ABSTRACT
Test of Physical and chemical Properties and Identification of Phenyl Ethyl Alcohol of
Essential Oil Roses from Solvent Extraction
The technology of extraction of roses oil currently is developed in small scale industries through
distillation. However, this technology has many disadvantages. To overcome these obstacles, it is necessary to do
research by using solvent extraction vapor (solvent extraction).This study was conducted to determine the type of
solvent and the right ratio of solvent to obtain the highest "concrete" and "absolute" yields on the extraction of roses.
The solvents chosen in this study were n-hexane, petroleum ether and ethanol with a ratio of 1: 3, 1: 4 and 1: 5 w / v.
The 1: 5 w / v n-hexane solvent was the right solvent for extracting roses with the highest "concrete" and "absolute"
yield levels for the perfume making of 0.85% and 0.07%. The main chemical component of rose essential oil detected
by KGSM is phenyl ethyl alcohol with the highest phenyl ethyl alcohol content found in "absolute" of 1: 4 w / v n-
hexane extraction of 6.53%.
ABSTRAK
Teknologi ekstraksi minyak bunga mawar saat ini yang berkembang pada industri skala kecil yaitu
penyulingan. Namun, teknologi ini memiliki banyak kelemahan. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian dengan menggunakan ekstraksi pelarut mudah menguap (solvent extraction). Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui jenis pelarut dan perbandingan pelarut yang tepat untuk memperoleh rendemen
“concrete” dan “absolut” tertinggi pada hasil ekstraksi bunga mawar. Pelarut yang dipilih pada penelitian ini adalah
n-heksana, petroleum eter dan etanol dengan perbandingan 1:3, 1:4 dan 1:5 b/v. Pelarut n-heksana 1:5 b/v adalah
pelarut yang tepat untuk mengekstraksi bunga mawar dengan kadar rendemen “concrete” dan “absolut” tertinggi
untuk pembuatan parfum sebesar 0,85 % dan 0,07%. Komponen kimia utama minyak atsiri bunga mawar yang
terdeteksi oleh KGSM adalah fenil etil alkohol dengan kadar fenil etil alkohol tertinggi terdapat pada “absolut” hasil
ekstraksi n-heksana 1:4 b/v sebanyak 6,53%.
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
93 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar
ruang selama tiga hari. Bunga mawar b. Pembuatan “Concrete” Bunga Mawar
ditimbang sebagai bobot kering yaitu 250 Kering (Sebagai Pembanding) (Amiarsi
gram dan 500 gram bunga mawar kering et al, 2006)
dimasukan ke dalam gelas piala 2 L, Ekstrak bunga kering yang
kemudian ditambahkan pelarut etanol dihasilkan pada ekstraksi pelarut etanol
dengan perbandingan 1:3 dan 2:3 (b/v) yaitu disaring untuk mendapatkan filtrat. Filtrat
750 mL dan 1500 mL. Campuran contoh yang dihasilkan dipekatkan dengan rotary
bunga yang telah ditambahkan pelarut evaporator dalam keadaan vakum dengan
masing-masing diatur selama 5 menit, agar kecepatan 200 rpm , pada tekanan 550
pelarut terserap merata pada semua contoh. mmHg, selama 40 menit pada suhu 60-70ºC,
Masing-masing gelas ditutup dengan alufoil, hingga dihasilkan “concrete”.
kemudian disimpan tertutup pada suhu ruang
selama 24 jam dan ditutup dengan alufoil, 3. Pembuatan “Absolut” Minyak Bunga
kemudian disimpan di ruang tertutup pada Mawar (Amiarsi et al, 2006)
suhu ruang selama 24 jam.
a. “Concrete” Hasil Ekstraksi Pelarut n-
2. Pembuatan “Concrete” Minyak heksana
Bunga Mawar dengan Evaporasi “Concrete” yang dihasilkan dari
Vakum Menggunakan Rotary ekstraksi n-heksana ditambahkan etanol p.a
Evaporator dengan perbandingan “concrete dan etanol
10:1 (b/v), disentrifugasi dengan kecepatan
a. Pembuatan “Concrete” Minyak Bunga 2500 rpm selama 5 menit, kemudian
Mawar Segar (Metode Amiarsi et al, didinginkan pada suhu 0-10°C selama 24
2006) jam. Kemudian dilakukan penyaringan
1) Ekstraksi dengan pelarut n-heksana sampai diperoleh filtrat yang jernih. Filtrat
Ekstrak bunga yang dihasilkan pada pekatkan pada kondisi vakum dengan
ekstraksi pelarut n-heksana disaring untuk rotary evaporator dengan kecepatan 75 rpm
mendapatkan filtrat. Filtrat yang dihasilkan , pada tekanan 550 mmHg, selama 10 menit
dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40ºC, hingga dihasilkan
dalam keadaan vakum dengan kecepatan 75 “absolut”.
rpm , pada tekanan 550 mmHg, selama 10
menit pada suhu 40ºC, hingga dihasilkan b. “Concrete” Hasil Ekstraksi Petroleum
“concerte”. Eter
“Concrete” yang dihasilkan dari
2) Ekstraksi dengan pelarut petroleum eter ekstraksi petroleum eter ditambahkan etanol
Ekstrak bunga yang dihasilkan pada p.a dengan perbandingan “concrete dan
ekstraksi pelarut petroleum eter disaring etanol 10:1 (b/v), disentrifugasi dengan
untuk mendapatkan filtrat. Filtrat yang kecepatan 2500 rpm selama 5 menit,
dihasilkan dipekatkan dengan rotary kemudian didinginkan pada suhu 0-10°C
evaporator dalam keadaan vakum dengan selama 24 jam. Kemudian dilakukan
kecepatan 75 rpm , pada tekanan 550 penyaringan sampai diperoleh filtrat yang
mmHg, selama 10 menit pada suhu 40ºC, jernih. Filtrat pekatkan pada kondisi vakum
hingga dihasilkan “concerte”. dengan rotary evaporator dengan kecepatan
75 rpm , pada tekanan 550 mmHg, selama
3) Ekstraksi dengan pelarut etanol 10 menit pada suhu 40ºC, hingga dihasilkan
Ekstrak bunga yang dihasilkan pada “absolut”.
ekstraksi pelarut etanol disaring untuk
mendapatkan filtrat. Filtrat yang dihasilkan c. “Concrete” pelarut etanol
dipekatkan dengan rotary evaporator Serbuk CuSO4.5H2O ditimbang
dalam keadaan vakum dengan kecepatan dalam cawan penguapan pada neraca
200 rpm , pada tekanan 550 mmHg, selama analitik, lalu dipanaskan pada hotplate pada
40 menit pada suhu 60-70ºC, hingga suhu 110°C selama 1-3 jam sampai warna
dihasilkan “concerte”. garam berwarna putih, lalu dinginkan pada
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 94
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
95 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 96
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
97 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar
C. Analisis Sifat Fisika dan Kimia larut dalam alkohol berkonsenterasi tinggi
Minyak Atsiri dan berguna dalam bidang parfum.
1. Analisis Warna dan Bau Pada penelitian ini hasil ekstraksi
a. Warna menggunakan pelarut etanol tidak dapat
Secara visual “concrete” dan digunakan sebagai bahan baku parfum
“absolut” hasil ekstraksi bunga mawar segar karena tidak sesuai dengan standar warnya
menggunakan pelarut n-heksana berwarna minyak mawar yang berwarna jernih
kuning jernih, “concrete” hasil ekstraksi kekuningan.
petroleum eter berwarna kuning jernih pula,
sedangkan pada ekstraksi menggunakan 2. Analisis Berat Jenis Minyak Mawar
pelarut etanol berwarna merah tua. Pada Secara Gravimetri
penelitian dengan pelarut etanol “concrete” Dari analisis nilai berat jenis
berwarna merah tua karena sifat dari etanol “concrete” dan “absolut”, secara garis besar
yang dapat melarutkan zat warna bunga dari masing-masing pelarut nilai berat jenis
mawar yaitu antosianin (Damayanti dan “concrete” dan “absolut”semakin meningkat
Fitriana, 2012). Berdasarkan hasil penelitian dengan semakin bertambahnya jumlah
untuk pembuatan parfum “absolut” yang pelarut, hal ini disebabkan kelarutan minyak
dihasilkan dari ekstraksi n-heksana dan mawar meningkat sebagai akibat dari
petroleum eter yang dapat dijadikan parfum banyaknya komponen berbobot molekul
mawar karena tidak berwarna dan besar ikut terlarut sehingga berat jenis
menyerupai parfum mawar yang berwarna minyak meningkat. .
jernih kekuningan. Jumlah bahan baku mempengaruhi
kenaikan berat jenis, sebagai pembanding
b. Bau analisis nilai berat jenis “concrete” dan
Secara organoleptik“concrete” hasil “absolut” bunga mawar kering oleh pelarut
ekstraksi bunga mawar segar menggunakan etanol dari perbandingan 1:3 b/v menjadi
pelarut n-heksana memiliki bau khas mawar 2:3 b/v mengalami kenaikan yaitu nilai berat
dan mengandung sedikit pelarut. Pada jenis “concrete” dari 1,0474 menjadi
“concrete” petroleum eter memiliki bau 1,0579 g/mL dan “absolut” dari 0,9987
khas mawar dan juga mengandung sedikit menjadi 1,0213 g/mL. Menurut Guenther
pelarut, sedangkan pada ekstraksi (2006) penambahan pelarut dan jumlah
menggunakan pelarut etanol bau khas manis bahan berkorelasi positif terhadap kenaikan
dan sedikit sekali khas mawar. Pada berat jenis minyak.
penelitian dengan pelarut etanol “concrete” Nilai berat jenis “concrete” dan
berbau manis menyerupai tetes tebu “absolut” minyak mawar yang diekstrak
(Guenther, 2006). Pada hasil pengamatan oleh masing-masing pelarut n-heksana dan
bau “absolut” menunjukan bau yang sama petroleum eter berada di bawah standar
ekstraksi bunga mawar segar menggunakan minyak bunga komersial hal ini disebabkan
masing-masing pelarut n-heksana dan karena sedikitnya komponen minyak yang
petroleum eter dengan bau khas mawar yang terekstrak sehingga nilai berat jenis
lebih tajam dan sedikit sekali bau pelarut. mendekati berat jenis pelarut, berat jenis
Berdasarkan hasil penelitian untuk pelarut n-heksana sebesar 0,659 g/mL dan
pembuatan parfum “absolut” yang petroleum eter sebesar 0,656 g/mL
dihasilkan dari masing-masing ekstraksi n- sedangkan nilai berat jenis “concrete” dan
heksana dan petroleum eter yang dapat “absolut” minyak mawar yang diekstrak
dijadikan parfum mawar karena tidak oleh etanol berada diatas standar minyak
berwarna dan menyerupai parfum mawar komersial hal disebabkan oleh sedikit
yang berwarna jernih kekuningan. Menurut terekstraknya komponen minyak yang
Ketaren (1985) “absolut” merupakan terlarut dan masih adanya kandungan air
minyak kental dengan warna cerah bersifat dalam ekstrak, berat jenis air yaitu sebesar
0,998 g/mL.
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 98
Nilai berat jenis parfum mawar Pelarut n-heksana dan petroleum eter sama-
sebagai pembanding sebesar 1,0067 g/mL. sama pelarut non polar namun pada pelarut
Parfum mawar yang digunakan bersifat semi petroleum eter lebih banyak mengekstrak
sintetis bukan murni sehingga nilai berat hidrokarbon berantai panjang dan berikatan
jenis berada diatas standar minyak mawar. rangkap yang terekstrak dibandingkan
Hal ini terjadi karena adanya penambahan pelarut n-heksana. Nilai indeks bias
zat pewangi bersifat sintetis yang berasal “concrete”dan “absolut” terkecil adalah
dari alkohol, ester, aldehida, keton yang etanol karena indeks bias pelarut etanol
berbau wangi yang memiliki rantai karbon terkecil dan diduga masih terkandung air
sehingga mengakibatkan kenaikan nilai dalam “concrete”dan “absolut” karena sifat
berat jenis (Ketaren, 1985). etanol yang dapat melarutkan air dari sel
bunga. Hal ini juga terbukti, sebagai data
3. Analisis Indeks Bias Minyak Mawar pembanding nilai indeks bias “concrete”
Nilai indeks bias “concrete” dan bunga mawar kering lebih besar dari pada
“absolut” dari berbagai ekstraksi pelarut indeks bias “concrete” bunga mawar basah.
yang lebih kecil disebabkan sedikitnya
komponen berantai panjang seperti 4. Analisis Senyawa Kimia Minyak
seskuiterpen atau komponen bergugus Bunga Mawar secara KGSM
oksigen ikut tersuling, maka kerapatan Minyak atsiri bunga mawar
medium minyak atsiri akan berkurang mengandung komponen penyusun utama
sehingga cahaya yang datang akan lebih yang member aroma spesifik pada “absolut”
mudah untuk dibiaskan, nilai indeks juga mawar yang tertinggi adalah sitronellol,
dipengaruhi salah satunya dengan adanya air geraniol, dan fenil etil alkohol (Moates dan
dalam kandungan minyak tersebut. Semakin Reynolds dalam Yulianingsih et al, 2006).
banyak kandungan airnya, maka semakin Data hasil penelitian untuk analisis senyawa
kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat kimia “absolut” minyak mawar pada
dari air yang mudah untukmembiaskan masing-masing ekstraksi pelarut n-heksana,
cahaya yang datang (Guenther, 2006). petroleum eter dan etanol pada bunga mawar
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
99 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar
menghasilkan komponen utama yaitu fenil impurities akan ikut terlarut mengakibatkan
etil alkohol. Menurut Ketaren (1985) Fenil penurunan jumlah kadar fenil etil alkohol
etil alkohol merupakan komponen kimia (Bambang, 2010).
terbesar pada minyak mawar setelah Pelarut etanol memiliki kinerja
geraniol (60%) dengan jumlah 35-46%. optimal apabila menggunakan bunga kering
Berdasarkan hasil penelitian hal ini dapat dilihat sebagai data
komponen kimia fenil etil alkohol terbesar pembanding kadar fenil etil alkohol 1:3 b/v
terdapat pada “absolut” hasil ekstraksi n- terdeteksi sebesar 16,92 % sedangkan pada
heksana 1:4 b/v sebanyak 6,53%. Menurut ekstraksi bunga segar tidak terdeteksi,
Guenther (2006) pelarut n-heksana dan Komponen Kimia Bunga Mawar yang
petroleum eter sama-sama memiliki Terdeteksi Selain Fenil Etil Alkohol.
polaritas sama dan bersifat selektif dalam
melarutkan zat minyak, tidak melarutkan zat (1) Hasil Ekstraksi Bunga Menggunakan
lilin dan zat warna namun karena perbedaan Pelarut n-heksana dan petroleum eter
titik didih dari kedua pelarut yaitu petroleum Komponen kimia yang dominan
eter memiliki range titik didih 30-70 °C pada hasil ekstraksi n-heksana pada minyak
yang menyebabkan selama proses ekstraksi mawar adalah komponen alifatik
banyak pelarut mudah menguap sehingga hidrokarbon pada waktu retensi diatas 20
fenil etil alkohol yang diekstraksi tidak menit. Hidrokarbon yang dihasilkan
sebanyak pelarut n-heksana yang memiliki merupakan senyawa non polar yang hanya
range titik didih 65-70°C. dapat larut pada pelarut n-heksana dan
Pada ekstraksi pelarut n-heksana petroleum eter. Menurut Koksal et al (2015)
kadar fenil etil alkohol optimum pada Komponen hidrokarbon yang berupa
perbandingan 1:4 b/v. Hal ini disebabkan hidrokarbon alifatik terdapat pada minyak
jumlah bunga mawar yang diekstraksi mawar sebesar 56% sedangkan menurut
pelarut pada volume tersebut optimal dalam Ketaren (1985) komponen hidrokarbon
penetrasi ke dalam sel bunga untuk alifatik yang tidak berbau pada minyak
melarutkan minyak, apabila pelarut mawar sebesar 20%.
ditambah maka kurang efisien karena
Tabel 4. Data Hasil Analisis Indeks Bias“Concrete” dan “Absolut” Minyak Mawar
Analisis
Bahan Perbandingan
No Pelarut “Concrete” “Absolut”
baku (b/v)
Nilai Indeks Bias Nilai Indeks Bias
1:3 1,379 1,383
n-heksana 1:4 1,377 1,387
1:5 1,384 1,388
1:3 1,394 1,401
Petroleum
Mawar 1:4 1,394 1,402
1 eter
segar 1:5 1,376 1,403
1:3 1,345 -
1:4 1,346 -
1:5 1,347 -
Etanol
2:3 1,351 1,361
Mawar 1:3 1,368 1,376
2
kering 2:3 1,373 1,374
Ketaren (1985) 1,5046-1,5190
U.S Pharmacopeia 1,457-1,463
Vankar (2003) 1,452-1,466
Keterangan : data bercetak miring sebagai pembanding. Indeks bias “absolut” etanol 1:3, 1:4 dan 1:5 b/v
tidak dilakukan karena jumlah “absolut” amat sedikit dan digunakan untuk analisis KGSM.
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 100
Tabel 5. Kadar (%) Komponen Utama Fenil Etil Alkohol pada “Absolut” Bunga Mawar
Analisis
Bahan Perbandingan
No Pelarut Fenil etil alkohol
baku (b/v)
Waktu retensi Kadar (%)
1:3 4,832 2,03
n-heksana 1:4 4,803 6,53
1:5 4,817 3,42
1:3 - -
Petroleum
Mawar 1:4 4,890 0,01
1 eter
segar 1:5 4,774 0,001
1:3 - -
1:4 - -
1:4 - -
Etanol
2:3 4.847 10,33
Mawar 1:3 4,890 16,72
2
kering 2:3 4,846 20,00
Keterangan : data bercetak miring sebagai pembanding
Tabel 6. Kadar (%) Komponen Kimia Selain Fenil Etil Alkohol Pada “absolut” Bunga Mawar
hasil ekstraksi n-heksana
Nama Senyawa Kadar Komponen Kimia “Absolut” Hasil
Waktu Retensi
Ekstraksi n-heksana (% koreksi maksimum)
(Menit)
1:3 b/v 1:4 b/v 1:5 b/v
Cis Isoeugenol 9,189 0,09
Cis Isomethyleugenol 10,06 0,03
Farnesane 11,28 0,05
Nonadecane 12,035 0,07
Hexahydro Farnesol 12,108 0,11
Nonadecane 20,546 0,34
Heptadecane 20,546 0,13
Eicosane 21,983 0,11
22,463 0,18
22,477 0,25
Heneicosane 23,857 0,47
Hexahydro Farnesol 24,264 1,02
Heneicosane 24,307 12,08
24,322 17,14
Docosane 26,064 1,07
Heneicosane 27,793 28,04
Tricosane 27,822 34,07
Tetracosane 29,405 3,35
Pentacosane 30,872 7,19
Heneicosane 31,002 46,82
Hexacosane 32,498 4,70
32,513 5,79
Octacosane 33,936 20,51
36,724 49,60
39,745 22,03
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
101 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar
Tabel 7. Kadar (%) Komponen Kimia Selain Fenil Etil Alkohol Pada “Absolut” Bunga Mawar
Hasil Ekstraksi Petroleum Eter
Waktu
Kadar Komponen Kimia “Absolut” Hasil
Nama Senyawa Retensi
Ekstraksi Petroleum eter
(Menit)
(% koreksi maksimum)
1:3 b/v 1:4 b/v 1:5 b/v
Heptadecane 20,546 0,04
Eicosane 22,463 0,03
Heneicosane 24,322 1,78
24,336 1,83 2,21
26,079 0,15
Docosane 26,079 0,24
Tricosane 27,764 0,94
Tetracosane 27,793 4,14
Heneicosane 27,822 5,70
Tetracosane 29,405 0,55 0,88
Pentacosane 30,886 1,71
31,031 9,84
Heneicosane 31,046 6,81
Octacosane 32,498 0,76
33,965 3,17
33,979 0,06
35,374 1,59
35,739 1,28
Nonacosane 36,739 0,13 8,09
Octacosane 39,760 0,23 3,29 5,08
Tabel 8. Kadar (%) Komponen Kimia Selain Fenil Etil Alkohol Pada “absolut” Bunga Mawar
Hasil Ekstraksi Etanol
Kadar Komponen Kimia “Absolut” Hasil Ekstraksi
Etanol
Nama Waktu Retensi (% Koreksi Maksimum)
Senyawa (Menit) Mawar Segar Mawar Kering
1:4 1:5 2:3 1:3
1:3 b/v 2:3 b/v
b/v b/v b/v b/v
Eugenol 9,16 - - - - 1,09
Octadecenoic
25,451 - - - - - 1,09
Acid
Menurut Nedkov et al. (2009), profil Komponen alifatik tersebut berupa cairan
kromatografi yang menunjukan adanya padat (lilin) pada minyak mawar yang
unsur stearoptene yang signifikan berupa menghasilkan tidak berbau yang berguna
komponen alifatik hidrokarbon yaitu untuk parfum. Hidrokarbon alifatik dengan
tetracosane, nonadecane, heneicosane, jumlah atom C ganjil yaitu jumlah atom C17
eicosane, hexacosane, heneicosane, (heptadecane),C19 (nonadecane), C21
tetracosane, pentacosane, nonadecane, (heneicosane), C23 (tricosane), C25
docosane, octacosane dan docosane.
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar………………………….. | 102
(pentacosane) dan C27 (heptacosane) komponen kimia lain yang terdeteksi adalah
adalah komponen utamanya. eugenol 1,09% dan octadenoic acid 0,29%.
Komponen kimia utama mawar lain Data hasil pengukuran kadar komponen
yang terdeteksi yaitu : cis eugenol (0,09%) kimia selain fenil etil alkohol dapat dilihat
dan cis isometil eugenol (0,03%) yang pada Tabel 8. Eugenol berupa benzenoic
merupakan benzenoic compound dan compound dan octadenoic acid berupa ester
hexahydro farnesol (1,02%) merupakan alifatik. Komponen lain yang terekstrak
seskuiterpen ester dan farnesane (0,05%) pada hasil ekstraksi etanol tidak
merupakan seskuiterpen alifatik. Selain fenil menghasilkan komponen hidrokarbon
etil alkohol, senyawa eugenol dan farnesol karena pelarut etanol tidak dapat
merupakan komponen kimia utama minyak mengekstrak senyawa hidrokarbon alifatik
mawar sebanyak 2% dan 0,5% (Vankar, berantai panjang seperti octadecane,
2003). Menurut Ketaren (1985), senyawa heneicosane, eicosane dan lain-lain yang
metil eugenol dan eugenol pada minyak bersifat non polar dan memiliki gugus
atsiri bunga mawar sebesar 1-2 % dan 1%. hydrofobic. Eugenol merupakan senyawa
Eugenol merupakan senyawa yang memiliki yang memiliki aroma kuat dan hangat
aroma kuat dan hangat (seperti bau cengkeh) (seperti bau cengkeh) sehingga
sehingga kandungannya kecil pada minyak kandungannya kecil pada minyak mawar
mawar sedangkan farnesol dan farnesane sedangkan octadenoic acid adalah ester
adalah ester seskuiterpen yang memiliki alifatik berbentuk senyawa lilin yang
aroma bunga dan rumput (aroma bunga memiliki aroma lembut. Ekstraksi bunga
hamomile dan lavender). mawar menggunakan etanol dapat
melarutkan senyawa zat warna bunga yaitu
(1) Hasil Ekstraksi Bunga Menggunakan antosianin dan senyawa lain lemak, zat lilin,
Pelarut Etanol lemak, asam lemak, karbohidrat dan protein
Sebagai data pembanding, pada karena memiliki kepolaran yang tinggi
ekstraksi bunga mawar kering 1:3 b/v, (Guenther, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian atsiri bunga mawar yang terdeteksi oleh
komponen kimia lain selain fenil etil alkohol KGSM adalah fenil etil alkohol dengan
terdeteksi pada hasil ekstraksi bunga mawar kadar fenil etil alkohol tertinggi terdapat
mawar kering, hal ini disebabkan pada pada “absolut” hasil ekstraksi n-heksana 1:4
bunga mawar kering kadar air yang dimiliki b/v sebanyak 6,53%.
bunga sangat sedikit sehingga etanol yang Jumlah sampel bunga mawar perlu
bersifat larut dalam air dapat menarik ditambah untuk meningkatkan jumlah
senyawa kimia minyak lebih banyak karena rendemen hasil minyak atsiri mawar.
tidak terhalangi komponen air dalam sel
bunga. “Absolut” hasil ekstraksi pelarut
etanol yang berwarna merah (zat warna DAFTAR PUSTAKA
antosianin) dan berbau manis seperti tetes
tebu (adanya gula) yang menyebabkan tidak
Amiarsi, D., Yulianingsih., dan S.D, Sabari.
sesuai dengan standar minyak mawar
2006. Pengaruh Jenis dan
komersial yang berwana kuning jernih dan
Perbandingan Pelarut terhadap Hasil
berbau khas mawar menyengat.
Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar.
J.Hort.16 (4):356-359.
KESIMPULAN Bambang,. I, T.A. 2010. Peningkatan Mutu
Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Pelarut n-heksana 1:5 b/v adalah Destilasi Pada Berbagai Komposisi
pelarut yang tepat untuk mengekstraksi Pelarut. Tesis. Magister Kimia.
bunga mawar dengan kadar rendemen Universitas Diponegoro. Semarang.
“concrete” dan “absolut” tertinggi untuk Damayanti, A dan I. A, Fitriana. 2012.
pembuatan parfum sebesar 0,85 % dan Pemungutan Minyak Atsiri Mawar
0,07%. Komponen kimia utama minyak
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103
103 | ………………………....Uji Sifat Fisika-Kimia dan Identifikasi Fenil Etil Alkohol Minyak Atsiri Bunga Mawar
(Rose Oil) dengan Metode Maserasi. Nedqov, N., Dobreva, A., Koncheva, N.,
Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Bardarov, V., and Velcheva, A. 2009.
ISSN 2303-0623. Bulgarian Rose Oil of White Oil-
Bearing Rose. Bulgarian journal of
Guenther, E. 2006. Minyak Atsiri
Agricultural Science, 15 (No. 4)
(Terjemahan). Jilid ke -1. S. Ketaren,
2009,318-322 Agricultural Academy.
penerjemah. Penerbit UI-PRESS.
Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 06-
Harborne, J.B.2006. Metode Fitokimia. 3949-1995 :Minyak kenanga, Mutu
Terbitan kedua. ITB. Bandung. dan cara uji. Jakarta.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Tukiran ., Suyatno., dan Hidayati, N. 2014.
Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka. Skrining Fitokimia Pada Beberapa
Ekstrak Tumbuhan Bugenvil, Bunga
Koksal, N., Saribas, R., Kafkas, E.,
Sepatu, dan Daun Ungu. Prosiding
Aslancan, H. And Sadighazali, S.
Seminar. Universitas Negeri
2015. Determination Of Volatile
Surabaya.
Compounds Of The First Rose Oil
And The First Rose Water By HS- Vankar, S.P. Adulteration in Rose Oil.
SPME/GC/MS Technique1. Natural product radiance Vol 2(4)
Department of Horticulture and July-August 2003.
Department of Biotechnology.
Younis, A., Aslam, M., Ali, A., Riaz, A.
Faculty of Agriculture. University
And Pervez, M. 2007. Effect
of Cukurova. Turkey.
Different Extraction Methods on Yield
(https://www.researchgate.net/publi
and Quality of Esssential Oil from
cation/282291543)
Four Rosa Species.Original Research
Komala, O., Rosyanti, R., dan Paper. University of agriculture,
Muztabadihardja. 2013. Uji Faisalabad, Pakistan.
Efektivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Dan Ekstrak Air Kelopak
Bunga Rosella Terhadap Bakteri
Streptoccocus Pneumoniae. Berita
biologi 12(1) April 2013.
Naquvi, K.J., Ansari, S.H., Ali, M., and
Najmi, A.K. 2014. Volatile oil
composition of Rosa damascena Mill
(Rosaceae). Journal of
Pharmacognosy and Phytochemist.
Department of Pharmacology. Faculty
of Pharmacy. Jamia Hamdard, New
Delhi, India.
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 7, No.2, Juli 2017, 91 – 103