TINJAUAN PUSTAKA
sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah. Pohon
lengkuas putih umumnya lebih tinggi dari pada lengkuas merah. Pohon
lengkuas putih dapat mencapai 3 meter, sedangkan pohon lengkuas merah
hanya sampai 1-1,5 meter (Sinaga, 2009).
2.1.2 Morfologi Tumbuhan Rimpang Lengkuas Merah
Merupakan terna berbatang semu, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter.
Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh
pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau
agak keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang
tua. Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun
disebelah atas dan bawah biasanya lebih kecil dari pada yang ditengah. Bentuk
daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata.
Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60 cm, dan lebarnya 4-15
cm. Pelepah daun lebih kurang 15-30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah
daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga
lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum,
berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan
bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak diujung batang (Sinaga,
2009).
Buahnya berbentuk bulat dan keras. Sewaktu masih muda berwarna
hijau-kekuningan, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdimeter
lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecilkecil, berbentuk lonjong, berwarna hitam (Sinaga, 2009).
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Alpinia
Spesies
Sinonim
Nama asing
kamfer 1%, galangin, flavanoid, saponin, tanin dan lain-lain. Penelitian yang
lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang
dapat bersifat sebagai antitumor atau antikanker, diantaranya Asetoksi
Chavikol Asetat yang mampu menghambat enzim xhantin oksidase (Anonimb,
2008).
Lengkuas merah adalah salah satu sumber alamiah terbaik dari
kuersetin, suatu bioflavanoid yang secara khusus baik untuk melawan radikal
bebas. Di samping kemampuan antioksidannya, kuersetin juga memiliki sifat
mencegah kanker, anti jamur, antibakteri, dan anti peradangan (Klohs, 2012).
Sebagai antioksidan yang mampu mencegah kerusakan oksidatif dan
kematian sel, kuersetin memiliki beberapa mekanisme kerja, antara lain
menangkap radikal oksigen. Sifat antioksidan yang dimiliki ini membuat
kuersetin mempunyai aktivitas sitoprotektif terhadap tukak lambung yang
diinduksi oleh berbagai senyawa seperti etanol, asam asetat, dan obat-obat
antiinflamasi non steroid (Coskun, dkk., 2004). Selain itu, menurut penelitian
Suzuki, dkk., (2008), membuktikan bahwa selain menunjukkan aktifitas
sitoprotektif pada lambung, kuersetin juga mempercepat penyembuhan tukak
lambung, melalui kemampuan penangkal radikal bebasnya.
2.1.7 Khasiat Tumbuhan
Rimpang lengkuas sering digunakan untuk mengatasi gangguan
lambung, misalnya kolik dan untuk mengeluarkan angin dari perut
(stomachikum), menambah nafsu makan, menetralkan keracunan makanan,
menghilangkan rasa sakit (analgetikum), melancarkan buang air kecil
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna.
b. Sokletasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur
40-50C.
d. Infundasi, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 9698C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekoktasi, adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.4 Mutasi dan Mutagen
2.4.1 Mutasi
Mutasi merupakan perubahan materi genetik yang berupa gen atau
kromosom dari suatu individu dan diwariskan ke generasi berikutnya. Mutasi
yang terjadi pada sel-sel gamet (sel kelamin) akan bersifat menurun, tetapi jika
mutasi tersebut terjadi pada sel-sel somatik (sel tubuh) maka perubahan itu
hanya terjadi pada individu tersebut dan tidak bersifat menurun (Karmana,
2008).
persentasenya
mikronukleus
mudah
0-10%
dipelajari
dan
(Lusiyanti,
waktu
dkk.,
yang
2011).
diperlukan
Metode
untuk
mengamatinya singkat.
Pada mikronukleus, umumnya digunakan sumsum tulang hewan
pengerat, karena:
a. Hewan pengerat sering digunakan sebagai model untuk respons biologis
manusia. Ukuran tubuh yang kecil memudahkan dalam penanganan,
sehingga sering digunakan dalam percobaan in vivo.
b. Sumsum tulang mudah diambil, kemudian dihapuskan di slide dan
diwarnai. Tidak ada kultur jaringan, dan slide dapat segera diamati. Di
sumsum tulang juga banyak ditemukan eritrosit sehingga mempermudah
pengamatan dan meningkatkan keakuratan.
c. Pembentukan eritrosit di sumsum tulang berlangsung terus-menerus, dan
sensitif terhadap efek dari mutagen.
Penggunaan sumsum tulang pada pengujian toksisitas genetik telah
divalidasi. Pedoman mengenai metode mikronukleus yang telah diterbitkan
menunjukkan bahwa sumsum tulang mencerminkan kerusakan kromosom
(Tardiff, 1994).
otak
dan
sumsum
tulang
belakang
yang
bekerja
sebagai
sel-sel
otak.
Blaylock
menyatakan
bahwa
MSG
dapat