Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PMM-A

A. NAMA MAHASISWA :
NIM :
SEMESTER : IV (empat)
WAKTU DAN LOKASI : 3 April 2018, Laboratorium Mikrobiologi
JENIS PRAKTIKUM : Pemeriksaan Boraks pada makanan
TUJUAN : Mengetahui ada tidaknya boraks dalam makanan
METODE : 1. Nyala api (pengabuan)
2. Colourimetri
PRINSIP : 1. Sampel diabukan dan ditambahkan asam sulfat akan
menjadi asam borat, jika dinyalakan akan berwarna hijau
dalam methanol.
2. Sampel ditambahkan HCl 4N akan membentuk asam
borat yang memberi warna merah dengan penambahan kertas
kurkumin dalam etanol.

B. DASAR TEORI
Di zaman sekarang ketersediaan makanan di muka bumi sangat berlimpah dengan
berbagai jenis rasa, rupa, dan tekstur. Produsen dalam menyediakan makanan dibuat
semenarik mungkin dan berharap makanan tidak cepat rusak (masa simpannya lama).
Pengetahuan dari beberapa produsen yang terbatas mengakibatkan penggunaan bahan kimia
yang berbahaya (bahan yang dilarang penggunaannya dalam makanan) sebagai bahan
tambahan pangan (BTP).
Menurut Wisnu Cahyadi (2006, h. 128) Asam borat (H3BO3) dikenal dengan nama
borax, di Jawa Barat dikenal dengan kata “bleng”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal
dengan nama “pijer”. Bahan ini disalahkan gunakan oleh sebagian masyarakat yakni,
ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan untuk pengenyal ataupun sebagai pengawet.
Menurut Permenkes RI. No. 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP)
di dalamnya tercantum juga bahan yang dilarang digunakan dalam BTP, antara lain adalah
asam borat dan senyawanya (Boric acid), formaldehyde (formalin). Senyawa ini yang
sebenarnya diproduksi untuk kepentingan industry non pangan, yaitu untuk pembuatan bahan
solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptic kayu, dan pengontrol kecoak. Namun
demikian sebagian masyarakat masih menggunakan borax (bleng) untuk pembuatan makanan.
Beberapa makanan yang pembuatannya menggunakan bleng :
1. Karak/lempeng (kerupuk beras), sebagai komponen pembantu pembuatan gendar (adonan
calon kerupuk)
2. Mie basah
3. Lontong, sebagai pengeras
4. Ketupat, sebagai pengeras
5. Bakso, sebagai pengawet dan pengeras
6. Kecap, sebagai pengawet
7. Cenil, sebagai pengeras, menurut FG. Winarno (Th. 1992) dan (Wikipedia.org)
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak serta merta berakibat
buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam tubuh konsumen
secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa diserap melalui kulit.
Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara kumulatif di dalam hati, otak, dan
testis (buah zakar).
Dalam dosis tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing –
pusing, muntah, mencret, kram perut, dan lain – lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks
sebanyak 5 gram di dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada
orang dewasa terjadi jika dosisnya mecapai 10 – 20 gram atau lebih.
Demam, anuria (tidak terbentuknya urin) Koma merangsang system saraf pusat
menimbulkan depresi apatis sianosis tekanan darah turun kerusakan ginjal pingsan kematian.
Tentunya tidak ada seorang pun yang akan mengkonsumsi barang yang diketahui
mengandung zat berbahaya di dalamnya. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui cara
mendeteksi adanya kandungan boraks dalam bahan makanan. Kebanyakan masyarakat
mengira bahwa mendeteksi boraks harus di laboratorium sehingga memerlukan biaya mahal.
Hal ini membuat masyarakat malas menguji dan langsung mengosumsi barang yang dibeli.
Padahal jika dapat mengetahui cara yang benar dan mudah untuk mendeteksi boraks, pasti
masyarakat tidak akan kesulitan untuk melakukan sendiri.
C. PROSEDUR KERJA
a. Metode Nyala Api (Pengabuan)
1. Alat yang dibutuhkan :
a. Mortar dan penggerus (jika diperlukan)
b. Pengaduk kaca
c. Sendok
d. Pipet ukur
e. Pipet filler
f. Cawan Poselin
g. Kompor
h. Furnace
i. Pinset
j. Krustang
k. Sarung Tangan
l. Timbangan
2. Bahan yang dibutuhkan
a. Larutan Kapur
b. Lakmus merah
c. Lakmus biru
d. Methanol
e. Larutan H2SO4 pekat
3. Cara Kerja
a. Metode Nyala Api (Pengabuan)
1) Haluskan sampel makanan, timbang 10 gram, masukkan dalam cawan porselin.
2) Tambahkan larutan kapur jenuh sampai kondisi basa.
3) Isatkan diatas waterbath/kompor.
4) Pijarkan sampai menjadi arang/abu dalam furnace, keluarkan dengan hati-hati.
5) Tambahkan 5 ml larutan H2SO4 pekat aduk.
6) Tambahkan 10 ml Metahanol, nyalakan, hasil ada 2 kemungkinan :
a) Jika nyala api biru (negatif)
b) Jika nyala api hijau (Positif)
7) Catat Hasil Pegamatan
b. Metode Food Test Kit
1. Alat dan Bahan :
a. Rapid test kit untuk Boraks
b. Label
c. Sampel yang akan diuji
d. Air (aquades/air bersih)
e. Masker
f. Sarung tangan
2. Persiapan Sampel Padatan
a. Ambil sampel sesuai dengan teknik pengambilan sampel
b. Iris sampel menjadi potongan kecil
c. Ambil potongan sampel sampai kira – kira 10 gram, lalu masukkan ke dalam
gelas/wadah
d. Tambahkan air secukupnya
e. Sampel yang telah diberi air kemudian diaduk-aduk sehingga dihasilka ekstrak sampel.
3. Langkah Pengujian
a. Teteskan 1 tetes reagent BO-1 pada kertas uji / turmeric paper dan teteskan 1 tetes
cairan sampel (ekstrak sampel) dengan pipet tetes pada tempat yang sama dengan
tetesan reagent BO-1. Kemudian keringkan (dijemur atau dioven) sampai kering.
b. Lalu teteskan 1 tetes larutan BO-2 pada bercak yang sama. Diamati perubahan warna
menjadi hijau kehitaman yang mengindikasikan sampel positif mengandung boron
(Boraks). Warna coklat kemerahan dapat diabaikan.

D. HASIL
1. Metode nyala api (pengabuan)
Sampel = lontong
Hasil = (-) negatif
2. Metode colorimetri
Sampel = lontong
Hasil = (-) negatif
E. PEMBAHASAN HASIL
Berdasarkan hasil pemeriksaan borax pada makanan dengan sampel lontong menggunakan
metode nyala api (pengabuan) yaitu yang sebelumnya sampel dihaluskan lalu ditambah kan larutan
kapur sampai kondisi basa, kemudian pijarkan diata api sampai jadi abu, lalu ditambahkan 5ml H2SO4
dan 10ml Methanol lalu nyalakan dengan api. Sampel yang kami periksa menghasilkan nyala api
berwarna biru yang berarti negatif borax.

Sedangkan berdasarkan pemeriksaan borax dengan sampel yang sama menggunakan metode
colorimetri (Food Test Kit) yaitu dengan menghaluskan sampel makanan yang kemudian dihomogenkan
dengan aquades. Kemudian larutan sampel tersebut diteteskan pada kertas curcuma yang terdapat di
cawan petri yang telah ditetesi larutan BO.1 sebelumnya. Keringkan kertas curcuma didalam
ovenkemudian setelah kering ditetesi lagi dengan larutan BO.2 dan diamati perubahan warna yang
terjadi yaitu warna merah yang berarti negatif karena tidak sesuai dengan warna kontrol.

Hal ini dibuktikan dengan PERMENKES Nomer 033 tahun 2012 tentang BTP yang menyebutkan
bahwa apabila menggunakan metode nyala api maka dinyatakan positif apabila nyala api berwarna hijau
dan apabila nyala api berwarna biru maka dinyatakan negatif borax. Sedangkan jika menggunakan
metode colorimetri dinyatakan positif apabila warna kertas berubah menjadi kehijauan dan dinyatakan
negatif apabila kertas tetaap berwarna merah kebiruan.

F. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pemeriksaan borax pada makanan menggunakan metode nyala api dan
colorimetri dapat disimpulkan bahwa sampel lontong yang kami periksa masih aman dikonsumsi karena
didapatkan hasil negatif borax pada pemeriksaan sampel makanan yang kami lakukan dan sesuai dengan
PERMENKES Nomer 033 tahun 2012.

Purwokerto, 03 Maret 2017


Dosen/ Asisten Mahasiswa

............................................ ...........................................

Anda mungkin juga menyukai