Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN PERSALINAN PREMATURITAS DENGAN FAKTOR-

FAKTOR RISIKO PADA IBU HAMIL DI RSUD RADEN MATTAHER


JAMBI

Oleh:
ANERZA NURFITRI
G1A112014
Pembimbing Substansi : dr. Panggayuh Wilutomo, Sp.OG
Pembimbing Metodologi : dr. H. Armaidi Darmawan M.Epid
Penguji I : dr. Firmansyah, Sp.OG
Penguji II : dr. Ave Olivia Rahman, M.Sc
Latar
Belakang

Persalinan Preeklampsia Kehamilan


Usia ibu Paritas
Prematuritas berat gemelli

Ketuban Plasenta Solusio


pecah dini previa plasenta

RUMUSAN MASALAH?
Adakah hubungan Persalinan Prematuritas dengan
Faktor-Faktor Risiko pada ibu hamil di RSUD Raden
Mattaher Jambi?
Tujuan
TujuanUmum
Umum Tujuan
TujuanKhusus
Khusus

BAGI
PENELITI

MANFAAT? INSTITUSI
KESEHATAN

PENELITI
LAIN
TINJAUAN
PUSTAKA
PREMATURITAS

Faktor-faktor
yang
Pengertian klasifikasi Ciri-ciri
berhubungan

Penatalaksanaan komplikasi
Panduan OAT yang digunakan oleh Program
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau
2HRZA(S)/4-10HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana
pasien TB RESISTEN OBAT DI Indonesia
terdiri dari OAT lini ke -2 yaitu Kanamisin,
Kapreomisin, Levofroksasin, Etionamide,
sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT
line -1, yaitu Pirazinamid dan Etambutol.9
KERANGKA TEORI KERANGKA KONSEP
Faktor
Faktor Faktor kehamilan
sosial kesehatan ibu Usia
ekonomi Plasenta ibu
Preeklampsia
Pendidik previa
berat
an rendah Solusio
paritas
Ibu yang plasenta
Hamil
perokok Faktor usia ibu
ganda
Gizi Ketuban PEB
Preeklampsia
kurang berat pecah dini Kehami
Persalinan
paritas
Prematur lan
Gemelli
KPD
Plasent
a
Previa
Solusio
plasent
PERSALINAN a
PREMATUR
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Desain Unmatching case control study


Penelitian
Tempat dan Pada bulan Agustus September 2016 di Ruang
waktu Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi
penelitian

Subjek Populasi
Penelitian
Sampel

Kriteria Inklusi
dan Kriteria
eklusi
Definisi Operasional
Instrumen Lembar Checklist
Penelitian

Metode
Pengambilan Data sekunder
Data
Teknik
pengambilan semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi
dengan menggunakan lembar checklist
data
Dengan mempelajari catatan rekam medik
Etika Penelitian kejadian persalinan prematuritas yang diperoleh
dan alur Penelitian dari bangsal dan laporan rumah sakit
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1.3 Distribusi Frekuensi Keteraturan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) berdasarkan:
a. Jenis Kelamin

b. Umur
d. Pekerjaan

c. Pendidikan
e. Peran PMO

f. Jenis PMO
g. Pendidikan PMO

h. Pelayanan Kesehatan
Hubungan Efek samping obat dengan Keteraturan minum Obat Anti
Tuberkulsis (OAT)
KESIMPULAN
Tingkat keteraturan cenderung sama antara laki-laki dan perempuan. Presentase tidak
teratur tebanyak pada usia lanjut. Penderita dengan pendidikan tinggi lebih teratur dari
penderita dengan pendidikan rendah. Penderita yang memiliki pekerjaan lebih teratur
dari pada penderita yang tidak memiliki pekerjaan
penderita dengan Peran PMO baik lebih teratur dibandingkan dengan PMO kurang
baik. Penderita dengan PMO anggota keluarga lebih teratur dibandingkan PMO bukan
anggota keluarga. Penderita TB dengan PMO Berpendidikan Tinggi lebih teratur
dibandingkan PMO dengan pendidikan rendah.
Penderita yang mendapatkan pelayanan kesehatan baik lebih teratur dibandingkan
pelayanan kesehatan kurang baik.
sebagian besar pasien mengalami efek samping obat teratur minum obat anti
tuberkulosis
Tidak ada hubungan yang bermakna antara efek samping obat
dengan keteraturan minum obat pada pasien TB di puskesmas Putri
Ayu Kota Jambi
Saran
Bagi Pihak Puskesmas
Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia
2011.(serial online)2012.diakses melalui www.Bappenas.go.id/files/eks/2012
2. Word Health Organization. Global Tuberculosis Report.(serial online).2014 [di kutip pada 1 september 2015]
Diakses melalui www.who.int/tb
3. TB Indonesia. Country Profile Indonesia.(serial online).2009 [di akses 13 september 2015] melalui situs:
http://www.tbindonesia.or.id/tbnew
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.Jakarta: Bakti
Husada. 2008
5. Santha T, Garg R, Frieden TR, et al Risk factors with default, failure and death among tuberculosis patients
treated in a DOTS programme in Tiruvallur District, South India. J Tuberc Lung Dis.2000 sep;6(9);780-8
6. Jajat, H. Penelitian. 1998 Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB Paru BTA
Positif di Kabupaten Pontianak tahun 1998.Tesis: Program Pasca Sarjana FKM UI, Depok, 1998.
7. Kementerian kesehatan Republik Indonesia. Infodatin Tuberkulosis. (online).2015 melalui situs: www.depkes.go.id
8. Crofton, John., dkk. Tuberkulosis Klinis. Ed 2.Jakarta: Widya Medika.2002.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.Jakarta: Bakti
Husada.2014
10. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi ke 10. Penerbit buku kedokteran.EGC.2012
11. CDC. Trend in Tuberculosis, 2008 available at http://www.cdc.gov/tb/statistics/reports/2008/default.htm
12. Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta, 2007.
13. Wu, P.-S., Chou, P., Chang, N.-T., Sun, W.-J., & Kuo, H.-S. Assessment of Changes in Knowledge and
Stigmatization Following Tuberculosis Training Workshop in Taiwan. Elsevier and Formosan Medical Association,
108(5), 377385.(2009)
14. Rian,S. 2010. Pengaruh Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis terhadap Kejadian Defauukt di Rumah Sakit Islam
Pondok Kopi Jakarta Timur Januari 2008-Mei 2010 Tesis: Universitas Indonesia.(2010)
15. Ubaidillah. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakteraturan Berobat Penderita TB Paru di Kabupaten Lahay Provinsi
Sumatera Selatan: Analisis Data Sekunder. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.(2010)
16. Ibrahim, L. M., Hadejia, I. S., Nguku, P., Dankoli, R., Waziri, N. E., Akhimien, M. O.. Nsubuga, P. Factors associated with
interruption of treatment among Pulmonary Tuberculosis patients in Plateau State, Nigeria. 2011.The Pan African Medical Journal,
17, 78. doi:10.11604/pamj.2014.17.78.3464.(2014)
17. Syaumaryadi, Hubungan Keluhan Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis dengan Ketidakpatuhan Berobat Penderita TB Paru di Kota
Palembang tahun 1999-2000. Tesis: Program Pasca Sarjana Ilmu Epidemiologi Kekhususan Epidemiologi Lapangan,FKM
Universitas Indonesia,2001.
18. Notoatmojo Soekidjo. Rancangan Survei Cross sectional, Dalam: Buku Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta.Rineka
Cipta.2010:41
19. Lameshow S. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1997
20. Morinsky DE,Green lw, Levine DM.Concurrent and predictive validity of a self-reported measure of medication adherence. Med
care 1986;24;67-74.
21. Riset Keehatan Dasar 2007
22. Maulidia DF.2014.Hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pada Penderita Tuberkulosis di Wilayah
Ciputat Tahun 2014.FKIK UIN Syarif Hiudayatullah.(2014)
23. Amirudin R.Faktor Keberhasilan Konversi Pada Penderita Tuberkulosis Paru diPuskesmas Jongaya Tahun 2006. FKM Universitas
Hasanudin. (2006)
24. Junita F.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru di
Puskesms Kecamatan Jatinegara Tahn 2012. Stikes Medistra Indonesia Bekasi. (2012)
25. Notoatmojo,S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta.Rineka cipta:2007
26. Haniyah Siti, Wibowo Topan Heri, Setiawan iis. (2012).Kaitan Tingkat Pendidikan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Tuberkulosis (TB) Paru di Puskesmas Bobotsari Kabupaten Purbalingga. Jurnal Stikes Harapan Bangsa. Volume 5, no 2.
27. Lisu Pare Amelda, Amirudin Ridwan, Leida ida (2013) Hubungan Antara Pekerjaan, PMO, Pelayanan Kesehatan, Dukungan
Keluarga dan Diskriminasi Dengan Perilaku Berobat Pasien TB paru. Repository Universitas Hasanudin
28. Hapsari J.Hubungan Kinejra Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Strategi Dots di RSUD
DR Moewardi Serakarta.Universitas Sebelas Maret (2010)
29. Prabowo Rivangga DR. Hubungan Atara Peran Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan Kunjungan Berobat Pada
Pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Puskesmas Nogosari Boyolali.Universitas Muhammadiyah Surakarta. (2014)
30. Saltarina Fitria, Islamy Nurul, Rasely Mutiara C.(2011).Hubungan Pendidkan dan Pengetahuan Pengawas Minum Obat (PMO)
Terhadap Keteraturan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten Tulang Bawang
Barat. Jurnal FMIPA Universitas Lampung.
31. Maisaroh S.Faktor-faktor Yang Berhubungan Denga Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru di Klinik Respiratory Centre
(JRC)/PPTI Tahun 2009. FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.(2009)
32. Erawatiningsih Erni, Purwanta, Hery Subekti. (2009).Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat Pada Penderit
Tuberkulosis Paru. Berita Kedokteran Masyarakat. Volume 25,No3. http//jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3558/3047
33. Zuliana I.Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan dan Faktot Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat
Kepatuhan Penderita TB Paru Dalam Pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009. FKM Universitas
Sumatera Utara. (2009).
34. Hayati Armelia. Evaluasi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Tahun 2011 di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas
Depok.Departemen Farmasi Universitas Indonesia. (2011)
35. Amaliah R.Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kegagalan Konversi Penderita TB Paru BTA Positif Pengibatan Fase Intensif
di Kabupaten Bekasi Tahun 2010. FKM Universitas Indonesia.(2012).
36. Bello S.I, Itiola a.o, Drug Adherence Amongst Tuberculosis Patients In The University Of Ilorin Teaching Hospital,Ilorin,Nigeria.
Afr.J.Pharm,Pharmacol. Volume 4.No 3. www.academicjournals.org/journal//

Anda mungkin juga menyukai