Anda di halaman 1dari 25

PUBLIC SPEAKING Pertemuan 3

Pendahuluan
Buku Materi Pokok: Public Speaking Edisi 1; Djoenaesih S. Soenarjo & Rajiyem; Universitas Terbuka
- Pertemuan 1: Sejarah dan Perkembanga Retorika - Pertemuan 2: Proses dan Komponen dalam Komunikasi - Pertemuan 3: Teori Komunikasi dalam Public Speaking - Pertemuan 4: Media Massa - Pertemuan 5: Khayalak Public Speaking & Persiapan Presentasi - Pertemuan 6: Alat Bantu Presentasi - Pertemuan 7: Penulisan Naskah Presentasi - Pertemuan 8: Evaluasi Public Speaking

Metode Pembelajaran : Tutorial Online dan Tatap Muka Komponen Penilaian :


Tugas 1, 2, 3 Partisipasi (Keaktifan)

KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL


A. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan. 2 jenis komunikasi verbal: 1. Komunikasi lisan: proses dimana pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima 2. Komunikasi tulisan: Penyampaian informasi melalui simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau tempat lain yang sekiranya dapat dibaca Kata Merupakan unsur dasar bahasa sehingga ia merupakan simbol verbal. Simbol didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Menurut Ferdinand de Saussure, bahasa adalah sistem tanda yang mengekspresikan gagasan dan untuk itu dapat disamakan dengan sistem penulisan alfabet bisu tuli, ritus simbolik, bentuk-bentuk kesopanan, simbol, dll.

Menurut Kertopati, bahasa adalah: 1. Secara luas: alat bagi manusia di dalam menyatakan perasaan, pikiran, pendapat, keinginan, dan sebagainya dengna memberikan tanda-tanda yang terang dan dapat diartikan 2. Secara sempit: susunan kata yang teratur yang diucapkan atau ditulis dan mempunyai arti atau maksud tertentu
Permasalahan Bahasa: bahasa abstrak (ketidakjelasan kata-kata yang digunakan), inferensi (simpulan atau penilaian atau asumsi), dikotomi (kata-kata yang bertolak belakang), Eufemisme (istilah yang lebih halus), Bahasa Ekuivokal (memiliki dua atau lebih interpretasi) Makna Ada dua pengertian mengenai makna, yakni: 1. Denotasi: merujuk pada asosiasi primer yang dimiliki sebuah kata bagi kebanyakan anggota suatu masyarakat linguistik tertentu. Kata-kata sebagaimana tercantum di kamus dan diterima masyarakat umum. 2. Konotasi: merujuk pada asosiasi sekunder yang dimiliki sebuah kata baig seorang atau lebih anggota masyarakat. Mengandung makna emosional atau evaluatif disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang.

B. Komunikasi Nonverbal
Arti harafiahnya adalah komunikasi tanpa kata. Berdasarkan verbal/nonverbal dan vokal/nonvokal, komunikasi dibagi menjadi empat kategori oleh Steward & DAngelo: Komunikasi verbal/vokal: komunikasi melalui kata yang diucapkan Komunikasi verbal/nonvokal: kata-kata digunakan tapi tidak diucapkan Komunikasi nonverbal/vokal: vokal berupa vokalisasi, contoh: gerutuan Komunikasi nonverbal/nonvorkal: hanya menunjukkan sikap atau penampilan

1. 2. 3. 4.

I. Fungsi Informasi nonverbal a. Menggantikan pesan verbal. Lebih mudah ditafsirkan karena budaya kita melengkapi dengan sikap dan ekspresi yang setara dengan pesan verbal singkat tertentu. b. Menguatkan pesan verbal. Makna yang dihasilkan cepat dan mudah dalam meningkatkan pemahaman c. Memiliki pengaruh yang lebih besar daripada informasi verbal. Jika penerima menangkap dua stimuli yang tidak sesuai, lebih cenderung mempercayai pesan nonverbal.

II. Isyarat-isyarat Nonverbal


a. Isyarat spasial dan temporal 1. Proksemik: bahasa jarak atau orang dikembangkan oleh Edward T Hall:

2. Ruang pribadi dikemukakan oleh Sommer: suatu wilayah dengan batas-batas tidak kelihatan yang melingkupi tubuh manusia sehingga tidak ada orang yang memasukinya. 3. Orientasi: sudut badan anda ketika anda berinteraksi dengan orang lain akan mencerminkan sifat hubungan diantara anda. 90 derajat = memudahkan percakapan, orientasi berhadapan cenderung mengarah pada perilaku bersaing, duduk bersebelahan sering dianggap menunjukkan kerjasama.

4. Kronemik: mempelajari bagaimana manusia berkomunikasi melalu penggunaan waktu. Hal ini membedakan konsep waktu menjadi: Monokronik (satu waktu untuk satu kegiatan) dan Polikronik (orang-orang mengerjakan berbagai kegiatan dalam waktu bersamaan) b. Isyarat-isyarat Visual Kinesik merupakan kajian mengenai gerakan tubuh dalam komunikasi, termasuk gerakan kepala dan wajah (menurut Ray Bridhwhistell)

1. Ekspresi wajah dan kontak mata. Ekspresi wajah berlaku universal dan khas dalam suatu budaya.

Kontak mata memiliki aturan tidak tertulis sebagai berikut: a. Orang yang memandang dapat mengundang interaksi dengan cara menatap orang lain. b. Lebih banyank kontak mata dengan sesama teman daripada orang lain c. kontak mata oleh lawan bicara dianggap lebih perhatian, dapat dipercaya dan sungguh-sungguh d. Pandangan yang sebentar, singkat selama percakapan dan diganti dengan tatapan yang lama ditafsirkan sebagai makna bahwa tugas kurang pending dibanding hubungan pribadi
2. Gerakan Tubuh. Menurut Scheflen, pola bercumbu nonverbal adalah sebagai berikut: a. Tanda siap bercumbu: merapikan rambut, meluruskan dasi, dsb b. Penempatan merupakan sumber isyarat lainnya mengenai daya tarik antarpersona. Berhadapan dan mencondongkan tubuh c. Tindakan memikat, tatapan dan memiringkan kepala 3. Isyarat Tangan. Desmond Morris dan kawan-kawan mengidentifikasi 20 isyarat penting yang digunakan di Eropa, diantaranya: mencium ujung jari, jari-jari disilangkan, jempol disentuhkan ke hidung, jari tangan dikuncupkan, pipi digerakkan, alis diangkat, lengan ditekut, lesan diusap, dsb.

4. Haptika: kajian bagaimana kita menggunakan sentuhan untuk berkomunikasi. Fungsi Sentuhan: berperan dalam pemeliharaan dan perawatan, menunjukkan hubungan profesional, sosial, persahabatan, keakraban, rangsangan seksual. c. Penampilan fisik dan penggunaan objek Objektika: kajian tentang bagaimana kita memilih dan memanfaatkan objek fisik dalam komunikasi nonverbal. Cara kita berpakaian, berdandan, memilih menu makanan, musik, iflm, mobil, kosmetik, dsb, hal ini mempengaruhi cara orang lain memandang kita. d. Isyarat-isyarat vokal Paralinguistik mengkaji fenomena vokal. Paralinguistik memiliki 2 komponen: 1. Kualitas suara: nada suara, rentang suara, resonansi, pengendalian bibir dan pengendalian artikulasi 2. Vokalisasi atau bunyi tanpa struktur bahasa, seperti tangisan dan umpatan (komponen-komponen ini jika diperinci termasuk: volume, kecepatan dan kefasihan, nada suara, dan kualitas suara)

C. Teori Komunikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal berarti proses komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat, tanda-tanda, simbol, bukan menggunakan bahasa lisan ataupun tulisan, yaitu: 1. Kinesik: studi yang mempelajari gerakan-gerakan anggota tubuh. Perilaku nonverbal yang termasuk kinesik ialah sbb: Emblem (melukiskan makna bagi kelompok sosial), ilustrator (gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu), adaptor (gerakan anggota tubuh yang spesifik pada seseorang), regulator (mengarahkan, mengawasi, dan mengkoordinasi interaksi), affect display (perilaku yang langsung menggambarkan perasaan dan emosi). 2. Proksemik: Studi yang mempelajari posisi tubuh dan jarak tubuh (ruang antartubuh), yaitu: Visual code (kontak mata dengna jangkauan langsung atau tidak ada kontak sama sekali), Thermal code (keakraban pembicara dengan khalayak), voice loudness (kekuatan suara waktu berbicara dihubungkan secara langsung dengan jarak). 1. Paralinguistik: studi mengenai penggunaan suara dan vokalisasi. Yang perlu diperhatikan adalah kualitas suara (tinggi rendah, tekanan, dan irama) dan ciri-ciri vokal (jelas tidaknya ketika mengucapkan sesuatu kata atau frase.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. Pengertian Komunikasi Interpersonal

1. Ciri-ciri Komunikasi Antarpribadi a. Menurut Reardon: Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong, berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja, kerap kali berbalas-balasa, mempersyaratkan adanya hubungan antarpribadi (sedikitnya dua orang), suasana yang bebas, bervariasi, dan saling mempengaruhi.

b. Menurut Joseph A. DeVito: Keterbukaan/openness (masing-masing saling terbuka satu sama lain), empati (memposisikan diri pada peranan orang lain), dukungan (komunikasi antarpribadi dapat digunakan untuk mendapatkan dorongan maupun dukungan dari orang lain), rasa positif (untuk menciptakan citra dirinya), Kesamaan (kesamaan dalam memandang sesuatu dalam memposisikan dirinya bagi komunikan dan komunikator) c. Menurut Everett M. Rogers: Arus pesan yang cenderung dua arah, konteks komunikasinya tatap muka, tingkat umpan balik yang terjadi tinggi, kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi, kecepatan jangkauan terhadap audiens yang besar relatif lambat, efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. d. Menurut Barlund: terjadi secara spontan, tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur, terjadi secara kebetulan, tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu, identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas dan bisa terjadi hanya sambil lalu saja.

2. Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal, dijabarkan sbb: a. Melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal b. Melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan c. Dinamis d. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi, yakni pernyataan yang satu harus berkaitan dengan pernyataan lain sebelumnya e. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik f. Komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan dan tindakan g. Melibatkan didalamnya bidang persuasif

B. Pesan Dalam Komunikasi Antarpribadi


1. Isi pesan yang disampaikan dapat berupa hal-hal berikut: a. Informaitonal message: pesan yang mengandung informasi b. Instructional message: pesan yang mengandung perintah c. Motivaitonal message: pesan yang berusaha mendorong atau memberi motivasi

2. Cara menyusun pesan dapat dilakukan dengan cara berikut: a. Pesan harus dirancang sehingga dapat menarik perhatian komunikan b. Menggunakan lambang-lambang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti c. Membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberika tanggapan yang dikehendaki 3. Tujuan Komunikasi Interpersonal a. To secure understanding: memastikan bahwa si penerima pesan mengerti pesan yang diterimanya b. To establish acceptance: setelah mengerti dan menerima pesan tersebut maka penerimaan itu harus dibina, yaitu dijaga kesinambungannya sampai tujuan komunikator tercapai c. To motivate action: Komunikator mendorong atau memberi motivasi kepada komunikan untuk melakukan yang diinginkannya.

C. Komunikasi Interpersonal Sebagai Proses Transaksional Komunikasi antarpribadi (interpersonal) paling sedikit melibatkan dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, dan pikiran serta perilaku yang khas dan berbeda-beda. Dengan kata lain para pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasa, dan sebagaimnya. Pertukaran informasi ini disebut dengan proses transaksional

1. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal a. Tahap pembentukan hubungan interpersonal. Menurut Charles R. Berger, informasi pada tahap perkenalan dikelompokkan dalam 7 kategori: informasi demografis, sikap dan pendapat tentang objek atau orang, rencana yang akan datang, kepribadian, perilaku pada masa lalu, orang lain, hobi dan minat. Pembentukan hubungan interpersonal ini akan terjadi jika didukung faktor-faktor: percaya, sikap suportif dan sikap terbuka b. Peneguhan hubungan interpersonal: 4 faktor penting untuk memelihara hubungan interpersonal yakni keakraban, kontrol, renspons yang tepat dan nada emosional yang tepat

c. Pemutusan hubungan interpersonal. Jika 4 faktor diatas tidak ada maka hubungan interpersonal akan berakhir. 5 sumber konflik: kompetisi, dominasi, kegagalan, provokasi, dan perbedaan nilai. 2. Hambatan-hambatan dalam komunikasi interpersonal a. Situasi: situasi komunikasi bisa menghambat jalannya proses komunikasi yang dapat diduga sebelumnya, dan dapat juga datang tiba-tiba ada saat komunikasi dilancarkan b. Kondisi: state of personality komunikan yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan 3. Model komunikasi interpersonal Bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain digambarkan sebagai jendela yang disebut dengan Jendela Johari. Model ini merupakan penjelasan lebih detail dari salah satu teori komunikasi antarpribadi, yakni sef disclosure

Jendela Johari terdiri dari 4 bingkai. Setiap bingkai menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. a. Bingkai I, menunjukkan orang yang terbuka terhadap orang lain. Keterbukaan ini disebabkan dua pihak sama-sama mengetahui informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dl. Bingkai paling ideal. b. Bingkai 2, adalah bidang buta, yakni orang tidak mengetahui banyak hal tentang dirinya sendiri, namun orang lain mengetahui banyak hal tentang dirinya itu c. Bingkai 3, bidang tersembunyi, yakni menunjukkan bahwa berbagai hal diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain d. Bingkai 4, bidah tidak dikenal ialah menunjukkan berbagai keadaan tidak diketaui oleh diri sendiri maupun orang lain. D. Umpan balik dalam komunikasi antarpribadi Umpan balik sangat bermanfaat dalam interaksi antarpersonal karena dapat memberikan masukan bagi seseorang tentang pendapat, sikap atau perilakunya. Meningkatkan intensitas hubungan antarpersonal, tetapi umpan balik yang negatif dapat berakibat sebaliknya.

Pemberian umpan balik dalam komunikasi antarpribadi harus memperhatikan hal-hal berikut ini (menurut Johnson, 1993): 1. Umpan balik ditekankan pada perilaku seseorang bukan pada kepribadiannya 2. Umpan balik diumngkapkan dalam bentuk deskripsi bukan penilaian 3. Umpan balik ditekankan pada situasi yang spesifik daripada perilaku yang abstrak 4. Umpan balik diberikan sesegara mungkin sehingga oran gtersebut langsung mengerti 5. Umpan balik bersifat membagi perasaan dan persepsi bukan nasihat 6. Jangan memaksakan umpan balik untuk dapat diterima dan dilaksanakan oleh orang bersangkutan 7. Jangan berlebihan memberikan umpan balik 8. Berikan umpan balik pada oran gyang kemungkinan mau berubah, baik pendapat, sikap, maupun perilakunya

ETOS KOMUNIKATOR DAN TEORI HUMOR


A. Etos Komunikator Apa yang dikatakan adalah penting, tetapi siapa yang mengatakan juga tak kalah pentingnya. Seorang komunikator pasti menjadi pusat perhatian audiens. Unsur penting efektivitas suatu pesan: Keterampilan, ketepatan argumentasi dan penampilan yang meyakinkan Faktor-faktor yang harus diperhatikan berkaitan dengan karakteristik seorang komunikator: 1. Kepribadian: (a) memiliki dasar pendidikan yang cukup dan pengetahuan yang luas, (b) Cara dan bentuk pergaulannya sesuai dengna tingkat orangorang yang dihadapinya, (c) Memperhatikan penampilannya sederhana, tetapi menarik dan asli, (d) Memperhatikan sopan santun, (e) Jujur dalam tutur kata dan tingkah laku, (f) Bersemangat dan mampu memberi semangat

Menurut Herbert C. Kelman, pengaruh komunikasi pada orang lain berupa: a. Internalisasi: Terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya b. Identifikasi: Terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku ini berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan dengan orang atau kelompok itu c. Ketundukan: Terjadi bila individu menerima pengaruh dari oran glain atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok tersebut. 2. Faktor Logos, Patos, Etos dan Retorika a. Logos: daya tarik logis berdasarkan pemikiran yang mantap b. Patos: menunjukkan imbauan emosional. Dapat dilihat dari pemilihan kalimat yagn bervariasi, gaya pengucapan c. Etos: merupakan sumber kredibilitas komunikator yang berhubungan dengan kemampuannya. Bradley menyebutkan sumber sumber etos: kompetensi, dapat dipercaya, kesamaan, daya tarik, ketulusan

McCorskey menemukan dimensi utama etos, yaitu: 1. Keotoritatifan, yakni keahlian yang menunjukkan bagaimana pembicara dipersepsi berkenaan dengan subjek-subjek yang disajikannya 2. Karakter atau watak ialah yang menunjukkan bagaimana pembicara dipersepsi sehubungan dengan maksud dan tujuannya 3. Kedinamisan, yaitu bagaimana kelihatannya kemampuan pembicara dalam membujuk, keaktifan dan semangatnya sebagai pembicara Membangaun Kredibilitas Hart berpendapat bahwa unuk meningkatkan kredibilitas pembicara perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Untuk meningkatkan persepsi atas kecakapan (compentency), hubungkan diri anda dengan sumber lain yang berkredibilitas lebih tinggi. b. Untuk meningkatkan persepsi dapat dipercaya, milikilah beberapa cara pandang yang berlainan. c. Untuk meningkatkan persepsi kedinamisan, kendalikan varibel-variabel pidato atau pembicaraan dan gunakan bahasa yang intens dan tegas

Sedang Menurut Jalaluddin Rahmat, komponn yang harus diperhatikan dalam membangun kredibilitas untuk pembangunan diri meliputi: a. Otoritas: terbentuk karena orang melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman b. Good sense: Muncul apabila pendengar menyukai dan menerima gagasan yang dikemukakan oleh pembicara yang dipandang objektif, yaitu dengan menggunakan pendekatan rasional, menghindari penjulukan, menghindari sikapt tidak jujur, tidak menggurui, memperlakukan pendengar sebagai manusia, bukan sebagai objek manipulasi c. Good character: akhlak yang baik, sajikan informasi dengan cermat dan jelas, gunakan kata-kata yang sopan d. Goodwill: berbicara untuk kepentingan pendengar, berbicara bersama pendengar bukan kepada pendengar, mencari kesamaan antara anda dan khalayak dalam sikap dan nilai, menunjukkan keterlibatan pribadi atau komitmen dengan topik. e. Dinamisme: ekspresi fisikal dari komitmen psikologis anda terhadap topik. Ekspresi muka, suara dan gerak yang akan mempengaruhi suasana pendengar.

Kredibilitas Ekstrinsik dan Intrinsik Menurut Tubbs & Moss, kredibilitas ekstrinsik adalah kredibilitas yang dianggap dimiliki sumber sebelum ia menyampaikan pesannya. Kredibilitas intrinsik adalah istilah yang diberikan kepada citra yang diciptakan oleh pebicara sebagai hasil langsung pidato atau pembicaraannya. Kredibilitas intrinsik meliputi: Atraksi fisik dan kesamaan (ekonomi, pendidikan, sikap dan kepercayaan). Kekuasaan Adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Kekuasaan sebagai sumber kredibilitas komunikator meliputi berikut ini: a. Kekuasaan koersif: komunikator menunjukkan kemampuan untuk mendatangkan ganjaran atau hukuman kepada komunikan b. Kekuasaan keahlian: berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan atau kemampuan komunikator c. Kekuasaan infromasional: berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator d. Kekuasaan rujukan: komunikan menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya e. Kekuasaan legal: berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwenang untuk melakukan suatu tindakan

B. Teori Humor
Humor merupakan dimensi watak dari kredibilitas, dipakai sebagai alat untuk menyenangkan diri juga pendengar. Menurut Jalaluddin Rahmat ada 3 teori humor: 1. Teori Superioritas dan Degredasi. Inti dari teori ini adalah: a. Tertawa karena menyaksikan sesuatu yang janggal, kekeliruan atau cacat. b. Subjek tertawa karena memiliki kelebihan (superioritas) dan objek bahan tertawaan dinilai rendah c. Teori ini digunakan untuk menganalisis humor yang termasuk satire, yakni humor yang mengungkapkan kejelekan atau kelemahan orang atau lembaga dengan tujuan agar diperbaiki. 2. Teori Bisosiasi, oleh Arthur Koestler: a. Kita tertawa bila secara tiba-tiba kita menyadari ketidaksesuaian antara konsep dengan realitas yang sebenarnya b. Humor timbul karena hal-hal yang tidak diduga atau kalimat serta kata yang menimbulkan dua macam asosiasi 3. Teori Pelepasan Inhibisi: diambil dari pendapat Sigmund Freud yaitu kita menekan pengalama-pengalaman yang tidak enak dan keinginak yang tidak terwujud ke alam bawah sadar. Bila dilepaskan, dorongan ini dalam bentuk yang bisa diterima masyarakat maka kita melepaskan inhibisi dan merasa senang karena lepas dari sesuatu yang mengimpit.

Teknik-teknik Humor a. Exaggeration: melebihkan sesuatu secara tidak proporsional, maksudnya untuk membongkar kejelekan sejelas-jelasnya dengan tujuan mengkoreksi b. Parodi: sejenis komposisi dimana gaya suatu karya (seperti prosa) yang serius ditiru dengan maksud melucu c. Ironi: menggunakan kata-kata untuk menyampaikan makna yang bertentangan dengan makna harafiah d. Burlesque: teknik membuat humor dengan memperlakukan hal-hal yang seenaknya secara serius atau hal-hal yang serius secara seenaknya e. Perilaku aneh para tokoh: jelas dan tentu saja perilaku orang-orang tertentu yang agak ganjil atau dikenal dikalangan masyarakat luas f. Belokan mendadak: Pertama anda selaku pembicara membawa khalayak untuk meyakini bahwa anda akan bicara hal-hal yang biasa, namun diakhir pemicaraan anda menyatakan sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai