Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Masailul Fiqhiyah
Alhadisah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Dosen Pengampu:
Oleh :
Kelompok IV
Suriana (20100119055)
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. Karena
atas berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan selama mestinya, meskipun dalam bentuk yang sederhana dan masih
memerlukan perbaikan secara berkelanjutan.
Shalawat serta salam tidak lupa pula penulis haturkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad saw. Adapun keberadaan isi makalah ini yang berjudul
“Bunga Bank dan Riba” dalam memenuhi tugas mata kuliah Masailul Fiqhiyah
Alhadisah. Terlepas dari kesalahan bahwa keberadaan makalah ini merupakan
tugas yang penulis harus selesaikan, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membutuhkan.
Karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis
harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, jualah kami mengembalikan segalanya dan semoga makalah
ini dapat bernilai ibadah di sisi-Nya.
AamiinYaaRobbalAalamiin
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat tak lagi memperdulikan antara halal dan haram. Berlakunya sistem
ekonomi berbasis kapitalisme saat ini hanya berorientasi pada kepentingan pribadi,
praktik bunga dalam bank. Kontroversi bunga bank konvensional masih mewarnai
wacana yang hidup di masyarakat dikarenakan bunga yang diberikan oleh bank
(MUI) sudah jelas mengeluarkan fatwa tentang bunga bank pada tahun 2003 lalu.
Namun, wacana ini masih saja membumi ditelinga kita, dikarenakan beragam
sama dengan riba. Walaupun al-Qur’an dan hadits sudah sangat jelas bahwa bunga
Besarnya perhatian dan titik tekan Islam terhadap sistem transaksi yang
menggunakan bunga dan dianggap riba menjadikan masyarakat dan para ahli
ekonom sering lupa hukum larangan riba, sesungguhnya merupakan kajian klasik
yang menjadi bahan diskusi bagi kaum agamawan monoteisme dan agama samawi.
Artinya selain Islam, Yahudi dan Agama Nasrani sesungguhnya terlebih dahulu dan
pengertian riba dihadapkan pada persoalan bank, di satu pihak bunga bank kriteria
riba, tetapi disisi lain kehadiran perbankan sangat diperlukan dalam rangka
1
2
umumnya.
mengenai perbuatan riba, halal tidaknya riba pun terdapat dalam al-Qur’an. Namun
dalam dunia Islam, penafsiran ayat-ayat al-Qur’an mengenai larangan praktek riba
pendapat dan kesimpulan yang berbeda mengenai penafsiran ayat al-Qur’an tentang
س ا َ ْم َوا ِل ُك ٖۚ ْم
ُ س ْو ِل ٖۚه َوا ِْن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء ْو
ُ ّٰللا َو َر ٍ فَا ِْن لَّ ْم تَ ْفعَلُ ْوا فَأْذَنُ ْوا ِب َح ْر
ِ ب ِمنَ ه
ْ ُ َظ ِل ُم ْونَ َو ََل ت
َظلَ ُم ْون ْ ََل ت
Terjemahnya:
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV Toha Putra,1995),
h. 47.
3
PEMBAHASAN
Bunga bank (bank interest) adalah sejumlah imbalan yang diberikan oleh
bank kepada nasabah atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar
persentase tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun
tingkat bunga yang dikenakan terhadap pinjaman yang diberikan bank kepada
debiturnya. Dengan kata lain, bunga bank merupakan balas jasa yang diberikan oleh
bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
sebuah produknya. Selain hal tersebut bunga juga dapat diartikan harga yang harus
dibayar kepada seorang nasabah yang memiliki sebuah simpanan dengan harus
a. Bunga simpanan
sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Arti dari bunga
simpanan tersebut adalah harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya seperti
b. Bunga pinjaman
Maksud dari bunga ini adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam
atau harga yang harus dibayar oleh seorang nasabah peminjam kepada bank. Seperti
bunga kredit.
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah; Deskripsi dan Ilustrasi
2
4
5
Perlu kita ketahui dua macam bunga ini merupakan sebuah komponen
utama faktor dari biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan
biaya yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman adalah
pendapatan yang diterima dari nasabah. Bunga simpanan dan bunga pinjaman
adalah bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga akan
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank konvensional. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Ketika bunga simpanan tinggi, maka
secara otomatis bunga pinjaman ikut naik dan demikian pula sebaliknya. Bunga
bank termasuk riba, sehingga bunga bank juga diharamkan dalam ajaran Islam.
Riba bisa saja terjadi pada pinjaman yang bersifat konsumtif, maupun pinjaman
yang bersifat produktif dan pada hakikatnya riba dalam bunga bank memberatkan
peminjam.
2. Pengertian Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan), yaitu tambahan dari harta
pokok atau modal. Dalam pengertian lain secara linguistik, riba juga berarti
“tumbuh” dan “membesar.” Adapun secara umum, riba dalam istilah syar’i adalah
bahwa pengertian riba secara bahasa adalah tambahan (ziyadah), namun yang
dimaksud riba dalam ayat al-Qur’an yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa
3
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam (Yogyakarta: Dana Bhakti Waqaf, 2002), h.
43-44.
6
adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.4 Yang
dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau
pada masa awal risalah kenabian di Makkah, kemungkinan besar pada tahun
keempat. Hal ini berdasarkan pada awal turunnya ayat tentang riba. Para mufassir
interpretasi ini, menurut Azhari (w. 370 H/ 980 M) dan Ibnu Mansur (w. 711 H/
1331M) riba terdiri dari dua bentuk yaitu riba yang dilarang dan yang tidak dilarang.
pembebanan hutang atas nilai pokok yang dipinjamkan. Sedangkan dalam istilah
ada ganti/imbalan, yang disyaratkan bagi salah seorang dari kedua belah pihak yang
membuat akad/transaksi.”5
haram, karena termasuk riba. Pendapat ini juga merupakan pendapat forum ulama
Islam, meliputi: Majma’ al-Fiqh al-Islamy, Majma’ Fiqh Rabithah al-‘Alam al-
4
Ibnu al-Arabi al-Maliki, Ahkam al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1408 H/ 1988 M), juz 2,
h. 113.
5
Abdullah Saed, Menyoal Bank Syariah, Terj. Arif Maftuhin (Jakarta: Paramadina 2006),
h. 37-38.
7
Adapun dalil diharamkannya riba adalah firman Allah swt dalam QS al-
Baqarah/2:275:
Dan hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh Jabir bin
Abdillah:
ِ سلَّ َم آ ِك َل
ُالر َبا َو ُم ْو ِكلَهُ َو َكا ِت َبه َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُّٰللا ِ َّ سو ُل
َ ّٰللا ُ لَعَنَ َر:َع ْن َجا ِب ٍر قَال َ
س َواءَ َوشَا ِهدَ ْي ِه َوقَا َل ُه ْم
Terjemahnya:
“Dari Jabir, ia berkata: “Rasulullah saw melaknat orang yang memakan
(mengambil) riba, memberikan, menuliskan, dan dua orang yang
menyaksikannya.” Ia berkata: “Mereka berstatus hukum sama.” (HR.
Muslim, nomor 2994).
Kedua, sebagian ulama kontemporer lainnya, seperti Syekh Ali Jum’ah,
Mahmud Syaltut, menegaskan bahwa bunga bank hukumnya boleh dan tidak
termasuk riba. Pendapat ini sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan Majma’ al-Buhus
M.
ع ْن
َ ً ارة ِ َياأ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْال َب
َ اط ِل إِ ََّل أ َ ْن تَ ُكونَ ِت َج
اض ِم ْن ُك ْم
ٍ ت ََر
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.”
Pada ayat di atas, Allah melarang memakan harta orang lain dengan cara
yang batil, seperti mencuri, menggasab, dan dengan cara riba. Sebaliknya, Allah
8
menghalalkan hal itu jika dilakukan dengan perniagaan yang berjalan dengan saling
Di samping itu, mereka juga beralasan bahwa jika bunga bank itu haram
maka tambahan atas pokok pinjaman itu juga haram, sekalipun tambahan itu tidak
disyaratkan ketika akad. Akan tetapi, tambahan dimaksud hukumnya boleh, maka
bunga bank juga boleh, karena tidak ada beda antara bunga bank dan tambahan atas
antara bunga bank dengan riba secara mutlak, sehingga hukumnya adalah haram.
Kedua, pendapat yang tidak mempersamakan bunga bank dengan riba, sehingga
hukumnya adalah boleh. Ketiga, pendapat yang mengatakan bunga bank hukumya
syubhat. Meski begitu, Munas memandang perlu untuk mencari jalan keluar
Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa hukum bunga bank merupakan
masalah khilafiyah. Ada ulama yang mengharamkannya karena termasuk riba, dan
6
Ali Ahmad Mar’i, Buhus fi Fiqhil Mu’amalat (Kairo: Al-Azhar Press, 1992), h. 134-158.
9
Terhadap masalah khilafiyah seperti ini, prinsip saling toleransi dan saling
sesuai dengan kemantapan hatinya. Jika hatinya mantap mengatakan bunga bank
Secara umum, riba diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu riba utang
piutang dan riba jual beli. Riba utang piutang dibagi menjadi riba qard dan riba
jahiliyah. Sedangkan riba jual beli dibagi menjadi riba fadhl dan riba nasi‟ah.8
Jenis riba ini termasuk pada proses pertukaran barang sejenis, namun
takaran dan kadarnya berbeda dan barang yang ditukarkan termasuk jenis ribawi.
Rasulullah ﷺbersabda:
7
https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-bunga-
bank-rDsVp
8
Muhammad Arifin Baderi, Riba dan Tinjauan Kritis Perbankan Syariah (Jawa Barat:
Rumah Ilmu, 2003), h. 13
10
barang ribawi dengan barang ribawi lainnya. Dalam nasi’ah muncul karena adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang
diserahkan kemudian.9
a. Emas dan perak, baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya.
b. Bahan makanan pokok seperti beras, gandum, jagung serta bahan makanan
3. Riba al-yaad
Riba al-Yaad atau riba jahiliyah merupakan tambahan hutang yang harus
dibayar jika yang berhutang tidak mampu membayar hutang pada waktu yang telah
ditentukan.11
4. Riba qardh
9
Kementrian Agama Republik Indonesia Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Direkotrat Urusan Agama Islam dan Pembinan Syariah Tahun 2013, (Jakarta: Oktober 2013), h.
12.
10
Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Bank syariah: Konsep, Produk, dan
Implementasi Operasional (Jakarta: Djambatan, 2003), h. 40.
11
Edi wibowo dan untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah (Bogor
Selatan: Ghalia Indonesia, 2005) h. 56.
11
Hukum riba adalah haram dan termasuk dari dosa besar karena akan
kaya pada si miskin, menutup pintu sedekah dan kebajikan serta membunuh rasa
Ajaran Islam memuat secara jelas tentang bunga atau riba. Seseorang yang
memakan riba sangat dikutuk dan diingatkan akan diancam dengan siksa neraka.
Disebutkan bahwa riba merupakan perbuatan orang-orang yang tidak beriman, dan
ٍ ع ْن ت ََر
اض َ ً ارة ٰٓ َّ اط ِل ا
َ َِل ا َ ْن تَ ُك ْونَ ِت َج ِ ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْال َب
ّٰللاَ َكانَ ِب ُك ْم َر ِح ْي ًما س ُك ْم ۗ ا َِّن ه َ ُِم ْن ُك ْم ۗ َو ََل تَ ْقتُلُ ْٰٓوا ا َ ْنف
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman! Jangan kamu saling memakan harta sesamamu
diantara kamu dengan cara yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
yang berlaku atas dasar suka sama di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu. Sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu.”14
Islam menutup pintu bagi siapa yang berusaha akan mengembangkan usahanya
dengan jalan riba. Maka diharamkanlah sedikit maupun banyak, dan mencela orang-orang
12
Adiwarman Karim dan Oni Sahroni, Riba Gharar dan Kaidah-Kaidah Ekonomi Syariah
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 5-6.
13
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 22.
14
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h.83.
12
Larangan riba yang terdapat dalam Al-Quran tidak diturunkan secara sekaligus,
Tahap pertama, penolakan terhadap anggapan bahwa riba merupakan adalah upaya
menolong mereka yang memerlukan sebagai perbuatan taqarrub (mendekatkan diri) kepada
15
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 408.
16
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 103.
13
“Hai orang-orang yang beriman jangalah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.”17
Abdul Aziz al-Matruk dalam bukunya ar-Riba wa Muamalat alMashrafiyyah fii
Nadzri Ash-Shariah yang dikutip oleh Muhammad Syafii Antoni, menegaskan: Adapun
yang dimaksud dengan surah Ali Imran ayat 130 di atas adalah termasuk redaksi berlipat
ganda dan penggunanaanya sebagai dalil, sama sekali tidak bermakna bahwa riba harus
sedemikian banyak. Ayat ini menegaskan mengenai karakteristik riba secara umum,
bahwasanya riba mempunyai kecenderungan untuk berkembang dan berlipat ganda sesuai
dengan berjalannya waktu. Dengan demikian, redaksi berlipat ganda ini menjadi sifat
Tahap keempat, tahap terakhir pelarangan riba dipertegas lagi dengan melakukan
pelarangan keras, barang siapa yang mempraktekkan riba akan diperangi oleh Allah dan
الر ٰب ٰٓوا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ ِم ِنيْنَ فَا ِْن لَّ ْم
ِ َي ِمن َ ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه
َ ّٰللا َوذَ ُر ْوا َما َب ِق
ََظ ِل ُم ْونْ س ا َ ْم َوا ِل ُك ٖۚ ْم ََل ت
ُ س ْو ِل ٖۚه َوا ِْن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء ْو
ُ ّٰللا َو َر
ِ ب ِمنَ هٍ تَ ْفعَلُ ْوا فَأْذَنُ ْوا ِب َح ْر
ْ ُ َو ََل ت
َظلَ ُم ْون
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan tinggalkan
sisa-sisa riba yang belum dipungut jika kamu beriman. Jika kamu tidak
melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika
kamu bertaubat, maka kamu berhak atas pokok hartamu. Dan Kamu tidak berbuat
zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).
Pelarangan riba juga di sebutkan dalam HR. Bukhari dan Muslim:
17
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 66.
14
Dari Jabir beliau berkata: “Rasulullah Saw melaknat pemakan, wakil, penulis
dan dua saksi transaksi riba. Mereka sama saja.18
E. Prinsip-prinsip Riba
1. Pertukaran barang yang sama jenis dan nilainya, tetapi berbeda jumlahnya,
2. Pertukaran barang yang sama jenis dan jumlahnya, tetapi berbeda nilainya atau
harganya dan dilakukan secara kredit serta mengandung unsur riba. Pertukaran
semacam ini akan terbebas dari unsur riba apabila dijalankan dari tangan ke
3. Pertukaran barang yang berbeda jenis, nilai dan kualitasnya, baik secara kredit
4. Pertukaran barang yang sama nilainya dan harganya tetapi berbeda jenis dan
kualitasnya, serta dilakukan secara kredit dan mengandung unsur riba. Tetapi,
apabila transaksi ini dilakukan dari tangan ke tangan secara tunai maka
18
Muhammad ibn Isma’il Abu Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar Ibn
Katsir, 1407 H/ 1987 M), juz. 2, h. 321.
19
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, h. 28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunga bank (bank interest) adalah sejumlah imbalan yang diberikan oleh
bank kepada nasabah atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar
persentase tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun
tingkat bunga yang dikenakan terhadap pinjaman yang diberikan bank kepada
debiturnya. Dengan kata lain, bunga bank merupakan balas jasa yang diberikan oleh
bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
sebuah produknya. Selain hal tersebut bunga juga dapat diartikan harga yang harus
dibayar kepada seorang nasabah yang memiliki sebuah simpanan dengan harus
transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan
karena tidak menganggapnya sebagai riba. Tetapi mereka semua sepakat bahwa
Terhadap masalah khilafiyah seperti ini, prinsip saling toleransi dan saling
sesuai dengan kemantapan hatinya. Jika hatinya mantap mengatakan bunga bank
15
16
mengharamkannya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca
dapat menyampaikan kritik dan juga sarannya terhadap hasil penulisan makalah
kami.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV Toha
Putra,1995.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah; Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Waqaf,
2002.
Al-maiki, Ibnu al-Arabi. Ahkam al-Qur’an, Beirut: Dar al-Fikr, 1408 H/ 1988 M.
Saed, Abdullah. Menyoal Bank Syariah, Terj. Arif Maftuhin, Jakarta: Paramadina
2006.
Mar’i, Ali Ahmad. Buhus fi Fiqhil Mu’amalat, Kairo: Al-Azhar Press, 1992.
https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-
bunga-bank-rDsVp
Baderi, Muhammad Arifin. Riba dan Tinjauan Kritis Perbankan Syariah, Jawa
Barat: Rumah Ilmu, 2003.
Kementrian Agama Republik Indonesia Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam Direkotrat Urusan Agama Islam dan Pembinan Syariah Tahun 2013,
Jakarta: Oktober 2013.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Bank syariah: Konsep, Produk, dan
Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2003.
Untung Hendy Widodo danEdi wibowo. Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor
Selatan: Ghalia Indonesia, 2005.
Oni Sahroni dan Adiwarman Karim. Riba Gharar dan Kaidah-Kaidah Ekonomi
Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
h. 22.
Abu Abdillah al-Bukhari, Muhammad ibn Isma’il. Shahih al-Bukhari, Beirut: Dar
Ibn Katsir, 1407 H/ 1987 M.
17