PENDAHULUAN
indonesia karena gizi didalam kandungan kedelai cukup beragam selain itu
dibutuhkan dalam industri pakan. Kebutuhan kedelai di Indonesia lebih dari 90%
digunakan sebagai bahan pangan, khususnya bahan pangan olahan seperti tahu
dan tempe yang berkisar 88%, dengan 10% olahan pangan lainnya dan 2%
Swastika et al. 2005 dalam Sudaryanto dan Swastika, 2016). Produk olahan
kebutuhan kedelai per tahun adalah 2,2 juta ton (Ditjentan, 2016).
pangan berbahan baku kedelai seperti tahu, tempe, tauco, kecap, susu kedelai dan
termasuk negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai
peningkatan sebesar 0,69% per tahun pada 1980-2016. Namun luas panen kedelai
pertumbuhan sebesar 2,63% per tahun. Produksi kedelai tahun 2016 diperkirakan
juga turun 7,06% menjadi 887,54 ribu ton dari tahun 2015 sebesar 963,18 ribu ton
(Ditjentan, 2016).
Salah satu komoditas pangan penghasil protein nabati yang dikenal masyarakat
adalah kedelai (Sudaryanto dan Swastika, 2016). Kandungan protein nabati yang
ada di dalam kedelai ini sangat di sarankan untuk para vegetarian. Fungsi protein
ini yaitu salah satunya untuk membantu membangun sel yang ada pada tubuh.
Namun dari berbagai kandungan kedelai yang kandungan gizinya cukup tinggi
lemak tak jenuh seperti asam linolenat serta asam omega 3. Dan yang membuat
istimewa adalah hadirnya omega 3. Selain protein dan lemak, dalam kandungan
kedelai juga terdapat serat, kedelai memiliki 8 gram serat, namun untuk kedelai
yang telah mengalami masa pengolahan. Lalu terdapat juga kandungan kalsium
dan lechitin yang akan menghasilkan senyawa choline. Senyawa ini sangat
berguna untuk metabolisme tubuh. Selain itu, kacang kedelai juga merupakan
magnesium, juga zat besi (Pengembangan Pusat Unggulan Kedelai Lokal, 2017).
3
kedelai yaitu 47% dengan didominasi oleh asam lemak tak jenuhnya seperti asam
linoleat, asam linolenat, dan asam oleat. Asam linoleat sebesar 53% dari total
kandungan asam lemak tak jenuh, di dominasi pula oleh asam linolenat dan asam
oleat, dan kandungan asam palmitat dan asam stearat dalam jumlah sedang tetapi
sedikit kandungan asam lemak omega-3 (asam lemak baik) (Winarsi, 2010).
Berikut tabel kandungan gizi pada 100 gr kacang kedelai yang didapat dari
website Pekakekal:
Menurut Holland, B., et al. dalam buku McCance & Widdowson’s The Composi-
tion of Foods 5th edition, kacang kedelai utuh mengandung gizi sebagai berikut:
1.1.1 Lemak
Senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik non-polar adalah lipid, yang termasuk kedalam kelompok
lipid ini adalah salah satunya lemak dan minyak. Pelarut organik non-polar yang
dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut organik
non-polar tersebut karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama
dengan pelarut tersebut. Lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester
yang berarti “triester dari gliserol”. Lemak dan minyak sering kali diberi nama
selain itu , lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai
2. Berdasarkan sumbernya
Sumber Keterangan
Berasal dari tanaman (minyak - biji-biji palawija. Contoh: minyak
Nabati) jagung, biji kapas
- kulit buah tanaman tahunan. Contoh:
minyak zaitun,minyak kelapa sawit
- biji-biji tanaman tahunan. Contoh:
kelapa, coklat, inti sawit
Weibull.
Praktik Umum ini dilaksanakan selama 40 hari, dimulai pada tanggal 01 Juli 2019
Metode pengumpulan data pelaksaan praktik umum ini terbagi menjadi 2 metode
yaitu metode primer dan metode sekunder. Metode primer yaitu metode
pengumpulan data dan informasi yang dilakukan langsung oleh penulis. Data
primer ini didapatkan penulis dari melakukan wawancara dengan pihak yang
7
terkait, pihak terkait yang dimaksudkan adalah pembimbing lapang dan analis
pada kedelai, pengujian ini menggunakan metode SNI hidrolisis Weibull dengan
menggunakan alat ekstraksi soxhlet dan menggunakan HCl 25% sebagai pereaksi
dan Petroleum Ether sebagai pelarut lemaknya, yang kemudian dari hasil
pengujian itu didapatkan hasil berat lemak dan dilakukan perhitungan untuk
laboratorium.
Metode sekunder yaitu metode pengumpulan data dan informasi yang didapatkan
penulis dari refrensi yang sudah ada tercatat dan terdokumentasi. Data sekunder
yang penulis dapatkan yaitu dari sumber-sumber tertulis berupa buku, jurnal,
dokumen maupun situs di internet yang berkaitan dengan data dan informasi yang
PT Sucofindo.
II. LOKASI DAN GAMBARAN UMUM PT. SUCOFINDO
Jenewa, Swiss. Saat ini, 95% saham Sucofindo dimiliki Pemerintah Republik
pertama di Indonesia yang pada awalnya Sucofindo hanya berfokus pada layanan
dan pengamanan devisa negara dalam perdagangan ekspor impor. Seiring dengan
Bisnis jasa pertama yang dimiliki Sucofindo adalah cargo superintendence &
9
jenis jasa Sucofindo dikemas secara terpadu, didukung oleh 2.000 lebih tenaga
institusi internasional serta jaringan kerja laboratorium, cabang dan titik layanan
SBU Batubara
SBU Mineral
SBU Laboratorium
SBU Industri
10
Logo PT Sucofindo yang berupa tiga bola dunia melambangkan kegiatan usaha
PT Sucofindo yang telah mendunia dan mempersatukan tiga wawasan usaha, yaitu
Sumber: bumn.go.id
Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan bentuk Persero,
a. Pernyataan makna
b. Visi
c. Misi
kepastian berusaha.
berpihak
berkepentingan
2.5 Peduli, yakni tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri tetapi kepentingan
perusahaan memastikan bahwa produk, jasa, peralatan dan fasilitas yang dimiliki
internasional.
Pengujian produk, bahan dan mesin dilakukan melalui berbagai metode sesuai
3. Sertifikasi
Saat ini sistem manajemen PT Sucofindo telah berkembang dalam banyak aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, tanggung jawab social serta ketentuan nasional
dan internasional.
4. Pelatihan
5. Konsultasi
Kewajaran, yaitu prinsip perlakuan yang adil dan sama dalam memenuhi hak-
yang berlaku.
terakhir kali dikeluarkan oleh direktur utama dengan KD No. 2/KD/2015. Berikut
efektifitas dan efisiensi proses kerja. Penerapan sistem manajemen mutu tidak
Iepas dari induk penerapan sistem manajemen perusahaan yang ditetapkan dalam
kantor cabang.
d. Laboratorium Mikrobiologi
B. Laboratorium General
b. Laboratorium Agri
D. Laboratorium Batubara
A. Laboratorium Kalibrasi
a. Kalibrasi dimensi
18
b. Kalibrasi massa
c. Kalibrasi gaya
d. Kalibrasi tekanan
e. Kalibrasi suhu
f. Kalibrasi kelistrikan
B. Laboratorium Teknik
2. Pengujian Produk
3. Pengujian Lingkungan
4. Pengujian Komoditas
c. Produk migas
berasal dari D III, S1 dan lain-lain. Karyawan PT Sucofindo terbagi menjadi dua,
yaitu PT (Pegawai Tetap) dan PTT (Pegawai Tidak Tetap). Masa kerja PT sampai
Tahap yang harus dilaksanakan dalam tata cara administrasi meliputi penerimaan
alat atau bahan ukur, pelaksanaan kalibrasi, pelaporan hasil kalibrasi, pembuatan
sertifikat dan penyerahan sertifikat kepada pelanggan. Alat atau bahan ukur dapat
dibawa langsung oleh pelanggan atau dapat diambil oleh teknisi laboratorium PT
Sucofindo. Alat atau bahan ukur yang akan dikalibrasi, diterima oleh petugas
pesanan konfirmasi, memberi nomor labor alat atau bahan ukur, nama alat atau
bahan ukur, jumlah alat atau bahan ukur, jenis kalibrasi, metode yang diminta dan
waktu penyerahan hasil pada lembar kerja tersebut. Kepala Sub Bagian (Kasubag)
melakukan pemeriksaan alat atau bahan ukur dan dokumen pesanan, kemudian
Petugas administrasi bagian operasi menyerahkan alat atau bahan ukur untuk
dikalibrasi kepada teknisi laboratorium kalibrasi. Alat atau bahan ukur akan
bersertifikat. Hasil data rancangan laporan diperiksa oleh Engineer atau Kasubag.
penulis di PT Sucofindo yaitu uji kandungan histamin pada terasi, kadar warna
dan polarisasi gula, kandungan MGS pada penyedap, kadar vitamin A dan C pada
sardines, sugar distribution pada gula diet, kandungan aflatoxin dan ochratoxin
pada jagung, kadar betakaroten dan acid value pada minyak buah merah, kadar
lemak, serat kasar, dan protein pada kedelai, kandungan free fatty acid, iodine
value, peroxide value, moisture content, dan impurities pada virgin coconut oil,
palm acid oil, crude palm oil, kandungan aflatoxin pada biji pinang, bungkil
sawit, dan lada, kadar protein, nitrit, dan nitrat pada sarang walet, kandungan
citronella dan total geraniol pada minyak sereh, kadar nikotin pada tembakau,
kandungan sulfur dioxide pada gula merah, gula kelapa cair, beras, dan sarang
walet.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama 30 hari praktik umum ini penulis
menulis memilih topik bahasan kandungan lemak pada kedelai. Hasil dari
Analisis kandungan lemak pada kedelai ini dilakukan dengan beberapa tahapan.
Tahapan pertama yang dilakukan adalah penyiapan alat dan bahan. Alat-alat yang
sampel, neraca analitik untuk menimbang sampel, gelas piala sebagai wadah,
gelas ukur untuk mengukur pereaksi yang digunakan, batu didih, tutup gelas piala
untuk menutup ketika dipanaskan, plat penangas untuk memanaskan sampel yang
labu lemak digunakan sebagai wadah ketika ekstraksi, kertas saring pembungkus
sebagai alat ekstraksi, dan desikator untuk mendinginkan lemak dalam labu
Dan bahan yang digunakan adalah 6 sampel kedelai (K1, K2, K3, K4, K5, dan
K6), air aquadest, dan adapun pereaksinya HCl 25% dan pelarut lemak n-heksana
Kedelai yang penulis jadikan sampel adalah kenis kedelai varietas Anjasmoro
dari berbagai macam kelompok tani. Berbagai kelompok tani tersebut tidak dapat
disebutkan dengan alasan privasi sampel konsumen PT Sucofindo, maka dari itu
dan 6 masing-masing diberikan inisial K1, K2, K3, K4, K5, dan K6. Masing-
percobaan.
3.2 Pembahasan
Penulis menjadikan analisis kadar lemak pada kacang kedelai sebagai topik
khusus pada laporan praktik umum ini. Analisis kandungan lemak pada kacang
kedelai ini menggunakan metode hidrolisis Weibull. Prinsip metode hidrolisis ini
yaitu ekstraksi lemak dengan pelarut non polar setelah sampel dihidrolisis dalam
Proses pemisahan zat aktif yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut
dengan pelarut cair merupakan proses ekstraksi. Hasil dari ekstraksi adalah
ekstrak yang merupakan berwujud seperti pasta kental yang diperoleh dengan
mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani setelah
senyawa organik yaitu non toksik dan tidak mudah terbakar. Beberapa pelarut
yang biasa digunakan untuk ekstraksi diantaranya adalah metanol, etanol, etil
24
asetat, aseton dan asetonitril dengan air dan atau HCl. Prinsip ekstraksi dengan
yaitu pertama dilakukan preparasi sampel dengan cara dihaluskan dengan blender,
lalu masing-masing sampel ditimbang 1-2 gr kedalam gelas piala. Berikut data
A 1,1806
K1
B 1,1502
A 1,1746
K2
B 1,1640
A 1,1767
K3
B 1,1466
A 1.1770
K4
B 1,1203
A 1,1219
K5
B 1,1385
A 1,1785
K6
B 1,1375
Sumber: Hasil analisis, 2019
Setelah itu ditambahkan 30 ml HCl 25% sebagai pereaksi dan 20 ml air serta
beberapa batu didih, lalu ditutup gelas piala dengan kaca arloji dan didihkan
selama 15menit. Setelah mendidih sampel disaring dalam keadaan panas dan
dicuci dengan air panas sehingga tidak bereaksi dengan asam lagi. Jika sampel
pada kertas saring sudah tidak berekasi dengan asam maka kertas saring beserta
isinya dikeringkan pada suhu 100 - 105o C dalam oven. Siapkan labu lemak lalu
masukkan kedalam oven untuk ditimbang bobot kosong labu lemak. Lalu kertas
25
(paper thimble) dengan cara digulung dilapisi dengan kapas dan diekstrak dengan
selama 4 jam pada suhu kurang lebih 80o C. Setelah 4 jam proses ekstraksi maka
disuling larutan petroleum ether dan dikeringkan ekstrak lemak dalam labu lemak
pada suhu 100-105o C dalam oven selama 2 jam. Setelah 2 jam dalam oven,
ekstrak lemak dalam labu lemak didinginkan dalam desikator ± 15 menit atau
sampai labu lemak tidak panas lagi dan setelah itu ditimbang. Berikut adalah data
Tabel 8. Bobot kosong labu lemak, bobot akhir labu lemak, dan bobot lemak.
Bobot lemak = bobot akhir labu lemak – bobot kosong labu lemak
Setelah didapatkan bobot dari lemak maka dilakukan perhitungan kadar lemak
dengan rumus:
Alat ekstraksi yang digunakan adalah soxhlet. Metode Soxhletasi ini merupakan
sampel yang telah kering oven yang telah dibungkus kertas saring dan dilapisi
kapas pada bagian bawah dan atas untuk menghindari kebocoran pada saat proses
Setelah itu pelarut dimasukkan ke dalam dan mulai dilakukan pemanasan sesuai
dengan titik didih pelarut yang digunakan yaitu Petroleum Ether sehingga pelarut
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Kadji, et al. (2013)
menyatakan, ekstraksi cara soxhlet menghasilkan rendemen yang lebih besar jika
serta terjadinya penarikan senyawa yang lebih maksimal oleh pelarut yang selalu
Dalam kimia, lemak adalah suatu ester antara asam lemak dan gliserol yang ketiga
gliserol).
27
Pereaksi yang digunakan untuk menghidrolisis lemak pada kacang kedelai adalah
Namun setelah dilarutkan dengan HCl 25% sampel harus dicuci dengan air
aquadest (lebih baik air panas) agar tidak berikatan lagi dengan asam (bebas
asam) agar asam lemak yang kerkandung dalam kedelai tidak ikut terekstrak.
Pelarut lemak yang dapat digunakan beragam namun, petroleum ether atau
disebabkan oleh harga yang relatif murah, mudah didapat, resiko berbahaya
(toksik) yang cenderung lebih kecil, dan keselektifannya sebagai pelarut organik.
Kandungan lemak rata-rata yang didapatkan dari uji kandungan lemak dengan
kali pengulangan maka didapatkan 20,68%. Sedangkan dari referensi yang penulis
baca dari buku The Composition of Foods oleh McCance dan Widdowson yaitu
sebesar 18,6% dan dari website Pekakekal yaitu 15,6%. Perbedaan ini bisa
bobot massa lemak yang terdapat di labu lemak. Bisa juga diakibatkan oleh
RPD yang berlaku di PT Sucofindo yaitu harus kurang dari 15%, jika lebih dari
itu maka dilakukan pengujian ke-3. Hal ini dapat terjadi dimungkinkan dengan
4.1 Kesimpulan
dan 18,6%.
4.2 Saran
Saran yang penulis sampaikan yaitu untuk selanjutnya agar dilakukan dan
dibuatkan laporan hasil dari pengujian Aflatoxin dan Ochratoxin pada kacang
kedelai untuk mempertimbangkan standar mutu biji dan olahan kedelai sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Anam, Choirul, Tri W. Agustini, dan Romadon. 2014. Pengaruh Pelarut yang
Berbeda pada Ekstraksi Spirulina Platensis Serbuk sebagai Antioksidan
dengan Metode Soxhletasi. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan. Vol. 3 (4) 106-112.
Andaka, Ganjar. 2006. Hidrolisis Minyak Biji Kapuk dengan Katalisator Asam
Khlorida. Jurnal Rekayasa Proses. Vol. 2 (2) 45-48.
Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Dikutip 23
September 2019 pukul 14.00 WIB.
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/52318917/lemak_dan_min
yak..pdf?response-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DLEMAK_DAN_MINYAK.pdf&X-
Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-
Credential=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20190923%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-Date=20190923T055245Z&X-Amz-
Expires=3600&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Signature=ad1ae96238c3bf509f3f88331263b182267928c3d0c08c3817255af6e
4e55c8a
Holland, B., et al. 1991. McCance & Widdowson’s The Composition of Foods
fifth revised and extended edition. The Royal Society of Chemistry & Ministry
of Agriculture, Fisheries and Food. Great Britain.
Winarsi, Hery. 2010. Protein Kedelai & Kecambah Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Kanisius. Yogyakarta.
LAMPIRAN
33
Perhitungan
= x 100 %
= 21,08 %
= x 100 %
= 19,64 %
= 20,36 %
RPD = x 100 %
= x 100 %
= 7,07 %
= x 100 %
= 22,06 %
= x 100 %
= 22,11 %
= 22,085 %
RPD = x 100 %
= x 100 %
= 0,23 %
= x 100 %
= 20,70 %
= x 100 %
= 20,26 %
= 20,485 %
RPD = x 100 %
42
= x 100 %
= 2,1 %
= x 100 %
= 21,83 %
= x 100 %
= 21,15 %
= 21,48 %
RPD = x 100 %
= x 100 %
= 3,17 %
= x 100 %
= 17,19 %
= x 100 %
= 19,63 %
=18,405 %
RPD = x 100 %
= x 100 %
= 13,31 %
= x 100 %
= 20,42%
= x 100 %
= 22,16 %
= 21,29 %
44
RPD = x 100 %
= x 100 %
= 8,17 %