Anda di halaman 1dari 5

Fenomena Prokrastinasi Akademik Mahasiswa di Wilayah Jakarta

Yang Adiktif Menggunakan Aplikasi TikTok


Syifa Ayu Indraswari, Puti Archianti, M. Psi., Psikolog
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. HAMKA
Email : syfaayu25@gmail.com, puti@uhamka.ac.id
Pendahuluan
Sering disebut sebagai perilaku menunda-nunda pekerjaan, kastasi dapat dialami oleh
siapa saja. Mungkin tampak sepele, tetapi dapat berdampak buruk jika ditanamkan dalam diri
kita (Arumsari, 2009). Burka dan Yuen menyatakan bahwa prokrastinasi terjadi pada setiap
orang, tidak peduli usia, jenis kelamin, atau status pekerjaan atau pelajar (Tondok dkk, 2008).
Jika siswa tidak dapat membagi waktunya dengan baik, mereka akan kesulitan mengerjakan
semua tugas yang diberikan kepada mereka. Akibatnya, baik belajar maupun mengerjakan
tugas, ia belum menyelesaikan banyak tugas yang seharusnya ia selesaikan. Sembilan puluh
persen siswa mengalami prokrastinasi akademik, dan dua puluh lima persen dikeluarkan dari
sekolah karena tidak dapat menyelesaikan tugas akademik (Burka & Yuen (2018).
Dengan demikian, prokrastinasi dapat didefinisikan sebagai menunda melakukan aktivitas
sehari-hari. Salah satu ciri yang paling umum dari perilaku prokrastinasi akademik adalah
sebagai berikut:
a) Persepsi waktu (Waktu yang disarankan): orang yang prokrastinasi tidak dapat mengatur
waktu dengan benar, meskipun sebenarnya mereka menyadari bahwa tugas atau pekerjaan
mereka harus segera diselesaikan.
b) Intention-action, atau niat-aksi, adalah perbedaan antara keinginan dan tindakan yang
diambil. Prokrastinator sebenarnya memiliki keinginan untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan, tetapi kebanyakan dari mereka tidak dapat mengelola waktu dengan baik, yang
mengakibatkan keterlambatan dalam menyelesaikan tugas yang seharusnya sudah selesai.
c) Tekanan emosional, juga dikenal sebagai tekanan emosional, menyebabkan perasaan
gelisah, tidak tenang, dan cemas karena.
Handphone saat ini adalah salah satu masalah yang membuat orang terlambat. Walaupun
tidak semuanya, hampir semua masyarakat dari kalangan bawah hingga menengah pasti
memiliki handphone. Setiap siswa pasti menggunakan ponsel mereka sebagai alat
pendidikan, terutama selama pandemi yang mengharuskan semua orang tinggal di rumah dan
belajar secara online. Namun, sebagian besar siswa menggunakan ponsel mereka tidak untuk
belajar, tetapi untuk membuka aplikasi yang tidak penting. Menurut Augusta (2018),
mahasiswa modern lebih sering menggunakan ponsel mereka daripada membaca buku, dan
sebagian besar menggunakan ponsel mereka untuk bermain media sosial. Remaja saat ini
sangat menyukai media sosial, yang dapat digunakan untuk hiburan, mendapatkan informasi,
dan menambah pengetahuan.
Penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari saat ini sudah menjadi kebiasaan atau
kebutuhan yang semakin lama semakin banyak dan tanpa disadari memberikan dampak
negatif bagi kehidupan, seperti: Kecanduan (Andreassen & Pallesen, 2014). Kecanduan
adalah perilaku adiktif yang menjadi kebiasaan. Berdasarkan penelitian terhadap mahasiswa
Amerika yang berusia antara 13 dan 17 tahun, 90% dari mereka adalah pengguna media
sosial dan 35% dari mereka menggunakan media sosial beberapa kali sehari, sedangkan
remaja dapat mengalami kecanduan media sosial (Kiracaburun, 2016). . Fenomena yang
terjadi saat ini adalah munculnya aplikasi yang banyak diunduh yaitu aplikasi Tiktok.
Aplikasi Tiktok adalah aplikasi jejaring sosial Tiongkok dan platform video musik yang
pertama kali diluncurkan pada September 2016 oleh Zhang Yiming, pendiri aplikasi Toutiao.
Menurut data Business of Apps, aplikasi TikTok diunduh oleh total 3,3 miliar netizen pada
akhir tahun 2022 dan memiliki 1,6 miliar pengguna aktif bulanan (monthly active
users/MAU) di seluruh dunia pada kuartal terakhir tahun 2022. Aplikasi ini juga viral di
Indonesia. Studi lain menunjukkan bahwa hasil observasi juga menunjukkan bahwa 60,38%
dari 53 siswa yang melakukan prokrastinasi menghabiskan waktunya menggunakan media
sosial di luar tugas akademik dan aktivitas sehari-hari karena kecanduan bermain media
sosial (data kucing). co.id).
Kecanduan aplikasi Tiktok dapat mempengaruhi individu dan keadaan dirinya sendiri dalam
kesehariannya karena banyak waktu yang dihabiskan untuk bermain aplikasi Tikok. Efek dari
kecanduan bermain aplikasi Tiktok adalah ketidakmampuan untuk mengatur emosi yang
tidak sesuai dengan perilaku atau tingkah laku. Perubahan perilaku siswa yang kecanduan
Tiktok juga mempengaruhi perilaku belajar mereka. Menurut penelitian Santoso (dalam
Saniyyah et al, 2021:2137) yang menyatakan bahwa kecanduan gadget menurunkan minat
belajar siswa karena kebanyakan dari mereka bermain gadget dan lupa belajar. Perilaku
belajar mandiri mengacu pada aktivitas atau kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar. Hal tersebut dapat membuat mahasiswa menjadi malas saat belajar dan tidak dapat
berkonsentrasi selama perkuliahan. Banyak mahasiswa yang bermain Tiktok sehingga
menjadi malas saat belajar dan tidak direpotkan dengan tugas kuliahnya. Ini memiliki efek
negatif tidak langsung pada belajar siswa.

Metode
Dalam pelaksaaan penelitian ini, peneliti menggunakan Metode penelitian kualitatif
dengan melibatkan 4 mahasiswa yang keseharian nya bermain sossial media dan sering
mengakses aplikasi Tik-Tok yang menyebbkan adanya fenomena prokrastinasi akademik.
Pengambilan data dan informasi yang dibutuhkan dengan melalui proses wawancara terhadap
empat responden yang bersedua untuk diwawancarai secara langsung. Pengumpulan data
dilakukan dengan bertanya seberapa sering frekuensi mahasiswa tersebut yang sering
mengakses aplikasi Tik-Tok . Hal ini mengacu pada tujuan permasalahan yang ingin diteliti
dengan menggunakan pendekatan peneliti yang berjudul "Fenomena Prokrastinasi Akademik
Mahasiswa di Wilayah Jakarta Yang Adiktif Menggunakan Aplikasi TikTok".
Selain itu, responden yang telah memenuhi kriteria yang dibuat, peneliti melakukan
wawancara mendalam kepada empat responden. Metode pengambilan data dalam penelitian
ini menggunakan wawancara dan observasi, selain itu metode triangulasi digunakan dalam
memverifikasi jawaban responden dengan fokus penelitian. Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dengan mewawancari dan observasi orang
terdekat dari salah satu responden. Penelitian yang diteliti menggunakan pendekatan
fenomenologi dengan terfokus pada pengalaman yang dialami sendiri oleh para
responden peneliti.

Penelitian yang diteliti menggunakan pendekatan fenomenologi dengan terfokus pada


pengalaman yang dialami sendiri oleh para responden peneliti. Penelitian ini juga yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana fenemona prokrastinasi akademik ini bisa muncul
dikalangan mahasiswa yang adiktif menggunakan aplikasi titkok, serta untuk mengetahui
dampak-dampak dalam penggunaan aplikasi tiktok ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melibatkan empat orang responden
yaitu mahasiswa di Jakarta yang aktif dalam mengakses aplikasi tiktok. Penelitian ini
berfokus kepada dampak negatif penggunaan dan muncul nya fenomena prokrastinasi serta
mencari tahu manfaat lain dari aplikasi tiktok selain munculnya perilaku prokrastinasi.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti mendapatkan hasil bahwa ada
beberapa faktor yang membuat fenomena prokratinasi akademik ini terjadi. Faktor internal
dan faktor esktranal diantaranya Menurut Ferrari (dalam Ghufron, 2003), ada dua faktor yang
mempengaruhi prokrastinasi:
1. Faktor internal: kondisi kodrati, yang mencakup jenis kelamin, umur, dan urutan
kelahiran anak. Apalagi jika orang tua mereka belum berpengalaman, anak sulung cenderung
menerima lebih banyak perhatian, perlindungan, dan bantuan. Anak bungsu biasanya
dimanja, terutama jika mereka cukup tua. b. Kondisi fisik dan kesehatan yang menyebabkan
penundaan akademik. c. Faktor psikologis, menurut Millgram et al. (dalam Ghufron, 2003),
memengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Misalnya, ada hubungan antara kemampuan
sosial seseorang dan tingkat kecemasan mereka saat berinteraksi dengan orang lain.
Perspektif perfeksionis biasanya menyebabkan perilaku prokrastinasi. Selain itu, tingkat
motivasi seseorang akan berdampak negatif pada prokrastinasi. Ketika seseorang menghadapi
tugas, mereka lebih termotivasi,
2. Faktor Eksternal: Pola asuh orang tua, lingkungan keluarga, masyarakat, dan
sekolah adalah faktor eksternal yang mungkin menyebabkan seseorang menjadi malas
belajar. Menurut Ferrari & Ollivete (dalam Ghufron, 2003), tingkat pengasuhan otoriter ayah
akan menyebabkan subyek peneliti anak perempuan mengalami kecenderungan prokrastinasi
yang kronik. Di sisi lain, tingkat pengasuhan otoriter ayah akan menyebabkan perilaku anak
perempuan yang tidak prokrastinasi. Berdasarkan penjelasan para ahli, ada dua komponen
yang mempengaruhi prokrastinasi: faktor internal, yaitu kondisi kodrati, kondisi fisik,
kesehatan, dan kondisi psikologis; dan faktor eksternal, yaitu pola asuh orang tua, lingkungan
keluarga, masyarakat, dan sekolah. Peniliaian dan penghargaan sosial adalah contoh
dukungan sosial. Oleh karena itu, dukungan sosial dapat dianggap sebagai komponen
eksternal yang mempengaruhi procrastination.
Fomo (Fear Of Missing Out) juga termasuk kedalam faktor internal yaitu karena
mengikuti tren jaman sekarang dimana hampir semua orang menggunakan aplikasi titkok
yang dimana konten-konten diaplikasi titkok sangat menarik dan membuat orang yang
melihat nya menjadi adiktif karena terlalu sering mengakses nya. Dari hal itu muncul
fenomena prokrastinasi dimana seharusnya mahasiswa mengerjakan tugas atau mengerjakan
aktivitas harian tetapi lebih memilih untuk mengakses aplikasi tiktok sampai tidak tahu waktu
yang menyebabkan mereka menunda tugas kuliah dan bahkan aktivitas harian sampai
ditegur oleh orang tua.
Tetapi fenomena prokrastinasi juga dapat diatasi dengan cara yaitu; mengurangi
penggunaan handphone, membuat perencanaan untuk aktivitas harian mulai dari bangun tidur
hingga malam, bangun pagi hari dan jangan langsung buka handphone, dan melakukan hobi
atau hal yang disuka, itu bisa mengurangi kecanduan dalam mengakses aplikasi tiktok

Kesimpulan dan Saran


Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa fenomena prokrastinasi akademik
pada mahasiswa yang aktif dalam menggunakan aplikasi tiktok memiliki beberapa faktor
mulai dari internal hingga eskternal dan fenomena prokrastinasi akademik juga dapat diatasi
dengan beberapa hal :
1. Membuat To-Do List: Ini adalah cara pertama untuk mengatasi prokrastinasi. Membuat to-
do list setiap hari sebelum memulai pekerjaan Anda. Dengan demikian, aktivitas Anda akan
lebih terarah dan Anda tidak akan membuang-buang waktu. Selain itu, membuat daftar tugas
membuat orang tidak perlu menunda pekerjaan karena semua tugas sudah tercantum. Namun,
bersikaplah tegas pada diri sendiri agar semua tugas dapat diselesaikan dengan cepat.
2. Jangan Menunda Terlalu Banyak Seringkali menunda pekerjaan untuk menikmati hal-hal
sementara seperti mengunjungi situs web sosial media. Namun, Anda dapat dengan tenang
melakukannya jika seluruh pekerjaan selesai
3. Hindari Hal-hal yang Dapat Mengalihkan Pikiran Anda Prokrastinasi juga dapat terjadi
karena pikiran Anda mudah teralihkan. Ini dapat terjadi saat Anda sedang melakukan
aktivitas dan kemudian ingin meluangkan waktu untuk membuka sosial media.
4. Mengubah Cara Berpikir Anda: Pikiran Anda harus diubah jika Anda terus menunda
pekerjaan Anda. Contoh kebiasaan ini termasuk berpikir bahwa Anda dapat
menyelesaikannya di lain waktu atau Anda akan melakukannya setelah mengakses aplikasi
tiktok.
5. Apresiasi Diri Sendiri: Mengatasi prokrastinasi juga membutuhkan penghargaan. Jika
Anda berhasil menyelesaikan tugas tanpa terganggu dan tepat waktu, tidak ada salahnya
untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri untuk mendorong Anda untuk menjadi
lebih baik di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai