Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FITOKIMIA

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI BUNGA MAWAR DENGAN


METODE MASERASI DAN METODE PELARUT MENGUAP
MENGGUNAKAN PERLAKUAN PEF (Pulsed Electric Field)

Dosen Pengampu : Choirul Huda S.Farm., Apt

Oleh:
Arum Fajarwati

(1413206007)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Ekstraksi minyak atsiri
bunga mawar dengan metode maserasi dan metode pelarut
menguap menggunakan perlakuan PEF (pulsed electric field)
tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Maksud dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fitokimia. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam
penyusunan makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif
mengenai perbandingan metode ekstraksi minyak atsiri bunga mawar dengan
metode maserasi dan pelarut menguap menggunakan perlakuan PEF agar mudah
di pahami.
Penyusun meyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu,
sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari
semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat di masa yang
akan datang.

Tulungagung, 21 Mei 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1...........................................................................................Lata
r Belakang...........................................................................1
1.2...........................................................................................Rum
usan Masalah......................................................................2
1.3...........................................................................................Tuju
an........................................................................................2
1.4...........................................................................................Man
faat......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1...........................................................................................Bun
ga Mawar...........................................................................3
2.2...........................................................................................Met
ode Maserasi......................................................................
2.3...........................................................................................Met
ode Pelarut Menguap dengan Perlakuan PEF.....................
BAB III METODOLOGI
3.1...........................................................................................Alat
dan Bahan..........................................................................
3.2...........................................................................................Pros
edur....................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
4.1...........................................................................................Dat
a Perbandingan Metode.....................................................
4.2...........................................................................................Perb
edaan Kelebihan dan Kelemahan Metode..........................
4.3...........................................................................................Perl
akuan dan Tujuan...............................................................
BAB V PENUTUP

5.1...........................................................................................Kesi
mpulan...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang beiklim tropis memungkinkan berbagai jenis
tumbuhan dapat dibudidayakan dengan baik, bahkan mampu
menjadi komoditi ekspor. Ekspor minyak atsiri di Indonesia
terbilang relatif kecil, jika dilihat dari total ekspor non migas.
Rendahnya nilai ekspor minyak atsiri disebabkan komoditas
minyak atsiri yang dikembangkan masih terbatas (Prihatman
dalam Astrilia et al., 2012).
Di Indonesia prospek industri minyak bunga mempunyai
beragam keuntungan, termasuk didalamnya perluasan lapangan
kerja,

peningkatan

pendapatan

petani,

peningkatan

devisa

negara dan efisiensi dalam investasi agroindustri. Berbagai


keuntungan tersebut telah meningkatkan kebutuhan bunga
mawar potong maupun industri (Effendi dalam Yulianingsih et al.
2006). Menurut Eriyatni (1987) dalam Yulianingsih minyak mawar
merupakan

salah

satu

produk

minyak

bunga

yang

memungkinkan untuk diproduksi di Indonesia dengan kualitas


ekspor.
Menurut Sukardi et al. (2013), mawar merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang dapat di olah menjadi bahan baku untuk
pembuatan minyak atsiri. Manfaat minyak atsiri mawar dalam
industri diantaranya sebagai bahan baku kosmetik, obat dan
bahan baku parfum. Minyak atsiri dapat dihasilkan dengan cara
mengekstrak bahan baku yang berasal dari tumbuhan.
Kualitas minyak yang dihasilkan dipengaruhi berbagai faktor,
salah satunya adalah perbandingan bahan dengan pelarut.
Perbandingan pelarut dengan jumlah bahan baku pada saat
proses ekstraksi merupakan salah satu faktor penting, karena
akan berpengaruh terhadap rendemen atau jumlah minyak yang

akan dihasilkan, sehingga didapatkan minyak mawar dengan


rendemen yang tinggi dengan mutu yang baik (Sukardi et al.,
2013).
Terdapat banyak metode ekstraksi yang dapat digunakan
untuk penarikan minyak atsiri dari bunga mawar, seperti
contohnya metode maserasi dan metode pelarut menguap.
Metode ekstraksi yang digunakan akan berpengaruh terhadap
minyak atsiri yang dihasilkan dari bunga mawar. Oleh karena itu
disusun makalah ini untuk mengetahui perbandingan efektifitas
metode ekstraksi minyak atsiri dari bunga mawar.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan efektifitas metode ekstraksi minyak
atsiri bunga mawar dengan menggunakan metode maserasi
dan metode pelarut menguap dengan perlakuan PEF?
1.3 Tujuan
Membandingkan

metode

ekstraksi

minyak

atsiri

bunga

mawar dengan menggunakan metode maserasi dan metode


pelarut menguap dengan perlakuan PEF (Pulsed Electric
Field).
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui efektifitas dari metode yang digunakan
dalam ekstraksi minyak atsiri
2. Untuk mengetahui perbedaan antara metode maserasi
dengan metode pelarut menguap dengan perlakuan PEF.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Mawar
Dalam
sistematika

tumbuhan

(taksonomi),

mawar

diklasifikasikan sebagai berikut (Ir. Rahmat, 1995):


Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales
Famili
: Rosaceae
Genus
: Rosa
Spesies : Rosa damascene Mill., R. multiflora Tunb., R.
hybrid Hort., dan lain-lain.
Bunga mawar dapat digunakan sebagai bahan makanan atau
minuman sekaligus berkhasiat obat diantaranya telah dirintis
sewaktu Perang Dunia II di Inggris, yakni dijadikan sumber
vitamin C. Cerita versi lain menyebutkan bahwa para Tabib Cina
memanfaatkan minyak bunga mawar sebagai obat Yin yang
berfungsi untuk menenangkan syaraf, memperlancar sirkulasi
darah, membebaskan jantung dari kemacetan, memperkuat otot
dinding perut besar, dan menyehatkan pembuluh kapiler (Ir.
Rahmat, 1995).
Belum terungkap secara medis tentang zat apa yang
menyebabkan mawar berkhasiat obet. Meskipun demikian, pada
skala penelitian di Puslitbangtri untuk keperluan pengembangan
usaha

minyak

atsiri,

ternyata

minyak

mawar

(Rose

oil)

mengandung fenil etil alkohol, citronellol, dan nerol geraniol.


Kandungan senyawa ini merupakan bahan parfum yang harum
(Ir. Rahmat, 1995).
Komponen utama pada minyak mawar yaitu berupa cairan
berwarna kuning pucat yang mengandung fenil etil alkohol,
geraniol dan sitronellol. Komponen utama tersebut merupakan
sisa metabolisme tanaman mawar dan mempunyai peran ganda,
seperti menarik serangga atau mengusir serangga (Astrilia dan
Endah, 2012).
Menurut Sukardi dkk, (2013) komponen utama penyusun
minyak concrete atsiri bunga mawar dengan perlakuan PEF
berdasarkan hasil kromatogram sebagai berikut :
1. Eicosane (Hexyl icosane)
Eicosane atau Hexyl icosane merupakan senyawa yang
termasuk dalam fraksi etil asetat dan tergabung dalam
golongan senyawa hidrokarbon alifatik. Hidrokarbon alifatik
adalah kelompok senyawa yang bersifat minyak dan memiliki
bau khas yang berisi terpene alkohol dan terpenoid, yang
merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas minyak
mawar (Putra, 2010 dan Tintchev et al, 2011).
2. Benzeneethanol (Phenyl ethyl alcohol)
Benzeneethanol atau phenyl ethyl alcohol merupakan
senyawa yang mempunyai bau khas (fragrant, aroma) yang
disebut kelompok senyawa organik aromatik. Benzeneethanol
merupakan jenis eter dengan berat molekul rendah, yang
biasanya digunakan sebagai pengharum dan ditemukan
dalam minyak esensial.
2.2 Metode Maserasi
Menurut Astrilia dan Endah (2012), maserasi merupakan cara
ekstraksi sederhana yang dilakukan dengan cara merendam
bahan dalam pelarut selama beberapa hari pada temperatur

kamar dan terlindung dari cahaya. Proses ini digunakan untuk


mengekstraksi minyak

bunga

mawar yang

menghasilkan

rendemen minyak yang rendah. Keuntungan dari metode ini


adalah peralatan yang digunakan sederhana.
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM, 1986).
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel
tanaman melewati di dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan diluar sel. Larutan yang
konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan
konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi
keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989).
Pemilihan pelarut dalam ekstraksi minyak mawar yang harus
diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak
mudah terbakar, rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk
meminimalkan biaya operasi dan reaktivitas (Williams dan
Yulianingsih). Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut,
pelarut yang dipilih untuk ekstraksi pada penelitian ini adalah
etanol dan n-heksana, karena jumlah dan kualitas minyak yang
dihasilkan paling baik (Astrilia 2012).
Contoh alat maserasi:

2.3 Metode Pelarut Menguap dengan Perlakuan PEF


(Pulsed Electric Field)
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut menguap
banyak diterapkan diberagai negara karena merupakan teknik
yang lebih maju. Cara kerja esktraksi dengan menggunakan
pelarut

menguap

memasukkan

cukup

bunga

sederhana,

yang

akan

yaitu

dengan

cara

diekstraksi

kedalam

ketel

ekstraksi khusus, dan kemudian ekstraksi berlangsung secara


sistematik pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut.
Pelarut

akan

berpenetrasi

kedalam

bahan

(bunga)

dan

melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan zat


warna (Guenther dalam Sukardi et al., 2013).
Metode

PEF

(Pulsed

Electric

Field)

merupakan

metode

pengolahan pangan non-termal menggunakan medan listrik


tinggi

pulsa

memperkecil

dengan

durasi

kehilangan

waktu

nutrisi

pemanasan (Bonetta et al, 2010).

pendek

yang

dan

mampu

disebabkan

oleh

Penggunaan PEF pada ekstraksi minyak atsiri mempunyai


beragam kelebihan, diantaranya yaitu menghasilkan warna
minyak yang leih cerah, mempermudah proses ekstraksi dan
mempercepat proses ekstraksi karena dengan perlakuan PEF
dapat membuka sel sel minyak yang terdapat dalam bunga
sehingga memudahkan keluarnya minyak. Di samping itu,
penggunaan juga memiliki kelemahan yaitu waktu perlakuan PEF
terlalu lama diduga dapat menyebabkan kerusakan membran
sehingga terjadi pembentukan pori-pori yang melebar dan tidak
dapat kembali pada bentuk semula (irreversible) (Sukardi et al.,
2013).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
A. Metode Maserasi
Alat
pengaduk,

yang
gelas

digunakan
ukur,

yaitu

kertas

bejana
saring

maserasi,
dan

GC-MS

batang
(Gas

Chromatography - Mass Spectometry). Sedangkan bahan yang


digunakan yaitu Bunga mawar, pelarut etanol dan n-heksana
teknis.
B. Metode Pelarut dengan Perlakuan PEF
Alat yang digunakan dalam penelitian ekstraksi bunga mawar
ini yaitu perangkat peralatan generator PEF (Pulsed Electric Field)
DC/pulsa,

vacuum

rotary

evaporator

merk

ikrV10

digital,

erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, penggaris, spatula, pipet,


timbangan digital model EK5035, kain saring kasar, prisma
refraktometer,

tisu,

pipet

tetes,

dan

GC-MS

(Gas

Chromatography - Mass Spectometry). Bahan yang digunakan


adalah bunga mawar segar.
3.2 Prosedur
A. Metode Maserasi
Pengambilan minyak mawar dengan metode maserasi
dilakukan dengan prosedur pertama yaitu memisahkan bunga
mawar segar 50-70% (setengah mekar) dari tangkai dan
kelopaknya, dan dipilih mahkotanya. Mahkota mawar kemudian
dipotong kecil-kecil dan direndam kedalam pelarut dengan
perbandingan 1: 3, 1 untuk berat mahkota mawar dan 3 untuk
volume pelarut yang digunakan. Kemudian dilakukan proses
maserasi, dengan pengadukan selama 1 menit secara manual
pada suhu ruang dan tanpa terkena cahaya (ditempat tertutup
dan gelap) didiamkan selama 12 jam. Kemudian ekstrak mawar
dipisahkan dengan cara penyaringan dan pemerasan sehingga
diperoleh ampas dan filtrat. Filtrat yang mengandung minyak
bunga mawar dievaporasi dengan rotary vacuum evaporator
pada suhu 50-60C, untuk memisahkan antara pelarut dengan
minyak mawar concrete. Setelah didapatkan minyak mawar
concrete, dihitung rendemen dan dilakukan uji GCMS.

B. Metode Pelarut Menguap Menggunakan Perlakuan PEF


Bunga mawar dipisahkan dari kelopak, benang sari dan
mahkota bunga mawar. Mahkota bunga mawar yang telah
dipisahkan kemudian ditimbang masing-masing seberat 250
gram. Setelah ditimbang selanjutnya dilakukan penerapan PEF
sesuai dengan perlakuan (7 detik, 10 detik dan 13 detik) dengan
menggunakan frekuensi sebesar 583 Hz, voltase 1100 v, dan
jarak Anoda Katoda 18 cm. Masing-masing mahkota bunga
mawar yang telah dilakukan penerapan PEF sesuai perlakuan.
Setelah perlakuan PEF, selanjutnya dilakukan proses ekstraksi
menggunakan metode pelarut menguap dengan larutan nHeksan teknis yang disimpan didalam erlenmeyer dan ditutup
dengan aluminum foil agar terhindar dari cahaya. Kemudian
digunakan perbandingan sebesar 1:2 dan 1:3, dan dilakukan
proses ekstraksi selama 2 jam menggunakan suhu kamar.
Setelah diekstraksi, mahkota bunga mawar disaring dan diperas
menggunakan

kain

saring

kasar

dilipat

menjadi

untuk

mendapatkan larutan minyak-heksan. Lalu dilakukan proses


pemisahan filtrat menggunakan vacuum evaporator merk ikrV10
digital dengan menggunakan kecepatan putaran 70 Rpm,
tekanan 550 mmHg, suhu 35OC selama kurang lebih 30 menit,
sehingga diperoleh concrete berupa cairan kental berwarna
kuning bening. Concrete yang diperoleh selanjutnya dilakukan
analisa rendemen, warna, indeks bias dan GC-MS.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Data Perbandingan Metode

N Metode

Waktu

Pelarut

Rendem

Phen

Warn

ekstrak

(1:3)

en

yl

ethyl

miny

alcoh

ak

si

1 Maserasi 12 jam

Etanol

8,76 %

ol
2,73% Merah

N-

0,34 %

31,69

tua
Kunin

hexana

2 Pelarut

2 jam

teknis

benin

N-

31,58

g
Kunin

mengua

hexana

teknis

dengan

0,419 %

benin
g

PEF 13
detik
Berdasarkan hasil penelitian Astrilia dan Endah (2012), pada
ekstraksi minyak atsiri bunga mawar menggunakan metode
maserasi yang dilakukan selama 12 jam dengan pelarut etanol
dengan perbandingan bahan dan pelarut yaitu 1:3 diperoleh
rendemen sebesar 8,76 % sedangkan dengan pelarut n-heksana
teknis diperoleh rendemen sebesar 0,34 %. Namun, komponen

utama minyak mawar (Phenil ethil alcohol) yang diperoleh


dengan pelarut etanol adalah 2,73 % sedangkan dengan pelarut
n-heksana teknis adalah 31,69 %. Hal ini membuktikan bahwa
pelarut n-heksana lebih selektif dalam mengekstraksi sejumlah
kecil zat lilin serta dapat mengekstrak zat pewangi dalam jumlah
besar, sehingga pengambilan komponen utama minyak atsiri
lebih maksimal.
Berdasarkan penelitian Sukardi, dkk (2013), pada ekstraksi
minyak atsiri bunga mawar menggunakan metode pelarut
menguap

dengan

perlakuan

PEF

selama

13

detik

dan

menggunakan pelarut n-heksana teknis dengan perbandingan


bahan dan pelarut yaitu 1:3 diperoleh concret berupa cairan
kental berwarna kuning bening. Sebelum dilakukan ekstraksi,
bunga mawar diberikan perlakuan PEF selama 13 detik dengan
menggunakan frekuensi sebesar 583 Hz, voltase 1100 v, dan
jarak Anoda Katoda 18 cm. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam.
Rendemen yang diperoleh adalah sebesar 0,419%. Komponen
utama minyak mawar (Phenil ethil alcohol) yang diperoleh adalah
sebesar 31,58%.
4.2

Perbedaan Kelebihan dan Kelemahan Metode

Metode

Maserasi

Pelarut

menguap

Kelebiha

Rendemen lebih tinggi

dengan perlakuan PEF


Waktu lebih cepat yaitu 2

(8,76%) dengan

jam

menggunakan pelarut
etanol
Rendemen rendah jika Rendemen

lebih

menggunakan pelarut yaitu


n-heksan teknis

dibandingkan

tinggi

(0,419%)
metode

maserasi (0,34%) dengan


Komponen

pelarut n-heksan teknis


yang Dapat
menarik
9

tertarik

dengan komponen

minyak

pelarut etanol adalah mawar.


6 dan komponen yang
tertarik

dengan

pelarut

n-heksana

adalah 9.
Preparasi

sampel Pelarut yang digunakan

sederhana

dan bersifat selektif

pelaksanaan ekstraksi
Kekurang

mudah
Waktu

an

dibutuhkan

yang Alat

yang

digunakan

cukup (PEF) cukup mahal

lama (12 jam)


Kedua metode ekstraksi tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing masing. Keefektifitasan metode tersebut
tergantung dari penelitian yang dilakukan. Jika menginginkan
nilai rendemen yang tinggi maka metode yang efektif adalah
metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol. Jika
menginginkan komponen utama minyak mawar (Phenyl ethyl
alcohol) yang tinggi dengan waktu yang singkat maka, metode
yang efektif adalah metode pelarut menguap dengan perlakuan
PEF (Pulsed Electric Field) menggunakan pelarut n-heksana.
4.3

Perlakuan dan Tujuan

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan jurnal penelitian ekstraksi minyak atsiri bunga
mawar dengan menggunakan metode maserasi dan metode
pelarut menguap dengan perlakuan PEF dapat disimpulkan
bahwa metode pelarut menguap dengan perlakuan PEF lebih

efektif karena waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan komponen


utama minyak mawar (Phenyl ethyl alcohol) yang dihasilkan lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Astrilia dan Endah. 2012. Pemungutan Minyak Atsiri Mawar (Rose
oil)

dengan

Metode

Maserasi.

Jurnal

Bahan

Alam

Terbarukan. Vol.1 No.2. ISSN 2303-0623


Bonetta, S. Silvia, B. Elisabetta, C. P. Ortese, G. Dellacasa, R.
Gemme, F. Motta, M. Paganoni, M. P. 2010. A Pulsed
Electric Field (PEF) Bench Static System To Study
Bacteria Inactivation. Siena, Italy.
Guenther, E. 2011. Minyak Atsiri Jilid 1. Penerjemah : Ketaren, S.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Prihatman, K. 2000. MAWAR (Rosa damascene Mill). Sistim
Informasi

Manajemen

Pembangunan

di

Perdesaan,

BAPPENAS.
Rukmana, Rahmat. 1995. Mawar. Penerbit Kanisus: Yogyakarta
Sukardi, Rizka N., M. Hindun Pulungan., dan Arie Febrianto. 2013.
Ekstraksi minyak atsiri bunga mawar dengan metode
pelarut menguap menggunakan perlakuan pef (pulsed
electric field) (kajian perbandingan pelarut dan waktu
pef). Fakultas Teknologi Industri Pertanian Univesitas
Brawijaya Malang.
Yulianingsih, et al. 2006. Seleksi Jenis Bunga untuk Produksi Mutu
Minyak Mawar. In J.Hort. 16(4): 345-348.

Anda mungkin juga menyukai