Anda di halaman 1dari 23

Bab 3

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel

Dewasa ini banyak negara mengembangkan biodiesel sebagai salah satu


sumber energi terbarukan. Menipisnya ketersediaan bahan bakar fosil
yang berakibat pada meningkatnya harga bahan bakar merupakan
faktor pendorong penggunaan bahan bakar jenis ini. Selain itu,
penggunaan bahan bakar fosil berdampak negatif pada lingkungan
misalnya terjadinya polusi udara, hujan asam dan isu pemanasan global
menjadi pendorong utama dalam pengembangan biodiesel. Sebagai
bahan bakar, biodiesel pada umumnya diproduksi melalui proses
transesterifikasi minyak nabati, lemak hewan, atau dapat juga berupa
limbah minyak dengan menggunakan alkohol.

3.1 Pemilihan Bahan Baku Biodiesel


Pemilihan bahan baku dalam pembuatan biodiesel perlu mendapat perhatian
dan dipertimbangkan untuk menghasilkan biodiesel. Berdasarkan bahan baku
yang digunakan, maka produk biodiesel dapat dikategorikan sebagai berikut.
 Biodiesel konvensional
Merupakan jenis biodiesel yang dihasilkan dari tanaman pangan seperti
kelapa, kedelai, bit, jagung, dan gandum.
 Biodiesel maju
Merupakan jenis biodiesel yang dihasilkan dari bahan baku yang tidak
bersaing secara langsung dengan makanan dan tanaman pangan. Dalam hal
ini menggunakan bahan limbah atau residu pertanian (jerami gandum dan
sampah kota), tanaman non-pangan (jarak pagar, nyamplung) dan alga.

49 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
Keprihatinan dunia terhadap dampak penggunaan tanaman pangan sebagai
bahan baku produksi biodiesel, mendorong Komisi Eropa melakukan langkah-
langkah untuk mendorong diversifikasi penggunaan berbagai bahan baku.
Pilihan bahan baku tersebut ditentukan oleh karakteristik jenis minyak,
dimana perlu dipertimbangkan dengan baik mengingat jenis bahan baku yang
berbeda akan memiliki sifat kimia yang berbeda pula. Sifat kimia minyak
terutama ditandai dengan titik jenuh dan kandungan asam lemak. Komposisi
asam lemak dari beberapa minyak nabati dirangkum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Komposisi asam lemak dari beberapa minyak nabati


Komposisi asam lemak , % berat
Minyak C C C C C C C C C C C C
nabati 14:0 16:0 18:0 20:0 22:0 24:0 16:1 18:1 20:1 22:1 18:2 18:3
Canola 0.10 3.50 1.50 0.60 0.30 0.00 0.20 60.10 1.40 0.20 20.10 9.60
Jagung 0.00 11.6 1.85 0.24 0.00 0.00 0.00 25.16 0.00 0.00 60.60 0.48
Biji kapok 0.00 28.3 0.89 0.00 0.00 0.00 0.00 13.27 0.00 0.00 57.51 0.00
Sawit 1.10 43.7 4.50 0.00 0.00 0.00 0.20 40.20 0.00 0.00 9.80 0.50
Jarak pagar 0.00 14.2 6.90 0.00 0.00 0.00 1.40 43.10 0.00 0.00 34.40 0.00
Kacang 0
0.00 11.3 2.39 1.32 2.52 1.23 0.00 48.28 0.00 0.00 31.95 0.93
Rapeseed 0.00 3.49
8 0.85 0.00 0.00 0.00 0.00 64.40 0.00 0.00 22.30 8.23
Kedelai 0.00 11.7 3.15 0.00 0.00 0.00 0.00 23.26 0.00 0.00 55.53 6.31
B. Matahari 5
0.00 6.08 3.26 0.00 0.00 0.00 0.00 16.93 0.00 0.00 73.73 0.00
Sumber: Ma and Hanna (1999); Tan et al., (2009); Koh and Ghazi (2011)

Biodiesel yang berasal dari minyak yang sangat jenuh seperti minyak sawit dan
minyak kelapa memiliki cetane number relatif tinggi dan sifat stabilitas
oksidatif yang baik. Namun kelemahannya, biodiesel jenis ini tidak cocok
diterapkan di negara-negara yang memiliki musim dingin karena berkinerja
buruk pada suhu rendah. Hal penting lainnya dalam pemilihan bahan baku juga
tergantung pada ketersediaan bahan baku dan biaya. Misalnya, Amerika
Serikat dan negara-negara Eropa merupakan pengekspor minyak nabati
seperti kedelai dan rapeseed, sehingga bahan baku ini dipilih menjadi bahan
baku utama dalam pembuatan biodiesel di Amerika Serikat dan Eropa.
Sementara itu, beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, dan
Thailand memanfaatkan minyak nabati seperti minyak kelapa dan minyak
kelapa sawit untuk produksi biodiesel dengan mempertimbangkan potensi
tanaman tersebut di negaranya. Berikut ini merupakan data berbagai bahan
baku biodiesel yang potensial digunakan di beberapa negara di dunia (Tabel
3.2).

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 50


Tabel 3.2. Potensi bahan baku utama biodiesel di berbagai negara
Negara Bahan baku
Argentina Soybean
Belgium Rapeseed, animal fat
Brazil Soybean, palm, sunflower, castor, cotton
Canada Rapeseed, animal fat, soybean, tallow, mustard
China Jatropha, waste cooking oil, rapeseed
European Union Rapeseed, sunflower
France Rapeseed, sunflower
Germany Rapeseed, animal fat
Greece Rapeseed, sunflower, cotton
Hungary Rapeseed, sunflower
India Jatropha, karanja, soybean, rapeseed, peanut
Indonesia Palm oil, jatropha, coconut
Ireland Frying oil, animal fat
Italy Rapeseed, sunflower
Japan Waste cooking oil
Latvia Rapeseed, sunflower
Lithuania Rapeseed, sunflower
Malaysia Palm oil, jatropa
Mexico Animal fat, waste cooking oil
Netherlands Soybean
New Zealand Waste cooking oil, tallow
Philippines Coconut, jatropha
Poland Rapeseed, sunflower
Singapore Palm oil
Spain Rapeseed
Sweden Rapeseed
Taiwan WVO, sunflower, soybean
Thailand Palm oil, coconut, waste cooking oil, animal fat
UK WVO, rapeseed
USA Soybean, waste oil, peanut

Selain pengkategorian diatas, saat ini terdapat pengkategian bahan baku


berdasarkan generasi, yakni :

51 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
1. Bahan baku generasi pertama (minyak nabati pangan - minyak goreng)
2. Bahan baku generasi kedua (minyak nabati non-pangan)
3. Bahan baku generasi ketiga (minyak yang berasal dari Algae dan
sejenisnya)

a. Bahan baku generasi pertama (minyak nabati pangan -


minyak goreng)
Rudolph diesel telah pertama kali diuji mesin dengan menggunakan minyak
kacang dan menemukan bahwa minyak nabati dapat berfungsi sebagai bahan
bakar mesin setelah perawatan lebih lanjut. minyak nabati yang biasa
digunakan sebagai bahan baku untuk produksi biodiesel telah kedelai, kanola,
jagung, kelapa, pohon kelapa, rapeseed, dedak padi, bunga matahari, safflower,
camelina dan minyak biji kapas untuk hanya beberapa nama. Di antaranya,
minyak kedelai adalah bahan baku dominan dan pohon palem menghasilkan
kuantitas tertinggi minyak per daerah dibudidayakan [79,80]. Rapeseed dan
minyak bunga matahari yang dominan di Uni Eropa. Meskipun penggunaan
minyak nabati untuk mempersiapkan biodiesel diterima dengan baik di tahap
awal, segera ternyata menjadi makanan atau edisi bahan bakar. Konflik ini
muncul karena peningkatan permintaan minyak sayur dan harga.

b. Bahan baku generasi kedua (minyak nabati non-pangan)


Di antara kemungkinan bahan baku biodiesel alternatif adalah minyak dari
tanaman non-edible seperti pohon jarak, jarak, nimba, karanja, biji karet,
goreng bekas minyak (limbah minyak goreng), lemak hewan, daging sapi dan
domba lemak [81]. Pongamia pinnata, jagung, minyak kuning, lemak unggas,
jarak, dan pohon lemak Cina. Sementara bahan baku ini tidak bertentangan
dengan kepentingan makanan, mereka bertentangan dengan produk-produk
komersial lainnya seperti kosmetik dan produk industri.

c. Bahan baku generasi ketiga (minyak yang berasal dari Algae


dll.)
generasi ketiga bahan baku biodiesel adalah mereka yang tidak bertentangan
dengan makanan, pakan atau kepentingan konsumsi manusia kosmetik terkait.
Makro dan mikroalga, cyanobacteria, lumpur instalasi pengolahan air limbah
diaktifkan, switch rumput dan komunitas mikroba lainnya milik jenis ini. Di
antaranya, ganggang tampaknya menjadi bahan baku unggul dan menawarkan
beberapa keuntungan sebagai berikut:

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 52


1. Alga dapat memanfaatkan lahan non-pertanian;
2. kandungan minyak di ganggang adalah lipat lebih tinggi dibandingkan
dari bahan baku lain seperti jagung, tebu, jarak pagar, dll .;
3. Alga perlu CO2 untuk berfotosintesis dan dapat digunakan untuk
menyerap CO2 dari sumber-sumber industri buang dan pembakaran
gas;
4. bahan bakar berbasis Ganggang adalah karbon netral atau bahkan lebih
banyak karbon-menangkap dari melepaskan;
5. Alga dapat digunakan untuk memulihkan sumber air nutrisi tinggi
seperti pabrik pengolahan limbah dan limpasan pertanian;
6. End-produk termasuk biodiesel dan / atau pakan nilai yang lebih tinggi
lainnya (protein), farmasi, dan kesehatan-relatedproducts.
7. Berbagai jenis alga dapat tumbuh di tercemar, garam, payau, dan air
tawar;
8. Lokasi Co kolam alga dengan tanaman produksi industri potensial daur
ulang CO2 dan air terganggu. biofuel alga demikian terbarukan,
berkelanjutan, dan lingkungan jinak.

3.2 Bahan Baku Pembuatan Biodiesel


Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa berbagai jenis minyak dapat
dijadikan bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai karakteristik beberapa jenis minyak sebagai alternatif
bahan baku utama pembuatan biodiesel.

3.2.1. Minyak Kelapa Sawit


Kelapa sawit dikenal juga sebagai Elaeis guineensis, merupakan tanaman yang
berasal dari daerah pesisir Afrika Barat. Namun saat ini kelapa sawit banyak
ditanam di negara tropis. Kelapa sawit menjadi tanaman industri yang paling
umum, terutama di beberapa negara Asia Tenggara seperti Indonesia,
Malaysia, dan Thailand. Kelapa sawit menjadi tumbuhan penting bagi industri
terutama dalam menghasilkan minyak goreng, minyak industri, maupun bahan
bakar (biodiesel). Namun dikarenakan penggunaan minyak kelapa sawit
sebagai bahan baku biodiesel bersaing dengan penggunaan minyak sawit
sebagai bahan pangan, sedangkan harga minyak sawit sebagai minyak goreng
harganya relatif mahal, maka produk biodiesel yang dihasilkan dari kepala
sawit menjadi kurang kompetitif di pasaran. Untuk mengatasi hal itu, maka

53 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
alternatifnya adalah menggunakan produk samping dari pengolahan minyak
sawit mentah atau yang disebut Palm Fatty Acid Destilat (PFAD), yang
komposisinya hampir sama dengan minyak sawit tetapi mengandung minyak
lemak bebas (FFA) yang lebih banyak.

Gambar 3.1 Kelapa sawit dan Minyak Kelapa sawit

Di dalam kelapa sawit memiliki komponen utama berupa minyak dan lemak
yang disebut trigliserida sedangkan komponen lainnya berupa non-trigliserida
terdiri dari asam lemak bebas, air, kotoran serta komponen lain yang tidak
diharapkan. Adapun komposisi dari asam lemak dalam minyak sawit dapat
dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit
Minyak kelapa Minyak
Asam Lemak
sawit (%) inti sawit (%)
Asam Kaprilat - 3-4
Asam Kaproat - 3-7
Asam Laurat - 46-52
Asam Miristat 1,1-2,5 14-17
Asam Palmitat 40-46 6,5-9
Asam Stearat 3,6-4,7 1-2,5
Asam Oleat 39-45 13-19
Asam linoleat 7-11 0,5-2
Sumber: Ketaren, 1986
3.2.2. Minyak Kelapa

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 54


Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku
aren-arenan atau Arecaceae. Hampir semua bagian tumbuhan ini dapat
dimanfaatkan oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna,
terutama bagi masyarakat pesisir. Salah satu produk pengolahan buah kelapa
adalah minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari
kopra yang mencapai 63-65%. Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai
sedang (C8-C12), khususnya asam laurat dan asam miristat. Selain itu minyak
kelapa yang belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen
bukan lemak seperti fosfatida, gum, sterol (0,06%-0,08%), tokoferol (0,003%)
dan asam lemak bebas (<5%) serta sedikit protein dan karoten.

Minyak kelapa dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi bahan bakar


selayaknya solar. Meskipun demikian masih diperlukan kajian lebih khusus
terutama dalam hal keamanan terhadap suatu mesin.

Gambar 3.2 Kelapa dan Minyak Kelapa

Minyak kelapa memiliki kekentalan 50-60 centistokes sedangkan minyak solar


5 centistokes. Pada suhu 80-90 oC minyak kelapa memiliki kekentalan yang
setara dengan minyak solar. Secara kualitas, minyak kelapa memiliki mutu
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan minyak lainnya berdasarkan pada
tingginya kadar asam lemak jenuh dan asam laurat. Komposisi asam lemak
pada minyak kelapa dan beberapa minyak nabati lainnya dapat dibaca pada
pada Tabel 3.4.

55 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
Tabel. 3.4. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam Kaprilat (C8:0) 7.7
Asam Kaprat (C10:0) 6.4
Asam Laurat (C12:0) 48.6
Asam Miristat (C14:0) 17.8
Asam Palmitat (C16:0) 8.9
Asam Stearat (C18:0) 2.2
Asam Oleat (C18:1) 6.8
Asam lionoleat (C18:2) 1.6
Sumber : Lin and Tan (2013)

3.2.3. Minyak Jarak


Jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) dikenal sebagai tumbuhan
semak berkayu dan sangat banyak ditemukan di daerah tropis. Tumbuhan ini
memiliki sifat utama tahan terhadap kekeringan dan banyak memberikan
manfaat bagi dunia pengobatan yang dengan mudah sekali dibudidayakan
melalui cara stek. Saat ini jarak pagar tengah mendapatkan perhatian sebagai
sumber bahan bakar nabati karena kandungan minyaknya yang potensial.

Tumbuhan ini menjadi penyeimbang bagi ekosistem di tengah mahalnya harga


minyak kelapa sawit, makin tingginya harga minyak mentah dunia, serta isu-
isu lingkungan. Jarak pagar menumbuhkan harapan bagi dunia dalam
menghasilkan biodiesel yang berkelanjutan. Minyak dari tumbuhan jarak pagar
dapat dihasilkan melalui metode press dan ekstraksi. Pada metode press
minyak yang dihasilkan mencapai 28-32%, sedangkan pada metode ekstraksi
menggunakan pelarut dapat dihasilkan minyak hingga 52%. Tabel 3.5 berikut
ini menjelaskan komposisi minyak jarak pagar.

Tabel 3.5. Komposisi asam lemak minyak jarak pagar


Asam Lemak % berat
Asam Myristat (C14:0) 0 – 0,1
Asam Palmitat (C16:0) 14,1 – 15,3
Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 56
Asam Palmitoleat(C16:1) 0,0 – 1,3
Asam stearat (C18:0) 3,7 – 9,8
Asam Oleat (C18:1) 34,3 – 45,8
Asam Linoleat (C18:2) 29,0 – 44,2
Asam linolenat (C18:2) 0,0 – 0,3
Asam Aracidat (C20:1) 0,0 – 0,3
Asam Behenat (C22:0) 0,0 – 0,3
Sumber : Hambali et.al (2006)

Gambar 3.3 Bijih dan Minyak Jarak pagar

3.2.4. Minyak Biji Kapuk


Kapuk (Ceiba pentandra) termasuk tanaman pohon tropis yang tergolong ordo
Malvales dan famili Malvaceae berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan,
Amerika Tengah, dan Karibia. Kapuk merupakan tumbuhan yang paling
banyak dibudidayakan di hutan hujan di Asia, terutama di Jawa (Indonesia),
Filipina, Malaysia, Pulau Hainan di Cina maupun di Amerika Selatan. Di Pulau
Jawa, tanaman ini dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa atau pohon
kapas sutra.

Tanaman ini kebanyakan diambil serat kapuknya sebagai bahan isian untuk
bantal dan kasur. Biji kapuk masih dibuang sia-sia atau belum dimanfaatkan
secara optimal dan kadangkala hanya dibuang sebagai limbah. Tanaman ini
memiliki kelayakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dengan

57 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
mempertimbangkan mudahnya cara budidaya dan waktu panen yang relative
singkat (4-5 bulan). Kandungan minyak pada biji kapuk sekitar 25% – 40%
yang terdiri dari 15-20% asam lemak jenuh dan 80-85% lemak tidak jenuh.
Berikut ini adalah komposisi asam lemak minyak biji kapuk.

Tabel 3.6. Komposisi asam lemak minyak bijih kapuk


Asam Lemak % berat
Asam Kaprat (C 10:0) 14,83
Asam Laurat (C 12:0) 5,34
Asam Myristat (C 14:0) 8,71
Asam Miristoleat (C :0) 2,07
Asam Palmitat (C 16:0) 18,91
Asam Oleat (C 18:1) 48,00
Linoleic acid (C 18:2) 0,99
Asam Aracidat (C20 :1) 1,09
Asam Behenat (C :0) 0,06
Sumber : Lin and Tan (2013)

Gambar 3.4 Buah Kapok Randu


3.2.5. Minyak Nyamplung
Calophyllum inophyllum L., atau nyamplung termasuk dalam marga
Calophyllum yang mempunyai sebaran cukup luas di dunia. Tanaman ini juga
dapat dipakai sebagai bahan baku biodiesel. Biji nyamplung memiliki
rendemen yang tinggi hingga mencapai 74% dan kelebihannya yang tidak
berkompetisi dengan kepentingan pangan. Selain menghasilkan minyak untuk
Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 58
produksi biodiesel, nyamplung dapat menghasilkan produk lain dengan
memanfaatkan limbahnya untuk briket arang, asap cair untuk pengawet kayu,
bungkil untuk pakan ternak, resin/getah untuk obat-obatan, pewarna tekstil
dan sabun.

Tabel 3.7. Komposisi asam lemak minyak nyamplung


Asam Lemak % berat
Asam Palmitoleat (C 16:1) 0,5 – 1
Asam Palmitat (C 16:0) 15 – 17
Asam Oleat (C 18:1) 30 – 50
Asam Linoleat (C18 :02) 25 – 40
Asam Stearat (C 18:0) 8 – 16
Asam Gadoleat (C19 :1) 0,5 – 1
Asam Aracidat (C20 :0) 0,5 – 1

Gambar 3.5. Bijih Nyamplung

Proses pengolahan biodiesel dari nyamplung hampir sama dengan pengolahan


biodiesel dari minyak sawit, kelapa, dan jarak pagar. Perbedaannya pada
kandungan zat ekstraktifnya yang tinggi maka minyak nyamplung memerlukan
waktu yang lebih lama dalam pengukusan serta pemisahan getah (degumming)
berlangsung pada konsentrasi tinggi. Tabel 3.7 menunjukkan komposisi asam
lemak minyak nyamplung.

3.2.6. Minyak Malapari


Tanaman malapari atau mempari (Pongamia pinnata) adalah anggota suku
Labaceae (Leguminosae). Tanaman ini banyak ditemukan di pantai-pantai
59 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
berpasir dan berkarang, pohon ini berbunga di sepanjang tahun khususnya di
Indonesia. Negara India menjadi pelopor pemanfaatan tanaman malapari
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Dengan rendemen minyak yang
cukup tinggi yaitu 27-39% serta tidak berkompetisi dengan kepetingan
pangan, maka tanaman ini sangat layak sebagai bahan baku utama dalam
pembuatan biodiesel.

Sebenarnya, tanaman malapari berperan dalam menyediakan dua sumber


energi, yaitu kayunya sebagai bahan bakar yang memiliki kalori bakar kayu
sebesar 19,2 MJ/kg, dan bijinya yang mengandung minyak nabati. Masyarakat
India banyak menggunakan tanaman ini sebagai sumber kayu bakar dan
minyaknya untuk bahan bakar non lampu. Tabel 3.8 menunjukkan komposisi
asam lemak minyak malapari.

Tabel 3.8. Komposisi asam lemak minyak Malapari


Asam Lemak % berat
Asam Palmitat (C16:0) 3,7 – 7,9
Asam Stearat (C18:0) 2,4 – 8,9
Asam Oleat (C18:1) 44,5 – 71,3
Asam Linoleat (C18 :02) 10,8 – 18,3
Asam Linolenat (C18:3) 2,6
Asam Aracidat (C20:0) 2,2 – 4,7
Asam Elkosenoat (C20:1) 9,5 – 12,4
Asam Behenat (C22:0) 4,2 – 5,3
Asam Lignoserat(C24:0) 1,1 - 3,5
Sumber : Ashok Pandey (2008)

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 60


Gambar 3.6. Tanaman malapari

3.2.7. Minyak Canola


Canola adalah bagian dari keluarga Brassica dengan nama taksonomi Brassica
napus L. canola. Kandungan minyak biji canola cukup tinggi, sekitar 40%
berdasarkan biji kering. Minyak canola dapat dimanfaatkan sebagai pelumas,
polyurethane, farmasi, dan biodiesel. Beberapa menyamakan tanaman canola
dan rapeseed, padahal kedua jenis ini jelas berbeda. Faktanya, tanaman canola
(Canadian oil low acid) merupakan hasil rekayasa genetik rapeseed di Kanada
yang bertujuan untuk mengurangi kadar asam erusat dan glukosinolat. Adanya
kandungan bahan itu di dalam minyak rapeseed dapat menyebabkan
ketidaknyamanan ketika di konsumsi manusia dan hewan. Komposisi minyak
canola disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.

Tabel. 3.9. Komposisi kimia minyak canola


Asam Lemak % berat
Asam Oleat (C18:1) 61
Asam Linoleat (C18 :02) 21
Asam Linolenat (C18:3) 9-11
Asam Palmitat (C16:0) 4
Asam Stearat (C18:0) 2
Asam Erusat (C20:0) <0.1

61 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
Gambar 3.7 Minyak Canola

3.2.8. Minyak Biji Bunga Matahari


Bunga matahari (Helianthus annuus L.) merupakan tumbuhan semusim dari
suku Asteraceae yang dikenal sebagai tanaman hias maupun tanaman
penghasil minyak. Tumbuhan ini tumbuh subur di daerah dengan iklim
subtropis terutama di dataran tinggi. Kegunaan bunga ini utamanya adalah
sebagai sumber minyak baik pangan maupun industri. Sebagai contoh untuk
bahan pangan, minyak bunga matahari cocok dipakai untuk menggoreng,
mengentalkan, serta campuran salad.

Minyak bunga matahari memiliki keunggulan dari segi kualitas minyak yang
terekstrak, mulai dari nutrisi, rasa dan aroma. Lebih lanjut, setelah proses
ekstraksi minyak, ampas yang tersisa masih dapat digunakan sebagai pupuk.
Minyak bunga matahari memiliki kadar asam linoleat yang rendah, itulah
sebabnya mengapa minyak bunga matahari dapat disimpan dalam waktu lama.
Sebagai tanaman budidaya bunga matahari ternyata mudah beradaptasi
dengan baik pada lingkungan yang buruk serta tidak memerlukan peralatan
pertanian khusus. Petani dapat membudidayakan tanaman ini sebagai rotasi
pertanian dengan tanaman kedelai dan jagung. Rendemen minyak bunga
matahari berkisar pada rentang 48-52% dan secara lengkap tersaji pada Tabel
3.10.
Tabel 3.10. Komposisi Asam Lemak dalam minyak biji matahari
Jenis Asam Lemak Konsentrasi (%)
Asam Linoleat 48-74
Asam Oleat 14-40
Asam Stearat 1-7
Asam Palmitat 4–9

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 62


Gambar 3.8 Minyak biji bunga matahari

3.2.9. Minyak Alpokat


Alpokat atau Persea americana menjadi tumbuhan penghasil buah meja
dengan nama sama (alpokat) yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah
dimana saat ini banyak dibudidayakan di Amerika Selatan dan Amerika
Tengah sebagai tanaman perkebunan monokultur dan sebagai tanaman
pekarangan di daerah-daerah tropika lainnya di dunia. Tanaman ini memiliki
tinggi antara 5-15 m, berat buahnya antara 1,2-2,5 kg dengan masa panen
bervariasi antara 5 – 15 bulan. Buah alpokat matang setelah dipetik dan bukan
ketika ada pada pohonnya.

Minyak dapat dihasilkan dari kulit buah dan biji dan memiliki nilai nutrisi yang
tinggi karena mengandung asam lemak esensial, mineral, protein dan vitamin
A, B6, C, D, dan E. Sedangkan kandungan asam lemak jenuh dalam kulit buah
dan di dalam minyak nya pada umumnya rendah, sebaliknya kandungan asam
lemak tak jenuhnya sangat tinggi (hampir 96% berupa asam oleat). Kandungan
minyak di dalam buah berkisar antara 12-30%.

63 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
Gambar 3.9 Minyak Alpokat

3.2.10. Minyak Kedelai


Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman polong-polongan yang
menjadi bahan dasar banyak makanan di Asia Timur seperti kecap, tahu, dan
tempe. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati
dunia yang banyak dihasilkan oleh Amerika Serikat, Brazil, Argentina, China,
dan India. Biji kedelai mengandung minyak yang kaya akan protein dengan
kandungan minyak sekitar 18%.

Minyak kedelai menjadi salah satu minyak goreng yang paling banyak
digunakan. Selain sebagai makanan, minyak ini digunakan pula sebagai minyak
pengering (drying oil), yaitu minyak yang mampu mengeras seiring waktu
selama terpapar dengan udara dan membentuk lapisan kedap air. Aplikasi
minyak ini adalah sebagai salah satu bahan baku tinta dan cat lukis. Produksi
biodiesel dari kedelai menghasilkan sub produk lain yang berharga dengan
penambahan gliserin seperti bungkil kedelai, pallet pakan ternak dan tepung.

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 64


Gambar 3.10 Minyak Kedelai

3.2.11. Minyak Kacang Tanah


Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam tanaman polong-
polongan atau legum anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta
menjadi kacang-kacangan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia.

Gambar 3.11 Minyak Kacang tanah

Kualitas kacang tanah sangat dipengaruhi kondisi cuaca saat panen dimana
tanaman ini sebagian besar digunakan untuk konsumsi. Diantaranya adalah
sebagai bahan mentega kacang, sebagai bahan baku permen dan olahan
65 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
makanan lainnya. Sedangkan kacang tanah dengan mutu rendah digunakan
untuk memproduksi minyak. Minyak kacang tanah digunakan sebagai
campuran makanan dan bahan penyedap dalam industri gula. Ampas kacang
hasil proses ekstraksi minyaknya memiliki kandungan protein yang tinggi, dan
dapat digunakan sebagai pakan ternak.

3.2.12. Minyak Flax (linseed oil)


Flax (Linseed) merupakan tanaman dari anggota genus Linum keluarga
Linaceae dengan warna biru yang banyak dijumpai di daerah beriklim sedang.
Salahsatu manfaat tanaman ini adalah untuk membuat benang linen. Biji
tanaman flax mengandung minyak yang disebut sebagai linseed oil dan
digunakan dalam industri cat. Biji flax memiliki nilai nutrisi yang baik untuk
dikonsumsi sebab mengandung asam lemak ganda tak jenuh yang diperlukan
untuk kesehatan manusia. Biji flax mengandung antara 30-48% minyak, dan
mengandung protein antara 20-30% dengan kandungan asam linoleat antara
40-68%. Ampas sisa dari proses eksktraksi minyaknya dapat digunakan
sebagai pakan ternak. Meskipun tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik
pada rentang suhu dan kelembaban yang besar, namun pada suhu yang tinggi
dan curah hujan yang tinggi, tanaman ini akan menghasilkan biji dan serat
yang lebih sedikit.

Gambar 3.12 Tanaman Flax

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 66


3.2.13. Minyak Rapeseed
Rapeseed adalah sebutan dalam bahasa Inggris bagi beberapa kelompok
tumbuhan marga Brassica yang dibudidayakan untuk diambil minyak dari
bijinya. Kebanyakan yang dimaksud adalah rapa (Brassica napus Kelompok
Oleifera), dimana dalam literatur ilmiah disebut oilseed rape atau Swede rape.

Rapeseed beradaptasi dengan baik pada tanah yang kurang subur, tetapi
dengan kandungan sulfur yang tinggi. Dengan yield minyak yang tinggi sekitar
40-50%, tanaman ini dapat tumbuh sebagai tanaman pertanian pada musim
dingin. Tanaman ini merupakan bahan baku biodiesel utama di Eropa. Tepung
rapeseed memiliki nilai nutrisi yang tinggi, tepung ini digunakan sebagai
suplemen penggemukan sapi.

Gambar 3.13 Tanaman Rapeseed

3.2.14. Minyak Dedak Padi


Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Setelah proses
penggilingan gabah (Oryza sativa) menjadi beras dihasilkan produk samping
berupa dedak. Dedak ini ternyata mengandung minyak 17%-23% yang dapat
dimanfaatkan sebagai minyak pangan. Minyak dedak padi merupakan produk
turunan dari dedak padi. Meskipun dapat dipakai sebagai bahan pangan,
sekitar 60%-70% minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai bahan
makanan (non-edible oil). Hal ini dikarenakan kandungan lipase dalam dedak
padi mengakibatkan kandungan asam lemak bebas minyak dedak padi lebih

67 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
tinggi dari minyak lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai edible oil.
Berikut ini komposisi asam lemak dalam minyak dedak.

Tabel 2.11 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Dedak


Jenis Asam Lemak Konsentrasi (%)
Asam Miristat (C14:0) 0,3366
Asam Palmitat (C16:0) 17,2096
Asam Stearat (C18:0) 1,7112
Asam Oleat (C18:1) 45,7510
Asam Linoleat (C18:2) 33,4208
Asam Linolenat (C18:3) 0,3645
Asam Arachidik (C20:0) 1,2063

Dengan kadar lemak kurang dari 25%, cara terbaik untuk mengambil minyak
dedak adalah melalui ekstraksi menggunakan pelarut mudah menguap, seperti
metanol, heksan atau isopropil alkohol. Minyak dedak hasil ekstraksi (minyak
dedak mentah) dipisahkan dari pelarutnya melalui proses penguapan.

Gambar 3.14 Minyak dedak padi

3.2.15. Limbah Minyak Nabati minyak Bekas)


Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 68
Minyak goreng bekas atau jelantah banyak diperoleh dari industri pangan dan
rumah tangga yang tersebar di Indonesia. Minyak jelantah merupakan minyak
limbah (sisa penggorengan ) yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng
seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samina atau lainnya.
Minyak jelantah ini tidak baik jika digunakan kembali untuk memasak karena
banyak mengandung asam lemak bebas dan radikal yang dapat
membahayakan kesehatan.

Sebenarnya konversi langsung minyak jelantah atau minyak goreng bekas


menjadi biodisel sudah cukup lama dilakukan oleh para peneliti biodiesel
namun beberapa mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan karena minyak
goreng bekas mengandung asam lemak bebas dengan konsentrasi cukup
tinggi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah mengurani kandungan
asam lemak bebasnya yaitu dengan cara mengesterkan asam lemak bebas
dengan katalis asam homogen, seperti asam sulfat atau katalis asam heterogen
seperti zeolit atau lempung teraktivasi asam. Berikut ini adalah perbandingan
sifat biodiesel yang diperoleh dari minyak bekas dan solar komersial (Tabel
3.12).

Tabel 3.12. Perbandingan karakteristik minyak biodiesel yang berasal


dari minyak bekas dengan minyak solar komersial
Biodiesel
Minyak Solar
Properti Bahan Bakar minyak
bekas komersial
bekas
Kinematic viscosity (mm2/s, 313 K) 36.4 5.3 1.9–4.1
Density (kg/L, at 288 K) 0.924 0.897 0.075–0.840
Flash point (K) 485 469 340–358
Pour point (K) 284 262 254–260
Cetane number 49 54 40–46
Ash content (%) 0.006 0.004 0.008–0.010
Sulfur content (%) 0.09 0.06 0.35–0.55
Carbon residue (%) 0.46 0.33 0.35–0.40
Water content (%) 0.42 0.04 0.02–0.05
Higher heating value (MJ/kg) 41.40 42.65 45.62–46.48
Free fatty acid (mg KOH/g oil) 1.32 0.10 -
Iodine value 141.5 - -

69 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l
3.2.16. Mikroalga
Mikroalga merupakan mikroorganisme uniselular atau multi selular sederhana
berukuran 1-5 mikron yang memiliki sifat mampu memenuhi kebutuhan
energi secara mandiri melalui proses fotosintesis serta mampu
berkembangbiak dengan sangat cepat.

Gambar 3.15 Chlorella vulgari

Tabel 3.13 Kandungan lemak (lipid) beberapa spesies mikroalga


Spesies Kandungan Spesies mikroalga Kandungan
mikroalga lipid (%) lipid (%)
Chlorella
25-63 Nanochloris sp. 20-56
emersonii
Chlorella
57 Nanochloropsis sp 12-53
minotissima
Chlorella sp. 10-48 Schizochytrum sp. 50-77
Skelotonema
Chlorella vulgaris 5-58 13-51
costatum
Dunaleilla salina 6-25 Pavtova salina 30
Dunaleilla
23 Pyrrosia Leavis 69
primolicta
Dunaleilla sp. 17-67 Zitzschia sp. 45-47
Euglena gracilis 14-20 Dunaleilla lutheri 6-25
Sumber : Chisti, 2007 ; Li, et al., 2008 ; Teresa, et al., 2010

Perkembangan Bahan Baku Biodiesel | 70


Beberapa jenis mikroalga mampu beradaptasi dan berkembangbiak dengan
baik pada lingkungan yang bervariasi. Hal ini tentunya akan sangat
mendukung pengembangannya sebagai bahan baku biodiesel. Namun perlu
diperhatikan bahwa tidak semua mikroalga cocok dijadikan biodiesel.
Kandungan minyak dalam biomassa mikroalga kering spesies tertentu dapat
mencapai di atas 50%. Untuk mengetahui kandungan lemak pada berbagai
spesies mikroalga tersaji pada Tabel 3.13.

Proses pembiakan mikroalga hanya membutuhkan waktu 10 hari untuk siap


dipanen sehingga secara matematis produktivitasnya mencapai (120.000 kg
biodiesel/Ha tahun) lebih dari 20 kali lipat produktivitas minyak sawit (5.800
kg biodiesel/Ha tahun) dan 80 kali lipat dibandingkan minyak jarak (1.500
kg/biodiesel/Ha tahun). Tabel 3.14 memberikan gambaran perbandingan
potensi beberapa bahan baku biodiesel.

Tabel 3.14 Perbandingan potensi beberapa bahan baku biodiesel


Kandungan Kebutuhan Produktivitas
Tanaman minyak luas lahan biodiesel
(L/ha) (M ha) (kg/ha.th)
Jagung 172 1.540 152
Kacang kedelai 446 594 562
Kelapa 2.689 99 2.315
Kelapa sawit 5.366 45 4.747
Bunga matahari 1.070 210 945
Mikroalga lipid 58.700 5 52.927
rendah
Mikroalga lipid 97.800 3 86.515
sedang
Mikroalga lipid 136.900 2 121.104
tinggi

71 | P e r k e m b a n g a n B a h a n B a k u B i o d i e s e l

Anda mungkin juga menyukai