Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimental dimana sampel

yang merupakan ekstrak etanol bunga pacar air (Impatiens balsamina L.) lalu

dibuat krim dengan memvariasikan setiap konsentrasi masing-masing 20%,22%

dan 24%. Setelah itu krim diuji kestabilan fisiknya dan diuji daya hambatnya

terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Penyajian data yang telah dianalisa

menggunakan deskriptif analitik akan dibuat secara deskripsi menggunakan tabel

dan grafik.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember-Maret 2016-2017

bertempat di laboratorium farmasi jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes

Palembang, di uiji determinasi oleh Pusat Pengembangan Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong dan diuji mikrobiologi di Balai Besar

Laboratorium Kesehatan (BBLK) kota Palembang, Sumatera Selatan.

C. Bahan Penelitian

1. Bahan Uji

Bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol bunga pacar air yang didapat

dari ekstraksi dengan metode maserasi pada bunga pacar air yang segar dan tidak
busuk dengan panjang kelopak bunga ±0,2-2 cm dan kelopak bunga sebanyak 3

atau 5 kelopak diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat

(BALITRO) Bogor.

2. Bakteri Uji

Bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus yang diperoleh di

Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) kota Palembang, Sumatera Selatan.

3. Bahan Kimia

Zat kimia yang digunakan untuk skrinning fitokimia: etanol 96%, KOH

0,5%, CHCl2, HCl(p), H2SO4(p), pereaksi mayer, amil alcohol, reagen Bouchardat,

anhidrat asetat, NH4OH, HCl 2N, FeCl3, Logam Mg, Reagen Molish, dan Fehling

A-B.

D. Alat yang digunakan

Pisau, destilator, botol penampung, gelas ukur, corong, erlenmeyer, mixer,

timbangan gram halus, anak timbangan gram halus, mortir, stamper, pengaduk

kaca, timbangan analitik, penjepit kayu, sudip, kertas saring, perkamen, pot

plastik, pH meter, waterbath, sentrifuge, aluminium foil, dan viskositas

Brookfield.
E. Cara Kerja

1. Pembuatan Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina L.)

a. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman bertujuan untuk menetapkan kebenaran yang

berkaitan dengan ciri-ciri morfologi tanaman pacar air (Impatiens

balsamina L.) terhadap kepustakaan. Determinasi tanaman dilakukan di

Herbarium Bogorriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Jalan Raya Jakarta

Bogor KM. 46, Cibinong 16911, Kab. Bogor, Jawa Barat – Indonesia

b. Persiapan Simplisia

Bunga pacar air (Impatiens balsamina L.) segar yang sudah dicuci

bersih lalu dirajang, kemudian dikeringkan, lalu timbang sebanyak yang

dibutuhkan.

c. Ekstraksi Bunga Pacar Air

Simplisia bunga pacar air (Impatiens balsamina L.) diekstraksi

dengan cara maserasi. Bunga yang telah kering, dihaluskan dan ditimbang

kurang lebih sebanyak 500 g kemudian dimaserasi dengan etanol 96%,

volume pelarut etanol harus melebihi batas simplisia (±2 cm dari

permukaan simplisia). Tutup wadah maserasi dengan alumunium foil dan

diaduk dengan stirer selama 3 jam, lakukan maserasi selama 24 jam,

kemudian saring dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat (1) dengan

residu. Proses maserasi dilakukan berulang dengan 2 kali penggantian


pelarut pada residu hasil penyaringan. Selanjutnya filtrate (1, 2) hasil

maserasi digabungkan dan diuapkan pelarutnya (evaporasi) menggunakan

Rotary Evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental Bunga Pacar Air

(Impatiens balsamina L.). Selanjutnya ekstrak kental Bunga Pacar Air

(Impatiens balsamina L.) diuapkan di atas Waterbath hingga volume

konstan (Depkes RI, 1974).

2. Pembuatan formula krim yang mengandung ekstrak etanol Bunga

Pacar Air (Impatiens balsamina L.)

Tipe krim yang digunakan yaitu tipe krim minyak dalam air (M/A). Tipe

krim yang akan diformulasikan adalah tipe M/A di ambil dari formula III dari

penelitian Abbasi dkk (2010) dengan membedakan konsentrasi ekstrak etanol.

Ekstrak etanol yang akan digunakan memiliki konsentrasi 20%, 22% dan 24%.
Tabel 1. Rencana formula krim ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina L.)

Jumlah yang digunakan dalam

satuan %b/v
NO Bahan Keterangan
F. I F. II F. III

Ekstrak etanol

Bunga Pacar Air


1 1,4 1,6 1,8 Zat aktif
(Impatiens

balsamina L.)

2 Asam stearat 22,2 22,2 22,2 Pembentuk massa dan

Pengemulsi
3 Triethanolamin 0,67 0,67 0,67 Pengemulsi
4 Setil alkohol 1,5 1,5 1,5 Pengemulsi
5 Isopropil miristat 1,5 1,5 1,5 Pelembut
6 Asam Benzoat 0,5 0,5 0,5 Pengawet
7 Paraffin cair 1,9 1,9 1,9 Pelembut
8 Aqua destilata ad 100 ad 100 ad 100 Pembawa
(Bedasarkan formula krim dari penelitian Abbasi dkk, 2010)

3. Pembuatan Formula I, II, dan III


1) Bahan yang merupakan fase minyak yaitu asam stearat, paraffin cair,

isopropil miristat, dan asam benzoat dilebur pada suhu 70°-80°C, kemudian

tambahkan setil alkohol, aduk hingga homogen (massa 1).

2) Lebur fase air yaitu triethanolamin dan aquadest dilebur pada suhu 70°-

80°C (massa 2).

3) Campur massa 1 dan massa 2 sedikit demi sedikit, kemudian gerus hingga

homogen pada suhu yang dipertahankan.

4) Lalu tambahkan sedikit demi sedikit ekstrak etanol Bunga Pacar Air

(Impatiens balsamina L.) pada suhu 25°C, gerus homogen. Gerus homogen

hingga membentuk massa krim.

Asam Stearat

Paraffin Cair
Fase Minyak
Isopropil Miristat

Setil Alkohol

Asam Benzoat Peleburan 70°-80°C

Triethanolamin
Fase Cair

Aquadest

Ekstrak kental
Gerus homogen
Bunga Pacar Air

Gambar 3. Skema Proses Pembuatan Krim


4. Uji kestabilan fisik krim

Pengujian kestabilan fisik krim meliputi homogenitas, viskositas, pH,

pemisahan fase, bau, warna, dan iritasi setelah dilakukan penyimpanan selama 28

hari yaitu 0 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari. Pengamatan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. pH

Menggunakan alat pH meter, lakukan perbandingan 60gr:200ml air yang

digunakan untuk mengencerkan krim, aduk homogen lalu biarkan hingga

mengendap, ukur airnya dengan pH meter. pH krim yang baik adalah pH

yang dapat diterima kulit yaitu 4,5-6,5

b. Homogenitas

Ambil sampel sebanyak ±0,10gr dari 3 tempat berbeda (atas, tengah,

bawah). Tiap sampel letakkan pada kaca objek, kemudian tutup dengan

deek gelas dan difikasi. Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran

100X, amati partikel-partikel krim yang dilihat. Homogenitas krim yang

baik adalah tidak terdapatnya penggabungan partikel selama penyimpanan.

c. Viskositas

Menggunakan alat Viskometer Bookfield dengan spindle nomor 6

dipasang pada alat kemudian dicelupkan kedalam krim yang telah

diletakkan dalam beaker glass. Viskositas krim yang baik berkisar 2000-

5000 cp.

d. Pemisahan fase
Pemisahan fase merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kestabilan

fisik krim dan diuji menggunakan alat sentrifugasi. Terjadinya pemisahan

fase tergantung kecepatan dari alat sentrifugasi.

e. Bau dan Warna

Pengamatan bau dan warna krim dilakukan setelah krim melalui masa

penyimpanan. Diberikan kuisioner kepada 30 responden secara acak untuk

menilai sediaan krim.

f. Aseptabilitas

Dilakukan dengan pengolesan terhadap kulit responden, kemudian

diberikan kuisioner apakah terdapat rasa tidak nyaman (iritasi) yang

ditimbulkan setelah dilakukan pengolesan krim.

5. Pengukuran Diameter Hambat

a. Pembuatan Kertas Cakram

Cakram disediakan dengan cara membeli kertas cakram siap pakai,

kemudian kertas cakram disterilkan dahulu dalam autoclave pada suhu 121ºC

selama 2 jam

b. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Bahan-bahan Mueller Hinton Agar (MHA) yang terdiri dari beef bifusion

2 gr, bacio amino acid 17,5 gr, starch 1,5 gr, dan bacio agar 17 gr dilarutkan

dalam 1 liter aquadest, lalu ukur pH sampai 7,4. Kemudian disterilkan pada suhu
121ºC selama 15 meit. Bagikan dalam cawan petri steril dengan ketebalan 3-4

mm. Kemudian disterilkan dalam autoclave.

c. Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus

Ambil media ±150 ml dari media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah

dibuat dan dipanaskan pada suhu 37ºC-40ºC, kemudian ditambahkan biakan

murni bakteri sebanyak 3-5 koloni kedalam media tersebut.

d. Uji aktivitas antibakteri formula krim ekstrak etanol daun beluntas

(Pluchea indica L)

Media Mueller Hinton Agar (MHA) dituangkan kedalam cawan petri

masing-masing 10 ml dan biarkan memadat sebagai lapisan dasar. Setelah itu

suspense bakteri Staphylococcus aureus ditorehkan pada media Mueller Hinton

Agar (MHA) secara merata dan biarkan mengering. Kemudian kertas cakram

diolesi dengan 3 formula krim ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L)

dan dikering anginkan. Sebagai kontrol positif digunakan tetrasiklin 3% dan

kontrol negative digunakan akuadest steril. Kemudian seluruh cakram diletakkan

di atas permukaan agar sambil ditekan. Lalu diinkubasi pada suhu 37ºC selama

24-48 jam, setelah itu dilakukan pengamatan dan pengukuran diameter zona

hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan jangka

sorong dan tentukan formula krim yang memberi zona hambat paling besar.
F. Variabel

1. Variabel Independen : Formulasi sediaan krim yang mengandung

ekstrak etanol Bunga Pacar Air (Impatiens

balsamina L.) dengan variasi konsentrasi

ekstrak ditinjau dari pH, viskositas,

homogenitas, aseptabilitas, pemisahan fase,

bau, dan warna, serta daya hambat terhadap

bakteri Staphylococcus aureus.

2. Variabel Dependen : Kestabilan fisik krim ekstrak etanol Bunga

Pacar Air (Impatiens balsamina L.).

G. Definisi Operasional

a. pH

a) Definisi : Derajat yang menyatakan keasaman dan kebebasan krim

yang mengandung ekstrak etanol bunga pacar air

b) Alat ukur : pH meter

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila berada dalam rentang sesuai pH

kulit (4,5-6,5). Tidak memenuhi syarat apabila pH kurang

dari 4,5 dan lebih dari 6,5


b. Homogenitas

a) Definisi : Homogenitas krim partikel dari krim yang mengandung

ekstrak etanol bunga pacar air (Impatiens balsamina L.)

b) Alat ukur : objek glass dan mikroskop

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila krim yang dihasilkan homogen.

Tidak memenuhi syarat apabila krim yang dihasilkan tidak

homogen.

c. Pemisahan fase

a) Definisi : Terpisahnya fase minyak dan air pada krim yang

mengandung ekstrak etanol bunga pacar air (Impatiens

balsamina L)

b) Alat ukur : Alat sentrifugasi

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila tidak tejadi pemisahan fase

antara fase minyak dan fase cair selama masa

penyimpanan krim. Tidak memenuhi syarat apabila terjadi

pemisahan antara fase minyak dan fase cair.


d. Viskositas

a) Definisi : Kekentalan krim yang mengandung ekstrak etanol

bunga pacar air (Impatiens balsamina L.)

b) Alat ukur : Viskometer Brookfield

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila viskositas krim berada pada

rentang 2000-50000 cp. Tidak memenuhi syarat apabila

viskositas krim yang dihasilkan kurang dari 2000 dan

lebih dari 50000 cp

e. Bau

a) Definisi : Aroma yang dihasilkan krim yang mengandung

ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L)

b) Alat ukur : kuisioner

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila lebih dari 50% responden

menyatakan tidak terjadi perubahan bau krim selama

masa penyimpanan. Tidak memenuhi syarat apabila lebih


dari 50% responden menyatakan terjadi perubahan bau

krim selama masa penyimpanan

f. Warna

a) Definisi : Tanggapan pengamat terhadap tampilan dari krim yang

mengandung ekstrak etanol bunga pacar air (Impatiens

balsamina L.)

b) Alat ukur : kuisioner

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila lebih dari 50% responden

menyatakan tidak terjadi perubahan warna krim selama

masa penyimpanan. Tidak memenuhi syarat apabila lebih

dari 50% responden menyatakan terjadi perubahan warna

krim selama masa penyimpanan

g. Aseptabilitas

a) Definisi : Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang diberi

suatu kuisioner kemudian diberi tanggapan terjadi iritasi


atau tidak.

b) Alat ukur : kuisioner

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila lebih dari 50% responden

menyatakan tidak terjadi iritasi setelah pengolesan krim

pada kulit. Tidak memenuhi syarat apabila lebih

dari 50% responden menyatakan terjadi iritasi setelah

pengolesan krim pada kulit.

h. Kestabilan fisik

a) Definisi : Suatu kondisi dari krim setelah dilakukan penyimpanan

meliputi kestabilan dalam bentuk pH, homogenitas,

viskositas, bau, warna, pemisahan fase, dan aseptabilitas.

b) Alat ukur : Rekapitulasi hasil cara pengujian fisik

c) Cara ukur : Self assessment

d) Hasil ukur : Memenuhi syarat apabila seluruh aspek kestabilan krim

terpenuhi. Tidak memenuhi syarat apabila aspek

kestabilan krim tidak terpenuh


i. Diameter zona hambat

a) Definisi : Diameter zona hambat yang terbentuk karena

adanya aktivitas antibakteri dari formula krim

yang mengandung ekstrak etanol bunga pacar air

(Impatiens balsamina L.)

b) Alat ukur : menggunakan jangka sorong

c) Cara ukur : Self assessment bedasarlan kategori kekuatan

antibakteri.

d) Hasil ukur : Bedasarkan ketentuan kekuatan antibakteri

(Ardiansyah,2005):

a. Jika zona hambatnya >20 mm, kategori kekuatannya sangat kuat

b. Jika zona hambatnya 10-20 mm, kategori kekuatannya kuat

c. Jika zona hambatnya 5-10 mm, kategori kekuatannya sedang

d. Jika zona hambatnya <5 mm, kategori kekuatannya sangat lemah.


j. Kerangka Operasional

Bunga Pacar Air


(Impatiens balsamina)
L.)

Ekstrak Etanol 96 %
Bunga Pacar Air
(Impatiens balsamina)

Formulasi Krim

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Tipe Krim M/A

Uji Kestabilan Fisik Krim

Uji daya hambat


antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus
aureus

Krim ekstrak etanol Bunga


Pacar Air (Impatiens
balsamina)
k. Pengolahan dan Analisis

Data Pengamatan terhadap warna dan bau dilakukan dengan menggunakan

20 orang responden, dilanjutkan dengan uji statistik Chi-Square. Pengamatan dan

pengukuran dilakukan secara langsung terhadap homogenitas, pH, viskositas,

pemisahan fase, perubahan tipe emulsi serta hasil uji iritasi sediaan Krim ekstrak

etanol Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina). Analisa data dilakukan dengan

cara analisa deskriptif analitik hanya untuk data yang didapat di laboratorium

Farmakognosi, laboratorium Farmasetika, laboratorium Fisika dan laboratorium

Farmasi di Poltekkes Kemenkes Palembang. Data yang diperoleh disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik.

Anda mungkin juga menyukai