Anda di halaman 1dari 3

D.

PEMBERIAN PERINGKAT DAN PELAPORAN KINERJA


1. Tujuan Pemberian Peringkat
Pemberian peringkat dilakukan untuk mengomunikasikan informasi tentang pembelajaran
dan prestasi siswa. Dalam proses ini, perigkat memiliki empat tujuan dasar yaitu :
a. Administratif. Nilai membantu menentukan peringkat kelas siswa, kredit untuk wisuda,
dan apakah siswa harus naik ke kelas berikutnya.
b. Informasional. Nilai dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan siswa, orangtua, dan
lain-lain (seperti petugas penerimaan untuk sekolah berikutnya) tentang pekerjaan siswa.
Peringkat merupakan kesimpulan keseluruhan guru mengenai seberapa baik siswa telah
memenuhi tujuan instruksional dan target pembelajaran.
c. Motivasional. Banyak siswa bekerja lebih keras karena termotivasi secara ekstrinsik oleh
keinginan untuk mendapatkan nilai yang tinggi di kelas mereka dan takut jika
mendapatkan nilai yang rendah.
d. Bimbingan. Nilai membantu siswa, orangtua, dan konselor untuk memilih program yang
tepat dan tingkat kerja bagi siswa. Mereka memberikan informasi mengenai apakah
siswa mungkin memerlukan layanan khusus dan tingkat pendidikan siswa di masa depan
yang kemungkinan akan mampu ditangani siswa
2. Komponen Sistem Peringkat
Sistem pemberian nilai guru terdiri dari tiga jenis, yaitu :
a. Standar Perbandingan Kinerja. Siswa dapat diberi peringkat dengan membandingkannya
dengan kinerja siswa lain atau dengan standar kinerja yang telah ditetapkan
1. Membandingkan kinerja di antara siswa
Guru memberikan nilai kepada siswa berdasarkan peringkat tinggi dan rendah.
Siswa mendapatkan peringkat tinggi untuk hasil yang lebih baik dan peringkat
rendah untuk hasil yang lebih buruk. Pemberian peringkat tersebut sesuai dengan
peringkat dengan referensi norma atau pemberian peringkat pada kurva yaitu
perbandingan kinerja siswa dengan siswa lain di kelas, kelas lain, dan siswa lain.
Skala pemberian peringkat menentukan berapa persentasi siswa mendapatkan nilai
tertentu. Contohnya, rincian khas nilai pada satu kelas yaitu, 15 persen A, 25 persen
B, 40 persen C, 15 persen D, dan 5 persen F.
Dalam menetapkan nilai, guru sering mencari celah dalam rentang skor. Jika
enam siswa memiliki skor 92-100 dan sepuluh siswa skor 81-88, dan tidak ada nilai
antara 88 dan 92, guru akan menetapkan nilai A untuk skor 92-100 dan B untuk skor
81-88. Pemberian peringkat dengan sistem ini memiliki kelemahan yaitu mengurangi
motivasi belajar siswa, meningkatkan kecemasan, meningkatkan interaksi negative di
kalangan siswa, dan menghambat pembelajaran. Akibatnya, pemberian peringkat
dengan sistem ini tidak banyak digunakan
2. Membandingkan kinerja dengan standar yang telah ditetapkan
Pemberian peringkat pada sistem ini disebut pemberian peringkat dengan
referensi kriteria, yaitu siswa menerima peringkat tertentu untuk kinerja tingkat
tertentu meskipun ada perbandingan dengan karya siswa lain. Terkadang, pemberian
peringkat pada sistem ini juga disebut pemberian peringkat absolut yaitu pemberian
peringkat dengan referensi kriteria didasarkan pada proporsi poin yang dicapai pada
ujian atau tingkat penguasaan yang dicapai dalam keterampilan kinerja, seperti
memberikan presentasi lisan dan memenuhi semua kriteria yang telah ditentukan.
Secara teori, standar yang ditetapkan seharusnya mutlak, tetapi dalam praktiknya
tidak seperti itu. Sebagai contoh, sistem sekolah sering mengembangkan sistem
pemberian peringkat yang berlangsung seperti ini: A = 94-100, B=87-93, C=77-86,
D=70-76, E= <70. Kebanyakan guru jarang memberikan siswa nilai D atau E
dikarekanakan untuk mencegah siswa kehilangan motivasi dalam belajar, sehingga
guru bervariasi dalam memberikan siswa nilai 94,87,77,atau 70 dengan memberikan
tugas/ujian yang sangat keras, sedangkan tugas/ujian yang sebelumnya diberikan
sangat mudah.
Pemberian nilai peringkat standar merupakan perkembangan baru berdasarkan
pemberian peringkat dengan referensi kriteria. Dalam beberapa kasus, asosiasi
nasional seperti Dewan Nasional Guru Matematika (National Council Teachers of
Mathematics-NCTM), telah mengembangkan standar untuk prestasi siswa. Misalnya,
menyamakan nilai siswa dengan seberapa baik kinerja mereka dalam memenuhi
standar-standar nasional tersebut.
Rubrik sering digunakan dalam pemberian peringkat berbasis standar untuk
menunjukkan sejauh mana siswa telah memenuhi standarm dan nilai didasarkan pada
tingkat rubrik apa yang dicapai. Misalnya, peringkat mungkin ditetapkan
berdasarkan kategori berikut: di bawah dasar, dasar, mahir, dan maju.
b. Aspek kinerja
Selama periode pemberian peringkat, siswa kemungkinan akan menciptakan banyak
hasil yang dapat dievaluasi dan digunakan sebagai dasar untuk pemberian peringkat. Ini
termasuk pengujian dan hasil kuis serta berbagai pemberian nilai alternatif seperti
laporan lisan, proyek, wawancara, dan pekerjaan rumah. Selain itu beberapa guru
memberikan nilai berdasarkan motivasi, usaha, dan partisipasi siswa dalam kelas.
c. Membobotkan berbagai bukti
Guru dapat membobotkan penilaian berdasarkan sistem pembobotan berikut:
Ujian utama : 20%
Ujian akhir : 25%
Kuis : 20%
Pekerjaan rumah : 5%
Laporan lisan : 10%
Proyek : 20%
Banyak guru tidak menggunakan PR sebagai komponen peringkat kelas, dikarenakan
orangtua mungkin tergoda untuk melakukan pekerjaan anak mereka sehingga mereka
mendapatkan peringkat yang tinggi. Selain itu, pemberian nilai berdasarkan pekerjaan
rumah akan memihak siswa yang memiliki lingkungan rumah yang lebih baik. Jika
seseorang siswa tidak menyerahkan pekerjaan rumah, beberapa guru menurunkan nilai
siswa.

Anda mungkin juga menyukai