Anda di halaman 1dari 12

USUL PENELITAN

EKSTRAKSI MINYAK KENANGA SEBAGAI AROMA FARPUM

OLEH :
NURMAULIDYA
NIM.1906113529

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis kaya akan beraneka ragam flora,

berbagai jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat dapat tumbuh dengan mudah,

salah satu diantaranya adalah tanaman yang dapat menghasilkan minyak astiri.

Tanaman kenanga (Cananga odorata) merupakan salah satu jenis tanaman penghasil

minyak atsiri (Anggia et al., 2018). Tanaman kenanga yang terdapat di Indonesia

adalah jenis Canangaodorata.

Minyak esensial dan komponen-komponen penyusunnya digunakan dalam

berbagai produk, seperti produk kosmetika, produk kebersihan, pembuatan makanan,

obat, pengharum, dan agrikultur. Penggunaan minyak esensial penting untuk terapi,

aromatik, parfum, dan juga digunakan untuk spiritual. Seiring dengan perkembangan

zaman, maka telah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang terapi alternatif

dan komplementer, salah satunya yaitu dengan menggunakan aromaterapi (Ali B et

al.,2010).

Minyak kenanga merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki aroma

yang khas yaitu beraroma floral dan berwarna kuning muda hingga kuning tua

(Supartono, 2014). Khasiat bunga kenanga adalah sebagai obat penyakit kulit, asma,

anti nyamuk, antibakteri dan antioksidan (Dusturia et al., 2016). Bunga kenanga

merupakan salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat tradisional. Ekstrak

bunga kenanga memiliki efek sebagai antioksidan, antimikroba, antibiofilm, anti


inflamasi, antivektor, repellent, antidiabetes, antifertilitas dan antimelanogenesis (Ni

nyoman Wahyu Udayani, Herleeyana merliyani, 2017).

Minyak atsiri kenanga diperoleh dengan cara mengekstraksi bunga kenanga

melalui metode destilasi uap dan air. Hasil ekstraksi minyak kenanga dapat

menghasilkan beberapa senyawa seperti caryophyllene, linalool, dan geraniol, dengan

aroma yang sangat menyengat dan tidak disukai oleh serangga, sehingga dapat

digunakan sebagai insektisida alami untuk menolak serangga seperti nyamuk dan lalat

karena keberadaannya sering mengganggu aktifitas di lingkungan dan dapat

menimbulkan efek yang merugikan. Minyak atsiri hasil destilasi uap dan air bunga

kenanga segar akan menghasilkan minyak dengan aroma yang kuat, sehingga minyak

kenanga ini banyak digunakan dalam industri parfum.

Bunga kenanga jarang diolah dan hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias

oleh masyarakat, sehingga akan lebih baik diolah menjadi sesuatu yang lebih

bermanfaat dan memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu beberapa penelitian lainnya

terkait bunga kenanga telah dilakukan diantaranya ekstraksi bunga kenanga sebagai

aroma terapi sabun cair (Anggia et al., 2018), ekstraksi minyak kenanga untuk lotion

penolak serangga (Supartono, 2014), esktraksi minyak atsiri bunga kenanga untuk

parfum dan lotion anti nyamuk (Setia Budi et al., 2018). Sejauh ini yang telah diteliti

penggunaan nya terkait pemanfaatan minyak atsiri nya. Berdasarkan uraian diatas

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitan dengan judul Ekstraksi Minyak

Kenanga sebagai Aroma Farpum.


1.2 Tujuan

Untuk mengetahui kualitas minyak kenanga sebagai farpum dengan uji

organoleptik.

1.3 Hipotesis

Konsentrasi alkohol bepengaruh nyata terhadap aroma farpum.


II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kenanga

Tanaman bunga Kenanga termasuk keluarga Anonaceae (kenanga-kenangaan)

dan tumbuh subur di Asia tenggara khususnya di wilayah Indonesia dengan ketinggian

daerah di bawah 1.200 m dpl (Pujiarti et al., 2015). Tanaman kenanga yang terdapat di

Indonesia ada dua jenis yaitu marophylla yang dikenal sebagai kenanga biasa dan

genuine dikenal sebagai kenanga Filipina atau ylangylang (Ratnasari, 2014).

Gambar 1. Bunga kenanga (www.alodokter.com%2Fmanfaat-bunga-kenanga-untuk-

kesehatan. Diakses pada 28 Oktober 2021)

Cananga odorata forma macrophylla dan Cananga odorata forma genuine

dilihat lebih teliti kedua jenis ini memiliki perbedaan yang khas dari morfologinya.

Kenanga jenis macrophylla umumnya berhabitus gemuk, batang besar (kokoh), cabang

agak rapat sehingga daunnya tampak rimbun, sedangkan kenanga jenis genuine

memiliki habitus yang lebih ramping, batang relatif kecil, cabang-cabang agak jarang

sehingga daunnya kurang rimbun. Bentuk daun kedua jenis hampir sama yaitu lonjong.

Perbedaan hanya terletak pada perbandingan panjang dan lebar daun. Kenanga jenis

macrophylla memiliki ukuran daun lebar, urat daun kecil, permukaan datar (rata) dan
warna hijau muda, sebaliknya kenangajenis genuine memiliki ukuran daun yang

sempit, urat daun lebih besar sehingga daun nampak lebih kaku, permukaan keriput

dan warna hijau tua (Yuna, 2008).

Bunga kenanga memiliki banyak manfaatnya, antara lain sebagai obat penyakit

kulit, asma, anti nyamuk, antibakteri, dan antioksidan (Dustiria et al., 2016).

Pengolahan bunga kenanga sudah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia baik

sebagai obat maupun dijadikan dalam bentuk sediaan. Daerah Banyumas (Jawa

Tengah) eksrak bunga kenanga kering digunakan sebagai obat.malaria. Ujung pandang

dan Jawa, bunga kenanga diolah menjadi minyak rambut dengan cara memaskan bunga

kenanga dengan minyak kelapa sehingga minyak tersebut beraroma kenanga. Daerah

pulau Bali bunga kenanga segar digunakan para wanita untuk mengharumkan rambut,

pakaian dan tempat tidurnya (Ratnasari, 2014).

Minyak atsiri atau biasa disebut atau disebut juga dengan essential oils, etherial

oils, atau volatie oils adalah ekstrak atau minyak alami yang terdapat dalam tumbuhan

berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Minyak atsiri

merupakan minyak yang mudah menguap dengan titik didih dan tekanan uap tertentu

yang dipengaruhi oleh suhu. Ditinjau dari senyawa kimia minyak atsiri memiliki

beberapa tipe senyawa organik, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida, ester, aldehida

dan eter (Indriani, 2013). Bunga kenanga (Cananga odorata (Limk.) Hook f.)

merupakan salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Senyawa yang terkandung

dalam minyak atsiri bunga kenanga antara lain senyawa polifenol, ß-kariofilen, α-

terpineol, ßlinalool, fernesol metil benzoat, germakren-D, dan benzil benzoat

(Sacchetti et al., 2005).


2.2 Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk memisahkan

satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari suatu sampel dengan

menggunakan pelarut tertentu yang sesuai (Leba, 2017). Ekstrak adalah sediaan yang

diperoleh dari proses ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan

menggunakan pengekstraksi yang tertentu (Widiati, 2011). Tujuan ekstraksi adalah

menarik semua komponen kimia yang terdapat pada bahan alam dengan menggunakan

pelarut organik tertentu. Prinsip ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa

komponen zat padat kedalam pelarut, dimana perpindahan terjadi antarmuka kemudian

berdifusi masuk kedalam pelarut (Prabowo, 2015).

Mekanisme kerja ekstraksi adalah cairan penyari menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif yang masuk akan larut

karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang

diluar sel sehingga larutan yang terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut akan

berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam

sel (Jahari, 2013).

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan

ekstrak, diantaranya:

a. Pembuatan serbuk simplisia

Pembuatan simplisia kering merupakan tahap awal pembuatan ekstrak, dimana

simplisia dibuat dengan menggunakan peralatan tertentu. Serbuk simplisia dapat

memengaruhi mutu ekstrak. Ukuran simplisia harus harus diperhatikan 21 karena


semakin halus serbuk simplisia proses ekstraksi makin efektif dan efisien, namun jika

serbuk terlalu halus akam mempersulit proses ekstraksi.

b. Cairan Pelarut

Cairan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak yaitu pelarut yang baik

(optimal) atau tidak merusak senyawa aktif dan kandungan lainnya serta ekstrak haya

mendapatkan sebagian besar sanyawa yang diinginkan. Pemilihan pelarut yang sesuai

dengan sifat polaritas senyawa yang ingin di ekstraksi ataupun yang sesuai dengan

kepolaran kandungan kimia. pelarut yang digunakan harus bisa mengekstrak substansi

yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya (Prabowo,2015)

c. Separasi dan pemurnian

Tahap separasi dan pemurnian merupakan tahap menghilangkan atau

memisahkan senyawa yang tidak diinginkan tanpa mempengaruhi senyawa yang

dikehendaki, sehingga diperoleh senyawa yang lebih murni. Proses-proses pada pada

tahap ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak tercampur, setrifugasi,

dekantasi, filtrasi serta proses adorpsi dan penukaran ion.

d. Pemekatan atau penguapan

Pada proses ini akan terjadi pemekatan jumlah persial senyawa terlarut secara

penguapan pelarut sampai menjadi kering, ekstrak hanya menjadi kental atau pekat.

e. Rendemen Rendemen adalah perbandinga antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal.

2.3 Farpum

Parfum atau minyak wangi didefinisikan menjadi suatu kompleks campuran

dari berbagai variasi senyawa dengan konsentrasi yang tepat dan dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat sintetis.

Parfum digunakan untuk member rasa segar dan harum pada badan. Mekanisme ynag

tepat dari interaksi parfum dengan tubuh agar menimbulkan bau yang berbeda pada

masing-masing individu belum diketahui. Volatile dalam parfum menunjukan pola

yang berbeda ketika terjadi penguapan dari kulit manusia. Pola tersebut dipengaruhi

oleh suhu tubuh, struktur kulit atau keberadaan partikel lipid yang masing-masing

dapat mengubah penguapan temporal dari senyawa kimia yang ada dalam parfum

(Lenochova et all, 2012:1-2).

Menurut SNI 16-4949-1998 definisi sediaan eau de parfum, eau de toilette, atau

eau de cologne adalah sediaan kosmetika yang berbentuk cair yang merupakan

campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk memberikan bau

harum.

a. Sediaan eau de parfum adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan

campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 11-15%

yang digunakan untuk memberikan bau harum.

b. Sediaan eau de toilette adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan

campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 6-10%

yang digunakan untuk memberikan bau harum.

c. Sediaan eau de cologne adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan

campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 3-5% yang

digunakan untuk memberikan bau harum.

Klasifikasi pewangi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yakni eau de extrait

dengan bahan pewangi 20-30%, eau de parfum 8-15%, eau de toilette 4-8%, eau de
cologne 3-5%, dan splash cologne 1-3%. Konsentrasi bahan 7 pewangi yang

terkandung dalam pewangi akan berpengaruh pada intensitas dan ketahanan wanginya,

semakin tinggi konsentrasi bahan pewangi akan membuat wanginya menjadi lebih kuat

dan tahan lama (Herz, 2011:359).


DAFTAR PUSTAKA

Dusturia, N., Hikamah, S. R., &, & Sudiarti, D. (2016). Efektifitas antibakteri bunga

kenanga (Cananga odorata) dengan metode konvensional terhadap

pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jurnal Bioshell, 5(1), 324–332.

Indriani, C. P. (2013). Identifikasi komponen minyak atsiri pada beberapa tanaman

dari indonesia yang memiliki bau tidak sedap (Skripsi). Fakutas Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia,

Jakarta.

Jahari, F. (2013). Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun mangkokan

(Nothopanax scutellarium Merr.) terhadap bakteri penyebab bau badan

dengan metode difusi agar (Skripsi). Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar.

Leba, M. A. U. (2017). Ekstraksi dan real kromatografi. Yogyakarta: CV Budi Utama

Prabowo, L. A. (2015). Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak buah kaulaga

(Amomum cardamomun) terhadap zona hambat bakteri Escherichia coli

secara in vitro (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Malang, Malang

Pujiarti, R., Widowati., Kasmudjo & Sunarta. (2015). Kualitas komposisi kimia dan

aktivitas antioksidan minyak kenanga (Cananga odorata). Jurnal Ilmu

Kehutanan, 9(1), 3–11.

Ratnasari, N. M. D. (2014). Perbedaan efektifitas minyak atsiri bunga kenanga

(Cananga odorata) sebagai repelan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti


dengan konsentrasi 5%, 15%, dan 25% (Skripsi). Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, Bali.

Sacchetti, G., Maietti, S., Muzzoli, M., Scaglianti, M., Manfredini, S., Radice, M., &

Bruni, R. (2005). Comparative evaluation of 11 essential oils of different origin

as functional antioxidants, antiradicals, and antimicrobials in foods. Journal

Food Chemistry, 91(1) 621–632.

Widiati, S. (2011). Daya hambat ekstrak ampas teh hitam (Camellia sinensis L.)

terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis (Skripsi). Fakultas

Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.

Yuna, A. P. (2008). Respon pertumbuhan bibit kenanga (Cananga odorata (Lamk)

Hook.f. &Thomson forma macrophylla) pada berbagai intensitas cahaya

penggunaan inang primer kriminil dan jenis media (Skripsi). Fakultas

Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai