Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

PENULISAN ILMIAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : IVON APRILIA RATISSA

NPM : 12113201190087

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022
Artikel 1 :

Pentingnya Menjaga Lingkungan untuk Kesehatan

Halodoc, Jakarta - Hidup sehat harus dibudayakan sejak dini. Bisa dimulai dari diri sendiri,
seperti rutin berolahraga, memenuhi asupan harian cairan pada tubuh, istirahat yang cukup,
dan mengonsumsi makanan bergizi. Perhatikan pula kebersihan di dalam rumah kamu.
Jangan sampai kamu membiarkan genangan air atau sampah yang menumpuk, karena bisa
menjadi sumber penyakit.

Selanjutnya, mulailah lihat lingkungan sekitar kamu. Lingkungan yang bersih turut
berpengaruh terhadap kesehatan, lho. Coba bayangkan jika lingkungan sekitar tempat tinggal
kamu tidak terjaga kebersihannya, pasti kamu rentan terserang penyakit seperti tifus atau
DBD.

Manfaat Menjaga Lingkungan untuk Kesehatan

Menjaga kebersihan lingkungan tidak semudah yang dibayangkan. Masih ada saja tangan-
tangan yang tidak bertanggung jawab yang membuang sampah sembarangan. Padahal,
dibutuhkan kesadaran semua pihak dan lapisan masyarakat untuk menciptakan lingkungan
yang bersih dan nyaman.

Lantas, mengapa menjaga lingkungan itu penting untuk kesehatan? Ini ulasannya.

1. Lingkungan Sehat Hindari Berbagai Penyakit

Kebersihan selalu identik dengan kesehatan. Artinya, manfaat menjaga lingkungan yang
pertama adalah membuat kesehatan kamu tetap terjaga. Kamu perlu tahu, lingkungan bersih
saja tak lantas membuat tubuh tidak mudah sakit, lho. Apalagi kalau kamu tidak berusaha
menjaga kebersihannya. Lingkungan yang tidak bersih menjadi tempat terbaik untuk sarang
nyamuk. Belum lagi dengan berbagai bakteri yang turut hidup di dalamnya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan, menjaga kebersihan


lingkungan, seperti tempat tinggal, sekolah, dan rumah ibadah, masyarakat dapat
menghindari penyakit demam berdarah dan hepatitis A. Tetanus, kolera, dan demam tifoid
berpotensi muncul pada lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya.

2. Lingkungan Sehat Berkaitan dengan Kesehatan Mental

Tidak hanya kesehatan fisik saja yang terjaga ketika kamu memiliki lingkungan yang bersih.
Lingkungan yang sehat juga memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan mental seseorang.
Udara yang bersih, air yang bersih, banyaknya ruang hijau dan sanitasi dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang. Meningkatkan kualitas hidup tentu akan membuat seseorang
terhindar dari kesehatan mental.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, banyak menghabiskan waktu pada lingkungan dengan
banyak ruang terbuka hijau membantu untuk menurunkan tingkat kecemasan dan juga
depresi.
3. Lingkungan Sehat Lebih Nyaman untuk Ditinggali

Saat kamu berada di suatu kawasan yang kumuh, apakah kamu merasa nyaman untuk
berlama-lama di sana? Tentu tidak, bukan? Bahkan, kamu sudah malas untuk mendekat atau
mengunjunginya. Bagaimana jika itu terjadi pada lingkungan tempat tinggal kamu sendiri?
Kamu tentu ingin segera pindah ke tempat yang lebih bersih.

Lingkungan yang bersih membuat kamu lebih nyaman untuk tinggal dan menetap dalam
waktu lama. Tidak hanya itu, orang lain pun tidak akan enggan untuk berkunjung. Mereka
menilai lingkungan kamu begitu asri dan rapi, serta nyaman untuk ditinggali.

Itulah manfaat menjaga lingkungan bagi kesehatan tubuh. Usahakan untuk menjaga
kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan asri. Ingat, lingkungan yang bersih turut
mendukung kesehatan tubuh dengan baik. Jika kamu memiliki gangguan kesehatan tertentu,
silahkan diskusikan masalah yang kamu alami dengan dokter di aplikasi Halodoc, ya.

Atikel 2 :

MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI LINGKUNGAN


KELUARGA

Latar Belakang

Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
mempromosikan kesehatan dan efisiensi .

Sehat merupakan Kondisi fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki
produktifitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit . Kondisi sehat dapat dilihat dari
dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi pruduksi memandang keadaan sehat
sebagai salah satu modal produksi atau atau pra kondisi yang dibutuhkan seseorang
sehingga dapat beraktifitas yang produtif, Salah satu upaya mewujudkannya dalam industri
dikembbangkan konsep kesehatan dan keselamatan kerja. Dimensi konsumsi menjelaskan
manfaat sehat sebagai kondisi yang dibutuhkan setiap manusia untuk dinikmati sehingga
perlu disukuri, Dimensi ini melahirkan pemahaman upaya manusia unuk memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatan agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan

Kosep kesehatan berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan
bertahan lama bila dilandasi kesadaran sendiri sehingga konsep upaya sehat dari, oleh,untuk
kita sendiri , Peranan petugas kesehatan sebagai setimulator melalui promosi kesehatan
dilakukan dengan memberikan pelatian penerapan Desa Siaga . Kesehatan diwujudkan
melalui rangkaian pelatihan mengidentifikasi maslah kesehatan dengan mengenalkan masalah
kesehatan dan penyakit yang terjadi dilingkungan.

Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalah kesehatan oleh petugas kesehatan
maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang kuat. Implikasinya akan terjadi semakin
jauh kesenjangan pemahaman konsep penyakit dan masalha kesehatan antara petugas
kesehatan dan masyarakat sehingga gagal dalm meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
A. Masalah Kesehatan Masyarakat

Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu dibagi
menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun
tidak menular. Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau
komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu) kelompok lanjut usia dan
kelompok pekerja.

1. Masalah Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di amerika Serikat
memiliki urutan kedua yang mempengaruhi sattus kesehatan masyarakat setelah faktor
lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah
kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan.
Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan
masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus
pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan
respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat
timbul setelah respon pengetahuan dan siakp yang searah (sinkron) atau langsung tanpa
didasari kedua respon diatas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena
terbentuk tanda pemahaman manffaat berperilaku tertentu.
Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber
pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan
sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat.
Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari
perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif. Bila
seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh petugas
kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.
Perilaku sendiri menurut Lawrance Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat
(reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan
kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga
masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai – nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat).
2. Masalah Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula.
Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyedia air
bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan
pengolahan makanan.
3. Penyehatan Lingkungan pemukiman

Lingkungan pemukiman secara khusu adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan
dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas
rumah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal
yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai
masyarakat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan
populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain
luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni , fasilitas air bersih yang cukup,
pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul
keluarga serta gedung dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi sayarat
rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun
sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada
kemiskinan dan masalah sosial.

4. Penyediaan air Bersih

Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, air mandi, memasak dan mencuci.
Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal sebagai air yanng dikonsumsi.
Syarat air minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air
minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan
mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia
sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur
dangkal dan air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-
masing yang membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum.
Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit
seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.

5. Pengelolaan Limbah dan Sampah


Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri,
atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang dibuang
karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang
tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan. Pengelolaan kotoran
manusia membutuhkn tempat yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan kontaminasi
terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan menganggu estetika. Tempat
pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus
memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantaram
kotoran.

Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya,


memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta
pemusnahan dan pengolahan sampah. Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan
pencemaran air dan tanah sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang
tidak berbahaya. Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia.
Pengelolaan air limbah dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana
pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan
irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah
(SPAL/IPAL).

6. Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan Makanan

Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan lain –
lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan (pabrik atau
industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin, restoran,
cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta
pengolahan limbah dan sampah.

7. Masalah Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal.


Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan
sumber daya dan prosedur pelayanan. Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang
perilaku sehat masyarakat untuk manfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta
membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber
daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) serta sumber daya dana
(pembiayaan kesehatan).
8. Petugas Kesehatan yang Profesional

Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenagamedis, paramedis keperawatan,


paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan
yang memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan taat prosedur. Saat
ini masyarakat banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat
di atas tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi karena kurangnya
tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan petugas kesehatan
yang memberikan pelayanan tidak sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif
ekonomi sering menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal.

Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan


keterpaksaan. Walaupun pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan
kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun
program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga kesehatan tetapi belum
seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan
yang masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan spek preventif dan
promotif dalam peayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat masyarakat pun
mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan
pelayanan kesehatan hanya pada sakit.

9. Sarana Bangunan dan Pendukung

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini diatasi
dengan konsep Desa Siagayaitu konsep memandirikan masyarakat untuk sehat. Sayangnya
kondisi tersebut tidak di dukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya
perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan
Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana pelayanan
kesehatan di Indonesia.

10. Pembiayaan Kesehatan


Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat mendapatakan akses
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor yang merupakan faktor pendukung (enabling
Factors) masyarakat untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalaui asuransi
kesehatan maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan untuk pegawai negeri
sipil (PT. Askes), polisi dan tentara (PY Asabri), pekerja sektor industri ( PT JAMSOSTEK),
masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga Harapan), masyarakat tidak mampu,
(Jamkesda) bahkan masyarakat umum (Jampersal dan asuransi perorangan). Namun tetap
saja masalah pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan
yang bermutu terkait kesdaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan
sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan dana tidak
tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan perubahan paradigma masyarakat
menjadi Paradigma Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas Kesehatan secara rutin.

11. Masalah Genetik

Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik tidak
hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Melitus, infertilitas dan lain-lain.
Tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan,
dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih
banyaak disebabkan kurang paham terhadap penyakit genetik, disamping sikap penolakan
karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat
diperlukann intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil
keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat, dan penguasa wilayah). Intervensi berupa
pendidikan kesehatan melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan
pranikah dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit
atau masalah kesehatan pada keturunannya.

Arikel 3 :

Plastik dan Ancaman Kesehatan Lingkungan

FKKMK-UGM. Tanggal 5 Juni senantiasa diperingati masyarakat dunia sebagai hari


lingkungan hidup. Tahun ini, perayaan hari lingkungan hidup memberikan perhatian besar
terhadap sampah plastik. Melalui tema: “Beat Plastic Pollution,” diharapkan mampu
menyadarkan masyarakat tentang bahaya plastik bagi lingkungan dan kelangsungan hidup
ekosistem di dalamnya.
Plastik memang mudah, murah bahkan masyarakat bisa mendapatkannya secara gratis.
Hampir semua produk makanan, kemasan ataupun kantong belanjaan berbahan dasar plastik.
Namun, berlimpahnya sampah plastik tersebut justru menimbulkan masalah baru dalam
proses pembuangan limbahnya. Limbah plastik yang diperkirakan baru bisa diurai dalam
kurun waktu ratusan tahun tentu membahayakan lingkungan.

Seperti dilansir dari situs Badan Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan lingkungan merupakan
suatu kondisi keseimbangan ekologi yang mesti tercipta di antara manusia bersama dengan
lingkungannya sehingga sanggup menjamin keadaan sehat yang berasal dari manusia. Oleh
karenanya, memperhatikan lingkungan sekitar sudah menjadi bagian dari kesehatan manusia
itu sendiri.

Indonesia memiliki permasalahan pencemaran yang sangat kompleks. Bahkan masing-masih


daerah memiliki kekhasannya sendiri. “Kesehatan lingkungan itu luas sekali, hal mendasar
yang perlu digarisbawahi adalah bahwa kita itu masih mempunyai masalah dengan
pencemaran air, udara maupun penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui lingkungan
dan akibat bahan beracun seperti halnya keracunan logam berat. Pencemaran udara akibat
polutan udara sebagaimana partikel PM10 atau PM2,5 yang mungkin ditempeli bahan
berbahaya, maupun ozon (ground level). Kebakaran hutan seringkali menjadi penyebab
pencemaran udara dan emisi gas rumah kaca” ungkap staf Dosen S2 IKM untuk Minat
Epiedemiologi Lapangan (FETP), dan Departemen Kedokteran Keluarga, Prof. dr. Hari
Kusnanto, Dr.PH., Selasa (5/6) saat ditemui di sela-sela kegiatan bimbingan mahasiswa.

Saat membahas mengenai bahaya plastik, Guru Besar FKKMK UGM ini juga menegaskan
bahwa plastik itu memang sulit didegradasi, sekali di dalam tanah, plastik akan bertahan
selama berpuluh tahun bahkan ratusan tahun dan tidak terurai. Tetap sebagai plastik.

Prof. Hari Kusnanto juga menambahkan bahwa plastik juga menjadi salah satu bahan yang
berpotensi menyebabkan kanker, khususnya jika dibakar. “Plastik dibakar akan terurai
menjadi dioksin dan furan yang menyebabkan kanker dan penyakit lain akibat gangguan
kelenjar endokrin seperti diabetes, tirotoksikosis dan lain sebagainya. Asap pembakaran
plastik kemudian bisa dihirup manusia, itu yang berbahaya,” tegasnya.

Plastik dibuang dengan cara apapun juga masih menjadi polutan karena tidak bisa
terurai. “Yang kita takuti adalah pencemaran terhadap badan air akibat leachate sampah
termasuk plastik. Bahan berbahaya dan beracun yang terkandung di dalamnya bisa
mengancam kesehatan manusia,”ungkapnya. Dalam kesempatan ini, Prof. Hari Kusnanto
juga memberikan catatan mengenai proses pemusnahan sampah dengan insinerator. Dirinya
menegaskan bahwa sisa pembakaran melalui alat tersebut menyisakan polutan berbahaya
bagi manusia.

Pengelolaan sampah dengan Reduce, Reuse dan Recycle memang diakui masih menjadi
upaya pengurangan sampah plastik. Akan tetapi, seluruh proses itu tetap memerlukan peran
serta seluruh pihak, seperti pemerintah, pelaku bisnis, investor, maupun masyarakat.

“Plastik sudah menjadi budaya masyarakat. Masyarakat sudah merasa dimudahkan dengan
penggunaan plastik, ini perilaku yang perlu diubah. Selain itu ketegasan pemerintah dalam
kebijakan penggunaan plastik juga perlu ditinjau ulang,” pungkasnya. Sudahkah kita berani
mengurangi penggunaan plastik dalam konsumsi harian? (Wiwin/IRO)
Artikel 4 :

Kebersihan dan kesehatan lingkungan yang lebih baik bagi masyarakat terpencil

Di tengah pandemi, masyarakat bersatu untuk menciptakan lingkungan yang aman


dan sehat

Di masyarakat perdesaan yang berada jauh dari pusat-pusat kota nan sibuk, perubahan terjadi
dengan perlahan. Bahkan, terlalu lambat bagi sebagian orang. Situasi ini amat diketahui oleh
Indri, seorang tenaga kesehatan lingkungan yang rutin bertolak dari puskesmas tempatnya
bertugas ke daerah-daerah terpencil untuk mengedukasi masyarakat tentang kebersihan.

Indri, misalnya, telah bertahun-tahun mencoba membujuk warga di Purnawajati agar


menghentikan kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) karena risikonya yang besar
terhadap kesehatan masyarakat. Tak sedikit warga yang menolak saat pertama kali
mendapatkan penjelasan.

Namun, Indri tak mau menyerah begitu saja. Berkat kegigihannya, ia berhasil mengajak
penduduk desa untuk bergotong-royong membangun toilet komunal. Hasilnya, Desa
Purnawajati menjadi desa pertama di Kecamatan Yapsi yang dinyatakan bebas BABS.

Saat COVID-19 menyerang, Indri kembali membujuk warga desa untuk mencegah penyakit
ini dengan mengikuti protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan sabun, mengenakan
masker, dan menjaga jarak.

Bersama jajaran pemimpin desa, Indri bekerja sama membuat sarana cuci tangan dan
merancang kegiatan disinfeksi untuk mencegah penularan COVID-19. Warga desa pun
mengakui dan bersyukur atas upaya Indri.

“Kami berterima kasih,” kata Bestiana, warga setempat. “Puskesmas sudah ajarkan kami cara
mencuci tangan untuk mencegah COVID.”

Situasi menantang akibat pandemi dijawab oleh kekompakan masyarakat. Semua pemangku
kepentingan—para aparat desa, Karang Taruna, dan sektor swasta di Yapsi—bersatu. Kini,
semua tempat publik memiliki sarana cuci tangan. Tempat-tempat ibadah pun sudah setuju
untuk menghentikan kegiatan ibadah umum agar tidak menimbulkan kerumunan.

Pandemi global kian menonjolkan pentingnya kebersihan dasar sebagai langkah sederhana,
namun sangat efektif dalam mencegah penularan penyakit. UNICEF membutuhkan donasi
Anda untuk mempertahankan praktik kebersihan seperti mencuci tangan dengan sabun yang
dapat mencegah penyakit pernapasan dan diare pada bayi dan anak-anak.

“Kesadaran masyarakat sudah menjadi tanggung jawab saya,” kata Indri. “Saya ingin mereka
bekerja sama menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.”

Meskipun upaya Indri telah berhasil menghentikan BABS di Purnawajati, BABAS masih
dipraktikkan oleh 7,6 persen rumah tangga Indonesia.

UNICEF berkomitmen membantu eliminasi BABS, mengingat dampaknya yang berat


terhadap kematian dan kejadian sakit pada anak, kondisi kurang gizi, dan stunting, namun
kami tidak bisa bekerja sendiri. Anda pun dapat membantu UNICEF menyuarakan
praktik cuci tangan dan kebersihan selama dan setelah COVID-19, mengingat nilai
penting kedua hal ini terhadap kesehatan dan kemampuan anak untuk bertahan hidup.

Untuk puskesmas Indri, UNICEF membantu program sanitasi, baik di puskesmas maupun di
area-area publik, serta mendukung kegiatan promosi kebersihan di beberapa desa dan
pelatihan untuk tenaga kesehatan lingkungan.

“Sekarang, kami merasa terlindungi karena puskesmas sudah disemprot [disinfeksi],” ujar
Kornelis, warga salah satu desa.

Berkat Indri dan tenaga kesehatan lainnya, serta kerja sama di desa-desa, masyarakat di
kawasan terpencil hingga kini aman dari COVID-19.

Indri tahu, seperti halnya perjalanan jauh yang ia tempuh dari puskesmas untuk mencapai
desa-desa, misinya memperkenalkan praktik kebersihan masih panjang. Namun, ia tidak
perlu bekerja sendiri, dan demikian pula UNICEF dengan donasi Anda hari ini.

Artikel 5 :

SUMBER DAYA AIR DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan dan prikehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya, sehingga harus dijaga
kualitasnya untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang serta keseimbangan
ekosistem. Sebagaimana sumberdaya alam pada umumnya, sumberdaya air merupakan modal
dasar pembangunan nasional dengan fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup dan fungsi
ekonomi yang harus dapat berjalan secara selaras agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan.
Pada dasarnya pembangunan yang berkelanjutan merupakan ambang batas dari suatu strategi
pembangunan pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di
dalamnya. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup merupakan salah
satu langkah yang diambil dalam upaya mendayagunakan sumberdaya alam untuk
memajukan kesejahteraan umum seperti yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD RI
Tahun 1945. (Wulandari & Ilyas, 2019)

Keberadaan Air sebagai sumber kehidupan masyarakat, secara alamiah, bersifat dinamis dan
mengalir ke tempat yang lebih rendah tanpa mengenal batas wilayah administratif.
Keberadaan Air mengikuti siklus hidrologi yang erat hubungannya dengan kondisi cuaca
pada suatu daerah sehingga menyebabkan ketersediaan air tidak merata dalam setiap waktu
dan setiap wilayah. Hal tersebut menuntut Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan secara
utuh dari hulu sampai ke hilir dengan basis Wilayah sungai.(Pemerintah & OTONOM, 2001)

Fakta menunjukkan bahwa sumber daya air yang ad saat ini mengalami degradasi disebabkan
oleh pencemaran air. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, menyebtukan bahwa Pencemaran
air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain
ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran air di wilayah Provinsi Banten, berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air sungai
oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Banten di sungai Cibanten misalnya, menunjukkan
bahwa kualitas air di Sungai Cibanten dengan status pencemaran sedang.(Hayat &
Kurniatillah, 2021) Kondisi kualitas air sungai Cidanau terkait pemeriksaan kualitas klor
bebas (Cl2) menunjukkan hasil yaitu rata-rata sebesar (0,28-0,335 mg/L) melebihi baku mutu
lingkungan yang ditetapkan oleh Standar WHO klorin bebas (Cl 2) di dalam air sebesar 0,02
mg/L.(Hayat, 2020)

Pencemaran air disebabkan oleh fecal koliform dan total koliform di Sungai Cibanten.
Melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan PP Nomor 82
tahun 2001 yaitu sebesar 1000/100 mL untuk fecal koliform dan 5000/100 mL untuk total
koliform.(Hayat & Kurniatillah, 2021)

Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk
sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan
makhluk hidup lainnya. Kondisi kesehatan masyarakat di Kota Cilegon dapat digambarkan
melalui proporsi kejadian penyakit berbasis air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus
penyakit berbasis air di wilayah Kota Cilegon tertinggi terdapat pada kasus penyakit
dermatitis, yaitu sebanyak 49,4%, gastritis sebanyak 28,8% dan kasus diare sebanyak 21,8%.
(Hayat, 2020) Peningkatan kasus penyakit water vektor borne disease. Kasus malaria di
wilayah Provinsi Banten, Kasus malaria tertinggi ditemukan di wilayah kerja Puskesmas
Bayah kabaupaten Lebak Banten (20 kasus). Ekosistem daerah endemis tersebut bervariasi
mulai meliputi pantai, persawahan dan pegunungan.(Hayat & Kurniatillah, 2009)

Faktor manusia (80%) menjadi faktor penting dalam pencemaran air. Faktor manusia tersebut
diantaranya adalah berhubungan langsung dengan perilaku manusia. Pengetahuan dan sikap
(Pv=<0,005) berhubungan dengan praktik pengelolaan limbah. (Hayat, 2015) Faktor
predisposisi, reinforcing, enabling sebagai faktor penting dalam perubahan perilaku.(Hayat,
2012)

Pentingnya peran perilaku manusia dalam pengelolaan sumber daya air. Intervensi edukasi
masyarakat yang berkelanjutan melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) salah
satunya adalah perilaku cucitangan pakai sabun. (Hayat, 2021) Efektifitas intervensi
pengetahuan masyarakat dan praktik langsung cucitangan pakai sabun mencegah terjadinya
penyakit berbasis air. Diperlukan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam
pengelolaan sumberdaya air dengan mengutamakan faktor perilaku manusia untuk menjaga
kelestarian lingkungan perairan di Provinsi Banten.

Daftar Pustaka :

dr. Fadli, Rizal. 2021. Pentingnya Menjaga Lingkungan untuk Kesehatan. Jakarta. Halodoc.

Kasriyati, S.Pd. 2018. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Melalui Lingkungan Keluarga.


Kulon Progo. BootstrapMade.

Wiwin. 2018. Plastik dan Ancaman Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. FK-KMK UGM.

Indri. 2010. Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan yang Lebih Baik Bagi Masyarakat
Terpencil. Jayapura. Unicef.
Firdani

ngsih, Dina. 2021. Sumber Daya Air dan Kesehatan Lingkungan. Banten. CMS.

Anda mungkin juga menyukai