Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No.

1, Juni 2019

MEDIA SOSIAL DAN ANTITESIS JURNALISME


SOCIAL MEDIA AND JOURNALISM ANTITESIS
Hidayat Surya Abadi

Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam


Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Email : soeryamuhammad@gmail.com

ABSTRACT
The internet entered a new era in the last few decades, through the development of
social media. Its broad character without limits of space and time, makes it easily
accessible and gives influence to anyone. On the one hand, this condition is very good.
But on the other hand, the development of hoax is increasingly, being intensified by
irresponsible people. This is where the role of mass media with the basis and rules of
journalism is required to guard the flow of information that develops in the
community. Various journalistic rules, including verification, must be a weapon to
counteract hoax news. In order for the spirit of journalism to hold fast to the truth and
focus on community development, it can be maintained.
Keywords: -

ABSTRAK
Perkembangan internet memasuki era baru beberapa dekade terakhir, melalui
perkembangan media sosial. Karakternya yang luas tanpa batas ruang dan waktu,
membuatnya mudah diakses dan memberi pengaruh kepada siapa saja. Di satu sisi,
kondisi ini sangat bagus. Namun di sisi lain, perkembangan berita hoax semakin
gencar dilakukan orang-orang tak bertanggung jawab. Disinilah peran media massa
dengan dasar dan kaidah jurnalismenya, dituntut mengawal arus informasi yang
berkembang di masyarakat. Berbagai kaidah jurnalistik, termasuk diantaranya
verifikasi, harus bisa menjadi senjata menangkal berita hoax. Agar semangat
jurnalisme yang berpegang teguh kepada kebenaran dan berfokus kepada
pengembangan masyarakat, bisa tetap terjaga.
Kata-kata Kunci: -

PENDAHULUAN akun, fitnah, juga hoax, sehari-hari


Babak utama di tahun politik mengisi linimasa setiap pemilik akun
2019, sudah kita lewati bersama. media sosial. Padahal di dunia “nyata”,
Namun imbas dan efeknya masih beberapa orang di sebuah desa di
terasa hingga beberapa bulan kawasan perbatasan kabupaten
setelahnya. Persaingan politik yang Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto,
sudah biasa, dan menjadi agenda lima yang sempat penulis temui menjelang
tahunan, terasa sangat kuat sekali hari H pencoblosan, mengatakan tak
dampaknya di jagad maya media terlalu ambil pusing dengan
sosial kita. Saling hujat, kecam, blokir persaingan di gelaran pilpres atau

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

17
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

pileg tahun ini. Sesuatu yang ingin dikatakan mulai ditinggalkan.


kontradiktif. Dengan media sosial, seseorang seperi
Media sosial, menjadi salah satu memiliki media sendiri. Tak perlu
pembahasan utama dalam kajian harus punya koran, televisi, radio,
komunikasi dan jurnalistik, belasan atau media massa konvensional
tahun terakhir. Penggunanya terus lainnya, agar dirinya tetap eksis.
bertambah secara signifikan. Intinya, menggunakan media sosial
Dukungan piranti smartphone yang menjadikan kita sebagai diri sendiri.
mobile, semakin mengukuhkan posisi Selain kecepatan informasi yang bisa
media sosial sebagai salah satu diakses dalam hitungan detik, menjadi
“kebutuhan primer” pada era diri sendiri dalam media sosial adalah
sekarang, terutama bagi kalangan alasan mengapa media sosial
menengah ke atas. Akses informasi, berkembang pesat. Tak terkecuali,
sosialisasi, eksistensi diri, hingga keinginan untuk aktualisasi diri dan
transaksi barang dan jasa secara kebutuhan menciptakan personal
online, menjadi alasan utama branding.
seseorang memiliki dan mem Dalam perkembangannya,
butuhkan media sosial. media sosial tak hanya menjadi
Seperti dilansir websindo, instrument aktualisasi diri, namun
berdasarkan data hasil penelitian juga penyebaran konten informasi
yang dilakukan We Are Social dan berita. Dengan banyaknya jumlah
perusahan media asal Inggris, bekerja pengguna media sosial, sangat
sama dengan Hootsuite, per Januari produktif dan membangun, jika
2019, total pengguna Internet di konten informasi yang disebar
Indonesia ada 150 juta pengguna melalui media sosial tersebut positif.
aktif, atau sekitar 56% dari total Namun jika sebaliknya, maka potensi
jumlah penduduk Indonesia. Dari destruktifnya juga sangat besar.
sekian itu ada 142,8 juta pengguna Taruhlah contoh kasus di awal penulis
yang akses melalui perangkat mobile. sampaikan. Bagaimana “perang dunia
Sejalan dengan itu, penggunaan media maya” antara pendukung capres satu,
sosial otomatis dilakukan pengguna terjadi dengan pendukung capres
internet. Masih data per Januari 2019, lainnya. Atau pendukung caleg satu
total pengguna media sosial mencapai dengan caleg yang lain. Ironisnya, hal
150 juta. Jumlah pengguna media itu masif terjadi setiap hari menjelang
sosial ini mencapai 56% dari jumlah gelaran pilkada serentak, bahkan
total penduduk Indonesia, dengan setelahnya. Ada konflik yang serius
pengguna berbasis mobile device antara sesama warga negara, meski
mencapai 130 juta. Tidak heran jika mayoritas masih nampak di ranah
semua platform media sosial akhirnya media sosial.
fokus untuk optimalisasi aplikasinya Meski demikian, hal itu tidak
di perangkat mobile. boleh dianggap sebelah mata. Dalam
Dampak meningkatnya pesatnya perkembangan teknologi
pengguna media sosial, diantaranya informasi, dunia maya adalah
pada sektor informasi. Media massa sekaligus dunia nyata kita. Sejumlah
konvensional berbasis cetak hingga kasus konflik di media sosial, akibat
elektronik, sudah mulai konten informasi atau postingan yang
dikesampingkan, atau kalau tidak menyinggung pihak lain, terbukti

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

18
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

berujung pada konflik sesungguhnya. dunianya sendiri. Suatu fenomena


Kasus perkelahian pelajar di Bogor, yang belum pernah kisa saksikan
yang akhirnya menewaskan salah satu sebelumnya. Kemajuan teknologi
diantaranya, pada Maret 2019. informasi telah melahirkan apa yang
Termasuk penembakan seorang disebut Tapscott sebagai “media
warga di Sampang Madura, akibat literate kids”, anak-anak yang melek
beda pilihan capres, adalah dua media. Generasi yang tumbuh dalam
contoh nyata bagaimana konflik yang lingkungan media digital.
awalnya ada di media sosial, menjadi Sebagaimana konsekuensi dua
konflik sesungguhnya. sisi perkembangan teknologi. Media
sosial juga mengalami hal serupa.
METODE PENELITIAN Pemanfaatan yang baik dan
Metode penelitian ini benar,akan menghasilkan sesuatu
menggunakan studi pendekatan yang positif dan membangun.
kualitatif, dengan melakukan Sementara penggunaan dan
observasi, wawancara mendalam dan pengelolaan yang salah, juga
studi pustaka. mengakibatkan pola negatif bahkan
destruktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Network society, jaringan
Kehadiran media sosial sudah interaksi sosial yang tak terbatas
menjadi keniscayaan akan sekat demografi, budaya, agama, kelas
perkembangan teknologi informasi. sosial, dan lainnya, membuat media
Meski tidak secara langsung, namun sosial yang berbasis jaringan internet
media sosial bisa menjadi “ancaman” memiliki keunggulan signifikan dalam
bagi jurnalisme di media hal jangkauan. Pemilik akun media
konvensional. Kecepatan akses sosial, sangat mudah memiliki teman
informasi dan distribusi, sangat jauh baru, relasi bisnis baru, bahkan jodoh.
lebih cepat dari media massa. Hal Kawan lama, rekanan kerja, dan
tersebut bisa dimaklumi, sebab ada hubungan dengan keluarga jauh, yang
kaidah, tahapan dan proses, yang sebelum era internet dan media
harus dilalui media massa, sebelum sosial, masih dilakukan konvensional,
mempublikasikan kegiatan jurnalistik, kini bisa dengan mudah diwujudkan,
menjadi produk jurnalistik, atau melalui sentuhan jari-jari pada
produk pers. perangkat komputer atau gadget.
Kelebihan lain misalnya untuk
Media Sosial, Sebuah Keniscayaan melancarkan usaha dagang, tutorial
Media sosial menjadi online, bimbingan belajar online, dan
konsekuensi dari perkembangan masih banyak kemudahan-
teknologi informasi dan komunikasi kemudahan lain dalam menambah
(TIK). Taruhlah misal, sejak era wawasan keilmuan dan pengalaman.
jejaring pertemanan friendster dan Termasuk diantaranya pula,
aplikasi chat MIRC menjadi tren di mempromosikan keahlian diri,
Indonesia pasca tahun 2000-an, sekaligus kebutuhan eksistensi sosial
perkembanan media sosial di semakin pemiliknya.
pesat. Namun seperti dikatakan di
Revolusi komunikasi telah awal, ada sisi berbeda dari media
membentuk sebuah generasi dan sosial, yakni sisi negatif, yang

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

19
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

cenderung kontra produktif bahkan media sosial di Indonesia dibanding


destruktif. Akhir Juli 2016, misalnya. tahun lalu. Generasi milenial yang
Saat kerusuhan bernuansa SARA umum disebut generasi Y serta
terjadi di Tanjung Balai, Sumatera generasi Z mendominasi penggunaan
Utara. Rentetan kerusuhan disertai media sosial. Pengguna media sosial
pembakaran rumah ibadah, di Indonesia paling banyak berada
kendaraan, serta tiga rumah warga, pada rentang usia 18-34 tahun.
berawal dari postingan seorang Pengguna pria lebih mendominasi, di
pengguna media sosial, yang berbau mana pada rentang usia 18-24 tahun,
provokatif. jumlahnya mencapai 18 persen, lebih
Konflik berbau SARA itu unggul dari pengguna wanita dengan
sebenarnya dipicu permintaan persentase 15 persen.
seorang warga non muslim kepada Bisa kita bayangkan, jika
takmir sebuah masjid, agar pengguna internet dan media sosial
mengecilkan suara toa masjid. Hal itu sudah lebih dari separuh populasi
sebenarnya sudah diselesaikan penduduk di negara kita, maka
dengan mediasi di kantor kelurahan. mereka yang terpapar informasi dari
Namun saat mediasi ada seorang media sosial, tentu lebih banyak dari
pengguna medsos, mengunggah foto angka survey tersbeut. Khususnya
provokatif, hingga memancing aksi bagi mereka yang tidak memiliki
kerusuhan lebih besar. Ironisnya, media sosial, dan hanya menerima
unggahan konten provokatif itu, tak dari pemilik akun medsos.
disertai penyeimbang, alias konten Sosial media sering menjadi
yang menimbulkan kesan damai dan piranti pertama yang
menenangkan semua pihak. menginformasikan sebuah peris¬tiwa.
Postingan foto, video, berita, Di era digital seperti seka¬rang,
status, bahkan laporan kejadian yang media sosial adalah salah satu alat
diunggah pemilik akun media sosial, favorit untuk menyuarakan pendapat
menjadi konsumsi sebagian besar masya¬rakat. Di Twitter, Facebook,
masyarakat sehari-hari. Seperti dan Instagram misalnya, anda dapat
survey yang dilansir situs mengunggah sebuah peristi¬wa yang
kompas.com, lebih dari separuh tersaji tepat di depan mata. Informasi
penduduk di Indonesia telah "melek" yang anda ung¬gah, dapat tersebar
media sosial. Ini adalah temuan riset secara real time kepada para
dari We Are Social, perusahaan media pengikut. Meski media sosial kini
sosial asal Inggris, bersama dengan menjadi medium favorit masya¬rakat
Hootsuite. Dalam laporan "Digital untuk mengabarkan suatu peristiwa,
Around The World 2019", terungkap namun penggunaan medsos untuk
bahwa dari total 268,2 juta penduduk keperluan penye¬baran informasi
di Indonesia, 150 juta di antaranya dinilai memiliki dampak buruk,
telah menggunakan media sosial. dikarenakan infor¬masi di medsos
Dengan demikian, angka penetrasinya cenderung belum terbukti
sekitar 56 persen. Hasil riset yang kebenarannya. Hal itu dapat menjadi
diterbitkan 31 Januari 2019 lalu itu bias di tengah-tengah masyarakat dan
memiliki durasi penelitian dari akhirnya berpotensi melahirkan bias
Januari 2018 hingga Januari 2019. dan distorsi informasi.
Terjadi peningkatan 20 juta pengguna

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

20
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

Jurnalisme Warga Ketika CNN memperkenalkan


Dalam sebuah artikel yang TV berita 24/7 pada tahun 1981,
berjudul Journalism in a New era, kekuatan pelaporan langsung dari
Elizabeth Filippouli, founder sekaligus medan perang membuat penonton
CEO, Global Thinkers and Global terpana, terpesona, terpaku di depan
Thinkers Forum, mengatakan : layar TV mereka. Namun, situasi
"Journalists and mainstream media berubah saat ini. Dimana video web,
have found themselves in a very dan video smartphone ada di mana-
difficult situation. They have mana. Breaking news dilontarkan ke
realized the need to change, that dunia maya melalui Twitter atau
they are actually forced to change. Facebook oleh siapa saja, yang
Journalists do not control the menjadi reporter menggunakan
message anymore. In the old days smartphone menangkap berita
they would decide on what is eksklusif yang ada di depan mereka.
newsworthy, important. The entire Berbicara tentang jurnalisme
world would watch, listen to them warga atau citizen journa , tidak bisa
in awe, swallowing unquestionably lepas dari konsep yang
every single word they’d utter" memayunginya yaitu Online
Journalism. Mark Deuze, profesor dari
Apa yang ditulis Elizabeth, University of Amsterdam dan ahli
April 2013 silam setidaknya sudah media digital, mengkonstruksi 4 tipe
terbukti. Kasus tutupnya sejumlah online journalism, berdasarkan
surat kabar di Amerika, menjelaskan keterkaitan dengan editorial
bahwa media massa mainstream mainstream media, dan konektivitas
berupa koran, tak mampu terus pada publik di satu sisi, serta
bertahan dengan gempuran internet, unmoderated dan moderated
media online dan terakhir aplikasi communication disisi lainnya.
media sosial yang terintegrasi di Keempatnya antara lain :
dalamnya. Pertama “Mainstream News Sites.”
Media sosial yang muncul Web yang dimiliki media
belakangan ini memang mengubah konvensional yang biasanya hanya
panorama jurnalisme di Indonesia. berupa versi online dari media
Terutama yang menyangkut proses konvesional. Di Indonesia bisa
pengumpulan berita, proses dibilang saat ini telah dimiliki oleh
pembuatan berita, dan proses konvesional media, contohnya
penyebaran berita. Kerugian timbul kompas.com, liputan6.com,
apabila pemberitaan yang muncul mediaindonesia.com,
dari pelbagai outlet media sering suaramerdeka.com, dan lainnya.
tampil secara bias, mengesampingkan Kedua, “Index and Category Sites”.
isu-isu penting untuk publik, tetapi Tipe online media ini digunakan
mengedepankan kepentingan para untuk menghubungkan pembaca
pemilik media. Belum lagi isi media dengan news site yang ada di internet.
makin menghindar dari risiko Contohnya adalah yahoo!, google.com,
menjadi jurnalisme yang baik, AOL. Kategori ini melibatkan editor
mengurangi upaya melakukan kerja yang memonitor breaking news,
jurnalisme investigasi. forum diskusi, dan monitor chat.
Selanjutnya ada “Meta and Comment

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

21
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

Sites”. Tipe ini berupa situs informasi, menjalankan proses komunikasi


data dan hasil penelitian yang publik.
berkaitan dengan journalisme dan Dengan berbagai definisi dan
media. Contohnya poynter.org dan pandangan itu, lantas apakah yang
weblog yang dioperasikan oleh para dilakukan oleh warga dalam hal
pengkritisi media bisa masuk dalam menginformasikan melalui media
kategori ini. sosial dan pelaporan dalam konteks
Keempat “Share and Disscusion Sites”. citizen journalism, juga merupakan
Tipe terakhir ini berisi tentang situs produk jurnalistik? Terkait hal ini,
yang fokus pada kepentingan publik, sejumlah praktisi jurnalistik memiliki
berupa komunikasi partisipator yang pendapatnya sendiri-sendiri. Ketua
minim pengeditan dan moderator. Aliansi Jurnalisme Independen (AJI)
Situs berisi posting berita, informasi Kota Semarang, Edi Faisol,
dan analisis yang dibuat pemilik situs. mengatakan dalam sebuah seminar
Dari keempat tipe ini citizen literasi media di Semarang, bahwa
journalism masuk dalam kategori ke 4 Informasi atau sebuah produk berita
yaitu share dan disscussion sites. yang terdapat dan disebarkan melalui
Ada beberapa istilah yang media sosial (medsos) seperti
dikaitkan dengan konsep CJ (di facebook, twitter dan lainnya bukan
Indonesia biasa disebut jurnalisme merupakan karya jurnalistik media.
warga) diantaranya public journalism, Dan hal ini akan rawan digugat oleh
civic journalism, advocacy journalism, pihak lain yang merasa dirugikan.
citizens media participatory Membanjirnya informasi dari medsos
journalism, participatory media, open tak bisa dibatasi, karena dalam 1
source reporting, distributed menit saja, dihasilkan 98.000 cuitan
journalism hingga grassroot twitter, 1.500 unggahan blog, 168 juta
journalism. surel ,600 video baru di youtube.
Shayne Bowman & Chris Sehingga menurutnya, perlu bijak
Willis (2003) mendefinisikan citizen untuk memanfaatkan medsos ini.
journalism sebagai ”…..the act of Senada, ketua dewa pers
citizens playing an active role in the Yoseph Stanley Adi Prasetyo
process of collecting, reporting, menegaskan ada perbedaan
analyzing, and disseminating news mencolok antara produk yang
and information”. Ini artinya warga dihasilkan lembaga pers dan media
memiliki hak untuk menjadi pencari, sosial (medsos). Perbedaannya, pers
pemproses dan penganalisa berita menghasilkan berita sedangkan
untuk kemudian dilaporkan kepada medsos hanya bersifat informasi yang
masyarakat luas melalui media. kebenarannya belum tentu bisa
Sementara Wood and Smith, dipertanggungjawabkan. Pers pasti
mendefinisikan netizens (sebutan ada wartawan, ada tanggung jawab
untuk citizen journalist) sebagai jurnalistik, ada prosedur, sedangkan
sekelompok warga yang aktif medsos tidak ada.
memberikan kontribusi berita seiring Namun demikian, agak
dengan perkembangan internet. berbeda dengan fenomena citizen
Menurutnya netizen harus memahami journalism, yang berkembang akhir-
nilai – nilai kerja kolektif dan aspek- akhir ini. Pakar media sosial, Nu’man
aspek yang harus dimiliki dalam Luthfi memberikan pendapat yang

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

22
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

agak longgar mengenai aktifitas (what, who, when, where, why dan
jurnalisme warga tersebut. how) seperti layaknya jurnalis media.
Kemunculan media sosial membuat 4. Konsisten
orang-orang mendapat sumber lain Menjaga konsistensi
informasi, tidak melulu dari media mempublikasikan berita bagi para
massa dalam jaringan, cetak maupun jurnalis warga perlu dilakukan bila
elektronik. Menurutnya, hal itu mereka ingin dikenal. Usahakan
merupakan konsekuensi dunia digital, mengunggah tulisan sesuai dengan
dimana setiap orang bisa jadi waktu yang disanggupi, misalnya
pembuat berita sekaligus penyebar seminggu sekali. Bila perlu, siapkan
berita. beberapa tulisan untuk diunggah
Media sosial yang terbuka dalam waktu yang berbeda.
untuk umum menumbuhkan citizen 5. Spesialisasi Bidang
journalism atau jurnalisme warga, Sebaiknya, usahakan fokus mengenai
sehingga mereka yang tidak bidang tertentu, sesuai dengan
berprofesi sebagai wartawan turut keahlian atau yang diminati, agar
memberikan informasi kepada publik. mendapat nama di pembaca.
Meski demikian, aktifitas jurnalistik 6. Media Sosial
model ini ini tentu berbeda dengan Manfaatkan media sosial untuk
apa yang dianut oleh media mempromosikan tulisan. Misalnya,
jurnalistik, terutama berkaitan ketika sudah mengunggah tulisan di
dengan akurasi informasi. Citizen blog atau platform citizen journalism,
journalism, bisa berupa opini atau bagikan tautan tulisan di Twitter,
laporan peristiwa. Facebook, maupun WhatsApp agar
Selanjutnya Nu’man memberikan banyak orang yang membaca.
beberapa kiat agar mereka yang
tertarik mengikuti jurnalisme warga Media Sosial, Antitesis Jurnalisme?
ini mendapat kepercayaan, sebagai Pertanyaan dalam judul
berikut: diatas, sepintas merupakan sesuatu
1. Konten orisinal yang klise. Namun demikianlah
Menurut Nukman, konten yang kenyataan yang ada dalam fenomena
orisinal merupakan hal yang harus dunia media dan jurnalisme kita saat
dipenuhi oleh para citizen journalist. ini. Sebelum mengulasnya lebih jauh,
2. Etika public mungkin kita dapat berpijak dahulu
Etika publik yang palling harus pada konsep jurnalisme yang ada.
diperhatikan menurut Nukman adalah Sebab pada kenyataannya, seringkali
mengenai kejujuran. Penulis tidak konten negatif yang disampaikan
boleh berbohong mengenai informasi, melalui media sosial, seperti contoh
baik berupa teks maupun foto. Hal itu kasus peristiwa bernuansa SARA di
untuk membangun kredibilitas. Tanjung Balai, tidak serta merta
Kredibilitas tidak bisa dibangun dari diimbangi dengan postingan yang
satu-dua tulisan, melainkan perlu positif dan mendamaikan. Kondisi ini
waktu hingga tahunan. menjadi sangat rawan, dan terbukti
3. Format cerita menciptakan konflik antar warga.
Para jurnalis warga disarankan untuk Lalu sebenarnya sebegitukah,
membuat tulisan berformat cerita. media sosial “mengalahkan” konsep
Minimal dengan kaidah 5W+1H jurnalisme? Sehingga informasi yang

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

23
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

belum tentu kebenarannya dan peran wartawan tetap diperlukan.


beredar di masyarakat, lebih mudah Wartawan harus bisa memverifikasi
dipercaya, dibanding menunggu informasi sebelum tersebar luas agar
berita “resmi” dari media massa, tidak terjadi kebingungan di
dengan seluruh proses jurnalistik kemudian hari.
yang dilewati. Ada elemen mendasar Hal itu sangat beralasan.
dalam proses produk jurnalistik. Mengingat bagaimana selama ini
Sebab menurut Bill Kovach dan Tom media sosial “turut membangun”
Rosenthiel, jurnalisme hadir untuk banyak berita bohong atau hoax,
membangun masyarakat. Jurnalisme pemelintiran fakta dan pernyataan,
ada untuk memenuhi hak-hak warga bahkan hingga fitnah. Dalam
negara. Jurnalisme ada untuk keterangan rilisnya atas survey yang
demokrasi. Keduanya menyatakan telah dilakukan pada Februari 2017
dalam Elements of Journalism yang terkait maraknya informasi palsu atau
terdiri sembilan butir, yakni : hoax di Indonesia, Masyarakat
1. Kewajiban pertama jurnalisme Telematika Indonesia (Mastel)
adalah pada kebenaran menyebutkan media sosial menjadi
2. Loyalitas pertama jurnalisme sumber utama peredaran hoax.
adalah kepada masyarakat Proses survei dilakukan secara online
3. Intisari jurnalisme adalah disiplin dan melibatkan 1,116 responden.
verifikasi Sebanyak 91,8 persen responden
4. Praktisi jurnalisme harus menjaga mengatakan berita mengenai Sosial-
independensi terhadap sumber Politik, baik terkait Pemilihan Kepala
berita Daerah atau pemerintah, adalah jenis
5. Jurnalisme harus menjadi hoax yang paling sering ditemui,
pemantau kekuasaan dengan persentase di media sosial
6. Jurnalisme harus menyediakan sebanyak 92,40 persen. Selain itu,
forum kritik maupun dukungan 62,8 persen responden mengaku
masyarakat sering menerima hoax dari aplikasi
7. Jurnalisme harus berupaya keras pesan singkat seperti Line, WhatsApp
untuk membuat hal penting atau Telegram.
menarik dan relevan Sementara DailySocial.id
8. Jurnalisme harus menyiarkan mencoba mendalami karakteristik
berita komprehensif dan persebaran hoax dari sudut pandang
proporsional penggunaan platform. Bekerja sama
9. Praktisi jurnalisme harus dengan Jakpat Mobile Survey
diperbolehkan mengikuti nurani Platform, media teknologi yang
mereka berfokus pada informasi, opini, dan
discovery itu, menanyakan kepada
Ada anggapan sementara 2032 pengguna smartphone di
pihak, apakah sikap masyarakat yang berbagai penjuru Indonesia tentang
mudah berbagi informasi tidak sebaran hoax dan apa yang mereka
sedang turut berpartisipasi dalam lakukan saat menerima hoax.
mengkreasi kecemasan massal Beberapa temuan data yang
ataupun kebohongan bersama? Di didapatkan antara lain :
sini, unsur dasar jurnalisme  Informasi hoax paling banyak
dibutuhkan yakni verifikasi. Di sini ditemukan di platform Facebook

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

24
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

(82,25%), WhatsApp (56,55%), Fenomena clickbait mencuat


dan Instagram (29,48%). dalam dunia digital khususnya media
 Sebagian besar responden online, tujuannya hanya satu untuk
(44,19%) tidak yakin memiliki menarik pembaca atau warganet
kepiawaian dalam mendeteksi masuk ke sebuah situs web dan
berita hoax. mendulang apa yang disebut sebagai
 Mayoritas responden (51,03%) page view atau jumlah klik yang
dari responden memilih untuk masuk. Mark Bulik, editor senior The
berdiam diri (dan tidak percaya New York Times mengatakan secara
dengan informasi) ketika tersirat bahwa ada perubahan strategi
menemui hoax. pembuatan judul dalam memasuki era
digital. Namun, bagi The New York
Fenomena seperti ini tidak Times, Bulik mewanti-wanti agar
hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga judul yang muncul tidak membuat
di beberapa Negara lainnya. pembaca merasa tertipu saat
Menjelang pemilihan presiden membaca dan menuntaskan sebuah
Amerika Serikat beberapa waktu lalu, artikel. Menurut Bulik, ukuran
berita-berita yang paling banyak clikcbait adalah saat pembaca merasa
beredar di media sosial Amerika tertipu.
Serikat adalah berita abal-abal. Clikcbait merupakan
Minimnya literasi digital juga dialami manipulasi. Abhijnan Chakraborty,
negara maju yang masyarakatnya dari Indian Institute of Technology
berpendidikan tinggi. Sekitar 59 Kharagpur, dalam papernya berjudul
persen konten yang dibagikan di “Stop Clickbait: Detecting and
media sosial tidak pernah di-klik atau Preventing Clickbaits in Online News
dibuka, tetapi hanya dibaca sepintas Media” mengungkapkan bahwa
lalu. clickbait mengeksploitasi sisi kognitif
Terlebih, di dalam media manusia yang disebut curiosity gap.
sosial tidak ada prosedur penyaringan Judul clickbait memantik
layaknya di media konvensional (arus konsekuensi emosional itu. Pembaca
utama) seperti koran, majalah, radio, yang mengklik artikel merupakan
dan televisi. Segala jenis konten pembaca yang ingin memuaskan sisi
langsung ditampilkan apa adanya, emosional. Yang menarik, meskipun
bahkan banyak yang telah dibumbui clickbait dianggap manipulasi atau
demi sensasi dan bombatisnya sebuah jebakan, korbannya justru sadar
informasi. Banjir informasi di media bahwa mereka telah tertipu. Namun,
sosial mengarahkan netizen justru beruntung, sudah ada beberapa
mencari konten yang membenarkan aplikasi mencoba membantu
pemikirannya, bukan yang memberi warganet untuk mendeteksi adanya
sudut pandang berbeda. informasi atau berita yang punya
Bahkan ironisnya, dengan kecenderungan clickbait.
kecenderungan ini, juga karena Kecenderungan yang dilakukan media
tuntutan bisnis, media-media online massa itu sangat mudah dipahami,
akhirnya latah mengikuti arus dengan mengingat masyarakat mudah sekali
membuat berita-berita berjudul terpapar informasi awal yang
bombastis. Fenomena ini terkenal menarik, layaknya arus berita hoax
dengan nama “clickbait”. yang gencar.

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

25
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

Kembali ke konteks berita hoax. berseliweran karena tidak ada


Dengan banyaknya kasus jaminan kebenaran dari berita itu.
penyebaan hoax yang terjadi melalui Disisi lain, peran sebagai pengecek
media massa, maka sebenarnya, atau pengonfirmasi fakta belum
konteks antitesis terhadap jurnalisme banyak didalami media massa arus
memang terjadi. Jika kita berangkat utama. Kekuatan sebagai
dari asumsi bahwa pengertian mengon¬firmasi fakta ini menjadi
jurnalisme adalah semacam paham nilai tawar media massa arus utama.
pencarian hingga publikasi kebenaran Karena, disiplin verifikasi dan akurasi
informasi, maka konten penulisan adalah prinsip jurnalistik yang
hingga penyebaran berita bohong menjadikan media massa tetap
hingga fitnah, tentu saja menjadi hal kredibel dan dipilih publik.
yang kontradiktif. Hal yang sama Memasuki era di mana banyak
berlaku dalam menilai konteks sekali beredar fakta alternatif, jurnalis
produk jurnalistik, yang berkewajiban justru harus tetap berpegang teguh
melalui berbagai tahapan, sebelum pada prinsip jurnalistik, yakni disiplin
bisa dipublikasikan dengan tanggung ketat pada verifikasi dan pengecekan
jawab penuh media maupun fakta. Cara kerja pengecekkan fakta
wartawan yang menulisnya. misalnya, pernyataan yang
Lebih lanjut bisa kita lihat, meragukan di media sosial itu dengan
konten yang diproduksi oleh cepat dicek kebenarannya dengan
pengguna media sosial, berupa verifikasi dan klarifikasi kepada
informasi, foto, hingga video, tak sumbernya atau melalui saluran resmi
jarang sangat bertentangan dengan lainnya. Setelah dipastikan benar atau
kode etik jurnalistik. Taruhlah misal palsu, Jurnalis pengonfirmasi fakta
foto kecelakaan, pencabulan anak menuliskannya ke dalam se¬buah
dibawah umur, hingga penghakiman berita dan diterbitkan kembali.
pelaku kejahatan oleh warga, Kemudian pernyataan mencuri gakan
seringkali kita saksikan melalui video itu disimpan sebagai data, yang suatu
atau foto di linimasa media sosial. saat bisa dijadikan bahan
Meski demikian, di sisi lain, konten perbandingan pemberitaan
visual itu juga dimanfaatkan media selanjutnya.
massa mainstream, untuk menarik Akhirnya, hal yang membuat
pembaca atau pemirsanya, meski berita bohong menjadi berbahaya
tentu dengan kaidah jurnalistik yang karena ia meruntuhkan premis utama
ada, misal dengan menyebutnya dalam jurnalistik, yakni akal sehat.
“video amatir”, hingga membuat blur Jika akal sehat tidak memenangi
konten visual yang tidak boleh pertarungan ini (melawan berita
ditayangkan. bohong), apakah jurnalis harus
Berita bohong ini menjadi menyerah?. Disinilah pentingnya
persoalan yang membuat produk jurnalistik media massa, yang
kredi¬bilitas media serta dunia membawa marwah elemen-elemen
jurnalistik terpuruk dan sepertinya, jurnalisme, tetap dihadirkan di tengah
jurnalis¬me berjalan lamban masyarakat. Pelebaran sayap media
sementara hoaks menye¬bar dengan massa cetak atau elektronik, dengan
sangat cepat Sebagian orang membuat media online, tetap harus
meragukan berita-berita yang kita sangka baik, bahwa tentu salah

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

26
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

satunya dilakukan untuk berpikir apa yang dilakukan media


mengimbangi cepatnya informasi massa arus utama dalam menyikapi
yang beredar melalui media sosial perkembangan jurnalisme warga
yang berbasis internet. Meski tersebut, layak diapresiasi. Meski
sementara ada yang menganggapnya bukan sebagai pembenaran atas karya
“pelebaran sayap” media massa jurnalistik warga, yang belum tentu
mainstream itu merupakan praktik memenuhi kaidah kode etik
monopoli media bahkan jurnalistik, namun setidaknya media
konglomerasi. Hal itu adalah massa bersangkutan bisa menyunting
konsekuensi yang harus diterima. berita, atau memberikan arahan
Apalagi memang, salah satu ruh kepada para pelaku jurnalisme warga.
utama dari kehidupan media massa Masih banyak persoalan lain yang
adalah perolehan iklan. Dengan ditemui dalam melihat persoalan
merambah dunia digital internet yang antara jurnalisme dan media sosial.
cakupannya mendunia, iklan lebih Namun, ini memang suatu pertanda
mudah masuk dan dinikmati banyak munculnya era baru dalam dunia
orang, hingga akhirnya bisa media komunikasi, menantang
menghasilkan profit bagi media masyarakat untuk lebih
bersangkutan. mendalaminya, dan mencoba
Melihat perkembangan luar memahami serta kembali pada esensi
biasa atas kegiatan jurnalistik yang utamanya: untuk apa komunikasi
dilakukan pengguna media sosial, diciptakan? Untuk memudahkan
beruntung sejak 2008, pemerintah manusia berhubungan dengan
membuat undang-undang Informasi manusia lain, untuk lebih
dan Transaksi Elektronik atau UU ITE. “memanusiakan manusia” atau malah
Meski kemudian masih banyak menuju pola dehumanisasi.
evaluasi yang dilakukan terhadap
undang-undang itu, setidaknya bisa KESIMPULAN
memberi angin segar kepada Perkembangan media sosial
masyarakat dan mengurangi yang berbasis jaringan internet, tak
kekhawatiran mereka akan pengaruh dapat dipungkiri. Pesatnya
berita hoax. perkembangan itu, ditandai dengan
Lantas bagaimana dengan terus meningkatnya pengguna media
konsep jurnalisme warga, atau citizen sosial, khususnya di Indonesia.
journalism, yang perkembangannya Berbagai dampak tentu ditimbulkan
juga sangat pesat? Apakah kontennya dari perkembangan teknologi
juga merupakan kontradiksi dari informasi dan komunikasi. Dampak
produk jurnalistik?. Dua pertanyaan positifnya adalah setiap pengguna
itu, tentu saja harus dijawab dengan media sosial bisa berinteraksi lebih
sangat hati-hati. luas, tak terbatas ruang dan waktu.
Beberapa media massa Sementara efek negatifnya yakni tidak
mainstream, justru menampung karya terfilternya informasi yang beredar
masyarakat melalui bermacam rubrik disana.
jurnalisme warga. Bahkan beberapa Harus ada penyeimbang
diantanya memberikan honorarium, dalam menyikapi kebebasan
bagi warga yang beritanya informasi yang seringkali “keluar
ditayangkan maupun dimuat. Penulis batas”, dari nilai maupun kaida-

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

27
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

kaidah jurnalistik. Maraknya berita Haryanto, Ignatius. 2014. Jurnalisme


hoax, dan ratusan ribu situs yang Era Digital; Tantangan Industri Media
mempublikasikannya, menjadi alas an Abad 21. Jakarta: Kompas
kuat bahwa media massa yang Ibrahim, Idi Subandy, 2011, Budaya
membawa marwah jurnalisme, harus Populer Sebagai Komunikasi,
tetap bertahan. Yoyakarta, Jalasutra, hal 102
Berita hoax, saling caci maki, bahkan • Kovach, Bill dan Tom
fitnah yang terjadi di media sosial, Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen
merupakan antitesis dari konsep Jurnalisme. Jakarta: Yayasan Pantau
jurnalisme, yang salah satu pilarnya Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel.
adalah berpegang kepada kebenaran. 2012. Blur; Bagaimana Mengetahui
Selain dibutuhkan ketahanan Kebenaran di Era Banjir Informasi.
dari media massa arus utama, untuk Jakarta: Dewan Pers
terus bertahan dengan marwah Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial:
jurnalisme, diharapkan masyarakat Perspektif Komunikasi, Budaya dan
meningkatkan pola literasi media, Sosioteknologi.Bandung: Simbiosa
yang didukung upaya pemerintah Rekatama Media
dengan memberikan undang-undang Nasution, Zulkarimein. 2015. Etika
ITE, untuk meminimalisir berita hoax Jurnalisme; Prinsip-prinsip Dasar.
yang terjadi. Selain itu, media massa Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
arus utama yang telah mengakomodir Wood, F Andrew and Matthew J Smitt.
karya jurnalisme warga, juga 2005. Online Communication. London.
diharapkan bisa memberikan Lawrence Erlbaum Associates,
masukan positif, agar warga yang Publishers
aktif memberitakan informasi melalui
media massa mainstream, bisa lebih Artikel dari website
mengerti kaidah-kaidah jurnalistik, https://websindo.com/indonesia-
agar karya jurnalistiknya ikut menjadi digital-2019-internet/
bagian dari konsep jurnalisme yang https://websindo.com/indonesia-
membangun. digital-2019-media-sosial/
https://bogor.kompas.com/read/201
DAFTAR PUSTAKA 9/03/18/12272721/saling-ejek-di-
Buku media-sosial-berujung-maut-satu-
Berkman, I Robert and Christopher A. pelajar-tewas
Shumway. 2003. Digital Dilema: https://news.detik.com/berita/d-
Ethical Issues for Online Media 4503214/pengakuan-idris-yang-
Proffesionals. Iowa State Press tembak-mati-subaidi-karena-beda-
Bowman, S. and Willis, C. "We Media: pilihan-pilpres
How Audiences are Shaping the https://www.merdeka.com/peristiwa
Future /kerusuhan-di-tanjungbalai-bukti-
of News and Information." 2003, The media-sosial-jadi-pisau-bermata-
Media Center at the American dua.html ,
Press Institute "Separuh Penduduk Indonesia Sudah
Dian Muhtadiah Hamna, Dian, "Melek" Media sosial"
EKSISTENSI JURNALISME DI ERA https://tekno.kompas.com/read/201
MEDIA SOSIAL, Jurnalisa Vol 03 9/02/04/19140037/separuh-
Nomor 1/ Mei 2017

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

28
Jurnal Spektrum Komunikasi Vol. 7 No. 1, Juni 2019

penduduk-indonesia-sudah-melek- news/media-sosial-menekan-
media-sosial. diakses 27 juli 2019 jurnalisme/538872/2018/04/16
Journalism In a New Era, Elizabeth
Filippouli
https://www.huffpost.com/entry/jou
rnalism-in-a-new-
era_b_3808928?guccounter=1,
diakses 27 Juli 2019
Daftar Media Cetak Amerika Yang
Gulung Tikar,
https://dunia.tempo.co/read/502699
/daftar-media-cetak-amerika-yang-
gulung-tikar
“Produk Medsos Bukan Karya
Jurnalistik Media”
https://www.suaramerdeka.com/ne
ws/baca/181206/produk-medsos-
bukan-karya-jurnalistik-media
“Dewan Pers: Produk Medsos Bukan
Berita”,
https://nasional.sindonews.com/read
/1170362/15/dewan-pers-produk-
medsos-bukan-berita-1484212683
“berminat Jadi Citizen Journalism? Ini
Tipsnya”
https://www.antaranews.com/berita
/614214/berminat-jadi-citizen-
journalist-ini-tipsnya
“Survei : Media Sosial Jadi Sumber
Utama Penyebaran Hoax”
https://www.liputan6.com/tekno/rea
d/2854713/survei-media-sosial-jadi-
sumber-utama-penyebaran-hoax
“Laporan DailySocial: Distribusi Hoax
di Media Sosial 2018”
https://dailysocial.id/post/laporan-
dailysocial-distribusi-hoax-di-media-
sosial-2018
“Clickbait, Jebakan Judl Berita yang
Menipu Pembaca”,
https://tirto.id/clickbait-jebakan-
judul-berita-yang-menipu-pembaca-
cF7b
Rum Ahmad Yusuf , “Media Sosial
Menekan Jurnalisme”,
http://harian.analisadaily.com/opini/

ISSN 2338 – 0861 (cetak); e-ISSN 2621 – 8712 (online)


website : http://spektrum.stikosa-aws.ac.id

29

Anda mungkin juga menyukai