Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang


mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini sering disebut
pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar,
batang, daun dan buahnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan
manusia sehari-hari (Yulvianti, 2015).

Daging buah kelapa dapat diolah menjadi beraneka ragam produk, seperti
pada bagian kulit/testa dapat diolah menjadi minyak kelapa atau coconut oil,
untuk bagian yang diparut, daging kelapa dapat diolah menjadi santan atau coco
milk dan produk lain dari olahan parutan kelapa seperti tepung kelapa, minyak
kelapa menghasilkan residu yaitu ampas kelapa. Selama ini, pemanfaatan
ampas kelapa hanya digunakan sebagai bahan baku pakan ternak dan masih
dianggap sebagai produk samping yang tidak bernilai. Untuk mendapatkan nilai
mutu yang lebih bermanfaat ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung ampas
kelapa (Yulvianti, 2015).

Ampas kelapa mempunyai beberapa kelebihan, yaitu mempunyai kandungan


protein 18%, lemak 8% dan serat kasar 12%, ampas kelapa juga mengandung
galaktomanan 61%. Kandungan galaktomanan berfungsi sebagai sumber
dietary fiber dan sangan bermanfaat bagi kesehatan dan melancarkan
pencernaan (Barlina, 1997).

Tepung ampas kelapa mengandung lemak 38,24%, protein 5,79%, serat


kasar 15,07%, kadar air 7,00%, kadar abu 0,27% dan karbohidrat 33,64%.
Kandungan serat tak larut air sangat tinggi yaitu 92,84% dan serat larut air
sangat rendah yaitu 7,16%. Kandungan gizi ampas kelapa tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Pemanfaatan ampas kelapa akan
menguntungkan secara ekonomi serta memberi manfaat kesehatan dan gizi
bagi masyarakat (Utomo dan Antarlina, 1997 ; Raghavendra 2005 dalam Putri,
2010)

1
Pengolahan tepung ampas kelapa berserat kasar tinggi, sebagai bahan baku
makanan rendah kalori hanya mengikuti pemanfaatan kelapa untuk pengolahan
santan dan minyak cara basah, sebab yang digunakan adalah hasil samping
ampas kelapa. Meskipun ampas kelapa merupakan hasil samping pembuatan
santan, namun karena kandungan seratnya cukup tinggi maka ampas kelapa
dapat dimanfaatkan sebagai bahan substitusi pada produk pangan. Oleh sebab
itu tepung dari ampas kelapa sangat baik digunakan sebagai salah satu bahan
dalam membuat formula makanan, khusus untuk konsumen yang berisiko tinggi
terhadap penyakit obesitas, kardiovaskuler dan lain-lain (Putri, 2010).

Ampas kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku tepung. Tepung ampas
kelapa dapat lebih mudah diaplikasikan pada produk pangan apabila berada
dalam bentuk tepung sehingga dapat menggantikan sebagian bahan baku
tepung terigu atau tepung lainnya yang bisa digunakan dalam pengolahan
pangan. Tepung ampas kelapa merupakan salah satu alternatife pengganti
tepung terigu atau tepung lainnya karena kandungan seratnya yang tinggi dan
kandungan karbohidrat kompleks yang baik bagi kesehatan terutama untuk
penderita diabetes. Tepung ampas kelapa merupakan salah satu tepung
sebagai sumber serat pangan dan tepung ampas kelapa mengandung air cukup
rendah yaitu 6,9969 % lebih rendah dari pada tepung terigu yang kandungan
airnya 11,31% (Putri, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Rahimsyah (2016) Pembuatan brownies kaya serat


dapat dilakukan dengan menggunakan tepung ampas kelapa hingga 60%.
Konsentrasi tepung ampas kelapa lebih dari 60% menghasilkan brownies
dengan kadar serat yang tinggi, tetapi kurang diterima oleh panelis karena
cenderung terasa kasar saat dimakan. Selanjutnya penelitian Rosida (2014)
menyimpulkan bahwa proporsi tepung terigu : tepung ampas kelapa adalah
100:100 (gram) dan penambahan kuning telur 140 gram menghasilkan cookies
kelapa yang terbaik.

Kue bangkit adalah jenis kue kering yang memliki tekstur halus, renyah dan
mudah rapuh, berukuran kecil-kecil serta memilki rasa manis yang menjadi daya
tarik bagi penikmatnya baik orang dewasa maupun anak-anak. Pembuatan kue
bangkit pada umumnya menggunkan bahan dasar tapioka, produk hasil olahan
ubi kayu (singkong) yang berbentuk butiran pati. Pembutan kue bangkit tidak

2
memerlukan bahan yang volumenya dapat mengembang besar atau kandungan
gluten tinggi (Efendi.R, 2015).

Berdasarakan uraian tersebut, dalam penelitian ini mencoba digunakan


tepung ampas kelapa sebagai bahan substitusi sebagian tepung tapioka. Untuk
mengetahui pengaruh substitusi tepung ampas kelapa, maka perlu diteliti variasi
penambahan tepung ampas kelapa terhadap daya terima kue bangkit susu.

Pada uji pendahuluan pembuatan kue bangkit susu dengan variasi


penambahan tepung ampas kelapa pada 18 oktober 2016 digunakan perlakuan
tepung tapioka : tepung ampas kelapa masing-masing yaitu 75:25; 80:20; 85:15;
90:10 dan 95:5. Dari hasil uji organoleptik yang dilakukan 20 orang panelis
didapatkan hasil bahwa penambahan tepung ampas kelapa sebanyak 25 gram
tidak dapat diterima oleh panelis karena teksturnya yang keras. Adapun
perlakuan yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan tepung tapioka :
tepung ampas kelapa 85:15; 90:10 dan 95:5 yang akan diteruskan dalam
penelitian (terlampir). Dari hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Variasi Penambahan
Tepung Ampas Kelapa Terhadap Daya Terima Kue Bangkit Susu".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan adalah adakah


pengaruh variasi penambahan tepung ampas kelapa terhadap daya terima kue
bangkit susu.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung


ampas kelapa terhadap daya terima kue bangkit susu.

2. Tujuan Khusus
a. Menilai daya terima warna terhadap kue bangkit susu dengan variasi
penambahan tepung ampas kelapa
b. Menilai daya terima tekstur terhadap kue bangkit susu dengan variasi
penambahan tepung ampas kelapa

3
c. Menilai daya terima rasa terhadap kue bangkit susu dengan variasi
penambahan tepung ampas kelapa
d. Menilai daya terima aroma terhadap kue bangkit susu dengan variasi
penambahan tepung ampas kelapa

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui tentang pengaruh penambahan tepung ampas


kelapa terhadap daya terima kue bangkit susu.

2. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat tentang penganekaragaman pangan


melalui pemanfaatan tepung ampas kelapa.

3. Bagi Penelitian Lanjutan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan apabila mengadakan


penelitian sejenis.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelapa
1. Pengertian kelapa

Kelapa merupakan tanaman yang paling berguna didunia. Kelapa memiliki


banyak varietas. Namun, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu kultivar kelapa genjah, yang dalam waktu 4-6 tahun dapat
menghasilkan buah. Dan kultivar kelapa dalam yang baru menghasilkan buah
sesudah berumur 15 tahun. Produksi yang ada menunjukkan bahwa ini terus
berlanjut sampai pohon mencapai 50 tahun. Apabila lebih dekat pantai, tanaman
kelapa akan lebih subur karena buah kelapa terapung. Penyebaran kelapa lebih
banyak melalui laut sehingga di daerah pantai lebih banyak buah kelapa dari
daerah pedalaman (Winarno, 2014).

2. Daging Buah Kelapa

Bagian yang yang dianggap paling penting dari buah kelapa ialah daging
buahnya, yang biasanya digunakan sebagai sumber minyak nabati. Dalam satu
bulir kelapa berukuran medium mengandung air sebanyak satu cup (satu cup =
239 ml). Bila daging kelapanya diparut maka dapat menghasilkan tiga atau
empat cup parutan daging kelapa dalam bentuk minyak goreng atau hasil olahan
lainnya (Somaatmadja,1978 dalam Winarno 2014).

Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan kopra dan bahan
makanan, daging buah merupakan sumber protein yang penting dan mudah
dicerna. Komposisi kimia daging buah kelapa ditentukan oleh umur buah. Pada
tabel 1 (satu) dapat dilihat komposisi kimia buah kelapa pada berbagai tingkat
kematangan.

5
Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa pada Berbagai Tingkat
Kematangan

Analisis (dalam 100 gr) Buah Muda Buah setengah tua Buah Tua
Kalori 68,0 kal 180,0 kal 359,0 kal
Protein 1,0 gr 4,0 gr 3,4 gr
Lemak 0,9 gr 13,0 gr 34,7 gr
Karbohidrat 14,0 gr 10,0 gr 14,0 gr
Kalsium 17,0 mg 8,0 mg 21,0 mg
Fosfor 30,0 mg 35,0 mg 21,0 mg
Besi 1,0 mg 1,3 mg 2,0 Iµ
Aktivitas vitamin A 0,0 Iµ 10,0 Iµ 0,0 mg
Thiamin 0,0 mg 0,5 mg 0,1 mg
Asam askorbat 4,0 mg 4,0 mg 2,0 mg
Air 83,3 gr 70,0 gr 46,9 gr
Bagian yang dapat dimakan 53,0 gr 53,0 gr 53,0 gr
Sumber : Thieme,J.G. (1968) dalam Ketaren (1986)

3. Santan dan Ampas Kelapa

Santan kelapa merupakan emulsi minyak kelapa dalam air, yang berwarna
putih, diperoleh dengan cara memeras daging kelapa segar yang sudah diparut
atau dihancurkan dengan atau tanpa penambahan air (Hagenmaeir, 1973).
Santan berwarna putih karena partikelnya berukuran lebih besar dari satu micron
(Kuh dan Othmer, 1951).

Tabel 2 . Komposisi Santan (%)

Bahan Santan Murni + Air (1:1)


Protein 4.2 2
Lemak 34.3 10
Karbohidrat 5.6 7.6
Air 54.9 80
pH (segar) 6.25
Sumber: Somaatmadja (1974) dalam Winarno (2014)

Ampas kelapa merupakan hasil samping pembuatan santan. Daging buah


kelapa yang diolah menjadi minyak kelapa dari pengolahan cara basah akan

6
diperoleh hasil samping ampas kelapa. Sampai saat ini pemanfaatannya masih
terbatas untuk pakan ternak dan sebagian dijadikan tempe bongkrek untuk
makanan di desa-desa provinsi Jawa Timur (Hutasoit, 1988).

Untuk pengolahan minyak kelapa cara basah, dari 100 butir kelapa diperoleh
ampas 19,50 kg. Balasubramanian (1976), melaporkan bahwa analisis ampas
kelapa kering (bebas lemak) mengandung 93% karbohidrat yang terdiri atas:
61% galaktomanan, 26% manosa dan 13% selulosa.

B. Tepung Ampas Kelapa

Tepung ampas kelapa dibuat secara langsung dari hasil samping ampas
kelapa. Pada proses pemisahan santan kelapa tersisa hasil samping atau
limbah yang masih dapat dimanfaatkan yaitu ampas kelapa hasil ekstraksi yang
cukup banyak. Tepung ampas kelapa adalah tepung yang diperoleh dengan
cara menghaluskan ampas kelapa yang dikeringkan (Putri, 2010).

Tepung adalah bahan baku utama pembuatan berbagai jenis makanan (kue).
Disamping sebagai sumber pati (gizi), tepung juga sebagai pembentuk struktur.
Sifat fisik tepung harus diperhatikan adalah harus berwarna putih, tidak
menggumpal dan tidak lengket.

Tepung biasanya diolah dari bahan pangan kelompok sumber karbohidrat


seperti kelompok serealia dan umbi-umbian. Pada penelitian tepung ampas
kelapa kadar zat gizi makro dan mikro dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Tepung Ampas Kelapa

No Kadar Tepung Ampas Kelapa (%)


1 Air 6,9969
2 Abu Lemak 0,26825
3 Protein 38,2377
4 Karbohidrat 5,78725
5 Serat Kasar 33,64125
6 Serat Pangan Tak Larut 15,06865
7 Serat Pangan (Serat larut dan 63,66
serat tak larut) 63,24
Sumber: Putri, 2010

7
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tepung Ampas Kelapa
a. Tingkat (Derajat) Keputihan

Tingkat warna putih ampas kelapa dipengaruhi oleh penentuan/pemilihan


bahan baku; proses pembuatan; kualitas air yang digunakan selama pembuatan;
tingkat kebersihan produk; terbebas dari bau tak sedap dan penggunaan bahan
pemutih.

b. Tingkat Kehalusan (M)

Tepung ampas kelapa yang dibuat secara manual biasanya agak kasar
karena menggunakan ayakan dengan ukuran yang kurang sesuai (dibawah 40
mesh). Tingkat kehalusan tepung ditentukan oleh ukuran ayakan dengan satuan
ukuran mesh.

c. Kadar Air Tersisa

Pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan tepung ampas kelapa


dengan tingkat kekeringan rendah daripada pengeringan dengan mesin (oven).
Setelah pengeringan, kadar air tepung ampas kelapa dapat berubah karena
menyerap air dan udara, tercemar air maupun embun. Kadar air diatas 15%
menyebabkan tepung ampas kelapa menjadi lembab sehingga cepat rusak
(menjadi asam, ditumbuhi jamur, menggumpal dan lain-lain).

d. Kandungan Unsur-Unsur Berbahaya

Air yang digunakan selama proses pembuatan harus memenuhi syarat


standart yang ditetapkan untuk memeperkecil kemungkinan mengandung unsur-
unsur berbahaya.

2. Pembuatan Tepung Ampas Kelapa (Rosida,2014)


 Sortasi, pencucian, pengupasan kulit kelapa
 Kelapa diparut, diperas santannya
 Ampas kelapa yang diperoleh, direndam dengan Na-Pirofosfat 200 ppm
dengan perbandingan (Ampas kelapa dengan air 1:1)
 Ampas kelapa tersebut di Blanching pada suhu 90C selama 15 menit.
 Pengeringan dilakukan dengan menggunakan Cabinet dryerkemudian
dilakukan penggilingan dan pengayakan dengan ukuran 40 mesh.
Dihasilkan tepung ampas kelapa.

8
C. Kue Bangkit Susu

Kue bangkit merupakan kue tradisional khas melayu yang dapat dengan
mudah ditemukan disemenanjung Malaysia dan Sumatera, terutama Sumatera
Utara, Riau, Jambi dan Sumatera Barat. Warna kue bangkit putih kekuningan
dan memilki tekstur yang sangat halus dan mudah hancur. Kue bangkit
merupakan sejenis kue kering (cookies). Kue bangkit akan lumer didalam mulut
dan mempunyai rasa yang renyah ketika dikunyah. Kue bangkit susu terbuat
dari bahan tepung tapioka, tepung gula, susu kental manis, dan mentega.

BSN (1992) dalam SNI-01-2973-1992 mendefinisikan kue kering sebagai


jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relative renyah
bila dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur padat. Berikut adalah
syarat mutu produk kue kering yang berlaku secara umum di Indonesia.

Tabel 4. Syarat Mutu Kue Kering Berdasarkan SNI-01-2973-1992

Kriteria Uji Klasifikasi


Kalori (kalori 100 gram) Minimum 400
Air (%) Maksimum 5
Protein (%) Minimum 9
Lemak (%) Minimum 9,5
Karbohidrat (%) Minimum 70
Abu (%) Maksimum 1,5
Serat Kasar (%) Maksimum 0,5
Logam berbahaya (%) Negatif
Bau dan rasa Normal dan tidak tengik
Warna Normal
Sumber : BSN 1992

1. Bahan Pembuat Kue Bangkit Susu


a. Tepung Tapioka

Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong.


Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan
pembantu dalam berbagai industri. Komposisi zat gizi tepung tapioka lebih baik
bila dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, gandum atau terigu, tapioka
juga dapat digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih.

9
Standart mutu tepung tapioka di Indonesia tercantum dalam Standart
Nasional Indonesia SNI 01-3729-1995. Klasifikasi dan standart mutu tepung
tapioka disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Dan Standart Mutu Tepung Tapioka

Klasifikasi Keterangan
1. Keadaan
1. Bau Normal
2. Warna Normal
3. Rasa Normal
2. Benda Asing Tidak boleh ada
3. Serangga (bentuk stadia dan potongannya) Tidak boleh ada
4. Jenis pati lain Tidak boleh ada
5. Air (%) Maksimum 13
6. Abu (%) Maksimum 0,5
7. Serat kasar (%) Maksimum 0,1
Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2011

b. Gula

Gula merupakan bahan yang banyak digunakan dalam pembuatan kue.


Jumlah gula yang ditambahkan biasanya berpengaruh terhadap tekstur dan
penampilan kue. Fungsi gula dalam pembuatan kue selain sebagai pemberi rasa
manis, juga berfungsi memperbaiki tekstur, memberikan warna pada permukaan
kue, dan mempengaruhi kue. Meningkatnya kadar gula didalam adonan kue
akan mengakibatkan kue menjadi semakin keras.

c. Mentega

Lemak merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan kue.


Didalam adonan, lemak memberikan fungsi shortening dan fungsi tekstur
sehingga kue/biskuit menjadi lebih lembut. Lemak yang biasa digunakan pada
pembuatan kue adalah mentega (butter) dan margarin.Lemak sebanyak 65-75%
dari jumlah tepung. Persentasi ini akan menghasilkan kue yang rapuh, kering,
gurih dan warna kue kuning mengkilat. Menggunakan lemak berlebihan,
akibatnya kue akan melebar dan mudah hancur, sedangkan jumlah lemak terlalu
sedikit akan menghasilkan kue bertekstur keras dengan rasa seret dimulut.

10
d. Susu Kental Manis

Susu kental manis adalah makanan cair yang dibuat dari susu segar yang
ditambah gula sukrosa atau campuran gula sukrosa dan dekstrosa kemudian
diuapkan sebagian airnya sehingga kental dan dan mempunyai kadar padatan
minimum 28%, kadar lemak minimum 8.5%, kadar gula minimum 42% serta tidak
berwarna karamelisasi. Susu kental manis berfungsi memberikan aroma,
memperbaiki tekstur dan permukaan.

2. Pembuatan Kue Bangkit Susu Secara Umum ( Fatimah, 2015)


Bahan
 Tepung tapioka 500 gr
 Tepung gula 100 gr
 Margarin 200 gram
 Susu kental manis 100 gram

Alat

 Mixer
 Sendok
 Kompor gas
 Cetakan kue bangkit
 Rolling pin
 Oven/pemanggang

Prosedur pembuatan

1. Tepung tapioka disangrai (dengan api kecil) biarkan dingin


2. Margarin dicampur dengan gula halus, mixer sampai benar-benar
tercampur rata.
3. Kemudian masukkan susu kental mains kedalam adonan
4. Berikutnya campurkan tepung tapioka kedalam adonan
5. Setelah itu, ratakan adonan menggunkan rolloing pin, kemudian cetak
adonan kue bangkit menggunakan beberapa macam bentuk
6. Panggang adonan ke dalam oven ± 20 menit dlam suhu 1400 C
7. Angkat dan sajikan.

11
D. Panelis

Untuk melakukan penilaian organoleptik dilakukan panel. Dalam menilai


sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bersifat sebagai instrumen atau alat.
Panel terdiri orang atau kelompok yang bertugas untuk menilai sifat sensorik
suatu produk secara subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis. Dalam penilaian organoleptik, dikenal 7 macam panelis, yaitu:

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan yaitu orang yang sangat ahli dengan kepekaan fisik
yang sangat tinggi. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan
tinggi, bias dapat dihindari dan penilaian efisien. Panel ini biasanya digunakan
untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyakdan mengenali
penyebabnya.

2. Panel Terbatas

Panel terbatas mempunyai kepekaan tinggi sehingga dapat terhindar dari


bias. Panelis ini dapat mengenal dengan baik faktor-faktor dalam penilaian
organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh bahan baku
terhadap hasil akhir. Keputusan akhir dari panel ini diambil dengan cara
berdiskusi diantara anggota-anggotanya.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang dan mempunyai kepekaan yang cukup
baik yang telah diseleksi dan dilatih. Panel ini dapat menilai beberapa
rangsangan sehingga tidak terlalu spesifik. Keputusan diambil setelah data
dianalisis secara bersama.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu, sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

12
5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam. Panel ini hanya diperbolehkan
menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti sifat kesukaan tetapi tidak
boleh digunakan dalam uji pembedaan.

6. Panel Konsumen

Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

E. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Uji kesukaan disebut uji hedonik. Panelis dimintakan
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan).
Tingkat – tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal
“suka“ dapat mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat
suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka“ dapat
mempunyai skala hedonik seperti tidak suka dan sangat tidak suka, bisa
juga netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka ( neither like nor
dislike ).
1. Warna

Faktor - faktor yang mempengaruhi suatu bahan makanan antara lain


tekstur, warna, cita rasa, dan nilai gizinya. Sebelum faktor-faktor yang lain
dipertimbangkan secara visual. warna adalah faktor yang berpengaruh dan
kadang kadang sangat menentukan suatu bahan pangan yang dinilai enak,
bergizi, dan teksturnya sangat baik, tidak akan dimakan apabila memiliki warna
yang tidak dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang
seharusnya.

2. Aroma

Aroma adalah suatu yang dapat diamati dengan indera pembau untuk
data menghasilkan aroma, zat harus dapat menguap, sedikit larut dalam air dan
sedikit larut dalam lemak.

13
3. Tekstur

Tekstur adalah faktor kualitas makanan yang paling penting, sehingga


memberikan kepuasan terhadap kebutuhan kita. Oleh karena itu kita
menghendaki makanan yang mempunyai rasa dan tekstur yang sesuai dengan
selera yang kita harapkan, sehingga bila kita membeli makanan, maka
pentingnya nilai gizi biasanya ditempatkan pada mutu setelah harga, tekstur, dan
rasa.

4. Rasa

Rasa merupakan faktor yang cukup penting dari suatu produk makanan.
Komponen yang dapat menimbulkan rasa yang diinginkan tergantung senyawa
penyusunnya. Umumnya bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu macam rasa
yang terpadu sehingga menimbulkan cita rasa makanan yang utuh.

Syarat minimum uji organoleptik yaitu, panelis yang sudah terlatih yaitu :
jujur, tidak dalam keadaan sakit, tidak dalam keadaan lapar, perempuan/lelaki
yang tidak merokok. Panelis yang di gunakan pada penelitian ini ada panelis
agak terlatih yang terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya sudah pernah
melakukan uji organoleptik.

F. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat

Variasi penambahan
tepung ampas kelapa :
tepung tapioka Mutu organoleptik kue
bangkit susu tepung
95:5
ampas kelapa yang
90:10 meliputi : warna, tekstur,
rasa dan aroma
85:15

Gambar 1. Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

14
G. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Skala


1 Ampas Ampas kelapa dibuat dengan cara memeras
Kelapa kelapa sehingga mengeluarkan santannya dan
menghasilkan ampas kelapa.
1 Tepung Tepung yang dibuat dari ampas kelapa yang Ordinal
ampas kelapa dihaluskan dengan cara dikeringkan menggunakan
cabinet dryer dengan suhu 600 C selama ± 3,5 jam
dengan ketebalan 1 cm. Kemudian digiling
menggunakan blender lalu diayak.
2 Kue bangkit Produk yang dihasilkan dari pencampuran tepung Ordinal
susu tepung tapioka, tepung gula, margarin dan susu kental
ampas kelapa manis dengan penambahan tepung ampas kelapa
yang masih sgar dan tidak berbau.
3 Mutu Penilaian mutu fisik kue bangkit susu dengan
Organoleptik penambahan tepung ampas kelapa meliputi : Ordinal
warna, aroma, kekentalan dan rasa. Uji
organoleptik ditentukan dengan uji hedonic dengan
5 tahap kesukaan yaitu :
a. Amat sangat suka :5
b. Sangat suka :4
c. Suka :3
d. Kurang suka :2
e. Tidak suka :1

H. Hipotesa
Ho : Tidak ada pengaruh variasi penambahan tepung ampas kelapa
terhadap daya terima kue bangkit susu

Ha : Ada pengaruh variasi penambahan tepung ampas kelapa terhadap


daya terima kue bangkit susu

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu uji pendahuluan dan penelitian
utama. Uji pendahuluan dilaksanakan tanggal 18 Oktober 2016 dan penelitian
utama dilaksanakan pada bulan Januari 2017 di Laboratorium Teknologi Pangan
Poltekes Kemenkes Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat eksperimental yaitu dengan rancangan percobaan


yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 (kali)
perlakuan dan 2 (dua) kali pengulangan.

I. Perlakuan
a. Perlakuan A yaitu dengan perbandingan tepung tapioka dengan
tepung ampas kelapa = 95 gr : 5 gr
b. Perlakuan B yaitu dengan perbandingan tepung tapioka dengan
tepung ampas kelapa = 90 gr : 10 gr
c. Perlakuan C yaitu dengan perbandingan tepung tapioka dengan
tepung ampas kelapa = 85 gr : 15 gr
II. Pengulangan
Jumlah unit percobaan (n) dalam penelitian dihitung dengan rumus:
 unit percobaan
n=rxt
=2x3
= 6 unit percobaan
Keterangan:
n = Jumlah unit percobaan
r = Jumlah pengulangan (replikasi)
t = jumlah perlakuan (treatment)

16
C. Penentuan Bilangan Acak
Pengacakan dilakukan dengan menggunakan kalkulator dengan cara
menekan tombol ‘2ndf’ dan ‘RND’ sebanyak 6 kali dengan hasil : 0,150 ; 0,458 ;
0,555 ; 0,781 ; 0,980 ; 0,546
Bilangan acak diberi rangking dari yang terendah hingga yang tertinggi

No. Unit percobaan Bilangan Acak Ranking Unit Percobaan


1 0,150 1 A1
2 0,458 2 A2
3 0,555 4 B1
4 0,718 5 B2
5 0,980 6 C1
6 0,546 3 C3
Rangking bilangan acak tersebut diatas dianggap menjadi no urut percobaan
dan dikelompokkan berdasarkan jenis perlakuan yaitu :

1 2 4 5 6 3
A1 A2 B1 B2 C1 C2

1 2
A1 (0,150) A2 (0,458)
3 4
C2 (0,546) B1 (0,555)
5 6
B2 (0,781) C1 ( 0,980)
Keterangan :

A1, A2 = Perlakuan A, ulangan ke-1, ke-2, yaitu penambahan tepung ampas


kelapa 5 gr
B1, B2 = Perlakuan B, ulangan ke-1, ke-2, yaitu penambahan tepung ampas
kelapa 10 gr
C1, C2 = Perlakuan C, ulangan ke-1, ke-2, yaitu penambahan tepung ampas
kelapa 15 gr

17
D. Alat dan Bahan
1. Alat

Alat yang digunakan untuk membuat tepung ampas kelapa

No Alat Jumlah Satuan


1. Cabinet dryer 1 Buah
2. Blender 1 Buah
3. Ayakan 1 Buah
4. Waskom 1 Buah
Alat yang digunakan untuk membuat kuebangkit susu tepung ampas kelapa

No Alat Jumlah Satuan


1. Timbangan 1 Buah
2. Mixer 1 Buah
3. Oven/pemanggang 2 Buah
4. Waskom 2 Buah
5. Sendok 2 Buah
6. Piring 2 Buah
7. Kompor gas 1 Buah
8. Cetakan kue bangkit 1 Buah

2. Bahan
1. Bahan yang digunakan untuk membuat tepung ampas kelapa
No Bahan Jumlah
1. Ampas Kelapa 1 kg

18
Kebutuhan bahan yang digunakan untuk membuat kue bangkit susu dengan 3
perlakuan dan 2 kali pengulangan adlah sebagai berikut :

No Jenis Bahan Satuan Perlakuan Total Total


A B C kebutuhan 1x kebutuhan 2 x
pengulangan pengulangan
1 Tepung Gram 95 90 85 270 540
tapioca
2 Tepung ampas Gram 5 10 15 30 60
kelapa
3 Tepung gula Gram 50 50 50 150 300
4 Margarin Gram 50 50 50 150 300
5 Susu kental Gram 25 25 25 75 150
manis

E. Prosedur Pembuatan
a. Pembuatan Tepung Ampas Kelapa
1. Ampas kelapa dibeli dari pasar tradisional, kemudian letakkan
diloyang lalu masukkan kedalam cabinet dryer selama ± 3,5 jam
dengan suhu 600 C.
2. Setelah proses pengeringan selesai, ampas kelapa kering digiling
dengan menggunakan blender hingga menjadi tepung
3. Ampas kelapa yang sudah menjadi tepung disaring dengan
menggunakan ayakan 40 mesh.
4. Setelah diayak didapatkan hasil tepung ampas kelapa

19
Berikut adalah bagan Alir pembuatan Tepung Ampas Kelapa

Ampas Kelapa

Pengeringan (3,5 jam)


dengan suhu 600 C

Penggilingan

Pengayakan 40 mesh

Tepung Ampas
Kelapa

Gambar 1. Bagan Alir pembuatan Tepung Ampas Kelapa

b. Pembuatan Kue Bangkit Susu Tepung Ampas Kelapa


1. Bahan yang akan digunakan dipersiapkan mulai dari tepung tapioka,
tepung ampas kelapa, tepung gula, margarin dan susu kental manis.
2. Tepung tapioka disangrai (dengan api kecil) biarkan dingin.
3. Margarin dicampur dengan tepung gula dan susu kental manis mixer
sampai benar-benar tercampur rata.
4. Adonan dicampurkan sesuai dengan perlakuan tepung tapioka (95
gram, 90 gram dan 85 gram) dan penambahan tepung ampas kelapa
(5 gram, 10 gram dan 15 gram).
5. Adonan diratakan menggunakan rolling pin dan dicetak dengan
menggunakan cetakan.
6. Dipanggang ke dalam oven ± 20 menit pada suhu 1400 C
7. Angkat dan sajikan.

20
Berikut Adalah Bagan Alir Pembuatan Kue Bangkit Susu Dengan Variasi
Penambahan Tepung Ampas Kelapa.

Bahan yang akan digunakan


dipersiapkan mulai dari tepung tapioka,
tepung ampas kelapa, tepung gula,
margarin dan susu kental manis.

Tepung tapioka disangrai (dengan api


kecil) selama 5 menit dan biarkan
dingin.

Margarin dicampur dengan tepung gula


dan susu kental manis mixer sampai
benar-benar tercampur rata.

Adonan dicampurkan sesuai dengan


perlakuan tepung tapioka (95 gram, 90
gram dan 85 gram) dan penambahan
tepung ampas kelapa (5 gram, 10 gram
dan 15 gram).

Adonan diratakan menggunakan rolling


pin dengan ketebalan 1 mm dan dicetak
dengan menggunakan cetakan.

Dipanggang ke dalam oven ± 20 menit


pada suhu 1400 C

Kue bangkit susu tepung ampas kelapa

Gambar 2. Bagan Alir Pembuatan Kue Bangkit Susu Dengan Variasi


Penambahan Tepung Ampas Kelapa

21
Gambar Kue Bangkit Susu Tepung Ampas Kelapa

1. Gambar hasil dari perlakuan A yaitu dengan perbandingan tepung tapioka


dengan tepung ampas kelapa = 95 gr : 5 gr.

 Berat : 180 gr
 Berat per kue : 4 gr, sebanyak 45 keping kue
 Hasil per porsi : 4 porsi Berat per porsi : 50 gr
 Harga per porsi : Rp. 1500

2. Gambar hasil dari perlakuan B yaitu dengan perbandingan tepung tapioka


dengan tepung ampas kelapa = 90 gr : 10 gr.

 Berat : 175 gr
 Berat per kue : 4 gr, sebanyak 45 keping kue
 Hasil per porsi : 4 porsi Berat per porsi : 50 gr
 Harga per porsi : Rp. 1500

22
3. Gambar hasil dari perlakuan C yaitu dengan perbandingan tepung tapioka
dengan tepung ampas kelapa = 85 gr : 15 gr

 Berat : 185 gr
 Berat per kue : 4 gr, sebanyak 45 keping kue
 Hasil per porsi : 4 porsi Berat per porsi : 50 gr
 Harga : Rp. 1500

4. Gambar hasil dari perlakuan D yaitu dengan perbandingan tepung tapioka


dengan tepung ampas kelapa =80 gr : 20 gr.

 Berat : 190 gr
 Berat per kue : 4 gr, sebanyak 45 keping kue
 Hasil per porsi : 4 porsi Berat per porsi : 50 gr
 Harga per porsi : Rp. 1500

23
5. Gambar hasil dari perlakuan E yaitu dengan perbandingan tepung tapioka
dengan tepung ampas kelapa = 75 gr : 25 gr

 Berat : 190 gr
 Berat per kue : 4 gr, sebanyak 45 keping kue
 Hasil per porsi : 4 porsi Berat per porsi : 50 gr
 Harga per porsi : Rp. 1500

F. Cara Pengumpulan Data


a. Uji Organoleptik

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan uji organoleptik yaitu


warna, tekstur, rasa dan aroma dari kue bangkit susu oleh 20 orang panelis yang
diambil dari mahasiswa Poltekkes Medan Jurusan Gizi Lubuk Pakam dengan
kriteria yang sudah lulus mata kuliah ITP, tidak dalam keadaan sakit, tidak
merokok dan bersedia untuk ikut melakukan uji organoleptik.

Sampel disediakan di dalam piring kecil dengan setiap piring diberi label
sesuai dengan perlakuan. Setiap panelis diberi formulir unit organoleptik masing-
masing satu lembar untuk setiap percobaan. Penilaian dinyatakan dalam skala
hedonik dengan kriteria sebagai berikut:

a. Amat sangat suka :5


b. Sangat suka :4
c. Suka :3
d. Kurang suka :2
e. Tidak suka :1

24
Prosedur uji organoleptik

Langkah-langkah dalam melaksanakan uji organoleptik adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing sampel kue bangkit susu tepung ampas kelapa disajikan


kedalam wadah yang berbeda di beri kode dengan huruf yang berbeda-
beda untuk setiap perlakuan.
2. Tiga perlakuan kue bangkit susu dengan penambahan tepung ampas
kelapa yang berbeda disajikan dalam kode yang berbeda dengan cara
sebagai berikut. Setiap panelis dihadapkan pada 3 jenis sampel yang
berbeda.
3. Panelis melakukan pengujian organoleptik terhadap warna, aroma, dan
rasa pada sampel kue bangkit susu tepung ampas kelapa dan
menuliskan respon panelis pada kuesioner yang telah disediakan. Setiap
pergantian sampel, panelis harus minum air putih terlebih dahulu.

G. Pengolahan dan Analisi Data

Data hasil organoleptik yang telah dikumpulkan diolah menggunakan


komputer dengan program SPSS versi 17,00 dengan uji sidik ragam (Anova)
pada ɑ 5%. Jika p hitung  ɑ 5%, artinya terdapat perbedaan mutu organoleptik
yang signifikan diantara jenis perlakuan. Untuk itu dilanjutkan dengan uji Duncan
untuk mengetahui jenis perlakuan mana yang saling berbeda. Hasil akhir dari
analisa mutu organoleptik ini adalah ditentukannya satu jenis kue bangkit susu
dengan penambahan variasi tepung ampas kelapa yang paling disukai panelis.

25
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Raswen, Netti Herawati Dan Selvi Mustika Sari. 2015. Evaluasi Mutu
Kue Bangkit Dengan Bahan Dasar Kombinasi Tepung Sagu, Tepung
Tempe Dan Tepung Ubi Jalar Ungu. Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Riau. Riau

Fatimah. 2015 Kue Kering Berhias. PT Daffa Media

Fauzan, Muthia. 2013. Pengaruh Substitusi Tepung Ampas Kelapa Terhadap


Kandungan Gizi, Serat dan Volume Pengembangan Roti. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak. 1996. Jakarta:


Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Khasanah, Sin. 2006. Pengaruh Substitusi Pollar Biji Gandum Dan Jumlah
Penggunaan Kacang Tanah Terhadap Kualitas Organoleptik, Kandungan
Protein Dan Kandunhan Serat Pada Kue Bangket. Jurusan Teknologi
Jasa Dan Produksi, Universitas Semarang. Semarang.

Putri, Meddiati Fajri. 2010. Kandungan Gizi Dan Sifat Fisik Tepung Ampas
Kelapa Sebagai Bahan Pangan Sumber Serat. Fakultas Teknik UNNES.
Semarang.

Putri, Meddiati Fajri. 2010. Tepung Ampas Kelapa Pada Umur Panen 11-12
Bulan Sebagai Bahan Pangan Sumber Kesehatan. Jurusan Teknologi
Jasa Dan Produksi UNNES. Semarang.

Setiawati, A. Rahimsyah Dan Ulyarti. 2015. Kajian Pembuatan Brownies Kaya


Serat Dari Tepung Ampas Kelapa. Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jambi. Jambi.

Widarta, I W.R, I K. Suter, N M. Yusa, A.A.I.S. Wiadnyani, NN. Puspawati. 2013.


Pelatihan Pengolahan Tepung Ampas Kelapa Menjadi Biskuit Di Desa
Adat Panglipuran, Kabupaten Bangli. Jurusan Ilmu Dan Teknologi
Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Bali.

Winarno, F.G., 2014. Kelapa Pohon Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Yulvianti, Meri, Widya Ernayati, Tarsono, M.Alfian R. 2015 Pemanfaatan Ampas


Kelapa Sebagai Bahan Baku Tepung Kelapa Tinggi Serat Dengan
Metode Freeze Drying. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten.

26
Lampiran 1
Formulir Isian Untuk Uji Daya terima Kue Bangkit Susu Dengan Variasi
Penambahan Tepung Ampas Kelapa
Nama :
Tanggal pengujian :
Instruksi : Berilah penilaian kue bangkit susu dengan variasi
penambahan tepung ampas kelapa terhadap
warna, rasa,tekstur, rasa, dan aroma. Kue bangkit
susu diberikan kode sampel berdasarkan tingkat
kesukaan yang anda anggap paling cocok. Pada
setiap panelis yang akan meminum air putih
terlebih dahulu
Nyatakan penilaian saudara dengan skala sebagai berikut :
a. Amat sangat suka : 5
b. Sangat suka : 4
c. Suka : 3
d. Kurang suka : 2
e. Tidak suka : 1

Penilaian Kode Sampel


0,150 0,458 0,546 0,555 0,781 0,980
W T R A W T R A W T R A W T R A W T R A W T R A
Amat Sangat
Suka
Sangat Suka
Suka
Kurang Suka

Tidak Suka

Keterangan : W = Warna, T = Tekstur, R = Rasa, A = Aroma

27
Lampiran 2
Perencanaan Anggaran Biaya
1. Pembuatan Kue Bangkit Susu Tepung Ampas Kelapa
No Nama Bahan Kebutuhan Harga Satuan Harga Bahan
1 Tepung tapioka 540 gr Rp.8000,- Rp. 9.000,-
2 Tepung gula 300 gr Rp. 10.000,- Rp. 3.500,-
3 Tepung ampas 60 gr Rp. 2.000,- Rp. 400,-
kelapa
4 Margarine 300 gr Rp. 6.000,- Rp. 9.000,-
5 Susu kental 150 gr Rp. 1.500,- Rp. 5.000,-
manis
Total biaya penelitian Rp. 26.900,-
Rp. 26.900,-

2. Penelusuran Pustaka
a) Print Jurnal : Rp. 75.000,-
b) Fotocopy : Rp. 35.000,-
c) Pembelian buku : Rp. 100.000,-
3. Pengadaan Proposal dan KTI
a) Print dan Jilid : Rp. 250.000,-
b) Fotocopy : Rp. 50.000,-
4. Transportasi : Rp. 150.000,-

Total Biaya Penelitian : Rp. 686. 900,-

28
Lampiran 3
BUKTI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH DASAR

Nama : Anggreyni Purba


NIM : P01031114006
Judul : Pengaruh Variasi Penambahan Tepung
Ampas Kelapa Terhadap Daya Terima Kue
Bangkit Susu
Nama Pembimbing Utama : Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes

No Hari / Tanggal Judul/ Topik bimbingan TTD TTD


Mahasiswa pembimbing
1 Selasa, Perkenalan kepada dosen
06 September pembimbing dan menentukan
topik
2016
2 Kamis, Mendiskusikan masalah terkait
08 September topik yang sudah ditentukan
2016
3 Senin, Penulisan Bab I dan Latar
12 September Belakang dan menunjukkan hasil
2016 uji pendahuluan
4 Senin, Perbaikan Bab I dan Latar
26 September Belakang
2016
5 Selasa, Penentuan pembuatan sampel
04 Oktober dan penulisan Bab II dan Bab III
2016
6 Senin, Perbaikan Bab II dan Bab III dan
17 Oktober mendiskusikan metode penelitian
2016
7 Selasa, Perbaikan Bab II dan Bab III
01 November
2016
8 Senin, Fix proposal penelitian
23 November
2016
9 Selasa, Seminar Proposal
29 November
2016
10 Jumat, Revisi Proposal BAB I, BAB II
09 Desember dan BAB III
2016

29
Lampiran 4

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan 2016 2017

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Penelusuran
Pustaka
2 Penentuan Sampel
dan uji pendahuluan

3 Penulisan Proposal

4 Seminar Proposal

5 Perbaikan Proposal

6 Pembuatan kue
bangkit susu dengan
variasi penambahan
tepung ampas
kelapa
7 Uji organoleptik Oleh
panelis
8 Pengolahan dan
Analisis Data
10 Penyusunan KTI

11 Seminar KTI
12 Perbaikan KTI

30
Lampiran 5

Hasil Uji Organoleptik

1. WARNA
Nomor Kode Sampel
Responden A B C D E
1 3 3 3 3 3
2 3 3 5 3 4
3 3 3 3 3 3
4 3 3 3 2 3
5 2 2 4 2 1
6 4 3 3 3 3
7 2 3 3 1 3
8 3 3 4 3 3
9 5 2 3 5 3
10 3 3 3 3 2
11 2 2 3 3 3
12 3 2 3 1 1
13 4 3 2 3 3
14 4 3 3 2 3
15 3 2 3 2 3
16 3 3 3 3 3
17 3 3 2 2 3
18 3 3 3 3 2
19 3 3 3 2 3
20 2 2 4 2 1
Total 61 54 63 51 53
Rata-Rata 3,05 2,7 3,15 2,55 2,65

31
2. TEKSTUR
Nomor Kode Sampel
Responden A B C D E
1 3 4 3 3 2
2 4 4 4 3 3
3 2 3 4 2 1
4 2 3 4 1 1
5 3 2 3 1 1
6 4 4 4 1 1
7 2 3 1 1 1
8 3 2 4 4 2
9 4 4 2 2 2
10 3 3 4 2 2
11 3 2 3 3 3
12 2 2 3 1 1
13 2 3 3 3 2
14 3 3 4 2 2
15 3 2 1 1 2
16 3 4 2 3 2
17 2 3 2 1 2
18 2 3 4 2 1
19 2 3 4 1 1
20 3 2 3 2 1
Total 55 59 62 39 33
Rata-rata 2,75 2,95 3,1 1,95 1,65

32
3. RASA
Nomor Kode Sampel
Responden A B C D E
1 3 4 3 2 2
2 5 4 4 3 2
3 3 3 4 2 2
4 3 3 3 2 1
5 4 3 4 1 2
6 3 4 3 2 2
7 2 2 1 1 1
8 3 3 4 2 4
9 3 3 2 2 3
10 3 2 3 3 2
11 2 2 2 3 2
12 2 2 4 1 1
13 2 3 4 2 1
14 3 3 4 2 1
15 3 2 2 1 3
16 1 2 3 3 2
17 3 4 4 1 2
18 3 3 3 2 1
19 3 3 3 2 1
20 4 3 4 1 2
Total 58 58 64 38 37
Rata-Rata 2,9 2,9 3,2 1,9 1,85

33
4. AROMA
Nomor Kode Sampel
Responden A B C D E
1 4 3 3 3 3
2 3 3 4 4 3
3 3 3 4 2 1
4 3 2 2 2 2
5 2 3 3 2 2
6 2 4 4 2 2
7 1 2 1 3 1
8 3 3 3 2 4
9 2 3 3 3 3
10 2 3 3 3 3
11 2 3 3 3 2
12 2 2 4 1 1
13 2 2 3 2 1
14 3 3 3 2 1
15 3 3 1 1 5
16 3 3 2 3 3
17 2 3 4 1 3
18 3 3 4 2 1
19 3 2 2 2 1
20 2 3 4 2 2
Total 50 56 60 45 44
Rata-Rata 2,5 2,8 3 2,25 2,2

34

Anda mungkin juga menyukai