TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
7
2.1.2 Morfologi
dengan berbagai nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke
Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa
Tenggara). Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi
3–7 meter, bercabang, kadang-kadang batang berduri dengan akar tunjang sekitar
pangkal batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 8–12cm; ujung daun
segitiga lancip-lancip tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur
daun berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral,
Tanaman pandan wangi dapat dengan mudah dijumpai di daerah tropis dan
secara liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh
liar ditepi sungai, rawa, dan tempat-tempat lain yang tanahnya agak lembab dan
dapat tumbuh subur dari daerah pantai sampai di daerah dengan ketinggian 500
8
2.1.4 Kandungan Daun Pandan Wangi
diantaranya alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, dan zat warna. Menurut
a. Alkaloid
ditemukan di
luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid
pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pada pandan wangi,
b. Saponin
Saponin adalah suatu glikosida alamiah yang terikat dengan steroid atau
mempunyai sifat bermacam-macam, yaitu memiliki rasa manis atau pahit, dapat
9
c. Flavonoid
flavonoid. Flavonoid dikenal sebagai salah satu substansi antioksidan yang sangat
kuat sehingga dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi pada oksigen
dalam tubuh manusia. Senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang
sebagian besar dapat ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Saat ini lebih dari
d. Tanin
pada tanaman. Tanin merupakan astrigen, polifenol, memiliki rasa pahit, dapat
mengikat dan mengendapkan protein serta larut dalam air (terutama air panas).
Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer yang kuat dan tidak
larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan,
yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
10
bakteri dan menginaktivasi protein transport dinding sel bakteri sehingga merusak
dinding sel bakteri Secara fisika, tanin memiliki sifat antara lain akan membentuk
koloid jika dilarutkan ke dalam air, memiliki rasa asam dan sepat, jika dicampur
dengan alkaloid dan gelatin akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal, dan
ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tetentu dan menggunakan medium
dasarnya terdapat dua prosedur untuk membuat sediaan obat tumbuhan, salah
satunya dengan cara ekstraksi. Cara ekstraksi yaitu bahan segar yang telah
ekstraksi yang digunakan tergantung dari kelarutan bahan yang terkandung dalam
tanaman serta stabilitasnya. Ekstraksi yang tepat tergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang
diisolasi. Proses ekstraksi merupakan proses penarikan zat pokok yang diinginkan
dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dengan zat
yang diinginkan larut (Voigt, 1995). Kandungan kimia dari suatu tanaman yang
11
sehingga perlu untuk memisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok
a.Cara dingin
1). Maserasi
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
kosentrasi larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel maka larutan terpekat
antara larutan didalam dan diluar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa
air, etanol, metanol, etanol-air atau pelarut lainnya. Remaserasi berarti dilakukan
maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana yang
mudah diusahakan.
12
2).Perkolasi
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses perkolasi
terdiri dari tahapan pengembang bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
ekstrak (perkolat).
b.Cara panas
1). Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
2). Sokletasi
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan
3). Digesti
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
4). Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
13
2.3 Bakteri Staphyloccocus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
a.Klasifikasi Ilmiah
Domain :Bacteria
Kingdom :Eubacteria
Divisi :Firmicutes
Class :Cocci
Ordo :Bacillales
Family :Staphylococcaceae
Genus :Staphylococcus
Spesies :S.aureus
14
b.Morfologi
anaerobik fakultatif, muncul sebagai cluster seperti anggur. Bakteri ini tidak
Ukurannya kira-kira 1μm. Koloni bakteri ini bewarna kuning keemasan, sering
a.Klasifikasi
Kerajaan :Bacteria
Divisi :Protophyta
Kelas :Schizomycetes
Bangsa :Pseudomonadales
15
Suku :Pseudomonadaceae
Marga :Pseudomonas
b.Morfologi
motil dan umumnya memiliki flagel, bakteri ini juga memiliki ukuran sekitar 0,6
× 2 mm. Bakteri ini dapat muncul dalam bentuk tunggal, berpasangan atau
bakteri dan diinkubasi. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi
bakteri uji. Metode dilusi agar membutuhkan waktu lama dalam pengerjaannya
16
2.4.2 Metode difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan
menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini
adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi
zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang.
kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode
ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat
inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas
Pertumbuhan pada bakteri dapat diartikan sebagai penambahan jumlah sel bakteri.
Pada dasarnya terdapat empat fase pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada
Fase ini sel beradaptasi dengan mensintesis enzim baru yang sesuai
dengan medium serta pemulihan terhadap metabolit yang bersifat toksik. Pada
fase ini tidak dijumpai penambahan jumlah sel, namun terdapat penambahan
volume sel. Lama fase ini dapat ditentukan oleh umur inokulan dan medium yang
17
digunakan. Pembentukan enzim-enzim baru diinduksi oleh substrat baru
(Sylvia,W., 2011).
dihasilkan beberapa senyawa yang diekskresikan oleh sel bakteri, yaitu etanol,
asam laktat dan asam organik lainnya, asam lemak, asam amino dan lainnya. Di
fase ini perbanyakan sel meningkat sampai jumlah tertentu Kecepatan pembelahan
bersifat spesifik pada masingmasing bakteri. Dalam fase eksponensial, jumlah sel,
protein dan masa kering meningkat dengan kecepatan sama, kesediaan substrat
(Sylvia,W., 2011).
Pada fase ini sel berjuang terhadap kondisi ketersediaan nutrient yang
energi seluler. Ada bakteri yang mampu bertahan hingga puluhan tahun dengan
mengubah sel menjadi spora. Namun ada pula bakteri yang tidak mampu bertahan
18
2.6 Aktivitas Anti Bakteri dan Efeknya
membasmi mikrobia pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan serta
antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah
penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
terjadi lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan
antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah
penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total
19
c. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga
Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang
berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase
enzim autolisis pada dinding sel. Contoh antibakteri dengan mekanisme kerja
ampisilin.
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sel yang bekerja
aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput
sel akan berubah atau bahkan menjadi rusak, sehingga komponen penting, seperti
protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel berangsur-
20
angsur mati. Amfoterisin, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan
komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan
terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan protein tidak dapat
1).interaksi dengan benang heliks ganda DNA sehingga replikasi dan transkripsi
terganggu.
2). kombinasi dengan polimerase yang terlibat dalam biosintesis DNA atau RNA.
21
2.7 Jerawat
(folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher
Menurut Dewi (2009) ada 3 tipe jerawat yang sering dijumpai. Tipe yang
pertama adalah komedo. Komedo adalah pori-pori yang tersumbat, bisa terbuka
atau tertutup. Komedo yang terbuka disebut sebagai blackhead, terlihat seperti
kotoran tetapi merupakan penyumbat pori yang berubah warna karena teroksidasi
dengan udara. Komedo yang tertutup atau whiteheads, biasanya memiliki kulit
yang tumbuh di atas pori-pori yang tersumbat maka terlihat seperti tonjolan putih
kecil-kecil di bawah kulit. Jerawat jenis ini disebabkan sel-sel kulit mati dan
Tipe yang kedua adalah Jerawat biasa atau klasik. Jenis jerawat klasik ini
mudah dikenal yaitu terdapat tonjolan kecil berwarna pink atau kemerahan. Hal
ini terjadi karena pori-pori yang tersumbat terinfeksi dengan bakteri yang terdapat
di permukaan kulit, kuas make-up, dan jari tangan. Stress, hormon, dan udara
22
Tipe yang ketiga adalah Cystic Acne (Jerawat Batu atau Jerawat Jagung).
Biasanya jerawat ini besar dengan tonjolan-tonjolan yang meradang hebat dan
yang memiliki banyak kelenjar minyak sehingga pertumbuhan sel-sel kulit tidak
normal dan tidak dapat mengalami regenerasi secepat kulit normal (Dewi, 2009).
a. Genetik
menunjukkan 82% penderita acne mempunyai salah satu atau kedua orang tua
Timbulnya jerawat dapat dipengaruhi oleh faktor hormonal. Adapun hormon yang
R., 2013)
23
c. Faktor Makanan
berpendapat bahwa makanan tertentu merupakan faktor pemicu pada acne. Jenis
makanan yang sering dihubungkan dengan acne antara lain makanan tinggi lemak
timbulnya acne dan memperhebat keadaan klinis acne pada orang - orang tertentu
bila lingkungan panas dan lembab.18 Efek ini berhubungan / berkontak dengan
panas, oli, atau zat kimia tertentu dapat mengakibatkan timbulnya AV yaitu
e. Faktor Psikis
Stres emosi diduga dapat menyebabkan timbulnya akne dan mungkin dapat
24
f. Faktor Kosmetik
oleat dan butil stearat seringkali bersifat komedogenik. (Nugroho,.A R., 2013)
g. Faktor Trauma
h. Faktor Infeksi
epidermidis tumbuh cepat pada kondisi kulit yang anerob yaitu pada saat pori-pori
kulit tersumbat akibat adanya produksi kelenjar minyak yang berlebih. Bakteri ini
juga dapat mensintesis enzim lipase yang dapat mengubah triasigliserol pada
kelenjar minyak menjadi asam lemak bebas yang memacu terjadinya infeksi pada
kulit. Infeksi ini membuat jerawat makin bertambah parah dan berwana
2.7.3 Patogenesis
25
a. Meningkatnya produksi sebum
c. Proliferasi mikrobial
a.Pengobatan Topikal
1). Bahan iritan yang dapat mengelupas kulit (peeling), misalnya sulfur (4-
iritan dapat dikurangi dengan pengunaan yang dimulai dari konsentrasi yang
rendah.
26
2). Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
jasad renik
b Pengobatan Sistemik
disamping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan
jerawat. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif
antiinflamasi nonsteroid ibuprofen, dapson, dan seng sulfat juga dapat digunakan.
27
2.8.Clindamycin
lincomycin. Clindamycin memiliki efek lipofilik yang lebih besar karena unsur
chlorine yang dimilikinya. Hal ini membuat penetrasi clindamycin ke dalam sel
2.8.2 Farmakokinetik
perkutan atau rata – rata 2mg/hari pada pasien yang diolesi wajahnya, atau
sampai 20 mg/hari bila dioleskan juga pada dada dan punggung.34 Namun
mendeteksi obat dalam serum, ternyata didapatkan kadar obat sangat rendah
2.8.3 Farmakodinamik
a.Mekanisme kerja
ribosome bakteri dan menghambat sintesa protein. Dalam sebuah review topikal
28
Secara spesifik antiinflamasi yang dimiliki clindamycin terdiri dari
b.Aktivitas Mikroba
sp termasuk B.fragilis.
2.8.4 Resistansi
penelitian yang dikerjakan selama sepuluh tahun dimulai pada tahun 1991 oleh
Seperti yang telah diduga, resistansi antibiotik meningkat dari 34,5% pada tahun
29
1991 menjadi 55,5% pada tahun 2000. Walau demikian, strain bakteri yang
resisten terhadap clindamycin masih lebih sedikit daripada daripada strain bakteri
Gel, kadang kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah, gel digolongkan ebagai sistem 2 fase ( misalnya Gel
Alumununium Hidroksida). Dalam sistem 2 fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, massa gel kadang kadang dunyatakan sebagai magma
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar erba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara
molekul makro yang terdispersi. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan
tragakan disebut juga musilago. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan
30
2.9.2 Dasar Gel yang sering digunakan
kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara
besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi.
Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada
pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik
dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat
dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umummnya
a.HPMC
memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat
sukar larut dalam eter, etanol atau aseton. Dapat mudah larut dalam air panas dan
akan segera menggumpal dan membentuk koloid. Mampu menjaga penguapan air
31
sehingga secara luas banyak digunakan dalam aplikasi produk kosmetik dan
aplikasi lainnya
sebagai agen penstabil pada sediaan topikal seperti gel dan salep. Sebagai koloid
pelindung yaitu dapat mencegah tetesan air dan partikel dari penggabungan atau
b.Propilenglikol
pembuatan sediaan farmasi dan kosmetik, khususnya untuk zat-zat yang yang
tidak stabil atau tidak dapat larut dalam air. Propilen gilkol adalah cairan bening,
tidak berwarna, kental, dan hampir tidak berbau. Memiliki rasa manis sedikit
tajam menyerupai gliserol. Dalam kondisi biasa, propilen glikol stabil dalam
wadah yang tertutup baik dan juga merupakan suatu zat kimia yang stabil bila
dicampur dengan gliserin, air, atau alkohol. Propilen glikol juga digunakan
32
iritasi kulit pada pemakaian propilen glikol dibawah 10% dan dermatitis dibawah
2% (Sofwan,A.,G., 2011).
c.Asam Benzoat
digunakan untuk sediaan semi solid. Batas Penggunaan asam benzoat sebgai
33