Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN

KONTAMINAN

SEMESTER GANJIL 2019-2020

Analisis Boraks dengan Kurkumin dalam Otak-Otak

Hari / Jam Praktikum : Kamis / 07.00 – 10.00

Tanggal Praktikum : 26 September 2019

Kelompok :2

Asisten : 1. Ai Masitoh
2. Alia Resti Azura

Ayu Utami Dewi 260110170049 (Pembahasan)


Izzah Al Mukminah 260110170050 (Pembahasan)
Oktavia Sabetta S 260110170051 (Tujuan, Prinsip, Reaksi, Editor)
Indah Permata 260110170052 (Alat Bahan, Data Pengamatan)
Gabriella Josephine 260110170053 (Prosedur, Perhitungan, Lampiran)
Hasna Chaerunisa 260110170054 (Pembahasan)
Nurulita Nunggrahaeni 260110170055 (Teori Dasar)

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
Mengetahui kandungan boraks dalam sampel makanan secara kualitatif.

II. Prinsip
2.1.Pembentukan Senyawa Kompleks (Uji dengan Kurkumin)
Kurkumin dapat digunakan sebagai uji deteksi boraks karena
kurkumin akan berikatan dengan asam borat sehingga terbentuk
komponen rosasianin berwarna merah (Halim dan Azhar, 2012).
2.2.Hidroborasi (Flame Test)
Apabila zat yang mengandung boraks dipijarkan dengan api,
maka akan terlihat nyala warna hijau pada pinggiran cawan dengan
penambahan asam sulfat dan metanol (Ulfa, 2015).

III. Reaksi
3.1.Reaksi Pembentukan Kompleks

(Hardcastle, 1960)

3.2.Reaksi Hidroborasi

(Svehla, 1985)
3.3.Reaksi Pembentukan Asam Borat
Na2B4O7 + H2SO4 + 5H2O  4 H3BO3 + 2 Na+ + SO42-
(Svehla, 1985)
IV. Teori Dasar
Peningkatan kualitas hidup manusia tidak hanya melalui dilakukan
dengan hanya meningkatan pendidikan dan ilmu pengetahuan, namun juga
ditentukan oleh kualitas pangan. Pada Undang- undang no. 7 tahun 1996
menyatakan bahwa kualitas pangan harus berkhasiat aman, bergizi,
bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli (Depkes RI, 1988).
Makanan dapat dikatakan baik bagi manusia adalah makanan yang
dapat memenuhi kandungan, persyaratan, dan kebersihan. Di Indonesia
pada umumnya setiap makanan dapat dengan leluasa beredar dan dijual
tanpa harus terlebih dahulu melalui kontrol kualitas dan kontrol kesehatan.
Masalah yang sering kita hadapi dari waktu ke waktu adalah masalah
dibidang keselamatan, yaitu keracunan makanan (Surtono, 2002).
Salah satu penyebab keracunan makanan dapat terjadi karena bahan
tambahan makanan. Penggunaan Bahan Makanan Tambahan (BTM) dalam
proses produksi perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun
konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif
bagi masyarakat. Penyimpangan dalam pemakaiannya akan
membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus
bangsa. Dibidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk
masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi lebih
bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan
keamanan pangan dan pembangunan gizi nasional merupakan bagian
integral dari pada kebijakan pangan nasional, termasuk penggunaan bahan
tambahan makanan (Asternina, 2008).
Bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud
teknologi pada pembuatan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006).
Beberapa Bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,
menurut Permenkes RI No. 772/Menkes/Per/IX/88, sebagai berikut: boraks,
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
formalin, minyak nabati yang dibrominasi, kloramfenikol, kalium Klorat,
dietilpirokarbonat, nitrofuranzon, P-Phenetilkarbamida, asam salisilat dan
garamnya (Depkes RI, 1988).
Boraks merupakan senyawa berbentuk kritasl putih tidak berbau dan
stabil pada suhu ruangan. Boraks adalah senyawa dengan nama natrium
tetraborat (NaB4O7.10H2O) yang jika larut dalam air menjadi asam borat.
Jika boraks tertelan dapat mengakibatkan efek pada susunan saraf pusat,
ginjal, dan hati. Ginjal merupakan organ yang paling megalami kerusakan.
Dosis fatal untuk dewasa adalah 15-20 gram dan anak-anak 3-6 gram
(Tubagus, e al., 2013).
Boraks merupakan zat kimia yang tidak termasuk sebagai bahan
tambahan pangan namun beberapa kali digunakan dalam pembuatan bakso,
otak-otak, mie dan lainnya. Salah satu penambahan boraks dalam bakso
bertujuan agar bakso menjadi kenyal dan awet. Boraks adalah zat yang
digunakan untuk anti jamur, bahan pengawet kayu, dan bahan antiseptik
pada kosmetik. Senyawa tersebut juga digunakan sebagai insektisida untuk
membunuh semut, kecoa, dan lalat (Yiu, 2008).
Boraks masuk dalam salah satu bahan kimia yang dilarang
penggunaannya untuk makanan. Boraks tidak dimetabolisme dalam tubuh
karena diperlukan energi yang lebih besar, yaitu 523 KJ/mol untuk
memecah ikatan antara oksigen dan boron (Santoso, et al., 2019).
Kontaminasi boraks dalam jumlah yang besar di dalam makanan
menyebabkan keracunan pada manusia dengan gejala klinis yaitu batuk,
iritasi mata, muntah, kesulitan bernafas, toksisitas pada sel, dan terkadang
kematian (See et al., 2010).
Boraks dinyatakan dapat mengganggu keseahatan bila digunakan dalam
makanan, misalnya mie, bakso kerupuk. Efek negatif yang ditimbulkan
dapat berjalan lama meskipun yang digunakan dalam jumlah sedikit. Jika
tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal
dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan
organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan organ lain. Dosis
fatal untuk dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g (Astuti, 2017).
Seseorang yang mengkomsumsi makanan yang mengandung boraks
tidak akan langsung mengalami dampak buruk bagi kesehatan, tetapi
senyawa tersebut diserap dalam tubuh secara kumulatif. Selain melalui
saluran pencernaan, boraks dapat diserap melalui kulit. Dosis yang cukup
tinggi dalam tubuh akan menyebabkan munculnya gejala pusing-pusing,
muntah dan kram perut. Pada anak kecil dan bayi, bila dosis dalam
tubuhnya sebanyak 5 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian,
sedangkan untuk orang dewasa kematian terjadi pada dosis 10 sampai 20
gram (Tuubagus, 2013).
Efek boraks pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur
makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso akan
membuat bakso tersebut sangat kenyal dan tahan lama, tetapi makanan yang
telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk
dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji
khusus boraks dilaboratorium (Warni, 2013).
Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan boraks dalam makanan
dapat dilakukan dengan beberapa uji seperti uji nyala api, metode titrasi
volumetrik, dan spektrofotometri. Salah satu prinsip dari analisis
keberadaan boraks dalam makanan adalah perubahan warna saat
pembakaran. Reaksi kimia asam pekat berupa asam sulfat, alkohol berupa
metanol, dan boraks. Boraks akan bereaksi dengan metanol dengan asam
sulfat sebagai katalistaor, menghasilkan trimetil borat. Warna yang akan
menghasilkan warna hijau, warna ini muncuk disebabkan oleh atom yang
terdapat pada asam borat mengalami eksitasi elektron (Kususma, et al.,
2017).
Pemeriksaan boraks dalam sampel, antara lain dengan reaksi dengan
H2SO4 dan metanol pada abu sampel; reaksi kertas tumerik dan amonia
dengan penambahan H2SO4 dan etanol; dan reaksi H2SO4 pada larutan
sampel. Reaksi dengan H2SO4(p) dan metanol pada sampel yang telah
diabukan dalam tanur akan menghasilkan nyala berwarna hijau jika dibakar;
reaksi dengan asam oksalat dan kurkumin 0,125% dalam metanol dengan
penambahan amonia pada larutan abu yang bersifat asam akan
menghasilkan warna merah cemerlang yang menjadi hijau tua kehitaman
(BPOM, 2007).
Analisis kualitatif bisa juga digunakan dengan kertas kunyit/turmerik.
Cara membuat kertas turmerik ini dengan kertas saring yang dicelupkan ke
dalam larutan turmerik (kunyit) yang digunakan untuk mengidentifikasi
asam borat. Uji warna kertas kunyit pada pengujian boraks yaitu dengan
cara membuat kertas turmerik terlebih dahulu. Kunyit ditumbuh dan
disaring hingga di dapat cairan kunyit berwarna kuning kemudian kertas
saring dicelupkan ke dalam cairan kunyit tersebut (Roth, 1988).
Curcuma adalah nama reagen yang mampu mendeteksi boraks hingga
konsentrasi 0,5%. Biasanya reagen curcuma ini berasal dari hasil ekstraksi
kunyit. Reagen yang mudah digunakan adalah reagen yang mudah
mendeteksi berdasarkan pengamatan secara visual secara langsung serta
pengaruh pemanasan terhadap keberadaan boraks. Senyawa kurkumin
dalam kunyit dapat berikatan dengan asam borat yang kemudian akan
membentuk komponen rososianin berwarna merah sehingga dapat
digunakan sebagai uji deteksi boraks (Astuti dan Nugroho, 2017).

V. Alat dan Bahan


5.1.Alat
a) Bunsen i) Penangas air
b) Cawan petri j) Pipet tetes
c) Cawan porselen k) Pipet ukur
d) Erlenmeyer l) Sentrifugasi
e) Korek api m) Spatula
f) Mortir dan stamper n) Tabung reaksi
g) Pemijar o) Timbangan analitik
h) Pengaduk kaca
5.2.Bahan
a) Aquadest
b) CaCO3
c) HCl
d) H2SO4 pekat
e) Kurkumin
f) Metanol
g) NH4OH
h) Sampel Otak-otak

VI. Prosedur
6.1.Pembuatan Kurkumin 1%
Sebanyak 0,75 gram serbuk kurkumin ditimbang lalu dilarutkan
di dalam etanol sebanyak 50 mL. Larutan diaduk sampai homogen dan
terbentuk larutan berwarna jingga.
6.2.Pembuatan HCl 5 N
Sebanyak 12,5 mL HCl 37% diambil dan dilarutkan dengan
aquadest sampai volume mencapai 30 mL.

6.3.Pembuatan Asam Oksalat Jenuh


Sebanyak beberapa gram serbuk asam oksalat dilarutkan dalam
10 mL aquadest sampai terbentuk larutan jenuh.

6.4.Pembuatan Kertas Turmerik


Kertas saring whatmann on. 4 dicelupkan ke dalam larutan
kurkumin selama 30 menit sampai kurkumin teradsorpsi. Kertas
diangin-anginkan sampai kering.

6.5.Pembuatan Larutan Kontrol Positif Boraks


Beberapa gram boraks dilarutkan di dalam aquadest sampai
larut. Larutan dibagi dua untuk analisis uji nyala dan analisis dengan
kertas turmerik.

6.6.Pengujian Kontrol Positif Boraks


a) Uji Nyala
Larutan kontrol positif boraks dikeringkan di atas penangas air
sampai kering. Sebagian residu sampel ditambahkan 1 ml asam
sulfat pekat dan 1 ml etanol 96%. Campuran dibakar dan warna
nyala api diamati.
b) Uji Kertas Turmerik
Larutan kontrol positif boraks ditambah HCl 5 N sampai larutan
bereaksi asam. Disaring ke dalam cawan penguap. Ditambahkan 4
tetes larutan asam oksalat jenuh dan diuapkan di atas penangas air,
residu dicelup dengan kertas turmerik. Perubahan warna yang
terjadi diamati.

6.7.Preparasi Sampel
a) Sentrifugasi
Sebanyak 10 gram sampel otak-otak ditimbang dan diambil lalu
dihaluskan dengan cara digerus dengan ditambahkan 10 mL
aquadest. Sampel yang telah halus dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi sampai batas volume 11 mL. Sampel disentrifugasi
selama 2 menit 3000 rpm sebanyak 2 kali perlakuan sampai didapat
pelet dan supernatan. Supernatan yang dihasilkan diambil untuk
analisis lebih lanjut.
b) Destruksi Kering
Sebanyak 10 gram sampel otak-otak ditimbang dan diambil lalu
dimasukkan ke dalam krus. Sebanyak 1 gram kapur dimasukkan ke
dalam kurus berisi 10 gram sampel. Campuran tersebut dipijarkan
di dalam tanur dengan suhu 600oC sampai terjadi pengabuan
sempurna, yaitu terbentuknya abu berwarna putih.

6.8.Uji Nyala dengan Asam Sulfat pekat dan Etanol 96%


a) Supernatan
Sebagian supernatan diambil dan dikeringkan di atas penangas
air sampai kering. Sebagian residu sampel ditambahkan 1 ml asam
sulfat pekat dan 1 ml etanol 96%. Campuran dibakar dan warna
nyala api diamati.
b) Abu
Sebagian abu ditambahi 1 ml asam sulfat pekat dan 1 ml
metanol. Campuran dibakar dan warna nyala diamati.
6.9.Uji dengan Kertas Turmerik
a) Supernatan
Filtrat hasil sentrifugasi yang lain ditambah HCl 5 N sampai
larutan bereaksi asam. Disaring ke dalam cawan penguap.
Ditambahkan 4 tetes larutan asam oksalat jenuh dan diuapkan di atas
penangas air, residu dicelup dengan kertas turmerik. Perubahan
warna yang terjadi diamati.
b) Abu
Abu yang lain ditambah HCl 5 N sampai larutan bereaksi asam.
Disaring ke dalam cawan penguap. Ditambahkan 4 tetes larutan
asam oksalat jenuh dan diuapkan di atas penangas air, residu dicelup
dengan kertas turmerik. Perubahan warna yang terjadi diamati.
(Hartati, 2017; Indriyati et al, 2017).

VII. Data Pengamatan

No Perlakuan Hasil
7.1 Pembuatan Kurkumin 1%
1. Sebanyak 0,75 gram serbuk Telah ditimbang 0,75 gram serbuk
kurkumin ditimbang lalu dilarutkan kurkumin
di dalam etanol sebanyak 50 mL.
2. Larutan diaduk sampai homogen dan Terbentuk larutan homogen
terbentuk larutan berwarna jingga. berwarna jingga
7.2 Pembuatan HCl 5 N
1 Sebanyak 12,5 mL HCl 37% diambil Telah diambil dan dilarutkan 12,5
dan dilarutkan dengan aquadest mL HCl 37% dengan aquadest
sampai volume mencapai 30 mL. sampai volume mencapai 30 mL
7.3 Pembuatan Asam Oksalat Jenuh
1. Sebanyak beberapa gram serbuk Talah dilarutkan serbuk asam
asam oksalat dilarutkan dalam 10 oksalat dalam 10 mL aquadest
mL aquadest sampai terbentuk sampai terbentuk larutan jenuh
larutan jenuh.
7.4 Pembuatan Kertas Turmerik
1. Kertas saring whatmann on. 4 Kertas whatmann on. 4 telah
dicelupkan ke dalam larutan dicelupkan ke dalam larutan
kurkumin selama 30 menit sampai kurkumin selama 30 menit sampai
kurkumin teradsorpsi. Kertas kurkumin teradsorpsi
diangin-anginkan sampai kering.
7.5 Pembuatan Larutan Kontrol Positif Boraks
1. Beberapa gram boraks dilarutkan di Larutan boraks telah dibagi dua
dalam aquadest sampai larut. untuk analisis uji nyala dan analisis
Larutan dibagi dua untuk analisis dengan kertas turmerik
uji nyala dan analisis dengan kertas
turmerik.
7.6 Pengujian Kontrol Positif Boraks
(a) Uji Nyala
1. Larutan kontrol positif boraks Telah dikeringkan larutan kontrol
dikeringkan di atas penangas air positif boraks di atas penangas air
sampai kering.
2. Sebagian residu sampel
ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat
dan 1 ml etanol 96%.
3. Campuran dibakar dan warna nyala Didapatkan hasil positif boraks
api diamati. (Terbentuk nyala api warna hijau)
(b) Uji Kertas Turmerik
1. Larutan kontrol positif boraks Telah ditambahkan HCl 5 N pada
ditambah HCl 5 N sampai larutan larutan kontrol positif boraks
bereaksi asam. Disaring ke dalam hingga suasana menjadi asam. Dan
cawan penguap. telah disaring dalam cawan
penguap.
2. Ditambahkan 4 tetes larutan asam Telah ditambahkan 4 tetes larutan
oksalat jenuh dan diuapkan di atas asam oksalat jenuh dan diuapkan di
penangas air, residu dicelup dengan atas penangas air, residu dicelup
kertas turmerik. dengan kertas turmerik.

3. Perubahan warna yang terjadi Didapatkan hasil positif boraks


diamati. (terjadi perubahan warna merah
cemerlang menjadi hijau tua
kehitaman).
7.7 Preparasi Sampel
(a) Sentrifugasi
1. Sebanyak 10 gram sampel otak-otak Telah ditimbang sempel otak-otak
ditimbang dan diambil lalu 10,0471 gram dihaluskan dalam 20
dihaluskan dengan cara digerus ml aquadest
dengan ditambahkan 10 mL
aquadest.
2. Sampel yang telah halus dimasukkan Sempel telah di disentrifugasi
ke dalam tabung sentrifugasi sampai selama 2 menit 3000 rpm sebanyak
batas volume 11 mL. Sampel 2 kali perlakuan sampai didapat
disentrifugasi selama 2 menit 3000 pelet dan supernatan.
rpm sebanyak 2 kali perlakuan
sampai didapat pelet dan supernatan.
(b) Destruksi Kering
1. Sebanyak 10 gram sampel otak-otak 10 gram sampel telah dicampur
ditimbang dan diambil lalu dengan 1,0051 gram CaCO3
dimasukkan ke dalam krus.
Sebanyak 1 gram kapur dimasukkan
ke dalam kurus berisi 10 gram
sampel.
2. Campuran tersebut dipijarkan di Campuran telah dipijarkan hingga
dalam tanur dengan suhu 600oC membentuk abu berwarna putih
sampai terjadi pengabuan sempurna, keabu-abuan.
yaitu terbentuknya abu berwarna
putih.
7.8 Uji Nyala dengan Asam Sulfat pekat dan Etanol 96%
(a) Supernatan
1. Sebagian supernatan diambil dan Supernatan telah dikeringkan
dikeringkan di atas penangas air sebagian diatas penangas air
sampai kering.
2. Sebagian residu sampel Telah ditambahkan 1 ml asam
ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat sulfat dan 1 ml etanl 96%
dan 1 ml etanol 96%.
3. Campuran dibakar dan warna nyala Didapatkan hasil negatif boraks
api diamati. (tidak terbentuk api berwarna
hijau)
(b) Abu
Sebagian abu ditambahi 1 ml asam Filtrat telah ditambahkan HCl 5 N
sulfat pekat dan 1 ml metanol. dan 1 ml metanol.
Campuran dibakar dan warna nyala Didapatkan hasil negatif boraks(
diamati. tidak terbentuk api warna hijau)
7.9 Uji dengan Kertas Turmerik
(a) Supernatan
1. Filtrat hasil sentrifugasi yang lain Filtrat telah ditambahkan HCl 5 N
ditambah HCl 5 N sampai larutan sampai larutan bereaksi asam dan
bereaksi asam dan disaring ke dalam telah di saring ke dalam cawan
cawan penguap. penguap.
2. Ditambahkan 4 tetes larutan asam Telah ditambahkan 4 tetes larutan
oksalat jenuh dan diuapkan di atas asam oksalat jenuh dan telah
penangas air, residu dicelup dengan diuapkan di atas penangas air,
kertas turmerik. residu telah dicelup dengan kertas
turmerik.
3. Perubahan warna yang terjadi Didapatkan hasil negatif borak
diamati. (tidak terjadi perubahan warna)
(b) Abu
1. Abu ditambahkan HCl 5 N sampai Telah ditambahkan HCl 5 N
larutan bereaksi asam. Disaring ke kedalam abu dan telah disaring ke
dalam cawan penguap. dalam cawan penguap
2. Ditambahkan 4 tetes larutan asam Telah ditambahkan 4 tetes larutan
oksalat jenuh dan diuapkan di atas asam oksalat jenuh dan telah
penangas air, residu dicelup dengan diuapkan di atas penagas air.
kertas turmerik. Residu telah dicelupkan dengan
kertas tumerik
3. Perubahan warna yang terjadi Didapatkan hasil negatif boraks
diamati. (tidak terjadi perubahan warna)
VIII. Perhitungan
1. Pembuatan Kurkumin 1,5% sebanyak 50 ml
1,5 𝑥
=
100 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
1,5 𝑥 50 𝑚𝑙
x = 100 𝑚𝑙

x = 0,75 gram
2. Pembuatan HCl 5 N Sebanyak 30 ml dari HCl 37%
𝜌 .10. % 1,19 .10. 37
N= = = 12 N
𝐵𝐸 36,5

N1 . V1 = N2 . V2
5 . 30 = 12 . V2
150
V2 = = 12,5 ml
12

IX. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kandungan boraks di dalam
sampel otak-otak secara kualitatif. Pengujian secara kualitatif dilakukan
karena boraks merupakan bahan yang tidak diperbolehkan digunakan pada
makanan, sehingga perlu diuji keberadaan boraks di dalam sampel
makanan. Uji yang dilakukan yaitu uji nyala dan uji menggunakan kertas
turmerik.
Preparasi sampel dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode destruksi
dengan menggunakan tanur dan metode sentrifugasi. Pada preparasi sampel
dengan metode sentrifugasi, sampel digerus terlebih dahulu menggunakan
mortir dan selanjutnya dilakukan sentrifugasi. Penggerusan sampel
berfungsi untuk memperhalus sampel sehingga lebih mudah untuk
dianalisis lalu dimasukan ke dalam sentrifugator. Dilakukan sentrifugasi
untuk memisahkan senyawa uji dengan senyawa lain yang terkandung
dalam sampel. Prinsip sentrifugasi adalah bobot jenis molekul dengan gaya
sentrifugal. Substansi yang memiliki bobot lebih berat akan bergerak ke
bawah lalu mengendap, sedangkan substansi yang lebih ringan akan
cenderung bergerak ke atas. Hal ini dikarenakan pengaruh gaya sentifugal
dan gaya gravitasi yang ada.
Setelah disentrifugasi akan terbentuk 2 lapisan, endapan sampel dan
lapisan larutan bening atau supernatan. Bagian yang diambil adalah
supernatan, karena boraks memiliki kelarutan yang larut dalam air sehingga
boraks tersebut berada di bagian supernatan. Supernatan yang didapat lalu
dibagi menjadi 2 untuk uji nyala dan uji dengan kertas turmerik.
Supernatan diuapkan diatas penangas air, agar konsentrasi sampel
menjadi lebih pekat sehingga memudahkan dalam proses analisis kualitatif.
Residu yang didapat direaksikan dengan asam sulfat (H2SO4) dan metanol.
Penambahan asam sulfat bertujuan untuk mengubah natrium boraks
menjadi asam boraks. Sedangkan penambahan metanol bertujuan untuk
mengubah asam borat sehingga membentuk metil borat lalu dilakukan
pembakaran sehingga membentuk warna hijau jika sampel mengandung
boraks. Warna hijau api yang dihasilkan dari proses pembakaran berasal
dari asam borat yang bereaksi dengan metanol dengan adanya asam sulfat
sebagai katalisator pada reaksi, sehingga menghasilkan trimetil borat.
Trimetil borat merupakan cairan dengan titik didih rendah dan sangat
mudah terbakar. Warna hijau yang timbul dari uji nyala disebabkan karena
adanya pemanasan pada atom boron yang terdapat dalam sampel. Selain itu
pada uji nyala tersebut terjadi eksitasi elektron pada senyawa metilborat
sehingga terjadi perubahan warna nyala api. Karena saat eksitasi terjadi saat
elektron menyerap energi dari luar sehingga saat sumber energi hilang,
elektron akan kembali ke sistem stasioner sambil mengeluarkan cahaya
visibel dan akhirnya terbentuklah nyala api yang berwarna.
Supernatan lainnya direaksikan dengan kertas turmerik. Sebagian
supernatan ditambah dengan HCl 5N dan asam oksalat jenuh. Penambahan
HCl 5 N dilakukan agar membentuk asam borat dari natrium tetraborate
karena senyawa yang terdeteksi adalah asam borat. Selain itu, penambahan
HCl dilakukan untuk membuat suasana larutan menjadi asam sehingga
kurkumin dapat terprotonasi dan dapat bereaksi dengan logam boron pada
asam borat. Penambahan asam oksalat jenuh bertujuan pemberi suasana
asam, karena jika suasananya pada pH basa, kurkumin akan bereaksi
sehingga menyebabkan dekomposisi bertahap serta menganggu proses
pembentukan kompleks. Kertas turmerik yang telah disiapkan kemudian
dicelupkan hingga terbentuk kompleks khelat rososianin berwarna merah
karmesin karena bereaksi dengan kurkumin dengan penambahan asam kuat.
Pembuatan kertas turmerik dilakukan dengan melarutkan kunyit bubuk
dalam etanol. Kurkumin memiliki kelarutan yang tidak larut dalam air dan
eter tetapi larut dalam etanol dan asam asetat glasial. Setelah terbentuk
larutan campuran kunyit dengan etanol, kertas saring yang telah dipotong
dicelupkan ke dalam larutan. Kemudian kertas saring dikeringkan.
Perubahan warna pada proses analisis kualitatif boraks disebabkan
karena kurkumin mampu memutuskan ikatan-ikatan boraks dalam bentuk
natrium tetraborat menjadi asam borat dan mengikatnya kembali menjadi
kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa kompleks
boron cyano kurkumin yang ditandai dengan adanya warna merah.
Metode preparasi sampel dengan destruksi dilakukan dengan
melakukan pemanasan dengan tanur hingga menjadi abu berwarna putih.
Metode destruksi bertujuan untuk merusak zat organik yang terkandung di
dalam sampel. Metode destruksi dilakukan dengan cara menimbang sampel
otak-otak, lalu dimasukkan ke dalam krus dan ditambahkan kalsium
karbonat (CaCO3). Penambahan kalsium karbonat dilakukan untuk
mengikat zat organik yang terkandung di dalam sampel otak-otak agar
dapat rusak secara sempurna sehingga hanya tersisa zat anorganik yang
terdapat di dalam sampel.
Setelah abu terbentuk, selanjutnya dilakukan uji nyala dan uji dengan
kertas turmerik. Prosedur pengujian uji nyala dan uji dengan kertas turmerik
pada metode destruksi sama dengan metode sentrifugasi. Pada uji nyala,
abu dan supernatan masing-masing ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat
untuk membentuk asam borat dari reaksi antara natrium tetraborat dengan
asam sulfat dan ditambahkan 1 mL methanol untuk mengubah asam borat
menjadi metil borat yang akan menghasilkan warna hijau jika bereaksi
dengan api.
Untuk pengujian dengan menggunakan kertas turmerik, abu dan
supernatan masing-masing ditambah HCl 5 N agar membentuk asam borat
dari reaksi antara HCl dengan natrium tetraborat, serta ditambahkan asam
oksalat jenuh untuk membentuk suasana asam. Kertas turmerik yang telah
disiapkan kemudian dicelupkan hingga terbentuk kompleks khelat
rososianin berwarna merah karmesin karena bereaksi dengan kurkumin
dengan penambahan asam kuat.
Tetapi pada uji nyala, sampel tidak menghasilkan warna hijau ketika
direaksikan dengan api sehingga hasilnya negatif. Pada uji dengan
menggunakan kertas turmerik, tidak terjadi perubahan warna dari kertas
tersebut sehingga hasil ujinya juga negatif.
Begitu juga yang terjadi pada uji kertas turmerik, saat kertas turmerik
sudah dicelupkan pada residu kering pada masing-masing abu dan
supernatan, kertas turmerik hanya berubah menjadi lebih gelap tetapi tidak
menghasilkan hasil positif hijau kehitaman. Ketika dibandingkan dengan
kontrol yaitu warna kertas turmerik yang bereaksi dengan boraks, warna
yang dihasilkan berbeda sehingga disimpulkan bahwa pada uji kertas
turmerik memiliki hasil negatif. Pada sebuah penelitian identifikasi boraks
pada makanan (Adawiyah, 2014), dilakukan prosedur limit of detection
(LOD) boraks pada kertas turmerik. Hasilnya adalah kertas turmerik mulai
memberikan hasil negatif boraks pada konsentrasi larutan boraks standar
250 ppm. Maka dapat disimpulkan juga bahwa bisa saja terdapat boraks tapi
dengan konsentrasi kecil dibawah 250 ppm atau 250 mikrogram dalam 1
liter.
Maka dapat diketahui bahwa pada sampel otak-otak hasil kedua uji
adalah negatif sehingga otak-otak yang sering terlihat di pasar tradisional
maupun supermarket terhindar dari boraks yang dilarang penggunaannya
oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, uji nyala tidak memberikan warna hijau
dan uji kurkumin tidak memberikan warna merah cemerlang hingga hijau
kehitaman sebagaimana yang terdapat pada literatur sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel otak-otak tidak mengandung boraks.
Daftar Pustaka

Asterina, E. 2008. Identifikasi dan Penentuan Kadar Boraks Pad Mie Basah Yang
Beredar di Beberapa Pasar Kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas, 32 (2)
: 174 – 178.
Astuti, E.D, dan Nugroho, W.S. 2017. Kemampuan Reagen Curcumax
Mendeteksi Boraks dalam Bakso yang di Rebus. J. Sain Veteriner, 35 (1): 42 –
48
BPOM. 2007. Instruksi Kerja : Identifikasi Boraks dalam Makanan. Surabaya :
BPOM RI.
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: PT.Bumi Aksara
Departemen Kesehatan RI, 1988. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/MenKes/Per/IX/1988, Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Halim dan Azhar A. 2012. Boron Removal From Aquaous Solution Using Curcumin-
Aided Electrocoagulation. Middle-East Journal of Scietific Research. 11(5);
583-588.
Hardcastle, James Edward. 1960. A Study of Curcumin Method for Boron
Determination. Virginia: University of Richmond.

Hartati, Fadjar Kurnia. 2017. Analisis Boraks Secara Cepat, Mudah dan Murah Pada
Kerupuk. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri. Vol. 2(1): 33-37.

Indriyati, W. et al. 2017. Comparative Study On Sample Preparation Method In


Analysis Of Borax In Dates Palm Using Visible Spectrophotometry. Research
Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. Vol. 8: 263-
268.

Kusuma, T., Adelya, D., Yosfi., Lizomha, H., dan Rahma, M. 2017. Pengawasan
Mutu Makanan. Yogyakarta: Universitas Brawijaya Press.
Roth, H.J. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
Santoso,U., Murdiyani, G., dan Eri, H. 2019. Makanan Tradisional Indonesia.
Yogyakarta: UGM Press.
See, A.S., Salleh, A.B, Bakar, F.A., Yuso, NA., Abdulamir, A.S., Heng, L.Y.
2010. Risk and Health Effect of Boric Acid. Am. J. Applied Sci. 7 (5) : 620-
627
Surtono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta : Widya Medika.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Tubagus, I., dkk. 2013. IDentifikasi dan Penetapan Kdar Boraks Dalam Bakso
Jajanan di Kota Manado. Pharmacon, 2 (4), 142 – 148.
Ulfa, A. M. 2015. Identifikasi Boraks pada Bakso Ikan dan Pempek secara Reaksi
Nyala dan Reaksi Warna. Jurnal Kesehatan Holitisme. Volume 9 (3) : 151-157.
Warni, S.A. 2013. Analisis Boraks Pada Bakso Daging Sapi C dan D yang Dijual
di Daerah Lakasantri Surabaya Menggunakan Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 2 (2) : 1 – 10.
Yiu, P.H., See, J., Rajan, A, Bong, A.F.J. 2008. Boric Acid in Fresh Noodles and
Fish Ball. Am. J. Agril. & Biol.Sci. 3(2) : 476-481.
Lampiran

a) Penimbangan Sampel b) Penimbangan Kapur

c) Penghalusan Sampel d) Pencampuran Kapur ke dalam


Sampel
e) Sampel Dimasukkan ke dalam f) Sentrifugasi Sampel
Tabung Sentrifugasi

g) Sampel Dimasukan ke dalam h) Sampel Diabukan pada Tanur


Krus

i) Penyaringan Filtrat j) Penambahan Asam Oksalat


Supernatan
k) Pemanasan Filtrat Supernatan l) Hasil Pengujian Filtrat dengan
pada Penangas Kertas Turmerik

m) Hasil Pengujian Abu dengan n) Hasil Uji Nyala


Kertas Turmerik

Anda mungkin juga menyukai