Anda di halaman 1dari 23

ISOLASI FLAVONOID DARI FRAKSI N-BUTANOL DAUN JAMBU BIJI

MERAH (Psidum guajava)


NAMA

: USSI MARTINA

NIM

: 1248201063

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia kaya akan berbagai keanekaragaman hayati yang berpotensi
untuk dikembangbiakan sebagai bahan obat atau bahan baku obat. Hampir segala
jenis tumbuhan dapat tumbuh diindonesia, dan merupakan sumber penghasil bahan
alam yang dapat digunakan sebagai obat atau bahan baku obat oleh masyarakat.
Manfaat yang dapat diambil dari tanaman tersebut mulai dari akar, batang, daun,
buah,

maupun

bijinya.

Salah

satunya

adalah

daun

jambu

biji

merah

(Rochmasari,2011).
Jambu biji merah (Psidium guajava Linn) bukan tanaman asli Indonesia.
Berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa jambu biji merah berasal dari Meksiko
Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis salah satu manfaat
jambu biji merah yaitu sebagai obat demam berdarah karena dapat mengindikasi
terbentuknya antibodi (Ali dan Lazan, 2001).
Daun jambu biji mengandung berbagai senyawa kimia aktif diantaranya
flavonoid, triterpenoid,minyak atsiri, tanin, beta sitosterol dan senyawa-senyawa

lainnya (Sine, 2012). Ekstrak dari daun jambu biji memberikan aktivitas antimikroba
yang paling besar, hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya kandungan zat
berkhasiat terutama jenis flavonoid kuersetin (Lanawati dan Devi, 2003).
Senyawa senyawa flavonoid adalah senyawa - senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-senyawa
flavonoid adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoid adalah senyawa
1,2 diaril propana, sedangkan senyawa-senyawa neoflavonoid adalah 1,1 diaril
propana.
Flavonoid adalah senyawa fenol terbesar yang ditemukan dialam yang
potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa ini
dapat ditemuka pada batang, daun, bunga, dan buah (Waji dan sugarni, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah fraksi n-butanol daun jambu biji merah dapat diisolasi dengan
kromatografi kolom ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengisolasi flavonoid dari fraksi n-butanol daun jambu biji merah.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pemanfaatan daun
jambu biji merah (Psidium guajava Linn) penghasil senyawa flavonoid yang dapat
digunakan sebagai senyawa obat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Deskripsi Tumbuhan
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan
Menurut taksonominya, jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae
: Spermatophyta
: Magnolipsida
: Myrtales
: Myrtaceae
: Psidium
: Psidium guajava L.

2.1.2 Morfologi Tumbuhan


Jambu biji perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 m, percabangan
banyak. Batangnya berkayu, keras, berkayu, kulit batang licin, mengelupas,
berwarna coklat muda kehijauan.
Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda
berambut halus, permukaan ataus daun tua licin. Helaian daun berbentuk
bulat telur agak lonjong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak
tegak keatas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm,
berwarna hijau. Daun berkerut, warna daun muda berbulu abu abu setelah
tua berwarna merah keunguan. Pertualangan daun menyirip dan berwana
hijau kekuningan.
Bunga tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3
bunga, berwarna putih. Panjang ganggang pertumbuhan 2 cm sampai 4 cm.
bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak
dan mahkota bunga, berbilangan 4.
Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai
hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak,
berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul
ditengah, kecil-kecil keras berwarna kuning kecoklatan (Hapsoh,2011).
2.1.3 Kandungan Kimia
Senyawa aktif yang terkandung pada jambu biji adalah tanin,
minyak atsiri, flavonoid, terpenoid, resin, antosianin, dan alkaloid
(Rochmasari 2011).
Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mengandung


C15 terdiri atas dua fenolat yang dihubungkan dengan tiga karbon.
Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk pada daun.
Flavonoid terdiri dari beberapa golongan utama antara lain antosianin,
flavonol, dan flavon yang tersebar luas dalam tumbuhan.
Sedangkan khalkon, auron, flavonon, dan isoflavon penyebarannya hanya
terbatas pada bagian tertentu saja (Arishandy, 2010).

Struktur

flavonoid
Daun

guajava L.)

jambu

biji

(Psidium

mengandung berbagai macamkomponen,

diantaranya minyak atsiri kelompok senyawa tanin, flavonoid, terpenoid,


resin, antosianin, dan alkaloid (Rochmasari, 2011). Salah satunya senyawa
dari flavonoid yang terkandung dalam daun jambu biji adalah kuersetin
(Anggraini,2010).

Struktur kuersetin

2.1.4 Manfaat
Bu

ah jambu biji memiliki

vitamin C yang berlimpah dan juga mengandung

zat flavonoid yang

berfungsi sebagai antioksidan, salah satu kandungan flavonoid dari daun


jambu biji adalah kuersetin, disamping itu buah jambu biji mengandung
minyak atsiri dan tanin.
Manfaat lain dari buah jambu biji sebagai obat tradisional seperti,
obat luka, menghentikan pendarahan, berguna untuk obat haid dan obat
diare.(Hieronymus, 1998).
2.2 Proses Pemisahan
2.2.1 Ekstrak dan Cara Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuar dengan
mengeskstraksi simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok,
diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak adalah kegiatan
penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan
yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang di ekstrak
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat
larut, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan sehingga ekstrak
menjadi kental. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi
kelarutan dan stabilitas senyawa tersebut terhadap pemanassan, udara,
cahaya, logam berat, dan derajat keasaman (Erma Mundari, 2013).
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksiyang tepat. Ekstraksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kondisi atau keadaan bahan
yang diekstraksi, ukuran partikel bahan, suhu, tekanan, jenis cairan penyari
serta peralatan ekstraksi. Semua faktor tersebut harus diperhatikan agar hasil

ekstraksi yang didapat sesuai dengan yang diinginkan (Erma Mundari,


2013).
a. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi berasal dari kata macerare artinya melunakan. Maserat
adalah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan
maserasi adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia
tersebut dalam cairan penyari (syamsuni,2006) dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan, sedangkan remaserasi
merupakan

pengulangan

penambahan

pelarut

setelah

dilakukan

penyaringan maserat pertama, dan sterusnya (Depkes RI, 2000).


b. Perkolasi
Percolare berasal dari kata colare, artinya menyerkai dan per =
through artinya menembus. Dengan demikian, perkolasi adalah suatu cara
penarikan memakai alat yang disebut perklator dimana simplisia terendam
dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut tersebut akan menetes secara
beraturan (syamsuni, 2006).
Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan
perendaman antara, tahap perklorasi sebenarnya (penetesan/penampungan
perklorat) sampai diperoleh ekstrak (Depkes RI, 2000). Keuntungan dari
metode perkolasi ini adalah proses penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan
lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang
lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).
b. Cara Panas
a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut pada titik didihnya


selama waktu tertentu dengan sejumlah pelarut yang terbatas dan relatif
konstan dengan adanya pendingin yang baik.
b. Sokhletasi
Sokhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
continue dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik yaitu ekstraksi dengan pengadukan
continue pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur 40-50C.

d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur tangas air
(bejana infus tercelup dalam tangas air mendidih, temperatur terukur 9698C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus yang dilakukan lebih lama (>30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.2.2 Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan senyawa berdasarkan
tingkat kepolarannya. Proses pemisahan ini bisa dilakukan dengan
mencampurkan senyawa dengan pelarut yang berbeda kepolarannya artinya

senyawa yang polar akan tertarik dengan pelarut polar dan non polar.
Metode ini didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul
komponen diantara fasa gerak dan fasa diam (hendayana, 2006). Fase diam
yang digunakan pada umumnya adalah silika gel (SiO2) dan alumina
(Al2O3). Untuk fase gerak dapat digunakan pelarut-pelarut organik dengan
berbagai tingkat kepolaran, dengan satu pelarut maupun kombinasi pelarut
pada berbagai pembanding (Gritter, Bobbitt dan Schwarting, 1997).

2.2.3 Isolasi
Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan
senyawa yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senyawa tunggal
yang murni. Tumbuhan mengandung ribuat senyawa sebagai metabolit
primer dan metabolit skunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan
alami mengisolasi senyawa metabolit skunder, karena dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia.
Kandungan senyawa dan tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan
pada suatu senyawa yang lebih domonan dan salah satu usaha isolasi
senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang
akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah
melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non polar lebih mudah
larut dalam pelarut non polar (Harbone, 1987).
2.3 Pemisahan Senyawa Flavonoid
2.3.1 Kromatografi

Kromatografi didefinisikan dinamis dalam sistem yang terdiri dari


dua fase, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam
arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukan perbedaan mobilitas
disebabkan adanya perbedaan dan absorbsi, partisi, kelarutan tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan ion. Dengan demikian masing-masing zat
dapat diidentifikasi atau ditetapkan (Harborne, 1996).
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponenkomponen dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan sifat fisik komponen
yang akan dipisahkan. Pada dasarnya semua kromatografi menggunakan dua
fase, yaitu fase diam (stationer) dan fase gerak (mobile).
Menurut ardianingsih (2009), persyaratan utama kromatografi
antara lain:
1. adanya fase diam dan fase gerak. Fase diam tidak boleh berinteraksi
denyan fase gerak
2. komponen sampel harus larut dalam fase gerak dan berinteraksi dengan
fase diam
3. fase gerak harus bisa mengalir melewati fase diam, sedangkan fase diam
harus terikat kuat pada posisinya.
2.3.2 Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas (KKt) merupakan cara kromatografi yang
paling umum dan berguna, yang dilakukan oleh kimiawan pada saat ini, satu
keuntungan utama KKt ialah kemudahan dan kesederhanaan pada
pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran kertas saring yang

berlaku sebagai medium pemisahan. Pada KKt, senyawa biasanya dideteksi


sebagai bercak berfluoresensi ultraviolet setelah direaksikan dengan
penampakan bercak (Nurhanifah, 2009).
Pada kromatografi kertas sebagai fase diam digunakan sehelai
kertas dengan susunan serabut tebal yang cocok. Pemisahan dapat dilakukan
menggunakan pelarut tunggal dan proses analog dengan kromatografi
penyyerapan atau menggunakan dua pelarut yang tidak dapat bercampur
dengan proses analog dengan kromatografi pembagian, fase gerak merambat
perlahan-lahan melalui fase diam yang membungkus serabut keertas.
Kromatografi kertas dapat dikembangkan dengan cara :
1. Menurun (desendens)
Dilakukan dengan membiarkan fase gerak merambat turun pada kertaas
kromatografi, kertas digantung dalam bejana menggunakan batang kaca
dan batang kaca lain menahan ujung atas kertas yang tercelup dalam fase
gerak. Setelah bejana ditutup. Fase gerak dibiarkan merambat turun pada
kertas.
2. Menaik (esendens)
Kertas digantung pada penggantung berbentuk kail yang dipasang pada
penutup bejana kromatografi. Pelarut diletakkan pada bagian bawah dari
bejana lalu ujung bawah kertas dicelupkan ke dalam fase gerak sehingga
fase gerak merambat naik pada kertas.
3. Mendatar

Kertas yang digunakan berbentuk bulat dan ditengahnya diberi lubang


tenpat untuk meletakan sumbu yang terbuat dari gulungan kertas atau
benang. Fase gerak akan naik membasahi kertas dan merambat melingkar
memisahkan senyawa yang ditotolkan.
2.3.3 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salahsatu metoda
pemisahan senyawa dalam hal ini dilakukan untuk memonitor hasil fraksi
dari kromatografi kolom dengan melihat bercak yang naik pada plat KLT
(Gritter el al, 1997). Biasanya KLT dilakukan dengan cara menotolkan
ekstrak dan fraksi pada plat KlT dan dikembangkan naik di dalam suatu
bejana yang dindingnya dilapisi kertas saring sehingga atmosfer di dalam
bejana jenuh dengan fase pelarut (Harborne, 1987).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) mempunyai banyak keuntungan,
misalnya peralatan yang diperlukan sedikit, murah, sederhana, waktu analisis
cepat dan daya pisah cukup baik (Sudjadi.1983).
Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai
ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng terelusi,
dilakukan deteksi bercak. Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam
dihitung sebagai retention factor (Rf). Nilai Rf diperoleh dengan

membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang
ditempuh oleh fase gerak (Gandjar & Rohman, 2007).
Identifikasi dari senyawa yang terpisah pada kromatografi kertas
dapat menggunakan harga faktor retensi (Rf) yang didefinisikan sebagai
berikut (Sastrohamidjoj,2007).
Harga Rf =

Jarak yang ditempuh senyawa


Jarak yang ditempuh pelarut

2.3.4 Kromatografi Kolom


Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak
berdasarkan adsorbsi dan partisi (Gritter et al, 1991). Kromatografi kolom
membutuhkan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua fase, satu
diantaranya fase diam dan yang lainnya fase gerak. Fase gerak membawa zat
terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lain yang terelusi
lebih awal atau akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media
pemisahan oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut
pelarut (Harborne, 1987).
Pada kromatografi kolom, tabung pemisahan diisi penjerap.
Penjerap bisa digunakan adalah silika gel. Pengujian ini harus dilakukan
secara berhati-hati dan merata. Penjerap dapat dikemas dalam tabung dengan

cara basah maupun kering (Harborne, 1987). Cara basah, silika gel terlebih
dahulu dijenuhkan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan. Kemudian
dimaasukkn ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit
demi sedikit, sambil kran kolom di buka.
Kemudian pelarut dialirkan hingga silika gel mampat. Setelah silika
gel mampat, pelarut dibiarkan mengalir hingga batas adsorben. Kemudian
kran ditutup dan sampel dimasukkan, sampel yang dimasukkan terlebih
dahulu dilarutkan dalam pelarut hingga di peroleh kelarutan yang spesifik.
Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinjing
kolom sedikit demi sedikit hingga semua sampel masuk. Selanjutnya kran
dibuka dan diatur tetesannya, serta ditambahkan dengan cairan pengelusi.
Tetesan yang keluar di tampung sebagai fraksi-fraksi (Gritter et al, 1991).
Sedangkan cara kering, yaitu dengan memasukan silika gel kedalam
kolom yang telah diberi kapas sedikit demi sedikit dan diratakan dengan alat
pemampat kemudian ditambahkan dengan cairan pengelusi (Gritter el at,
1991).

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan di laboratorium kimia STIKES HI jambi, yang
akan dilaksanakan pada bulan mei 2016-juni 2016.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat refluks, oven, Rotary evaporator, spektrofotometer UV-Vis,
timbangan digital, corong pisah, corong, erlemeyer, gelas ukur, tabung reaksi,
pipet ukur, kertas saring, kolom kromatografi, abu ukur, batang pengaduk,
cawan penguap, pipa kapiler, vial, kertas saring.
3.2.2 Bahan
5 kg daun jambu biji merah segar, etanol 96%, n-heksan, etil asetat, nbutanol, asam asetat glasial, asam asetat, alumunium klorida (ALCI 3), asam
borat (H3BO3), nantium asetat (NaOAc), natrium hidroksida (NaOH) silika gel,
plat silika.

3.3 Tahapan Penelitian


1. persiapan sampel yaitu daun jambu biji yang di keringkan
2. ekstraksi flavonoid daun jambu biji dengan metode refluks etanol lalu di
3.
4.
5.
6.

rotari.
fraksinasi dengan pelarut n-heksan, etil asetat, n-butanol.
Uji skrining fitokimia flavonoid
Fraksi n-butanol di Isolasi dengan kromatografi kolom
Pemisahan senyawa flavonoid dengan KKt.

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Pengambilan Bahan
Tumbuhan daun jambu biji merah didapatkan di kota jambi.
3.4.2 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Balai penelitian dan Pengembangan


Botani Herbarium Universitas Andalas (ANDA) Padang, untuk memastikan
kebenaran tanaman tersebut tumbuhan daun jambu biji merah (Psidium
guajava Linn).

3.4.3 Ekstraksi
Tumbuhan yang digunakan adalah daun jambu buji merah yang masih
segar sebanyak 5 kg kemudian di kering anginkan kemudian dirajang halus.
Daun yang sudah dirajang halus di ekstraksi secara refluks dengan etanol.
Ekstrak yang dihasilkan dikeringkan dengan menggunakan rotary evaporator
dengan suhu 35-45C, sehingga diperoleh ekstrak kental.
3.4.4 Fraksinasi
Setelah didapat ekstrak kental, ekstrak di fraksinasi berturut-turut dengan
n-heksan, etil asetat, n-butanol dengan corong pisah. Setelah itu dilakukan uji
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas.
3.4.5

Skrining fitokimia
a. Uji alkaloid
Larutan ekstrak sebanyak 0,5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan 1
ml HCL2N, dipanaskan pada penangas air. Setelah dingin, campuran
disaring dan filtrat ditambahkan 2 tetes reagen mayer. Sampel
kemudian diamati hingga keruh atau ada endapan (Mojab,
Kamalinejad, Ghader, & Vahidipour,2003).
b. Uji fenol

Larutan ekstrak 0,5 ml dalam tabung reaksi ditambahkan air panas,


kemudian ditambahkan 1 tets pereaksi FeCL3 1%. Uji positif
ditunjukan oleh terbentuknya warna hijau, biru atau ungu
(Kadarisman, 2000).
c. Uji flavonoid
Larutan ekstrak 0,5 ml dalam tabung reaksi, ditambahkan serbuk
magnesium 50 mg dan 3 tetes HCL pekat. Uji positif ditunjukkan
oleh terbentuknya warna merah, kuning atau jingga (Chozin, 1996
dalam sutisna, 2000).
d. Uji saponin
Larutan ekstrak 0,5 ml dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml
aquadest dan dikocok kemudian didiamkan selama 15-20 menit. Jika
tidak ada busa = negative, busa lebih dari 1 com = positif lemah,
busa dengan tinggi 1,2 cm = positif, dan busa lebih besar dari 2 cm
= positif kuat (Mojab, Kamalinejad, Ghader, & Vahidipour, 2003).
e. Uji steroid
Larutan ekstrak 0,5 ml dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml
kloroform, kemudian ditambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat dengan cara
diteteskan pelan-pelan dari sisi tabung reaksi. Pembentukan cincin
warna merah menunjukan adanya steroid (Mandala dan Ghasal,
2012).

3.4.6 Isolasi Fraksi n-butanol

Fraksi kental n-butanol yang positif mengandung flavonoid dilakukan


fraksi dengan metode kromatografi kolom. Kolom kromatografi disiapkan dan
dipasang dengan menjepit kolom menggunakan statif. Silika yang digunakan
sesuai dengan perbndingan yaitu 1:20. Tahap selanjutnya kolom kromatografi
disumbat bagian bawahnya dengan menggunakan kapas. Silika gel dibuat
menjadi bubur silika dengan menambahkan pelarut n-heksan dan diaduk hingga
menjadi bubur. Bubur silika gel dimasukan ke dalam kolom kromatografi
secara perlahan-lahan. Setelah itu kolom dialiri dengan pelarut n-heksan,
pelarut n-heksan yang menetes ditmpung, kemudian dimasukan kembali
kedalam kolom sambil diketuk-ketuk sampai silika gel mampat. Tahap
selanjutnya, fraksi kental n-butanol dilarutkan dilarutkan dengan aseton lalu di
homogenkan dengan silika gel untuk preabsorbsi kemudian dimasukan kedalam
kolom.
Kemudian dibuat sistem fase gerak dengan komposisi n-heksan dan nbutanol dengan berbagai perbandingan. Sistem fase gerak yang digunakan
adalah sistem gradien. Fraksinasi pertama dilakukan dengan mengaliri kolom
dengan fase gerak n-heksan 100%. Pelarut yang menetes dari kolom ditampung
dalam vial yang sebelumnya telah ditimbang dan diberi nomor. Penggantian
gradient fase gerak dilakukan ketika gradien sebelumnya telah habis digunakan
untuk mengaliri kolom. Jumlah perbandingan pelarut n-heksan dan n-butanol
yang digunakan selanjutnya adalah (9:1, 8:2, 7:3, 5:5, 2:8), n-butanol 100% dan

n-butanol : metanol (4:6, 2:8). Pada tahap akhir kromatografi kolom, kolom
dicuci dengan mengaliri pelarut metanol 100% untuk membersihkan silika gel
dari sisa ekstrak yang menempel.
Fraksi-fraksi hasil pengoloman ditampung dan kemudian diuapkan
menggunakan rotary evaporator. Seluruh fraksi yang diperoleh diidentifikasi
dengan kromatografi kertas dengan eluen n-heksan:n-butanol dengan berbagai
perbandingan. Kemiripan bercak yang timbul pada lempeng amati baik.
3.4.6

Pemisahan Senyawa Flavonoid dengan Kromatografi Kertas


Pemisahan dengan KKt menggunakan kertas saring whatman no.4. hasil

fraksinasi kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah
dan 1 cm dari garis atas dan jarak satu sama lainnya 1 cm. selanjutnya dielusi
dengan menggunakan pelarut yang memberikan pemisahan terbaik hasil KKt,
dengan fase gerak BAA 4:1:5 (v/v). Lalu ditotolkan hasil fraksi n-butanol
dengan jarak 1cm, akan membentuk noda yang terpisah dan dihitung
berdasarkan harga Rf nya. Noda-noda diperiksa dibawah sinar UV pada
panjang gelombang 254 nm dan 366 nm (Saadah,2010).

3.5 Identifikasi Senyawa Flavonoid


3.5.1 Identifikasi Flavonoid
Uji reaksi warna flavonoid dengan cara 3 tetes sampel dalam tabung
reaksi ditambahkan 1 tetes Fecl3 1% kemudian warna hijau, merah, ungu,
hitam, dan biru.

Larutan ekstrak sebanyak 0,5 ml ditambahkan H2So4 pekat akan terbentuk


warna merah menunjukan adanya flavonoid. 3 tetes dalam tabung reaksi
ditambahkan 1 tetes NaOH 4% kemudian warna dicatat, pereaksi ini
menghasilkan warna jingga-merah pada khalkon, merah-violet pada auron,
kuning pada flavon dan isoflavon, kuning pucat-coklat pada flavonon. (Ariesti,
2010).
3.6 Jadwal pelaksanaan penelitian
Bulan keNo

Kegiatan

Persiapan/pelaksanaan penelitian

Pengolahan data

Penulisan skripsi/makalah seminar

Persiapan seminar hasil

Penyempurnaan skripsi dan persiapan


ujian akhir

Ujian akhir

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, goweswin, 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB.
Anggraini, S. 2010. Optimulasi Formulasi Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium Starch
Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol. Skripsi Fakultas Farmasi
Muhammadyah, Surakarta.
Ardianingsih, R 2009. Penggunaan Hight Performance Liquid Chromatography.

Arishandy, Dewi N.A.T., 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari
Daun Sirih Merah (Piper betle L. var Rubrum), Skripsi Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Ariesti, N.D. 2010. Efek Pemberian Ekstrak Daun Cermai (Phyllanthus acidus (L.)
Skeels.) Terhadap Titer Widal O dan Suhu Tubuh Mencit Yang Diindikasi
Infeksi (Salmonella typhi). Farmasi Ngudi Waluyo. Ungaran.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Depkes RI
Gandjar, ibnu, Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gritter Rj, Bobbit JM, Syhwarting AE. 1991. Pengantar Kromatografi. Terjemahan
Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.
Ghosal, M. & Mandala, P. 2012 Phytochemical Screening And Antioxidant Activitis
Of Two Selected Bihi Fruits Used As Vegatables In Darjeeling Himalaya
International Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Scienes, ISSN :
0975-1491. 4 (2).
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Moderen Menganalisis
Tumbuhan Institut Teknologi Bandung, Bandung. (diterjemahkan oleh kosasih
padmawinata dan iwang soediro)
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Hieronymus Budi Santoso, 1998. Toga 2 (Tanaman Obat Keluarga). Kanisius.
Yogyakarta
Mundari. Erma. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas pada Ekstrak
Kental dan Kering Etanol Berbagai Konsentrasi dari Daun Keladi Tikus
(Typhonium flagelliforme l). Skripsi Universitas Pancasila : Jakarta.
Mojab, F., Kamalinejad, M., Ghaderi, N., & Vahidipour, H.R. (2003). Phytochemical
Screening Of Some Species Of Irnian Plants. Iranian Journal Of
Pharmaceutical Research. Pp. 77-82.
Nurhanifah, 2009. Karakterisasi Simplisia, Skrining Fitokimia Dan Isolasi Senyawa
Flavonoid Dari Daun Tanaman Ekor Naga (Rhaphidophorapinnata Schott).
Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. Medan.
Lanawati, F.D., dan Devi, S.A. 2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Jambu Biji
Dari Beberapa Kualtivar Terhadap (Staphylococcus aureus) Atcc 25923

Dengan Hole-Plate Diffision Method. Fakultas Farmasi Universitas Katolik


Widya Mandala. Surabaya.
Rocmasari, Y. 2011. Studi dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa kimia Dalam
Fraksi Netral Daun Jambu Biji Australia (Psidium guajava L.). Skripsi
FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Saadah, L. 2010. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Tanin Dari Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Skripsi Fakultas Sains Dan Teknologi (UIN)
Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Sastrohamidjojo, H. 2007. Dasar-Dasar Spektrosfotokopi, edisi kedua, cetakan
kedua. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Fakultas Farmasi UGM.
Bandung: Ghalia Indonesia
Syamsuni, H. A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran FGC.
Waji, R.A., dan Sugrani Andis, 2009. Kimia Organik Bahan Alam Flavonoid
(Quercetin). FMIPA Universitas Hasanudin. Bandung.

Lampiran1. Skema kerja

5 kg Daun jambu
biji segar
Di

Di tambah etanol
Di refluk

Ekstrak etanol
Dipekatkan dengan
Vacum rotary evaporator.

Ekstrak kental
Dilarutkan dalam air panas
Difraksinasi dengan n-heksana.

Fraksi n-

Fraksi air
Difraksinasi dengan etil asetat.

Fraksi etil asetat

Fraksi air
Difraksinasi dengan n-butanol.

Fraksi n-butanol

Fraksi air

Di pekatkan

Fraksi kental n-butanol

Skrining Fitokimia

Uji kromatografi
kolom

Uji KKT

Anda mungkin juga menyukai