor Internal: faktor-faktor yang dipengaruhi oleh faktor biologis (lapar, haus, dan
sebagainya), faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, dan lain-lain), faktor-faktor
sosial budaya (agama, gender, status sosial, pengalaman masa lalu), dan faktor
psikologis (keinginan, kemauan, motivasi, pengharapan, kemarahan, dan lain-lain).
Semakin besar perbedaan pada aspek ini pada individu maka semakin besar perbedaan
persepsi mereka mengenai realitas.

Faktor eksternal: dipengaruhi oleh atribut-atribut objek yang di persepsi, seperti, gerakan,
intensitas, kontras, kebaruan dan perulangan objek yang dipersepsi.

Suatu objek yang bergerak, lebih menarik perhatian daripada yang diam. suatu objek yang
penampilannya lain daripada yang lain (kontras/unik) akan menarik perhatian. Suatu objek
yang dengan kebaruan dan peristiwa yang berulang akan lebih kita perhatikan.

PERSEPSI BERSIFAT DUGAAN


Proses persepsi yang bersifat dugaan diperoleh karena informasi mengenai objek terhadap
penginderaan kita tidak pernah lengkap. Oleh karena informasi tidak lengkap, maka dugaan
diperlukan untuk membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap tersebut.

Bila anda tidak kritis menggunakan seperangkat pengharapan dari situasi ke situasi lainnya,
maka anda akan mengalami kesulitan berkomunikasi.

PERSEPSI BERSIFAT EVALUATIF

Kebanyakan orang menjalani hari-hari mereka dengan perasaan bahwa apa yang mereka
persepsi adalah nyata. Mereka pikir bahwa menerima pesan dan menafsirkannya sebagai
proses alamiah. Namun, harus ada evaluasi terhadap hal tersebut. Hal tersebut kadang-
kadang terjadi karena alat indra dan persepsi menipu kita sehingga kita ragu mengenai
realitas sebenarnya.

PERSEPSI BERSIFAT KONTEKSTUAL

Terdapat dua prinsip persepsi bersifat kontekstual ini, yaitu:


•Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan
kelengkapan.
•Kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian terdiri dari objek dan
latarbelakangnya

Anda mungkin juga menyukai