MEDICINE
Bhisma Murti
Vitri Widyaningsih
• “Evidence-based
medicine is the
integration of best
research evidence with
clinical expertise and
patient values”
– EBM adalah integrasi
bukti-bukti riset terbaik
dengan keterampilan
klinis dan nilai-nilai
pasien (Sackett et al., 2000).
EBM STEPS
Langkah Evidence-Based Practice
5 Langkah EBM:
Tabel 1.2 Bukti berorientasi penyakit (‘DOE’) versus bukti berorientasi pasien
(‘POEM’)
Contoh Disease-Oriented Patient-Oriented Catatan
Evidence (DOE) Evidence that
Matters (POEM)
Terapi Encainide Encainide Hasil riset yang
Antiaritmia menurunkan PVC meningkatkan menghasilkan DOE
pada pembacaan EKG kematian bertentangan dengan
riset POEM
Terapi Terapi antihipertensi Terapi antihipertensi Hasil riset DOE sesuai
Antihipertensi menurunkan tekanan menurunkan dengan riset POEM
darah kematian
Skrining Skrining PSA Skrining PSA tidak Hasil riset POEM
prostat mendeteksi dini menurunkan tidak mendukung
kanker kematian karena riset DOE
kanker prostat
Encainide – agen antiaritmia. PVC= premature ventricle contraction, disebut juga denyut jantung
ektopik, extrasystole. Tes PSA= tes Prostate Specific Antigen
Mencari Bukti (Cont’d)
Perhatikan nilai
kekuatan bukti
yang bisa
diharapkan dari
sebuah desain
studi ketika
melakukan
Critical Appraisal
Pyramid of Evidence in EBM
Rank (Level) of Evidence
Grades of recommendation and levels of evidence for therapy or prevention. Material adapted from
the recommendations at the centre for evidence-based medicine in Oxford (courtesy Dr D.L.
Sackett)
Strategi Pencarian Bukti
Judul Artikel
Tidak
Artikel asli/kajian kritis?
Apakah berhubungan langsung
dengan praktik?
Teruskan
Ya Pencarian
Bukti dari
Abstract artikel
berikutnya
Tidak
Relevan dengan pertanyaan
klinis (PICO)?
Ya
Bad outcome:
Harm, Mencegah ─ Komplikasi
adverse Terapi ─ Disfungsi
outcome ─ Cacat
─ Rekurensi
─ Kematian
Tiga Macam Efek Terapi/
Intervensi Medis
1. Menurunkan risiko terjadinya hasil yang
buruk (bad outcome)
• Hasil buruk: merupakan akibat buruk dari
penyakit seperti komplikasi, kecacatan,
disfungsi, rekurensi, relaps, atau kematian.
Contoh: terapi insulin intensif menurunkan risiko
retinopati diabetik
2. Meningkatkan probabilitas terjadinya hasil
yang baik (good outcome)
• Hasil baik: kesembuhan, remisi, regresi, perbaikan
klinis lainnya, atau perbaikan hasil laboratorium.
Contoh: terapi insulin intensif menurunkan level
HbA1c sampai pada level yang optimal
3. Meningkatkan probailitas terjadinya hasil
buruk yang tidak diinginkan (harm,
adverse effect): Contoh: terapi insulin intensif
meningkatkan risiko hipoglikemia
CRITICAL APPRAISAL
(VIA)
VALIDITY
Validity: Efek Sesungguhnya atau Efek
Palsu?
Validity dan Precision: Kesalahan
Sistematis (Tidak Valid, Bias) dan
Kesalahan Random (Kurang Presisi)
Validity dan Precision: Efek Ukuran
Sampel terhadap Kesalahan Sistematis
dan Kesalahan Random
Kesalahan Kesalahan
random
Kesalahan
sistematis
Ukuran sampel
(sample size)
Pengaruh Bias, Confounding, dan Peran
Peluang Terhadap Efek Terapi
Akupunktur Kontrol
Positif Negatif
(ada efek) (tiada efek)
Populasi sumber
(terjangkau)
Random
sampling
Sampel
Randomisasi
(randomization, random
allocation, random
assignment)
Kelompok Kelompok
eksperimen kontrol
Randomisasi versus Restriksi
(Kriteria Inklusi/ Eksklusi)
Randomisasi: Restriksi (Kriteria
─ Mendistribusikan semua Inklusi/ Eksklusi):
faktor perancu, baik yang
─ Membatasi sampel penelitian menurut
diketahui maupun tidak
kriteria tertentu, sehingga kelompok
diketahui peneliti, baik yang
eksperimen dan kelompok kontrol
bisa atau tidak bisa diukur
serupa
oleh peneliti, termasuk
faktor genetik, secara Hindari metode ini
seimbang ke dalam
kelompok eksperimen dan
(Kontraproduktif!):
kelompok kontrol 1. Memangkas sampel potensial
(ukuran sampel kecil p besar,
CI95% lebar
2. Sampel penelitian menjadi sangat
spesifik Applicability rendah!
Validity: Menilai Validitas (Kebenaran) Efek Terapi
Tabel Menilai validitas kesimpulan tentang efektivitas terapi
No Kriteria Ya Tidak Tidak
jelas
1 Apakah peneliti melakukan randomisasi dalam
menempatkan pasien ke dalam kelompok
eksperimental dan kelompok kontrol?
2 Apakah kelompok-kelompok yang diteliti
sebanding pada awal penelitian?
3 Kecuali intervensi yang diberikan, apakah
kelompok-kelompok yang diteliti mendapat
perlakuan yang sama?
4 Apakah semua pasien yang diteliti dianalisis
sesuai dengan hasil randomisasi?
5 Apakah pengukuran hasil dilakukan dengan
objektif dan ‘buta’ tentang siapa mendapat
intervensi?
Komentar:
IMPORTANCE
Importance: Lihat Ukuran Efek dan
CI95%
Tabel 11 Besarnya RR (atau OR) dan interpetasi Tabel 3 “Rule of Thumb” untuk
tentang kekuatan hubungan antara intervensi menginterpretasikan NNT tentang keefektifan
(paparan) dan outcome (penyakit) klinis terapi kuratif dan preventif
RR (atau OR) Interpretasi NNT Interpretasi
Meningkatk Menurunka Terapi kuratif
an risiko n risiko 1-4 Sangat efektif
≥4 Efektif/ Kurang
1.0 1.0 Tidak terdapat
efektif
hubungan/ tidak ada
efek Terapi preventif
>1.0 - <1.5 >0.67 - Hubungan lemah < 60 Efektif
<1.0 ≥ 60 Kurang/ tidak efektif
≥1.5 - <3 >0.33 - Hubungan sedang
≤0.67
≥3.0 - >0.10 - Hubungan kuat
<10.0 ≤0.33
≥10.0 ≤0.10 Hubungan sangat kuat
Importance: Menilai Kemaknaan Klinis
Efek Terapi
Tabel Menilai kepentingan (kemaknaan klinis) efek terapi
No Kriteria Ya Tidak Tidak
jelas
1 Apakah intervensi memberikan efek 1. Konsistensi temuan
cukup besar? ditunjukkan oleh nilai p
2 Apakah estimasi efek intervensi 2. Presisi estimasi
memiliki presisi yang cukup tinggi? ditunjukkan oleh CI95%
Komentar:
1. RR = Rasio Risiko
2. OR = Odds Ratio
3. ARR= Absolute Risk Reduction
4. RRR= Relative Risk Reduction
5. ABI= Absolute Benefit Increase
6. RBI= Relative Benefit Increase
7. NNT= Number Needed To Treat
8. NNH= Number Needed To Harm
Meta-analisis:
Contoh menilai
efektivitas
levosimendan
versus plasebo
dan dobutamin
untuk mencegah
kematian pasien Gambar 9 Kajian sistematis tentang efek terapi levosimendan versus plasebo terhadap mortalitas
pasien kegagalan jantung kongestif. Sumber: Ribiero et al., 2010.
gagal jantung
kongestif
Gambar 10 Kajian sistematis tentang efek terapi levosimendan versus dobutamin terhadap
mortalitas pasien kegagalan jantung kongestif. Sumber: Ribiero et al., 2010.
Importance: Melakukan/ Tidak Melakukan
Tes Diagnostik
Jangan Tes diagnostik
lakukan tes tidak
Tes diagnostik bermanfaat
LR(+) <5.0
Lakukan tes
Populasi Validitas
Validitas sumber eksternal
internal
(populasi
(generalizability,
Inferensi terjangkau)
applicability)
statistik
Sampel
(populasi studi)
Kelompok Kelompok
studi studi
KEY CONCEPTS
Probabilitas Kebenaran Diagnosis dan
Interpretasinya
• probabilitas kebenaran
Pretest diagnosis sebelum
Probability menggunakan tes
diagnostik
•probabilitas kebenaran
Posttest diagnosis sesudah
Probability menggunakan tes diagnostik
Probabilitas Kebenaran Diagnosis dan
Interpretasinya
Ketidakpastian kebenaran diagnosis dikuantifikasi dalam konsep probabilitas
Probabilitas Interpretasi
0 Diagnosis pasti tidak benar
0.05 Hampir pasti diagnosis tidak benar
0.20 Kemungkinan diagnosis benar sangat kecil
0.30 Kemungkinan diagnosis benar kecil
0.50 Kemunginan diagnosis benar atau salah sama kuat
0.70 Kebenaran diagnosis belum meyakinkan
0.80 Kebenaran diagnosis cukup meyakinkan
0.95 Kebenaran diagnosis sangat meyakinkan
1.0 Diagnosis pasti benar
Pretest Probability dan Pengambilan
Keputusan Klinis
Pretest Jangan lakukan
Anamnesis probability tes maupun
<0.30 terapi
Pemeriksaan
fisik Pretest Lakukan tes
Diagnosis probability
Pengalaman ≥0.30 - <0.80
klinis
Pretest Jangan
Prevalensi pada probability lakukan tes
populasi ≥0.80 Beri TERAPI
yang tepat
Akurasi Tes Diagnostik
Tabel 2x2 untuk menilai akurasi (validitas) tes penunjang diagnostik
Contoh: