: USSI MARTINA
NIM
: 1248201063
BAB I
PENDAHULUAN
maupun
bijinya.
Salah
satunya
adalah
daun
jambu
biji
merah
(Rochmasari,2011).
Jambu biji merah (Psidium guajava Linn) bukan tanaman asli Indonesia.
Berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa jambu biji merah berasal dari Meksiko
Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis salah satu manfaat
jambu biji merah yaitu sebagai obat demam berdarah karena dapat mengindikasi
terbentuknya antibodi (Ali dan Lazan, 2001).
Daun jambu biji mengandung berbagai senyawa kimia aktif diantaranya
flavonoid, triterpenoid,minyak atsiri, tanin, beta sitosterol dan senyawa-senyawa
lainnya (Sine, 2012). Ekstrak dari daun jambu biji memberikan aktivitas antimikroba
yang paling besar, hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya kandungan zat
berkhasiat terutama jenis flavonoid kuersetin (Lanawati dan Devi, 2003).
Senyawa senyawa flavonoid adalah senyawa - senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-senyawa
flavonoid adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoid adalah senyawa
1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diaril
propana.
Flavonoid adalah senyawa fenol terbesar yang ditemukan dialam yang
potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa ini
dapat ditemuka pada batang, daun, bunga, dan buah (Waji dan sugarni, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah fraksi n-butanol daun jambu biji merah dapat diisolasi dengan
kromatografi kolom ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengisolasi flavonoid dari fraksi n-butanol daun jambu biji merah.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pemanfaatan daun
jambu biji merah (Psidium guajava Linn) penghasil senyawa flavonoid yang dapat
digunakan sebagai senyawa obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Deskripsi Tumbuhan
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan
Menurut taksonominya, jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae
: Spermatophyta
: Magnolipsida
: Myrtales
: Myrtaceae
: Psidium
: Psidium guajava L.
Struktur
flavonoid
Daun
guajava L.)
jambu
biji
(Psidium
Struktur kuersetin
2.1.4 Manfaat
Bu
pengulangan
penambahan
pelarut
setelah
dilakukan
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur tangas air
(bejana infus tercelup dalam tangas air mendidih, temperatur terukur 9698C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus yang dilakukan lebih lama (>30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.2.2 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan senyawa berdasarkan
tingkat kepolarannya. Proses pemisahan ini bisa dilakukan dengan
mencampurkan senyawa dengan pelarut yang berbeda kepolarannya artinya
senyawa yang polar akan tertarik dengan pelarut polar dan non polar.
Metode ini didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul
komponen diantara fasa gerak dan fasa diam (hendayana, 2006). Fase diam
yang digunakan pada umumnya adalah silika gel (SiO2) dan alumina
(Al2O3). Untuk fase gerak dapat digunakan pelarut-pelarut organik dengan
berbagai tingkat kepolaran, dengan satu pelarut maupun kombinasi pelarut
pada berbagai pembanding (Gritter, Bobbitt dan Schwarting, 1997).
2.2.3 Isolasi
Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan
senyawa yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal
yang murni. Tumbuhan mengandung ribuat senyawa sebagai metabolit
primer dan metabolit skunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan
alami mengisolasi senyawa metabolit skunder, karena dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia.
Kandungan senyawa dan tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan
pada suatu senyawa yang lebih domonan dan salah satu usaha isolasi
senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang
akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah
melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah
larut dalam pelarut non polar (Harbone, 1987).
2.3 Pemisahan Senyawa Flavonoid
2.3.1 Kromatografi
membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang
ditempuh oleh fase gerak (Gandjar & Rohman, 2007).
Identifikasi dari senyawa yang terpisah pada kromatografi kertas
dapat menggunakan harga faktor retensi (Rf) yang didefinisikan sebagai
berikut (Sastrohamidjoj,2007).
Harga Rf =
cara basah maupun kering (Harborne, 1987). Cara basah, silika gel terlebih
dahulu dijenuhkan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan. Kemudian
dimaasukkn ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit
demi sedikit, sambil kran kolom di buka.
Kemudian pelarut dialirkan hingga silika gel mampat. Setelah silika
gel mampat, pelarut dibiarkan mengalir hingga batas adsorben. Kemudian
kran ditutup dan sampel dimasukkan, sampel yang dimasukkan terlebih
dahulu dilarutkan dalam pelarut hingga di peroleh kelarutan yang spesifik.
Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinjing
kolom sedikit demi sedikit hingga semua sampel masuk. Selanjutnya kran
dibuka dan diatur tetesannya, serta ditambahkan dengan cairan pengelusi.
Tetesan yang keluar di tampung sebagai fraksi-fraksi (Gritter et al, 1991).
Sedangkan cara kering, yaitu dengan memasukan silika gel kedalam
kolom yang telah diberi kapas sedikit demi sedikit dan diratakan dengan alat
pemampat kemudian ditambahkan dengan cairan pengelusi (Gritter el at,
1991).
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
rotari.
fraksinasi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, n-butanol.
Uji skrining fitokimia flavonoid
Fraksi n-butanol di Isolasi dengan kromatografi kolom
Pemisahan senyawa flavonoid dengan KKt.
3.4.3 Ekstraksi
Tumbuhan yang digunakan adalah daun jambu buji merah yang masih
segar sebanyak 5 kg kemudian di kering anginkan kemudian dirajang halus.
Daun yang sudah dirajang halus di ekstraksi secara refluks dengan etanol.
Ekstrak yang dihasilkan dikeringkan dengan menggunakan rotary evaporator
dengan suhu 35-45C, sehingga diperoleh ekstrak kental.
3.4.4 Fraksinasi
Setelah didapat ekstrak kental, ekstrak di fraksinasi berturut-turut dengan
n-heksan, etil asetat, n-butanol dengan corong pisah. Setelah itu dilakukan uji
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas.
3.4.5
Skrining fitokimia
a. Uji alkaloid
Larutan ekstrak sebanyak 0,5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan 1
ml HCL2N, dipanaskan pada penangas air. Setelah dingin, campuran
disaring dan filtrat ditambahkan 2 tetes reagen mayer. Sampel
kemudian diamati hingga keruh atau ada endapan (Mojab,
Kamalinejad, Ghader, & Vahidipour,2003).
b. Uji fenol
n-butanol : metanol (4:6, 2:8). Pada tahap akhir kromatografi kolom, kolom
dicuci dengan mengaliri pelarut metanol 100% untuk membersihkan silika gel
dari sisa ekstrak yang menempel.
Fraksi-fraksi hasil pengoloman ditampung dan kemudian diuapkan
menggunakan rotary evaporator. Seluruh fraksi yang diperoleh diidentifikasi
dengan kromatografi kertas dengan eluen n-heksan:n-butanol dengan berbagai
perbandingan. Kemiripan bercak yang timbul pada lempeng amati baik.
3.4.6
fraksinasi kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah
dan 1 cm dari garis atas dan jarak satu sama lainnya 1 cm. selanjutnya dielusi
dengan menggunakan pelarut yang memberikan pemisahan terbaik hasil KKt,
dengan fase gerak BAA 4:1:5 (v/v). Lalu ditotolkan hasil fraksi n-butanol
dengan jarak 1cm, akan membentuk noda yang terpisah dan dihitung
berdasarkan harga Rf nya. Noda-noda diperiksa dibawah sinar UV pada
panjang gelombang 254 nm dan 366 nm (Saadah,2010).
Kegiatan
Persiapan/pelaksanaan penelitian
Pengolahan data
Ujian akhir
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, goweswin, 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB.
Anggraini, S. 2010. Optimulasi Formulasi Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium Starch
Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol. Skripsi Fakultas Farmasi
Muhammadyah, Surakarta.
Ardianingsih, R 2009. Penggunaan Hight Performance Liquid Chromatography.
Arishandy, Dewi N.A.T., 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari
Daun Sirih Merah (Piper betle L. var Rubrum), Skripsi Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Ariesti, N.D. 2010. Efek Pemberian Ekstrak Daun Cermai (Phyllanthus acidus (L.)
Skeels.) Terhadap Titer Widal O dan Suhu Tubuh Mencit Yang Diindikasi
Infeksi (Salmonella typhi). Farmasi Ngudi Waluyo. Ungaran.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Depkes RI
Gandjar, ibnu, Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gritter Rj, Bobbit JM, Syhwarting AE. 1991. Pengantar Kromatografi. Terjemahan
Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Ghosal, M. & Mandala, P. 2012 Phytochemical Screening And Antioxidant Activitis
Of Two Selected Bihi Fruits Used As Vegatables In Darjeeling Himalaya
International Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Scienes, ISSN :
0975-1491. 4 (2).
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menganalisis
Tumbuhan Institut Teknologi Bandung, Bandung. (diterjemahkan oleh kosasih
padmawinata dan iwang soediro)
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Hieronymus Budi Santoso, 1998. Toga 2 (Tanaman Obat Keluarga). Kanisius.
Yogyakarta
Mundari. Erma. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas pada Ekstrak
Kental dan Kering Etanol Berbagai Konsentrasi dari Daun Keladi Tikus
(Typhonium flagelliforme l). Skripsi Universitas Pancasila : Jakarta.
Mojab, F., Kamalinejad, M., Ghaderi, N., & Vahidipour, H.R. (2003). Phytochemical
Screening Of Some Species Of Irnian Plants. Iranian Journal Of
Pharmaceutical Research. Pp. 77-82.
Nurhanifah, 2009. Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Isolasi Senyawa
Flavonoid Dari Daun Tanaman Ekor Naga (Rhaphidophorapinnata Schott).
Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. Medan.
Lanawati, F.D., dan Devi, S.A. 2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Jambu Biji
Dari Beberapa Kualtivar Terhadap (Staphylococcus aureus) Atcc 25923
5 kg Daun jambu
biji segar
Di
Di tambah etanol
Di refluk
Ekstrak etanol
Dipekatkan dengan
Vacum rotary evaporator.
Ekstrak kental
Dilarutkan dalam air panas
Difraksinasi dengan n-heksana.
Fraksi n-
Fraksi air
Difraksinasi dengan etil asetat.
Fraksi air
Difraksinasi dengan n-butanol.
Fraksi n-butanol
Fraksi air
Di pekatkan
Skrining Fitokimia
Uji kromatografi
kolom
Uji KKT