TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Balsaminaceae
Genus : Impatiens
(Sumber:http://www.tanobat.com)
2. Morfologi Tumbuhan
Pacar air (Impatiens balsamica L.) berasal dari Asia Selatan dan Asia
diperkenalkan di Amerika pada abad ke-19. Warna bunga dari tanaman pacar air
beragam diantaranya berwarna merah muda, merah, putih, oranye, peach, atau
salem. Tinggi tanaman pacar air mencapai 30-80 cm. Habitat dari tanaman pacar
air yaitu pada daerah beriklim semi tropikal, namun tidak dapat hidup pada daerah
2. Kandungan Kimia
flavonoid, kuinon, saponin dan steroid ( Adfa, 2008). Senyawa kuinon, kumarin,
dan flovonoid yang terkandung dalam tanaman pacar air dapat digunakan untuk
dilakukan oleh Hotmauli (2010) pada jamur Candida albicans menyatakan bahwa
daun pacar cina mengandung bahan aktif antifungal yaitu senyawa saponin yang
larut dalam alkohol. Mekanismne kerja saponin sebagai antifungal yaitu merusak
B. Kulit
1. Pengertian Kulit
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, serta pembentukan
pigmen untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Selain itu
kulit juga berfungsi sebagai peraba, perasa serta pertahanan terhadap tekanan dan
2. Anatomi Kulit
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu 1,5% dari berat tubuh dan luasnya 1,5-1,75 m2, rata-rata tebal
kulit 1-2 mm. Paling tebal (16 mm) terdapat ditelapak tangan dan kaki, sedangkan
2007) :
kumpulan sel-sel yang telah mati dan terus menerus diganti oleh sel
yang baru. Lapisan ini menebal di telapak tangan dan kaki sedangkan
terdiri dari protein dan lemak, berwarna transparan dan tampak jelas
e. Stratum basal, terdiri dari satu lapis sel silindris dengan sumbu
panjang tegak lurus dan selalu membelah diri. Lapisan ini merupakan
40–56 hari.
2. Dermis
tebal dan elastis karena terdiri dari kumpulan jaringan fibrosa dan elastis. Lapisan
di folikel rambut.
3. Subkutis
berikut:
a. Pelindung
benda dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari dalam tubuh. Melanin yang
memberi warna pada kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.
b. Pengatur Suhu
suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan
terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu tubuh dapat
c. Penyerapan
Kulit dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat larut dalam lemak
lebih mudah masuk kedalam kulit dan masuk ke peredaran darah, karena dapat
tersebut melalui folikel rambut dan hanya sekali yang melalui muara kelenjar
keringat.
d. Indera Perasa
Indera perasa di kulit karena rangsangan terhadap sensoris dalam kulit.
Fungsi indera perasa yang utama adalah merasakan nyeri, perabaan, panas dan
dingin.
C. Jerawat
1. Definisi jerawat
dengan gambaran klinis biasanya polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan
kulit berupa: komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Penderita biasanya
mengeluh akibat erupsi kulit pada pada tempat-tempat predileksi, yakni muka,
bahu, leher, dada, punggung bagian atas dan lengan bagian atas oleh karena
2. Penyebab Jerawat
Menurut Penilitian Kabau S pada tahun (2012), penyebab pasti timbulnya
AV sampai saat ini belum diketahui secara jelas. Tetapi sudah pasti disebabkan
oleh multifaktorial, baik yang berasal dari luar (eksogen) maupun dari dalam
(endogen) :
a. Genetik
androgen dalam darah. Menurut sebuah penelitian, adanya gen tertentu (CYP17-
b. Faktor Hormonal
Pada 60–70% wanita lesi akne menjadi lebih aktif kurang lebih satu
minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam kadar
Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang progesteron
c. Makanan (Diet)
Terdapat makanan tertentu yang memperberat AV. makanan tersebut
antara lain adalah makanan tinggi lemak (gorengan, kacang, susu, keju, dan
makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam makanan
d. Faktor Kosmetik
seperti lanolin, petrolatum, minyak atsiri dan bahan kimia murni (asam oleik, butil
stearat, lauril alkohol, bahan pewarna (D&C) biasanya terdapat pada krim-krim
wajah. Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan akne adalah bedak padat
peningkatan jumlah dan aktivitas flora folikel yang terdiri dari Propionilbacterium
terjadinya akne. Selain itu, adanya trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan
tekanan, peregangan, garukan, dan cubitan pada kulit (Nelson et al, 2008).
f. Kondisi Kulit
Kondisi kulit juga berpengaruh terhadap akne vulgaris. Ada empat jenis
elastisitas baik.
besar.
berpigmen.
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang
g) Faktor Pekerjaan
dimana mereka selalu terpajan bahanbahan kimia seperti oli dan debu-debu
a. Jerawat Juvenil
Jerawat semacam ini muncul saat masa puber. Biasanya menyerang remaja usia
14-20 tahun. Penyebabnya adalah masalah hormonal yang belum stabil dalam
memproduksi sebum. Kulit wajah dengan jerawat tipe juvenil dapat diatasi
b. Jerawat Vulgaris
Jerawat ini berbentuk komedo yang terdapat banyak pada kulit berminyak.
Perawatan jerawat semacam ini dilakukan dengan penguapan hingga kulit cukup
kenyal dan lembab. Kemudian jerawat dapat diambil dengan sendok una dan
diolesi dengan krim jerawat. Biarkan semalaman lalu dibilas ketika kesokan
harinya.
c. Jerawat Rosacea
Biasanya terjadi pada wanita berusia 30-50 tahun. Kulit yang memiliki penyakit
jerawat tipe ini perlu mendapatkan perawatan medis kedokter. Jerawat mula-mula
akan tampak kemerahan yang dapat menjadi radang hingga menimbulkan sisik
dilipatan hidung. Perawatan kulit yang terkena jerawat tipe ini biasanya dengan
penguapan, kompres air panas, atau penyinaran dengan lampu infra merah agar
d. Jerawat Nitrosica
Jerawat jenis ini termasuk dengan yang paling berbahaya karena akan
menimbulkan luka atau bopeng. Tahap yang terjadi sudah termasuk tahap akhir
4. Pengobatan Jerawat
Pengobatan akne dibagi menjadi secara medik dan non medik. Secara
lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit;
antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne
vulgaris seperti Eritromycin dan Clindamycin anti peradangan topikal dan lainnya
seperti asam laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
Benzoil Peroksida memiliki efek anti bakterial yang poten .Retinoid topikal akan
Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk
target di kelenjar sebasea; vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan
vulgaris. perawatan wajah, perawatan kulit kepala dan rambut, kosmetika, diet,
koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif dan sifatnya
(1994):
Kerajaan : Eubacteria
Divisi : Firmicutes
Bangsa : Eubacteruales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
2. Pengobatan
Lestari, 2009).
E. Krim
1. Definisi krim
Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung
tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar (M.Anief, 1987).
Sedangkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah sediaan semi
solid yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi
2. Tipe krim
Menurut Collet dan Aulton (1990), perbandingan antara jumlah air dan minyak
dalam sediaan krim akan memperngaruhi tipe krim yang dihasilkan, maka krim
a. Tipe air dalam minyak (A/M), jika bahan pembawa nya minyak
b. Tipe minyak dalam air (M/A), jika bahan pembawa nya air
Sifat krim yang dihasilkan dari tipe minyak dalam air (M/A) adalah mudah
dicuci, tidak lengket, dan tidak tahan lama pada daerah yang dioleskan. Untuk tipe
krim air dalam minyak (A/M), pemakaian dimaksudkan agar krim dapat bertahan
lama pada kulit, karena krim yang dihasilkan adalah krim yang lengket dan susah
dicuci. Tipe krim yang akan dipilih dalam formula ini adalah tipe minyak dalam
air (M/A) karena krim tipe ini mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga
apabila dioleskan di kulit maka air akan menguap dan memberi rasa dingin.
3. Formulasi Krim
a. Zat aktif
Zat aktif merupakan bahan atau zat yang mempunyai efek tertentu dan
b. Bahan pengemulsi
berasa, dan tidak berbau, tidak toksik dan tidak mengiritasi, serta membentuk
sistem emulsi yang baik pada konsentrasi rendah (Collet dan Aulton, 1990).
(Anief, 2000).
Pemilihan surfaktan didasarkan pada jenis dan sifat krim yang diinginkan. Untuk
tipe krim minyak dalam air (M/A), surfaktan yang digunakan biasanya
Sedangkan untuk tipe air dalam minyak (A/M) digunakan lanolin, setil alkohol,
c. Bahan pembawa
Bahan pembawa krim terdiri dari air dan minyak. Banyaknya penggunaan
keduanya tergantung tipe krim yang ingin dibuat (Idson dsn Lazarus, 1994).
d. Bahan pelembut
Bahan pelembut pembantu konsistensi krim lebih halus dan lembut. Stearil
alkohol, setil alkohol, paraffin dan isopropil miristat biasa digunakan sebagai
pelembut (emolien) dan juga sebagai pembantu emulsi (Idson dan Lazarus, 1994)
e. Bahan pengawet
kerusakan oleh bakteri. Kriteria umum bahan pengawet adalah toksisitas rendah,
yang merupakan kontaminan umum (Collet dan Aulton, 1990). Zat pengawet
yang sering digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12%-0,18% dan propil
paraben.
f. Bahan pelembab
kerak bila krim dikemas dalam botol dan juga memperbaiki konsistensi dan mutu
terhapusnya krim jika digunakan pada kulit. Pelembab yang umum digunakan
Lazarus, 1994).
g. Bahan antioksidan
iritasi, potensi, tercampurkan bau, perubahan warna dan kestabilan (Idson dan
Contoh antioksidan yang sering digunakan dalam sediaan farmasi antara lain α-
a. Fase minyak dilelehkan diatas waterbath, bagian yang larut air dicampur
dengan air panas kemudian kedua bagian tersebut digerus dalam lumpang panas
b. Fase minyak dan fase air dipanaskan perlahan sampai membentuk suatu
larutan sabun, kemudian gerus dalam lumpang panas sampai terbentuk krim. Cara
tersebut dilakukan dalam pembuatan krim dengan kadar fase minyak yang tinggi
c. Bahan yang larut air ditambahkan 30% dan bahan fase minyak dilelehkan
bersama, kemudian tambahkan air panas dengan jumlah yang sama, gerus
homogen. Kemudian tambahkan sisa fase minyak hingga menyatu, dan terakhir
fase air. Cara ini digunakan dalam pembuatan krim dengan minyak dari tumbuhan
(King, 1984).
Arlacel 60 1,5%
Tween 60 3,5%
Sorbitol 20%
Water 53%
Triethanolamin 0,67%
Vitamin E 0,56%
Pewangi q.s
Stabilitas fisik krim dapat rusak terutama pada sistem campurannya yang
disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pecampuran dua
tipe krim jika zat pengemulsi nya tidak tersatukan (Farmakope Indonesia ed III,
1979). Kualitas, sifat reologi, dan stabilitas krim dipengaruhi oleh beberapa
luar dan fase dalam pada pembentukan emulsi. Perubahan suhu dan penambahan
komposisi salah satu fase secara berlebihan akan membuat krim menjadi rusak
(Idson dan Lazzarus, 1994). Sistem emulsi yang tidak stabil ditandai dengan
berpisahnya kedua fase (creaming), pecahnya emulsi, serta inversi fase. Hal ini
atau dingin dan kerja dari mikroba). Krim yang tidak stabil juga dapat dilihat dari
mempunyai daya tahan yang singkat kecuali diyakini bebas dari mikroorganisme.
Krim yang mengandung air sebaiknya cepat digunakan dan tidak digunakan lebih
dari 2 minggu setelah dibuka. Maka dari itu kemasan produk yang asli harus
mempunyai tanggal kadularsa dan asumsi penyimpanan yang cepat (Collent dan
Aulton, 1990).
Ekstrak etanol yang akan digunakan adalah ekstrak etanol bunga pacar air
yang telah mengandung ekstrak bunga pacar air (Impatiens balsamina L.)
air (Impatiens balsamina L.) yang akan digunakan dalam formula berkadar 20%.
Ekstrak kental bunga pacar air (Impatiens balsamina L.) mengandung antosianin
2. Asam stearat
Pada sediaan farmasi topikal, asam stearat berfungsi sebagai pengemulsi bersama
TEA. Konsentrasi asam stearat yang digunakan dalam krim berkisar 1-20%
Mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut
dalam ethanol, heksan, dan propilenglikol, praktis tidak larut dalam air (Wade dan
Waller, 1994).
3. Triethanolamin
berbau amonia dan memiliki pH 10,5 Larut dalam etanol 95%, metanol, dan air.
Umumnya bebas dari efek iritasi pada kulit. Konsentrasi yang digunakan 2-4%
dari banyaknya asam lemak. Tidak dapat bereaksi dengan senyawa golongan amin
dan hidroksi (Wade dan Waller, 1994). Digunakan sebagai bahan pengemulsi
dkk., 2009).
4. Setil alkohol
Setil alkohol berbentuk seperti lilin, bewarna putih keras, sedikit berbau,
dan lunak. Berfungsi sebagai emollient atau pembentuk emulsi dalam krim dan
tekstur, dan menjaga konsistensi. Pada tipe krim minyak dalam air (M/A) , setil
yang larut dalam air. Sebagai pengemulsi, konsentrasi setil alkohol yang umum
digunakan adalah 2-5% (Wade dan Waller, 1994). Setil alkohol tidak larut dalam
air, larut dalam etanol, dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu,
pH stabil setil alkohol 6-6,5. Semakin besar konsentrasi setil alkohol yang
digunakan, maka akan terbentuk emulsi yang semakin tebal dan padat yang
Merupakan cairan tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa. Isopropil
miristat biasanya tidak bercampur dengan zat yang beroksidasi kuat, digunakan
sebagai pelembut dalam sediaan krim dengan konsentrasi yang digunakan 1-10%.
Larut dalam aseton, kloroform, ethanol, etil asetat, lemak, alkohol lemak. Praktis
tidak larut dalam gliserin, propilenglikol, dan air (Wade dan Weller, 1994).
6. Metil paraben
Merupakan kristal putih dan tidak berbau. Larut dalam etanol, gliserin, air.
Digunakan sebagai antimikroba dalam sediaan topikal dan pada konsentrasi 0,02-
0,3% (M.Anief, 1997). Dalam sediaan krim, metil paraben dapat dikombinasikan
dengan propil paraben dengan konsentrasi 0,18% untuk metil paraben dan 0,02%
7. Paraffin liquidum
berbau dan hampir tidak memiliki rasa. Paraffin cair biasa digunakan sebagai
pelembut dalam sediaan krim. Paraffin cair tidak dapat bereaksi dengan kelompok
8. Oleum rosae
(Rossa sinensis). Minyak mawar biasa digunakan sebagai corigen odoris atau
H. Rangkuman Preformulasi
Fase minyak dan fase air masing-masing dilebur pada suhu 70°-80°C,
kemudian dicampurkan dengan cara fase cair dimasukan sedikit demi sedikit
kedalam fase minyak pada suhu yang dipertahankan dan digerus homogen.
Setelah fase air dan fase minyak dicampur kemudian ditambahkan ekstrak etanol
bunga pacar air (Impatiens balsamina L.) dengan pH ±5,5-7 maka diperkirakan
pH krim yang didapat dapat memenuhi syarat .Fase minyak terdiri dari asam
miristat sebagai pelembut, setil alkohol sebagai basis krim, dan propil paraben
sebagai pengawet. Fase air terdiri dari Triethanolamin sebagai pengemulsi, metil
Zat aktif yang digunakan dalam formulasi krim ini adalah ekstrak etanol
bunga pacar air (Impatiens balsamina L.). Ekstrak ini terbukti mengandung
jerawat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan formula Abbasi dkk (2010)
sebagai formula acuan. Hal ini membuat penulis berkeinginan membuat formula
krim dimana komposisi ekstrak divariasikan dengan variasi 1,35%, 1,55%, dan
1,75%. Dengan adanya varisi ini, diharapkan ekstrak dapat tetap stabil dalam
formula sehingga didapatkan formula krim yang baik dan memenuhi syarat.
J. Hipotesis
memenuhi syarat.