Anda di halaman 1dari 13

UJI SIFAT FISIKA-KIMIA DAN IDENTIFIKASI FENIL ETIL ALKOHOL

MINYAK ATSIRI BUNGA MAWAR HASIL EKSTRAKSI PELARUT

Nur Malasari*, RTM Sutamihardja, Amry Syawaalz


Program Studi Kimia FMIPA Universitas Nusa Bangsa Bogor
Jl. KH Sholeh Iskandar KM 4 Cimanggu Tanah Sareal, Bogor 16166
*e-mail : nurmalasari2501@gmail.com

ABSTRACT

Test of Physical and chemical Properties and Identification of Phenyl Ethyl Alcohol of
Essential Oil Roses from Solvent Extraction

The technology of extraction of roses oil currently is developed in small scale industries through
distillation. However, this technology has many disadvantages. To overcome these obstacles, it is necessary to do
research by using solvent extraction vapor (solvent extraction).This study was conducted to determine the type of
solvent and the right ratio of solvent to obtain the highest "concrete" and "absolute" yields on the extraction of roses.
The solvents chosen in this study were n-hexane, petroleum ether and ethanol with a ratio of 1: 3, 1: 4 and 1: 5 w / v.
The 1: 5 w / v n-hexane solvent was the right solvent for extracting roses with the highest "concrete" and "absolute"
yield levels for the perfume making of 0.85% and 0.07%. The main chemical component of rose essential oil detected
by KGSM is phenyl ethyl alcohol with the highest phenyl ethyl alcohol content found in "absolute" of 1: 4 w / v n-
hexane extraction of 6.53%.

Keywords: Rose Flower, Essential Oil, Ekstraksi pelarut

ABSTRAK

Teknologi ekstraksi minyak bunga mawar saat ini yang berkembang pada industri skala kecil yaitu
penyulingan. Namun, teknologi ini memiliki banyak kelemahan. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian dengan menggunakan ekstraksi pelarut mudah menguap (solvent extraction). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui jenis pelarut dan perbandingan pelarut yang tepat untuk memperoleh rendemen
“concrete” dan “absolut” tertinggi pada hasil ekstraksi bunga mawar. Pelarut yang dipilih pada penelitian ini adalah
n-heksana, petroleum eter dan etanol dengan perbandingan 1:3, 1:4 dan 1:5 b/v. Pelarut n-heksana 1:5 b/v adalah
pelarut yang tepat untuk mengekstraksi bunga mawar dengan kadar rendemen “concrete” dan “absolut” tertinggi
untuk pembuatan parfum sebesar 0,85 % dan 0,07%. Komponen kimia utama minyak atsiri bunga mawar yang
terdeteksi oleh KGSM adalah fenil etil alkohol dengan kadar fenil etil alkohol tertinggi terdapat pada “absolut” hasil
ekstraksi n-heksana 1:4 b/v sebanyak 6,53%.

Kata kunci: Bunga Mawar, Minyak Atsiri, Solvent Extraction

PENDAHULUAN hanya dijual sebagai bunga tabur yang


bermanfaat untuk aromaterapi dan ziarah.
Mawar merupakan salah satu Di era modern minyak mawar
tanaman hias bunga yang paling terkenal di banyak digunakan untuk industri parfum dan
dunia. Sejak abad ke 17, industri minyak kosmetik, terbukti dalam kandungan parfum
mawar sudah berkembang di negara-negara wanita sebanyak 98% dan 46% parfum pria,
Persia, Turki, dan Bulgaria. Di Indonesia, hal ini menyebabkan banyaknya metode
mawar dalam jumlah besar biasanya untuk mendapatkan minyak mawar (Younis
digunakan sebagai tanaman pot, taman, dan et al, 2007). Teknologi ekstraksi minyak
bunga potong. Pedagang bunga umumnya bunga mawar saat ini berkembang pada
menjual bunga mawar per kuntum atau industri skala kecil adalah penyulingan.
tangkai. Bunga mawar yang dibeli dari Namun, teknologi ini banyak kelemahannya,
petani oleh pedagang pada umumnya karena minyak atsiri yang banyak
menghasilkan rontokan kelopak bunga mengandung ester mudah terhidrolisis dan
mawar yang pemanfaatannya belum optimal, menguap pada suhu tinggi. Untuk mengatasi
kendala tersebut, maka perlu dilakukan
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 92

penelitian dengan menggunakan ekstraksi dalam gelas piala 2 L sebanyak 3 kali


pelarut menguap (solvent extraction) ulangan. n-heksana ditambahkan ke dalam
(Amiarsi et al , 2006). masing-masing gelas piala dengan
perbandingan 1:3 ,1:4 dan 1:5 (b/v) yaitu
BAHAN DAN METODE 750 mL, 1000 mL, dan 1250 mL. Campuran
contoh bunga yang telah ditambahkan
Bahan dan Alat pelarut masing-masing diaduk selama 5
menit, agar pelarut terserap merata pada
Bahan yang digunakan adalah semua contoh. Ketiga gelas piala masing-
kelopak bunga mawar campur yang terdiri masing ditutup dengan aluminium foil,
dari mawar merah, mawar putih dan mawar kemudian disimpan diruang tertutup pada
merah muda, etanol p.a, n-heksana p.a, suhu ruang selama 24 jam
petroleum eter p.a, CuSO4. 5H2O, asam .
sulfat pekat, amoniak pekat, kloroform, HCl b. Preparasi Bunga Mawar Segar Dengan
2N, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer, Petroleum Eter (Amiarsi et al, 2006)
pereaksi Wagner, pereaksi Liebermann- Sebanyak 250 gram bunga mawar
burchard, asam borat, asam oksalat, aseton , segar ditimbang, kemudian dimasukan ke
eter, FeCl3 1% dan aquademin. dalam gelas piala 2 L sebanyak 3 kali
Peralatan yang digunakan adalah ulangan. Petroleum eter ditambahkan
wadah penampung tepung, neraca analitik, kedalam masing-masing gelas piala dengan
saringan kassa, kertas saring, water bath, perbandingan 1:3,1:4 dan 1:5 (b/v) yaitu 750
pompa vakum, cawan penguapan, hotplate, mL, 1000 mL, dan 1250 mL. Campuran
kondensor, botol 100 mL, botol 10 mL, contoh bunga yang telah ditambahkan
termometer, lemari pendingin Panasonic, pelarut masing-masing diaduk selama 5
Refraktometer Abbe ATAGO 10NAR-IT menit, agar pelarut terserap merata pada
Liquid, sentrifugasi, tabung pemusing, labu semua contoh. Ketiga gelas piala masing-
didih, piknometer 10 mL, botol vial 5 mL, masing ditutup dengan aluminium foil,
eksikator, Rotary Evaporator IKA 10 Basic, kemudian disimpan diruang tertutup pada
TLC Scanner UV Camag, Kromatografi Gas suhu ruang selama 24 jam.
Spektrofotometri Massa (KGSM) Agilent
Technologies 7890A dan alat-alat gelas c. Preparasi Bunga Mawar Segar Dengan
lainnya. Etanol (Amiarsi et al, 2006)
Sebanyak 100 gram bunga mawar
Metode segar dimasukan ke dalam gelas piala 2 L
sebanyak 3 kali ulangan. Etanol
1. Preparasi Ekstraksi Kelopak Bunga ditambahkan ke dalam masing-masing gelas
Mawar Campur piala dengan perbandingan 1:3 ,1:4, 1:5
Kelopak bunga mawar campur yang dan sebagai pembanding 2:3 (b/v) yaitu 300
terdiri dari mawar merah, mawar merah mL, 400 mL, 500 mL dan 750 mL.
muda dan mawar putih segar yang dibeli Campuran contoh bunga yang telah
dari pedagang bunga di Pasar Anyar, Bogor. ditambahkan pelarut masing-masing diatuk
Kelopak bunga mawar dibersihkan dari selama 5 menit, agar pelarut terserap merata
kotoran dan dari bagian bunga yang tidak pada semua contoh. Gelas piala masing-
diinginkan (putik, daun, dan pengotor). Pada masing ditutup dengan aluminium foil,
penelitian ini terdiri dua perlakuan yaitu kemudian disimpan tertutup pada suhu ruang
bunga mawar segar dan bunga mawar kering selama 24 jam.
yang dihasilkan dari proses kering anginkan
selama tiga hari pada suhu ruang. d. Preparasi Bunga Mawar Kering Dengan
Pelarut Etanol (Sebagai pembanding)
a. Preparasi Bunga Mawar Segar dengan (Amiarsi et al , 2006 dan Koksal et al,
n-Heksana (Amiarsi et al, 2006) 2015)
Sebanyak 250 gram bunga mawar Sebanyak 4000 gram kelopak bunga
segar ditimbang, kemudian dimasukan ke mawar segar dikering anginkan pada suhu

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
93 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar

ruang selama tiga hari. Bunga mawar b. Pembuatan “Concrete” Bunga Mawar
ditimbang sebagai bobot kering yaitu 250 Kering (Sebagai Pembanding) (Amiarsi
gram dan 500 gram bunga mawar kering et al, 2006)
dimasukan ke dalam gelas piala 2 L, Ekstrak bunga kering yang
kemudian ditambahkan pelarut etanol dihasilkan pada ekstraksi pelarut etanol
dengan perbandingan 1:3 dan 2:3 (b/v) yaitu disaring untuk mendapatkan filtrat. Filtrat
750 mL dan 1500 mL. Campuran contoh yang dihasilkan dipekatkan dengan rotary
bunga yang telah ditambahkan pelarut evaporator dalam keadaan vakum dengan
masing-masing diatur selama 5 menit, agar kecepatan 200 rpm , pada tekanan 550
pelarut terserap merata pada semua contoh. mmHg, selama 40 menit pada suhu 60-70ºC,
Masing-masing gelas ditutup dengan alufoil, hingga dihasilkan “concrete”.
kemudian disimpan tertutup pada suhu ruang
selama 24 jam dan ditutup dengan alufoil, 3. Pembuatan “Absolut” Minyak Bunga
kemudian disimpan di ruang tertutup pada Mawar (Amiarsi et al, 2006)
suhu ruang selama 24 jam.
a. “Concrete” Hasil Ekstraksi Pelarut n-
2. Pembuatan “Concrete” Minyak heksana
Bunga Mawar dengan Evaporasi “Concrete” yang dihasilkan dari
Vakum Menggunakan Rotary ekstraksi n-heksana ditambahkan etanol p.a
Evaporator dengan perbandingan “concrete dan etanol
10:1 (b/v), disentrifugasi dengan kecepatan
a. Pembuatan “Concrete” Minyak Bunga 2500 rpm selama 5 menit, kemudian
Mawar Segar (Metode Amiarsi et al, didinginkan pada suhu 0-10°C selama 24
2006) jam. Kemudian dilakukan penyaringan
1) Ekstraksi dengan pelarut n-heksana sampai diperoleh filtrat yang jernih. Filtrat
Ekstrak bunga yang dihasilkan pada pekatkan pada kondisi vakum dengan
ekstraksi pelarut n-heksana disaring untuk rotary evaporator dengan kecepatan 75 rpm
mendapatkan filtrat. Filtrat yang dihasilkan , pada tekanan 550 mmHg, selama 10 menit
dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40ºC, hingga dihasilkan
dalam keadaan vakum dengan kecepatan 75 “absolut”.
rpm , pada tekanan 550 mmHg, selama 10
menit pada suhu 40ºC, hingga dihasilkan b. “Concrete” Hasil Ekstraksi Petroleum
“concerte”. Eter
“Concrete” yang dihasilkan dari
2) Ekstraksi dengan pelarut petroleum eter ekstraksi petroleum eter ditambahkan etanol
Ekstrak bunga yang dihasilkan pada p.a dengan perbandingan “concrete dan
ekstraksi pelarut petroleum eter disaring etanol 10:1 (b/v), disentrifugasi dengan
untuk mendapatkan filtrat. Filtrat yang kecepatan 2500 rpm selama 5 menit,
dihasilkan dipekatkan dengan rotary kemudian didinginkan pada suhu 0-10°C
evaporator dalam keadaan vakum dengan selama 24 jam. Kemudian dilakukan
kecepatan 75 rpm , pada tekanan 550 penyaringan sampai diperoleh filtrat yang
mmHg, selama 10 menit pada suhu 40ºC, jernih. Filtrat pekatkan pada kondisi vakum
hingga dihasilkan “concerte”. dengan rotary evaporator dengan kecepatan
75 rpm , pada tekanan 550 mmHg, selama
3) Ekstraksi dengan pelarut etanol 10 menit pada suhu 40ºC, hingga dihasilkan
Ekstrak bunga yang dihasilkan pada “absolut”.
ekstraksi pelarut etanol disaring untuk
mendapatkan filtrat. Filtrat yang dihasilkan c. “Concrete” pelarut etanol
dipekatkan dengan rotary evaporator Serbuk CuSO4.5H2O ditimbang
dalam keadaan vakum dengan kecepatan dalam cawan penguapan pada neraca
200 rpm , pada tekanan 550 mmHg, selama analitik, lalu dipanaskan pada hotplate pada
40 menit pada suhu 60-70ºC, hingga suhu 110°C selama 1-3 jam sampai warna
dihasilkan “concerte”. garam berwarna putih, lalu dinginkan pada

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 94

eksikator. “Concrete” hasil ekstraksi etanol c. Steroid atau Terpenoid


disimpan pada botol. CuSO4.5H2O yang Sebanyak 1 mL “absolut” bunga
sudah dingin di masukan ke masing-masing mawar ditambahkan 3 mL etanol dan
“concrete”, dengan perbandingan ditambahkan 5 mL asam asetat anhidrat dan
CuSO4.5H2O dan “concrete” 1:10 (b/v), 10 tetes asam sulfat pekat atau disebut
lalu didiamkan selama 1 malam. Campuran pereaksi Liebermann-Burchard. Perubahan
diamati hingga tidak terjadi lagi perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau
warna. Apabila masih terjadi perubahan menunjukkan adanya steroid, jika
warna campuran, diulangi penambahan terbentuknya warna merah kecoklatan pada
CuSO4.5H2O dengan perbandingan sama di antar permukaan menunjukkan adanya
awal. Apabila sudah stabil, dilakukan terpenoid.
penyaringan hingga filtrat jernih. Filtrat
yang dihasilkan dipekatkan dengan rotary d. Tanin
evaporator dalam keadaan vakum dengan Sebanyak 1 ml “absolut” bunga
kecepatan 200 rpm , pada tekanan 550 mawar ditambahkan 10 mL aquadest, lalu
mmHg, selama 40 menit pada suhu 60-70ºC, dipanaskan diatas penangas air, dan disaring.
hingga dihasilkan “absolut”. Filtrat yang diperoleh ditambahkan beberapa
tetes 2-3 tetes FeCl3 1%, terbentuk warna
4. Uji Senyawa Fitokimia (Harbone, hijau, biru tua atau hitam kehijauan
2006) menunjukkan adannya tanin.
Uji fitokimia dilakukan dalam
penelitian secara kualitatif pada “absolut” e. Flavonoid (Depkes RI, 1995 dalam
bunga mawar, senyawa yang diidentifikasi Astrina et al, 2013)
adalah alkaloid, saponin, flavonoid, steroid Sebanyak 1 mL “absolut” bunga
atau terpenoid dan tanin. mawar diuapkan hingga kering. Residu
“absolut” dibasahkan dengan aseton, lalu
a. Alkaloid ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat
Sebanyak 1 mL “absolut” bunga dan serbuk halus asam oksalat, kemudian
mawar ditambahkan dengan 5 mL kloroform dipanaskan dengan hati-hati di atas penangas
dan 5 mL amoniak dimasukkan ke dalam air dan hindari pemanasan berlebihan.
tabung reaksi dan disaring. Fitrat yang Residu yang diperoleh dicampur dengan 10
diperoleh dibagi tiga bagian yang sama, lalu mL eter. Residu penguapan pada cawan
dimasukkan kedalam tabung reaksi, dan diamati dengan sinar UV dengan panjang
tambahkan masing-masing 3 tetes H2SO4 2 gelombang 366 nm menggunakan TLC
N. Masing-masing tabung dikocok dan Scanner, larutan berfluorosensi kuning
didiamkan beberapa menit hingga terbentuk intensif, menunjukkan ada flavonoid.
dua fase terpisah. Bagian atas dari masing-
masing filtrat diambil dan diuji dengan 5. Rendemen “Concrete” dan “Absolut”
pereaksi Mayer, Wagner, dan Dragendrof. (SNI 06-3949-1995)
Adanya alkaloid ditandai terbentuk endapan Rendemen adalah perbandingan
putih pada pereaksi Mayer, endapan merah jumlah kuantitas minyak yang dihasilkan
pada pereaksi Dragendrof dan endapan dari hasil ekstraksi tanaman aromatik.
cokelat pada pereaksi Wagner. Rendemen menggunakan satuan persen (%).
Semakin tinggi nilai rendemen yang
b. Saponin dihasilkan menandakan nilai minyak atsiri
Sebanyak 1 mL “absolut” bunga yang dihasilkan semakin banyak (Bambang,
mawar dipanaskan dengan 10 mL air 2010). Rumus perhitungan rendemen
dipenangas air. Filtrat dikocok dan dicantumkan dalam persamaan 1.
didiamkan selama 15 menit, terbentuk busa
yang stabil (bertahan lama) menunjukkan .... (1)
adanya saponin.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
95 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar

6. Analisis Sifat Fisika dan Kimia Kemudian dilakukan analisis interprestasi


“Concrete” dan “Absolut” data yang dibandingkan literatur.

a. Analisis Warna dan Bau “Concrete”


dan “Absolut” HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk pengamatan warna, contoh
dimasukan kedalam botol vial kemudian A. Uji Fitokimia
contoh diamati warna secara visual. Untuk Berdasarkan data hasil uji fitokimia
pengamatan bau, contoh didalam botol vial minyak atsiri bunga mawar dengan metode
diuji menngunakan kertas parfum, kertas ekstraksi pelarut, hasil ekstraksi yang
parfum dimasukan ke larutan minyak atsiri menunjukan adanya kandungan saponin,
bunga mawar, lalu kertas parfum dicium flavonoid, terpenoid dan tanin adalah
baunya. (SNI 06-3949-1995) minyak atsiri hasil ekstraksi bunga mawar
dengan etanol sedangkan untuk hasil
b. Analisis Berat jenis ekstraksi bunga mawar dengan pelarut n-
Piknometer diisi dengan minyak heksana dan petroleum eter tidak
sampai melebihi tanda garis, kelebihan menunjukan adanya kandungan metabolit
minyak dibersihkan dengan kertas saring. sekunder. Sebagai pembanding digunakan
Apabila sampel kurang dari 10 mL maka parfum mawar yang bersifat natural oil semi
digunakan botol vial 5 mL. Cara yang sama sintetik menunjukan adanya kandungan
dilakukan terhadap air suling . Suhu contoh metabolit sekunder saponin dan terpenoid.
diamati pada suhu 20 oC. (SNI 06-3949- Hasil positif diperoleh hanya pada
1995) minyak atsiri hasil ekstraksi etanol karena
Perhitungan : saponin adalah senyawa glikosida kompleks
Berat jenis = berat minyak (gram) : volume yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula
air suling (mL)..............(2) dengan suatu senyawa hidroksil organik
(pelarut etanol yang mengandung gugus
c. Analisis Indeks Bias OH), yang apabila dihidrolisis (penambahan
Indeks Bias dapat dibaca pada skala air dan pengocokan “absolut”) akan
bila garis ini berhimpit dengan titik potong menghasilkan gula (glikon) dan non-gula
dua garis yang bersilang. Suhu contoh (aglikon) serta timbul busa. Timbul busa
diamati pada suhu 20 oC. (SNI 06-3949- inilah yang menunjukan adanya saponin
1995) (Tukiran et al, 2014).
Perhitungan : Berdasarkan hasil uji flavonoid
n1 = n25 + nk ( 25 – t)............ (3) untuk “absolut” hasil ekstraksi etanol
Keterangan : menunjukan warna kuning mendekati jingga
n1 : indek bias pada suhu tertentu (toC) dalam jumlah banyak hal ini menandakan
n25 : indek bias pada suhu pengerjaan (suhu adanya kandungan senyawa flavonoid.
ruang) Senyawa kimia yang termasuk flavonoid
nk : nilai korelasi untuk minyak kenanga adalah senyawa warna (pigmen), pada bunga
sebesar 0,0004 mawar berupa pigmen warna merah yaitu
antosianin. Flavonoid merupakan senyawa
d. Analisis Senyawa Kimia Minyak Bunga polifenol, bersifat polar yang larut dalam
Mawar Dengan Kromatografi Gas etanol yang bersifat semipolar (Komala et
Spektrofotometri Massa (KGSM) al, 2013).
Cara analisis contoh minyak atsiri Berdasarkan hasil uji tanin untuk
adalah 2 mL “absolut” yang dihasilkan “absolut” hasil ekstraksi etanol menunjukan
ditera pada labu takar 5 mL menggunakan adanya perubahan warna coklat dari larutan
pelarut sesuai perendaman (ekstraksi sampel FeCl3 menjadi coklat kebiruan yang
bunga mawar dengan n-heksana menunjukan adanya tanin. Menurut
ditambahkan n-heksana), disentrifugasi. Syarifuddin (1994) dalam Tukiran et al
Dilakukan analisis pada standar parfum (2014) perubahan warna terjadi karena
bunga mawar sebagai data pembanding. terbentuknya Fe3+ tanin dan Fe3+ polifenol.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 96

Tabel 1. Data hasil uji fitokimia “absolut” minyak atsiri mawar


"Absolut" dari Hasil uji fitokimia
Pelarut Alkaloid Saponin Flavonoid Terpenoid Tanin
n-heksana - - - -
Petroleum eter - - - -
Etanol - + +++ + +
Parfum - + - ++ -
Keterangan : tanda + : hasil uji positif dengan nilai nilai + : sedikit sekali, ++ : sedikit, +++: cukup ,
++++ : banyak dan +++++: sangat banyak.

Berdasarkan data hasil penelitian uji Rendemen “concrete” dan “absolut”


terpenoid pada hasil “absolut” minyak menggunakan pelarut n-heksana jumlahnya
mawar, terbentuk warna biru pada “absolut” lebih besar daripada pelarut petroleum eter
hasil ekstraksi etanol dalam jumlah sedikit. dan etanol. Menurut Guenther (2006) pelarut
Terpenoid yang terdapat pada bunga mawar n-heksana dan petroleum eter sama-sama
dapat berupa monoterpen dan sesquiterpen memiliki polaritas sama dan bersifat selektif
(Naquvi et al, 2014). dalam melarutkan zat minyak, tidak
melarutkan zat lilin dan zat warna namun
B. Rendemen karena perbedaan titik didih dari kedua
Rendemen adalah perbandingan pelarut yaitu petroleum eter memiliki range
jumlah kuantitas minyak yang dihasilkan titik didih 30-70 °C yang menyebabkan
dari hasil ekstraksi tanaman aromatik. selama proses ekstraksi banyak pelarut
Semakin tinggi nilai rendemen yang mudah menguap sehingga zat yang
dihasilkan menandakan nilai minyak atsiri diekstraksi tidak sebanyak pelarut n-heksana
yang dihasilkan semakin banyak. yang memiliki range titik didih 65-70°C.
Rendemen tertinggi dihasilkan oleh Pada penelitian ini hasil ekstraksi
minyak atsiri hasil ekstraksi n-heksana 1:5 menggunakan pelarut etanol tidak dapat
b/v rendemen“concrete” dan “absolut” yaitu digunakan sebagai bahan baku parfum
sebesar 0,85 % dan 0,07%, hal ini meskipun menghasilkan rendemen yang
disebabkan karena jumlah n-heksana lebih besar daripada hasil ekstrasi pelarut n-
mencukupi untuk berpenetrasi ke dalam heksana karena tidak sesuai dengan standar
bahan sehingga minyak dapat dilarutkan warna minyak bunga mawar yang berwarna
secara optimal, dengan demikian bahan akan jernih kekuningan (Ketaren, 1985).
mudah dilarutkan oleh pelarut (Bambang,
2010).

Tabel 2. Persentase Rendemen“Concrete” dan “Absolut” Minyak Bunga Mawar


Analisis
Bahan Perbandingan
No Pelarut “Concrete” “Absolut”
baku (b/v)
Rendemen (%) Rendemen (%)
1:3 0,31 0,05
n-heksana 1:4 0,63 0,06
Mawar 1:5 0,85 0,07
1
segar 1:3 0,22 0,02
Petroleum eter 1:4 0,35 0,03
1:5 0,44 0,04
1:3 0,16 0,02
1:4 0,22 0,02
Mawar 1:5 0,3 0,03
2 Etanol
kering 2:3 0,45 0,39
1:3 0,22 0,12
2:3 0,26 0,19
Keterangan : data bercetak miring sebagai pembanding.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
97 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar

C. Analisis Sifat Fisika dan Kimia larut dalam alkohol berkonsenterasi tinggi
Minyak Atsiri dan berguna dalam bidang parfum.
1. Analisis Warna dan Bau Pada penelitian ini hasil ekstraksi
a. Warna menggunakan pelarut etanol tidak dapat
Secara visual “concrete” dan digunakan sebagai bahan baku parfum
“absolut” hasil ekstraksi bunga mawar segar karena tidak sesuai dengan standar warnya
menggunakan pelarut n-heksana berwarna minyak mawar yang berwarna jernih
kuning jernih, “concrete” hasil ekstraksi kekuningan.
petroleum eter berwarna kuning jernih pula,
sedangkan pada ekstraksi menggunakan 2. Analisis Berat Jenis Minyak Mawar
pelarut etanol berwarna merah tua. Pada Secara Gravimetri
penelitian dengan pelarut etanol “concrete” Dari analisis nilai berat jenis
berwarna merah tua karena sifat dari etanol “concrete” dan “absolut”, secara garis besar
yang dapat melarutkan zat warna bunga dari masing-masing pelarut nilai berat jenis
mawar yaitu antosianin (Damayanti dan “concrete” dan “absolut”semakin meningkat
Fitriana, 2012). Berdasarkan hasil penelitian dengan semakin bertambahnya jumlah
untuk pembuatan parfum “absolut” yang pelarut, hal ini disebabkan kelarutan minyak
dihasilkan dari ekstraksi n-heksana dan mawar meningkat sebagai akibat dari
petroleum eter yang dapat dijadikan parfum banyaknya komponen berbobot molekul
mawar karena tidak berwarna dan besar ikut terlarut sehingga berat jenis
menyerupai parfum mawar yang berwarna minyak meningkat. .
jernih kekuningan. Jumlah bahan baku mempengaruhi
kenaikan berat jenis, sebagai pembanding
b. Bau analisis nilai berat jenis “concrete” dan
Secara organoleptik“concrete” hasil “absolut” bunga mawar kering oleh pelarut
ekstraksi bunga mawar segar menggunakan etanol dari perbandingan 1:3 b/v menjadi
pelarut n-heksana memiliki bau khas mawar 2:3 b/v mengalami kenaikan yaitu nilai berat
dan mengandung sedikit pelarut. Pada jenis “concrete” dari 1,0474 menjadi
“concrete” petroleum eter memiliki bau 1,0579 g/mL dan “absolut” dari 0,9987
khas mawar dan juga mengandung sedikit menjadi 1,0213 g/mL. Menurut Guenther
pelarut, sedangkan pada ekstraksi (2006) penambahan pelarut dan jumlah
menggunakan pelarut etanol bau khas manis bahan berkorelasi positif terhadap kenaikan
dan sedikit sekali khas mawar. Pada berat jenis minyak.
penelitian dengan pelarut etanol “concrete” Nilai berat jenis “concrete” dan
berbau manis menyerupai tetes tebu “absolut” minyak mawar yang diekstrak
(Guenther, 2006). Pada hasil pengamatan oleh masing-masing pelarut n-heksana dan
bau “absolut” menunjukan bau yang sama petroleum eter berada di bawah standar
ekstraksi bunga mawar segar menggunakan minyak bunga komersial hal ini disebabkan
masing-masing pelarut n-heksana dan karena sedikitnya komponen minyak yang
petroleum eter dengan bau khas mawar yang terekstrak sehingga nilai berat jenis
lebih tajam dan sedikit sekali bau pelarut. mendekati berat jenis pelarut, berat jenis
Berdasarkan hasil penelitian untuk pelarut n-heksana sebesar 0,659 g/mL dan
pembuatan parfum “absolut” yang petroleum eter sebesar 0,656 g/mL
dihasilkan dari masing-masing ekstraksi n- sedangkan nilai berat jenis “concrete” dan
heksana dan petroleum eter yang dapat “absolut” minyak mawar yang diekstrak
dijadikan parfum mawar karena tidak oleh etanol berada diatas standar minyak
berwarna dan menyerupai parfum mawar komersial hal disebabkan oleh sedikit
yang berwarna jernih kekuningan. Menurut terekstraknya komponen minyak yang
Ketaren (1985) “absolut” merupakan terlarut dan masih adanya kandungan air
minyak kental dengan warna cerah bersifat dalam ekstrak, berat jenis air yaitu sebesar
0,998 g/mL.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 98

Tabel 3. Berat jenis “Concrete” dan “Absolut” Minyak Mawar


Analisis
Bahan Perbandingan “Concrete” “Absolut”
No Pelarut
baku (b/v) Berat jenis Berat jenis
(g/mL) (g/mL)
1:3 0,6938 0,6546
n-heksana 1:4 0,7229 0,7023
1:4 0,7283 0,7256
1:3 0,6947 0,7011
Mawar Petroleum eter 1:4 0,6889 0,6968
1
segar 1:5 0,6945 0,7015
1:3 1,0752 -
1:4 1,0762 -
1:5 1,0766 -
Etanol
2:3 1,0423 0,9885
Mawar 1:3 1,0474 0,9987
2
kering 2:3 1,0579 1,0213
Ketaren (1985) 0,948-0,992
U.S Pharmacopeia 0,848-0,863
Vankar (2003 0,849-0,865
Keterangan : data bercetak miring sebagai pembanding. Pada penelitian ini berat jenis “absolut”
ekstrak etanol 1:3, 1:4 dan 1:5 b/v tidak dilakukan karena jumlah minyak yang
dihasilkan kurang dari 5 mL, sampel yang dihasilkan digunakan untuk uji KGSM.

Nilai berat jenis parfum mawar Pelarut n-heksana dan petroleum eter sama-
sebagai pembanding sebesar 1,0067 g/mL. sama pelarut non polar namun pada pelarut
Parfum mawar yang digunakan bersifat semi petroleum eter lebih banyak mengekstrak
sintetis bukan murni sehingga nilai berat hidrokarbon berantai panjang dan berikatan
jenis berada diatas standar minyak mawar. rangkap yang terekstrak dibandingkan
Hal ini terjadi karena adanya penambahan pelarut n-heksana. Nilai indeks bias
zat pewangi bersifat sintetis yang berasal “concrete”dan “absolut” terkecil adalah
dari alkohol, ester, aldehida, keton yang etanol karena indeks bias pelarut etanol
berbau wangi yang memiliki rantai karbon terkecil dan diduga masih terkandung air
sehingga mengakibatkan kenaikan nilai dalam “concrete”dan “absolut” karena sifat
berat jenis (Ketaren, 1985). etanol yang dapat melarutkan air dari sel
bunga. Hal ini juga terbukti, sebagai data
3. Analisis Indeks Bias Minyak Mawar pembanding nilai indeks bias “concrete”
Nilai indeks bias “concrete” dan bunga mawar kering lebih besar dari pada
“absolut” dari berbagai ekstraksi pelarut indeks bias “concrete” bunga mawar basah.
yang lebih kecil disebabkan sedikitnya
komponen berantai panjang seperti 4. Analisis Senyawa Kimia Minyak
seskuiterpen atau komponen bergugus Bunga Mawar secara KGSM
oksigen ikut tersuling, maka kerapatan Minyak atsiri bunga mawar
medium minyak atsiri akan berkurang mengandung komponen penyusun utama
sehingga cahaya yang datang akan lebih yang member aroma spesifik pada “absolut”
mudah untuk dibiaskan, nilai indeks juga mawar yang tertinggi adalah sitronellol,
dipengaruhi salah satunya dengan adanya air geraniol, dan fenil etil alkohol (Moates dan
dalam kandungan minyak tersebut. Semakin Reynolds dalam Yulianingsih et al, 2006).
banyak kandungan airnya, maka semakin Data hasil penelitian untuk analisis senyawa
kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat kimia “absolut” minyak mawar pada
dari air yang mudah untukmembiaskan masing-masing ekstraksi pelarut n-heksana,
cahaya yang datang (Guenther, 2006). petroleum eter dan etanol pada bunga mawar

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
99 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar

menghasilkan komponen utama yaitu fenil impurities akan ikut terlarut mengakibatkan
etil alkohol. Menurut Ketaren (1985) Fenil penurunan jumlah kadar fenil etil alkohol
etil alkohol merupakan komponen kimia (Bambang, 2010).
terbesar pada minyak mawar setelah Pelarut etanol memiliki kinerja
geraniol (60%) dengan jumlah 35-46%. optimal apabila menggunakan bunga kering
Berdasarkan hasil penelitian hal ini dapat dilihat sebagai data
komponen kimia fenil etil alkohol terbesar pembanding kadar fenil etil alkohol 1:3 b/v
terdapat pada “absolut” hasil ekstraksi n- terdeteksi sebesar 16,92 % sedangkan pada
heksana 1:4 b/v sebanyak 6,53%. Menurut ekstraksi bunga segar tidak terdeteksi,
Guenther (2006) pelarut n-heksana dan Komponen Kimia Bunga Mawar yang
petroleum eter sama-sama memiliki Terdeteksi Selain Fenil Etil Alkohol.
polaritas sama dan bersifat selektif dalam
melarutkan zat minyak, tidak melarutkan zat (1) Hasil Ekstraksi Bunga Menggunakan
lilin dan zat warna namun karena perbedaan Pelarut n-heksana dan petroleum eter
titik didih dari kedua pelarut yaitu petroleum Komponen kimia yang dominan
eter memiliki range titik didih 30-70 °C pada hasil ekstraksi n-heksana pada minyak
yang menyebabkan selama proses ekstraksi mawar adalah komponen alifatik
banyak pelarut mudah menguap sehingga hidrokarbon pada waktu retensi diatas 20
fenil etil alkohol yang diekstraksi tidak menit. Hidrokarbon yang dihasilkan
sebanyak pelarut n-heksana yang memiliki merupakan senyawa non polar yang hanya
range titik didih 65-70°C. dapat larut pada pelarut n-heksana dan
Pada ekstraksi pelarut n-heksana petroleum eter. Menurut Koksal et al (2015)
kadar fenil etil alkohol optimum pada Komponen hidrokarbon yang berupa
perbandingan 1:4 b/v. Hal ini disebabkan hidrokarbon alifatik terdapat pada minyak
jumlah bunga mawar yang diekstraksi mawar sebesar 56% sedangkan menurut
pelarut pada volume tersebut optimal dalam Ketaren (1985) komponen hidrokarbon
penetrasi ke dalam sel bunga untuk alifatik yang tidak berbau pada minyak
melarutkan minyak, apabila pelarut mawar sebesar 20%.
ditambah maka kurang efisien karena

Tabel 4. Data Hasil Analisis Indeks Bias“Concrete” dan “Absolut” Minyak Mawar
Analisis
Bahan Perbandingan
No Pelarut “Concrete” “Absolut”
baku (b/v)
Nilai Indeks Bias Nilai Indeks Bias
1:3 1,379 1,383
n-heksana 1:4 1,377 1,387
1:5 1,384 1,388
1:3 1,394 1,401
Petroleum
Mawar 1:4 1,394 1,402
1 eter
segar 1:5 1,376 1,403
1:3 1,345 -
1:4 1,346 -
1:5 1,347 -
Etanol
2:3 1,351 1,361
Mawar 1:3 1,368 1,376
2
kering 2:3 1,373 1,374
Ketaren (1985) 1,5046-1,5190
U.S Pharmacopeia 1,457-1,463
Vankar (2003) 1,452-1,466
Keterangan : data bercetak miring sebagai pembanding. Indeks bias “absolut” etanol 1:3, 1:4 dan 1:5 b/v
tidak dilakukan karena jumlah “absolut” amat sedikit dan digunakan untuk analisis KGSM.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 100

Tabel 5. Kadar (%) Komponen Utama Fenil Etil Alkohol pada “Absolut” Bunga Mawar
Analisis
Bahan Perbandingan
No Pelarut Fenil etil alkohol
baku (b/v)
Waktu retensi Kadar (%)
1:3 4,832 2,03
n-heksana 1:4 4,803 6,53
1:5 4,817 3,42
1:3 - -
Petroleum
Mawar 1:4 4,890 0,01
1 eter
segar 1:5 4,774 0,001
1:3 - -
1:4 - -
1:4 - -
Etanol
2:3 4.847 10,33
Mawar 1:3 4,890 16,72
2
kering 2:3 4,846 20,00
Keterangan : data bercetak miring sebagai pembanding

Tabel 6. Kadar (%) Komponen Kimia Selain Fenil Etil Alkohol Pada “absolut” Bunga Mawar
hasil ekstraksi n-heksana
Nama Senyawa Kadar Komponen Kimia “Absolut” Hasil
Waktu Retensi
Ekstraksi n-heksana (% koreksi maksimum)
(Menit)
1:3 b/v 1:4 b/v 1:5 b/v
Cis Isoeugenol 9,189 0,09
Cis Isomethyleugenol 10,06 0,03
Farnesane 11,28 0,05
Nonadecane 12,035 0,07
Hexahydro Farnesol 12,108 0,11
Nonadecane 20,546 0,34
Heptadecane 20,546 0,13
Eicosane 21,983 0,11
22,463 0,18
22,477 0,25
Heneicosane 23,857 0,47
Hexahydro Farnesol 24,264 1,02
Heneicosane 24,307 12,08
24,322 17,14
Docosane 26,064 1,07
Heneicosane 27,793 28,04
Tricosane 27,822 34,07
Tetracosane 29,405 3,35
Pentacosane 30,872 7,19
Heneicosane 31,002 46,82
Hexacosane 32,498 4,70
32,513 5,79
Octacosane 33,936 20,51
36,724 49,60
39,745 22,03

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
101 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar

Tabel 7. Kadar (%) Komponen Kimia Selain Fenil Etil Alkohol Pada “Absolut” Bunga Mawar
Hasil Ekstraksi Petroleum Eter
Waktu
Kadar Komponen Kimia “Absolut” Hasil
Nama Senyawa Retensi
Ekstraksi Petroleum eter
(Menit)
(% koreksi maksimum)
1:3 b/v 1:4 b/v 1:5 b/v
Heptadecane 20,546 0,04
Eicosane 22,463 0,03
Heneicosane 24,322 1,78
24,336 1,83 2,21
26,079 0,15
Docosane 26,079 0,24
Tricosane 27,764 0,94
Tetracosane 27,793 4,14
Heneicosane 27,822 5,70
Tetracosane 29,405 0,55 0,88
Pentacosane 30,886 1,71
31,031 9,84
Heneicosane 31,046 6,81
Octacosane 32,498 0,76
33,965 3,17
33,979 0,06
35,374 1,59
35,739 1,28
Nonacosane 36,739 0,13 8,09
Octacosane 39,760 0,23 3,29 5,08

Tabel 8. Kadar (%) Komponen Kimia Selain Fenil Etil Alkohol Pada “absolut” Bunga Mawar
Hasil Ekstraksi Etanol
Kadar Komponen Kimia “Absolut” Hasil Ekstraksi
Etanol
Nama Waktu Retensi (% Koreksi Maksimum)
Senyawa (Menit) Mawar Segar Mawar Kering
1:4 1:5 2:3 1:3
1:3 b/v 2:3 b/v
b/v b/v b/v b/v
Eugenol 9,16 - - - - 1,09
Octadecenoic
25,451 - - - - - 1,09
Acid

Menurut Nedkov et al. (2009), profil Komponen alifatik tersebut berupa cairan
kromatografi yang menunjukan adanya padat (lilin) pada minyak mawar yang
unsur stearoptene yang signifikan berupa menghasilkan tidak berbau yang berguna
komponen alifatik hidrokarbon yaitu untuk parfum. Hidrokarbon alifatik dengan
tetracosane, nonadecane, heneicosane, jumlah atom C ganjil yaitu jumlah atom C17
eicosane, hexacosane, heneicosane, (heptadecane),C19 (nonadecane), C21
tetracosane, pentacosane, nonadecane, (heneicosane), C23 (tricosane), C25
docosane, octacosane dan docosane.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 102

(pentacosane) dan C27 (heptacosane) komponen kimia lain yang terdeteksi adalah
adalah komponen utamanya. eugenol 1,09% dan octadenoic acid 0,29%.
Komponen kimia utama mawar lain Data hasil pengukuran kadar komponen
yang terdeteksi yaitu : cis eugenol (0,09%) kimia selain fenil etil alkohol dapat dilihat
dan cis isometil eugenol (0,03%) yang pada Tabel 8. Eugenol berupa benzenoic
merupakan benzenoic compound dan compound dan octadenoic acid berupa ester
hexahydro farnesol (1,02%) merupakan alifatik. Komponen lain yang terekstrak
seskuiterpen ester dan farnesane (0,05%) pada hasil ekstraksi etanol tidak
merupakan seskuiterpen alifatik. Selain fenil menghasilkan komponen hidrokarbon
etil alkohol, senyawa eugenol dan farnesol karena pelarut etanol tidak dapat
merupakan komponen kimia utama minyak mengekstrak senyawa hidrokarbon alifatik
mawar sebanyak 2% dan 0,5% (Vankar, berantai panjang seperti octadecane,
2003). Menurut Ketaren (1985), senyawa heneicosane, eicosane dan lain-lain yang
metil eugenol dan eugenol pada minyak bersifat non polar dan memiliki gugus
atsiri bunga mawar sebesar 1-2 % dan 1%. hydrofobic. Eugenol merupakan senyawa
Eugenol merupakan senyawa yang memiliki yang memiliki aroma kuat dan hangat
aroma kuat dan hangat (seperti bau cengkeh) (seperti bau cengkeh) sehingga
sehingga kandungannya kecil pada minyak kandungannya kecil pada minyak mawar
mawar sedangkan farnesol dan farnesane sedangkan octadenoic acid adalah ester
adalah ester seskuiterpen yang memiliki alifatik berbentuk senyawa lilin yang
aroma bunga dan rumput (aroma bunga memiliki aroma lembut. Ekstraksi bunga
hamomile dan lavender). mawar menggunakan etanol dapat
melarutkan senyawa zat warna bunga yaitu
(1) Hasil Ekstraksi Bunga Menggunakan antosianin dan senyawa lain lemak, zat lilin,
Pelarut Etanol lemak, asam lemak, karbohidrat dan protein
Sebagai data pembanding, pada karena memiliki kepolaran yang tinggi
ekstraksi bunga mawar kering 1:3 b/v, (Guenther, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian atsiri bunga mawar yang terdeteksi oleh
komponen kimia lain selain fenil etil alkohol KGSM adalah fenil etil alkohol dengan
terdeteksi pada hasil ekstraksi bunga mawar kadar fenil etil alkohol tertinggi terdapat
mawar kering, hal ini disebabkan pada pada “absolut” hasil ekstraksi n-heksana 1:4
bunga mawar kering kadar air yang dimiliki b/v sebanyak 6,53%.
bunga sangat sedikit sehingga etanol yang Jumlah sampel bunga mawar perlu
bersifat larut dalam air dapat menarik ditambah untuk meningkatkan jumlah
senyawa kimia minyak lebih banyak karena rendemen hasil minyak atsiri mawar.
tidak terhalangi komponen air dalam sel
bunga. “Absolut” hasil ekstraksi pelarut
etanol yang berwarna merah (zat warna DAFTAR PUSTAKA
antosianin) dan berbau manis seperti tetes
tebu (adanya gula) yang menyebabkan tidak
Amiarsi, D., Yulianingsih., dan S.D, Sabari.
sesuai dengan standar minyak mawar
2006. Pengaruh Jenis dan
komersial yang berwana kuning jernih dan
Perbandingan Pelarut terhadap Hasil
berbau khas mawar menyengat.
Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar.
J.Hort.16 (4):356-359.
KESIMPULAN Bambang,. I, T.A. 2010. Peningkatan Mutu
Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Pelarut n-heksana 1:5 b/v adalah Destilasi Pada Berbagai Komposisi
pelarut yang tepat untuk mengekstraksi Pelarut. Tesis. Magister Kimia.
bunga mawar dengan kadar rendemen Universitas Diponegoro. Semarang.
“concrete” dan “absolut” tertinggi untuk Damayanti, A dan I. A, Fitriana. 2012.
pembuatan parfum sebesar 0,85 % dan Pemungutan Minyak Atsiri Mawar
0,07%. Komponen kimia utama minyak

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
103 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar

(Rose Oil) dengan Metode Maserasi. Nedqov, N., Dobreva, A., Koncheva, N.,
Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Bardarov, V., and Velcheva, A. 2009.
ISSN 2303-0623. Bulgarian Rose Oil of White Oil-
Bearing Rose. Bulgarian journal of
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri
Agricultural Science, 15 (No. 4)
(Terjemahan). Jilid ke -1. S. Ketaren,
2009,318-322 Agricultural Academy.
penerjemah. Penerbit UI-PRESS.
Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 06-
Harborne, J.B.2006. Metode Fitokimia. 3949-1995 :Minyak kenanga, Mutu
Terbitan kedua. ITB. Bandung. dan cara uji. Jakarta.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Tukiran ., Suyatno., dan Hidayati, N. 2014.
Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka. Skrining Fitokimia Pada Beberapa
Ekstrak Tumbuhan Bugenvil, Bunga
Koksal, N., Saribas, R., Kafkas, E.,
Sepatu, dan Daun Ungu. Prosiding
Aslancan, H. And Sadighazali, S.
Seminar. Universitas Negeri
2015. Determination Of Volatile
Surabaya.
Compounds Of The First Rose Oil
And The First Rose Water By HS- Vankar, S.P. Adulteration in Rose Oil.
SPME/GC/MS Technique1. Natural product radiance Vol 2(4)
Department of Horticulture and July-August 2003.
Department of Biotechnology.
Younis, A., Aslam, M., Ali, A., Riaz, A.
Faculty of Agriculture. University
And Pervez, M. 2007. Effect
of Cukurova. Turkey.
Different Extraction Methods on Yield
(https://www.researchgate.net/publi
and Quality of Esssential Oil from
cation/282291543)
Four Rosa Species.Original Research
Komala, O., Rosyanti, R., dan Paper. University of agriculture,
Muztabadihardja. 2013. Uji Faisalabad, Pakistan.
Efektivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Dan Ekstrak Air Kelopak
Bunga Rosella Terhadap Bakteri
Streptoccocus Pneumoniae. Berita
biologi 12(1) April 2013.
Naquvi, K.J., Ansari, S.H., Ali, M., and
Najmi, A.K. 2014. Volatile oil
composition of Rosa damascena Mill
(Rosaceae). Journal of
Pharmacognosy and Phytochemist.
Department of Pharmacology. Faculty
of Pharmacy. Jamia Hamdard, New
Delhi, India.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103

Anda mungkin juga menyukai