Anda di halaman 1dari 6

LEARNING LOG

Nama : Masyiqah Amaliyah


NIM : 20100119036
Kelas : PAI B ‘19

Penentuan Grade Sebagai Alat Evaluasi Hasil Belajar


A. Pengertian Grade Belajar
Grade sering juga dikenal dengan istilah nilai final adalah nilai baik berupa angka
atau huruf yang melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti
program pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu, dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Penentuan nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya pada dasarnya
merupakan pemberian dan penentuan pendapat pendidik terhadap peserta didiknya, terutama
mengenai perkembangan, kemajuan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh peserta didik yang
berada di bawah asuhannya, setelah mereka menempuh pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
Good (1973) mendefinisikan grade sebagai hal yang diartikan instruksional sebagai
derajat atau angka yang merupakan bagian program di sekolah, yang menggambarkan kinerja
siswa dalam periode tertentu Pengertian tentang grade juga dinyatakan oleh Johnson and
Johnson, grade sebagai simbol yang mungkin berupa huruf, angka atau katakata yang
menggambarkan pertimbangan nilai relatif pencapaian hasil belajar selama waktu tertentu
(bisa 1 tahun, I semester, atau I kuartal, tergantung sistem yang berlaku di suatu lembaga
sekolah).
Grade yang dibahas pada masalah ini adalah penentuan hasil akhir, setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran dalam satu semester. Grade ini harus sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang terdiri atas:
1) Penilaian pendidik atau para guru yang lebih memfokuskan pada perubahan perilaku
dan penguasaan pengetahuan.
2) Penilaian tingkat satuan yang merupakan penilaian sekolah yang juga memperhatikan
penilaian guru dan penguasaan keterampilan yang sesuai dengan tingkat satuan
pendidikan.
3) Penilaian pemerintah, yaitu penilaian yang direpresentasikan pada penguasaan
beberapa mata pelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Grade atau skor diberikan sebagai simbol yang mempresentasikan hasil belajar
seorang siswa. Grade juga merupakan simbol yang merefleksikan komunikasi evaluasi
sumatif yang diberikan guru sebagai media laporan kepada orang tua siswa, kepala sekolah
dan para stakeholders yang berkepentingan. Grade mempunyai arti yang bervariasi sesuai
dengan fungsi dan perannya terhadap para pelaku yang berkepentingan.
Bagi Siswa grade menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu, siswa
perlu mengetahui sistem grade dengan baik, agar mereka tetap termotivasi untuk belajar
secara kontinyu.
Bagi guru, grade mempunyai makna yang bervariasi, dengan melihat skor pencapaian
hasil belajar, guru akan dapat menebak dan mengatakan "kamu tidak belajar ya dalam
ulangan yang lalu", sebaliknya, guru akan tersenyum dan memuji siswa untuk terus belajar
karena skor hasil belajar yang menunjukkan keberhasilan dalam ulangan.
Pada lingkup yang lebih luas, termasuk lingkup sekolah. Biasanya orang tua siswa
akan merasa bangga atas prestasi yang dicapai oleh anaknya dan akan terus mendorong untuk
menekuni sehingga menjadi yang lebih baik lagi.
B. Macam-macam Sistem Grade
Secara garis besar, sistem grade dalam evaluasi pendidikan dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Grade Tunggal, adalah grade dengan sistem yang sederhana dan paling banyak digunakan.
Kelebihan Grade Tunggal:
1) Memberikan pesan yang ringkas tentang pencapaian hasil belajar
2) Lebih mudah dipahami
3) Memberikan hasil prediksi keberhasilan siswa dalam belajar
4) Memberikan motivasi untuk belajar lebih baik
Kelemahan Grade Tunggal:
1) Tidak memberikan gambaran hasil yang jelas
2) Acuan penilaian yang masih terbatas
3) Bisa menimbulkan keraguan pada siswa yang bersangkutan
4) Bisa membuat tidak suka, karena adanya perbedaan antara usaha dengan hasil yang
dicapai
Pada sistem grade tunggal ini, para siswa menerima hasil belajar mungkin dalam
bentuk angka, seperti 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1 untuk rentang 1 sampai 10 atau rentang 10–
100. Grade tunggal dapat acuan huruf, yaitu A, B, C, D dan E.
2. Grade Ganda (Multigrade)
Adalah sistem penentuan hasil belajar yang banyak digunakan dalam konteks evaluasi
pendidikan. Secara definitif, multigrade diartikan sebagai penentuan skor yang terdiri atas
ketentuan nilai hasil belajar yang memiliki makna untuk sistem instruksional yang berbeda.
Misalnya: nilai hasil belajar untuk penilaian kriteria produk, berbeda dengan nilai
hasil belajar pada aspek proses. Kedua nilai tersebut juga berbeda maknanya dengan hasil
belajar pada kriteria progres.
3. Grade Kategori
Sistem lain yang sering digunakan di sekolah menengah adalah sistem dua kategori,
yaitu lulus dan tidak lulus, atau memuaskan dan tidak memuaskan atau juga lulus dan gagal.
Pada umumnya, grade kategori digunakan untuk memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk mengeksplorasi cakupan pengetahuan baru, dengan tetap dibimbing oleh guru
pengampu. Cara ini akan lebih baik daripada belajar menggunakan model otodidak.
Bagi para guru yang menyelenggarakan evaluasi pembelajaran, biasanya akan
melakukan beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Persiapan
2. Penyusunan instrumen
3. Pelaksanaan evaluasi
4. Pengolahan hasil evaluasi
5. Pemberitahuan hasil akhir

C. Menentukan Sistem Penilaian Akhir


Menurut Nana Sudjana, penilaian proses belajar mengajar memiliki kriteria berikut.
1. Konsistensi Kegiatan Belajar Mengajar dengan Kurikulum
Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai acuan apa
yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam hal ini adalah
sejauhmana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan
dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana
seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal:
a. Mengondisikan kegiatan belajar siswa.
b. Menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar.
c. Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar.
d. Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa.
e. Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa.
f. Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar
mengajar berikutnya.
2. Keterlaksanaannya Oleh Siswa
Dilihat sejauhmana siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan program yang
telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti, hal ini
mencakup sebagai berikut.
a. Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru.
b. Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar.
c. Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
d. Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru.
e. Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.
3. Motivasi Belajar Siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang
ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal:
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tuga belajarnya.
d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
4. Keaktifan Para Siswa dalam Kegiatan Belajar
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauhmana keaktifan
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal
berikut.
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada teman atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi.
d. Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
5. Interaksi Guru dan Siswa
Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan hubungan timbal balik dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat dari:
a. Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa.
b. Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual
maupun secara kelompok.
c. Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar.
d. Senantiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar.
e. Tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu
dalam tugas belajarnya.
f. Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil
belajar yang diperoleh siswa.
6. Kemampuan atau Keterampilan Guru Mengajar
Keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional
dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dan lain-lain.
Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain:
a. Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa.
b. Terampil berkomunikasi dengan siswa.
c. Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas.
d. Terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar.
e. Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.
7. Kualitas Hasil Belajar yang Diperoleh Siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
a. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya.
b. Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa.
c. Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah
instruksional yang harus dicapai.
d. Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam
mempelajari bahan berikutnya.
Adapun kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain:
a. Dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
b. menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar.
c. Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif). Tujuan dan fungsi
formatif: keputusan aspek apa yang masih harus diperbaiki dan aspek apa yang
dianggap sudah memenuhi dari indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif:
keputusan apakah siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh
tujuan pembelajaran.
d. Mengacu kepada prinsip diferensiasi.
e. Tidak bersifat diskriminatif.

D. Pemanfaatan Hasil Penilaian


a. Untuk Siswa
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara,
atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui
ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan.
Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil
belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi
diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal
mungkin, maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian
belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat
siswa pada masing-masing mata pelajaran.
b. Untuk Orang Tua
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar
belajar lebih baik. Untuk itu, diperlukan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa,
yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan orang tua
untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah
meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk
laporan hasil belajar harus mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang
kelemahan, kekuatan, dan keterampilan putranya dalam melakukan tugas, serta minat
terhadap mata pelajaran.
c.Untuk Guru dan Kepala Sekolah
Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian
harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan
strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar menyediakan fasilitas belajar
lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar
dalam semua ranah untuk semua pelajaran. Informasi yang diperlukan adalah kompetensi
dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi
yang spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan
informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah.

E. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya


Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar
siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi
dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Hasil belajar siswa digunakan untuk
memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.
Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang
lengkap dan akurat. Untuk itu, diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk
guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan
untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif
diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.
1. Laporan Hasil Penilaian
Hasil penilaian kognitif dan psikomotorik dapat berupa nilai angka maupun deskripsi
kualitatif mengenai kompetensi dasar tertentu. Misalnya, untuk nilai angka dapat diberikan
dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang siswa sudah
mencapai nilai 75 au lebih untuk kompetensi dasar tertentu, maka dikatakan siswa tersebut
berhasil. Tetapi jika seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa tersebut belum
berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk deskripsi mengenai
kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran kewarganegaraan.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk
mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran Kewarganegaraan dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran
kewarganegaraan. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
a. Laporan untuk Siswa dan Orang Tua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat
memberikan informasi yang lengkap. Akan tetapi, membuat laporan yang lengkap setiap saat
merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu, pembuatan laporan dapat
bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar
siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa
yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor yang diisi
pada setiap semester.
b. Laporan untuk Sekolah
Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat laporan
untuk sekolah, sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Oleh karena itu, pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui catatan
perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian, hasil belajar siswa akan
diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah.
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak
semata-mata melaporkan prestasi siswa tetapi juga menyinggung problem kepribadian
mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk deskripsi tentang
siswa.
c. Laporan untuk Masyarakat
Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah.
Setiap siswa yang telah lulus membaza bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetah
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dari suatu sekolah tidaklah sama.
Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengka dalam laporan prestasi .

F. Penentuan Kenaikan Kelas dan Model Rapor


1. Penentuan Kenaikan Kelas
Penilaian dalam Kurikulum 2013 melalui proses yang panjang dari penilaian proses
(harian), kemudian dikonversi terlebih dahulu, hingga pada akhirnya menetapkan apakah
seorang siswa dapat naik kelas atau tidak. Dalam Kurikulum 2013, nilai setiap mata pelajaran
terdiri atas nilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berikut kriteria kenaikan kelas dalam Kurikulum 2013.
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun
pelajaran yang diikuti.
b. Ketuntasan belajar untuk kompetensi sikap ditetapkan dengan skor modus sekurang-
kurangnya baik (B) untuk setiap mata pelajaran.
c. Nilai ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata,
paling kecil 2,67. C.
d. Nilai ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan ditetapkan dengan capaian
optimum, paling kecil 2,67.
e. Memiliki maksimal dua mata pelajaran yang masing-masing nilai kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilannya di bawah KKM (lebih dari dua mapel
untuk nilai kompetensi dan keterampilan, berarti tak naik).
f. Ketidakhadiran siswa tanpa keterangan maksimal 15% dari jumlah hari efektif.
g. Berdasarkan hasil rapat pleno dewan guru.

2. Model Rapor
a. Anna memiliki nilai yang kurang dari KKM pada tiga mata pelajaran. Nilai
kompetensi sikap semua mata pelajaran predikat B. Anna dinyatakan naik kelas,
karena tidak memiliki lebih dari dua mata pelajaran yang masing-masing nilai
kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilannya di bawah KKM.
b. Nilai Anto untuk kompetensi pengetahuan dan keterampilan pada tiga mata pelajaran,
yaitu Agama, Matematika, dan IPA ternyata kurang dari KKM. Anto dinyatakan tidak
naik kelas karena memiliki nilai kurang dari KKM, baik untuk kompetensi
pengetahuan dan keterampilan pada lebih dari dua mata pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai