Anda di halaman 1dari 16

BUNGA BANK PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah Sistem Akad Muamalah Kontemporer

Dosen Pengampu : Evu Mahfudoh M.H

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Nama Penulis / Nama Anggota Kelompok :

1. Amanda Desfina Fauziah ( 2017202047 )


2. Amira ( 2017202012 )
3. Arini Wulandari ( 2017202039 )
4. Elsa fitriyana cahyaningsih ( 2017202022 )

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul (Bunga Bank Perspektif Hukum Islam) ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok (Ibu Evu
Mahfudoh M.H) pada bidang studi Akad Muamalah Kontemporer. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Akad Muamalah Kontemporer bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Evu Mahfudoh M.H, selaku dosen Akad Muamalah
Kontemporer yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 27 September 2021

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ 5
BAB II
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 6
A. Sejarah Singkat Bunga Bank Konvensional. ................................................................................ 6
B. Bunga dalam Ekonomi Islam ......................................................................................................... 9
C. Hukum Bunga Bank Dalam Pandangan Islam ............................................................................ 9
D. Hukum Bunga Bank Menurut Beberapa Ulama ....................................................................... 10
E. Dalil yang Menjelaskan Kesamaan Bunga Bank dengan Riba................................................. 11
F. Dalam kegiatan perbankan sehari - hari ada dua macam bunga yang diberikan kepada
nasabahnya, yaitu: ................................................................................................................................ 11
G. Macam-macam Riba dan Dampaknya ................................................................................... 12
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................................. 14
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produkny. Bunga juga dapat
diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman.)1
Pendapat lain menyatakan interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasikan
untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau
peersentase modal yang bersangkut-paut dengan itu yag dinamakan suku bunga modal.
Dalam sistem ekonomi konvensional, bunga merupakan harga uang (price ofcapital).
Dimana dalam literatur-literatur ekonomi moneter banyak disebutkan bahwa tinggi rendahnya
permintaan dan penawaran akan uang tergantung pada tingkat tingkat bunga. Dalam mekanisme
ini bunga akan memiliki perilaku seperti harga sebagaimana pada pasar barang.
Pada masa sekarang, masyarakat dihadapkan pada masalah bank, yang dalam prakteknya
memberlakukan sistem bunga pada siapa saja yang terlibat transaksi di dalamnya. Melakukan
transaksi dengan bank sama melakukan perbuatan riba.
Akan tetapi, di masa sekarang ini bunga bank menjadi suatu permasalahan yang tidak
dapat dihindari oleh banyak orang yang melakukan tindakan ekonomi, khususnya yang bergerak
dalam bidang perbankan.
Persoalan halal tidaknya bunga bank sebagai instrumen keuangan sudah merupakan hal
yang kontroversial dalam dunia Islam sejak lama. Kontroversi tersebut berkaitan dengan
penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang melarang praktek riba. Berdasarkan penafsirannya, ada
sebagian kaum muslimin yang menyimpulkan bahwa kontrak pinjaman adalah perbuatan yang
tidak bermoral, tidak saha dan haram.Meskipun demikian, al-Quran dan al-Hadits memberikan
kaidah - kaidah umum dan menjelaskan prinsip-prinsip muamalat yang darinya setiap kasus
dirujukan. Prinsif-prinsif ini diantaranya: saling rela, tolong menolong, pelarangan, adanya unsur
ghoror, maisir, riba, eksploitasi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, masalah bunga bank itu
sendiri dalam islam termasuk ijtihadiah, artinya dalam memecahkan masalah tersebut
memerlukan peranan akal pikiran para ulama ahli piqih melalui metode ijtihad.2

1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 144
2
Wakum, BMUI dan takaful indonesia, ( Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1996), h.166

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat Bunga Bank ?
2. Apa yang dimaksud dengan Bunga Bank ?
3. Apa hubungan Bunga dalam Ekonomi Islam ?
4. Bagaimana hukum Bunga Bank dalam Pandangan Islam ?
5. Dalil apa yang menjelaskan tentang kesamaan antara Bunga Bank dan Riba ?
6. Apa saja macam Bunga yang diberikan kepada nasabah ?
7. Apa saja macam dan dampak Riba ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah singkat Bunga Bank.
2. Mengetahui apa itu Bunga Bank.
3. Mengetahui hubungan Bunga Bank dalam Ekonomi Islam.
4. Mengetahui hukum Bunga Bank dalam pandangan Islam.
5. Mengetahui dalil yang mejelaskan kesamaan antara Bunga Bank dengan Riba.
6. Mengetahui macam Bunga yang diberikan kepada nasabah.
7. Mengetahui macam dan dampak Riba.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Bunga Bank Konvensional.

Bangsa-bangsa dahulu telah mengenal bank, tetapi bank ini berlainan dengan bank modern,
sesuai dengan awal tingkat kejadiaannya transaksi di waktu itu. Saat itu belum ada mata uang dan
baru muncul pada abad pertengahan, maka timbullah lembaga perbankan yang mereka gunakan
sebagai alat mata uang, pertukaran uang dengan yang lain dan penyimpanan. Hal ini sesuai dengan
tingkat kemajuan yang mereka capai pada saat itu. Mereka belum mengoperasikan uang yang
didepositokan pada para bankir. Kemudian para bankir berpendapat bahwa adalah lebih baik kalau
uang tersebut sebagian mereka kelola, karena pada umumnya pemilik uang tidak menginkan uang
yang mereka titipkan itu dioperasikan. Sehingga, dengan uang yang dititipkan itu mereka dapat
mengoperasikannya dalam jumlah tertentu, seraya mereka pun dapat mengembalikan uang titipan
ini pada saat penitipnya memintanya kembali. Dengan cara semacam ini, penitip (deposan) tidak
mengetahui bahwa uangnya telah dioperasikan atau dikembangkan oleh si bankir, karena yang
bersangutan dapat mengembalikan kepada pemiliknya kapan saja uang itu ditariknya kembali,
karena uang yang dititipkan pada si bankir itu banyak, sehingga ia dapat memperbesar operasinya
dan mendatangkan keuntungan yang besar pula (Hadi, 1993).

Dengan demikian si bankir berpendapat bahwa suatu hal yang menguntungkan bagi dirinya
kalau penitip uang (deposan) diberi bagian dari keuntungan uang yang mereka titipkan kepadanya,
sehingga uang mereka pun berkembang pula, dengan cara ini, si penitip memperoleh keuntungan
dan si bankir juga mendapatkan untung yang jauh lebih besar. Bilamana si deposan tidak diberi
keuntungan, barangkali mereka tidak akan menitipkan uangnya lagi pada si bankir atau tidak
mengizinkan untuk dikembangkan. Karena itu, akhirnya orang-orang lain dapat digalakkan untuk
menitipkan uang mereka padanya, sehingga akan bertambah investasi dan keuntungannya. Dari
sinilah kemudian lahir gagasan lembaga perbankan modern (bank konvensional). Menurut Hadi
(1993) yang menjadi sandaran paling besar bagi kelangsungan hidup perbankan adalah deposito,
sekalipun bersandar juga pada dua sumber lain, yaitu:

1. Modal, meliputi modal yang diberikan pemegang saham dan modal yang didapat dari
keuntungan.
2. Kredit, hal ini dilakukan oleh bank-bank dagang bila membutuhkan modal, dan dipinjam
dari bank sentral atau bank lain.

Pengertian Bunga Bank

Bunga merupakan terjemahan dari kata “interest” yang berarti tanggungan pinjaman uang
atau persentase dari uang yang dipinjamkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bunga

6
adalah imbalan jasa penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu berdasarkan
ketentuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal pokok.

Pengertian bunga dalam praktik pengkreditan tidak dijelaskan secara pasti. Istilah bunga
sering dengan kata “sewa modal” yang sebenarnya lebih tepat dipakai daripada bunga mengenai
hal ini Swasono berpendapat bahwa bunga adalah harga daripada uang baik yang dibayar oleh
bank kepada masyarakat pemilik dana/uang, maupun yang dibebankan kepada para pemakai dana.
Didalam menentukan harga uang (bunga), bank seperti halnya badan/unit usaha lain akan
memperhitungkan terlebih dahulu harga pokok barang/uang atau di lingkungan perbankan
lazimnya disebut biaya uang‟ (cost of money)”.3

Bunga bank juga dapat didefinisikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank dengan
prinsip konvensional kepada nasabah yang melakukan transaksi simpan atau pinjam kepada bank.
Ada berbagai macam jenis bunga bank, misalnya bunga deposito, bunga tabungan, giro, dan lain-
lain.

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan , sehingga berbicara mengenai bank tidak
terlepas dari masalah keuangan.

Pengertian Bank secara umum adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang
umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang,
dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknot Kata bank berasal dari bahasa Italia
banca berarti tempat penukaran uang . Sedangkan menurut undang-undang Bank bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

a) Beberapa Pengertian Bank Menurut Para Ahli:4

1. Pengertian Bank menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan secara sederhana
bank dapat diartikan sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa bank lainnya.
2. Pengertian Bank menurut Prof G.M.Verry Stuart dalam bukunya Bank politic, bank
merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit,

3
Edi wibowo dan untung Hendy Widodo, Mengapa, h. 64
4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h.114.

7
baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diporolehnya dari orang lain,
dengan jalan mengedarkn alat - alat pembayaran baru berupa uang giral.
3. Pengertian Bank menurut H.Malayu S.p Hasibuan “Bank adalah lembaga keuangan berarti
Bank adalah badan usaha yang kekayaan terutama dalam bentuk asset keuangan (Financial
Assets) serta bermotifasi profit dan juga soasial, jadi bukan mencari keuntungan saja.”

b) Beberapa Pengertian Bank Menurut UU Republik Indonesia:

Definisi bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk - bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bunga Bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan
prinsip Konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat
diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan
yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).5

Para ahli berbeda pendapat dalam merumuskan apakah bunga termasuk riba atau apakah
sama dengan riba. Jika memang bunga adalah riba, maka hukumnya haram. Sebaliknya, jika bunga
bukan riba, maka hukumnya mungkin mungkin mubah atau makruh bagi umat Islam.

Definisi Riba

Menurut etimologi, riba berarti tambahan (ziyadah), bisa juga diartikan berkembang
(nama’). Sedangkan secara istilah, riba didefinisikan sebagai pengembalian tambahan dari modal
pokok secara bathil dan bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam.

Qadi Abu Bakar Ibnu Al-arabi dalam bukunya “Ahkamul Quran” berpendapat bahwa riba
adalah setiap kelebihan nilai barang yang diberikan dengan nilai barang yang diterima. Sedangkan
Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan jika riba ialah penambahan dana (dalam bentuk bunga
pinjaman) yang dibayarkan oleh seseorang yang memiliki utang dengan penambahan waktu
tertentu, karena ia tidak mampu melunasi hutang-hutangnya.

Menurut Prof Dr.Syafe’i M. A riba diharamkan, karena 2 hal, yakni pertama, adanya
kedzaliman, kedua, adanya ekploitasi dalam kebutuhan pookok atau adanya gharar, ketidak pastian
dan spekulasi yang tinggi, oleh karena tidak diharamkan selama tidak bertentangan dengan 2 hal
diatas.

5
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h.114.

8
Tetapi tidak sedikit para sarjana ulama yang membelohkan bunga bank dengan berbagai
argumentasinya. Salah satu yang membolehkan bunga bank itu adalah Syafruddin Prawiranegara.
Dia adalah seorang tokoh yang mendalami ekonomi dan sekaligus pernah menjabat sebagai Ketua
(setingkat presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia(PDRI) di bukit tinggi Padang. Dia
membolehkan bunga bank, karena bunga bank itu tidak termasuk kedalam riba.

B. Bunga dalam Ekonomi Islam


Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip syariah tidak mengenal konsep bunga karena
menurut Islam bunga adalah riba yang haram (terlarang) hukumnya. Artinya, bisnis dalam Islam
yang didasarkan pada prinsip syariah tidak mengenal pembebanan bunga oleh pemilik modal atau
investor atau kreditur atas penggunaan uang yang dipinjamkan oleh kreditur (pemilik modal)
kepada debitur (peminjam uang). Konsep bunga adalah yang dipraktikan dalam bisnis berdasarkan
kapitalisme. Konsep bunga yang diterapkan kapitalisme tersebut tidak memperdulikan atau
mempertimbangkan apakah bisnis debitur mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian.
Baik bisnis debitur mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian, kreditur tetap saja
menerima atau sebaliknya debitur membayar bunga. Dalam keadaan ekonomi makro mengalami
krisis, baik secara nasional atau global, tetap tanpa ampun debitur berkewajiban membayar bunga
kepada kreditur. Dengan kata lain, kapitalisme tidak berdiri di atas norma-norma etika, atau
norma-norma tepo seliro atau toleransi, atau norma-norma kemanusiaan.6

Dalam syariah, imbalan dari modal tidak berbentuk bunga (intersert) karena bunga
dianggap riba yang hukumnya haram menurut syariah. Menurut syariah, modal harus dalam
bentuk keuntungan (profit). Oleh karena itu, modal tidak boleh dipinjamkan kepada pihak lain
kecuali dipinjamkan tanpa bunga. Modal dapat menghaslikan bukan dalam bentuk bunga
melainkan dalam bentuk keuntungan dengan cara menggunakan modal tersebut untuk bertransaksi
jual-beli.7

C. Hukum Bunga Bank Dalam Pandangan Islam


Dalam Al-Quran, hukum melakukan riba sudah jelas dilarang Allah SWT. Begitupun
dengan bunga bank, dalam praktiknya sistem pemberian bunga di perbankan konvensional
cenderung menyerupai riba, yaitu melipatgandakan pembayaran. Padahal dalam islam hukum
hutang-piutang haruslah sama antara uang dipinjamkan dengan dibayarkan.

Pandangan ini sesuai dengan penjelasan Syaikh Sholih bin Ghonim As Sadlan. Beliau
menjelaskan dalam kitab fiqihnya yang berjudul “Taysir Al Fiqh”, seorang Mufti Saudi Arabia

6
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Kencana
Pernadamedia Group), h. 157
7
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah ... h. 158 55Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah, h. 158

9
bernama Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah mengemukakan bahwa pinjaman yang
diberikan oleh bank dengan tambahan (bunga) tertentu sama-sama disebut riba.

“Secara hakekat, walaupun (pihak bank) menamakan hal itu qord (utang piutang), namun
senyatanya bukan qord. Karena utang piutang dimaksudkan untuk tolong menolong dan berbuat
baik. Transaksinya murni non komersial. Bentuknya adalah meminjamkan uang dan akan diganti
beberapa waktu kemudian. Bunga bank itu sendiri adalah keuntungan dari transaksi pinjam
meminjam. Oleh karena itu yang namanya bunga bank yang diambil dari pinjam-meminjam atau
simpanan, itu adalah riba karena didapat dari penambahan (dalam utang piutang). Maka
keuntungan dalam pinjaman dan simpanan boleh sama-sama disebut riba.” (Al Fiqh” hal. 398,
terbitan Dar Blancia, cetakan pertama, 1424 H).

D. Hukum Bunga Bank Menurut Beberapa Ulama


Meskipun praktek bunga bank sudah jelas mernyerupai riba, namun keberadaanya di
Indonesia sendiri masih menjadi dilematis dan sulit dihindari. Sehingga tidak heran banyak ulama
yang bertentangan perihal hukum bunga bank menurut islam.

Sebut saja Ijtima’Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia, pada tahun 2003 mereka telah
menfatwakan bahwa pemberian bunga hukumnya haram, baik di lakukan oleh Bank,
Asuransi,Pengadilan, dan Lembaga Keuangan lainnya maupun individu. Selain itu, pertemuan 150
Ulama terkemuka pada tahun 1965 di konferensi Penelitian Islam, Kairo, Mesir juga menyepakati
bahwa keuntungan yang diperoleh dari berbagai macam jenis pinjaman (termasuk bunga bank)
merupakan praktek riba dan diharamkan.

Ulama lain seperti Yusuf Qardhawi, Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah al-‘Arabi
dan Yusuf Qardhawi sepakat jika bunga bank termasuk riba nasiah yang diharamkan oleh Islam.
Maka dari itu, umat Islam tidak dibolehkan bermuamalah dengan bank yang menganut sistem
bunga kecuali dalam kondisi darurat. Keharaman praktik bunga bank juga diungkapkan oleh
Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-27 di
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Di sisi lain, musyawarah para ulama NU pada tahun 1992 di Lampung memandang hukum
bunga bank tidak sepenuhnya haram atau masih khilafiyah. Sebagian memperbolehkan dengan
alasan darurat dan sebagian mengharamkan. Sedangkan pemimpin Pesantren “Persis” Bangil, A.
Hasan berpendapat bahwa bunga bank yang berlaku di Indonesia halal, sebab bunga bank tidak
menganut sistem berlipat ganda sebagaimana sifat riba yang dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat
130.

ُ ‫ت ُ ْف ِل‬
ۚ َ‫ح ْون‬ ‫ضعَفَةً َّۖواتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّ ُك ْم‬
ٰ ‫ضعَافًا ُّم‬ ِ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تَأ ْ ُكلُوا‬
ْ َ ‫الر ٰب ٰٓوا ا‬

10
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Ali Imran:
130).

Kesimpulannya, mayoritas ulama menetapkan bahwa bunga bank hukumnya sama dengan
riba yang berarti dilarang Allah SWT. Keputusan ini berlandaskan pada Al Quran, Al Hadist, serta
hasil penafsiran dari fuqaha’ (ulama yang ahli dalam bidang fiqh).

E. Dalil yang Menjelaskan Kesamaan Bunga Bank dengan Riba

ِ َّ‫َو َما ٰٓ ٰاتَ ْيت ُ ْم ِم ْن ِربًا ِليَ ْرب َُو ۠ا ِف ْٰٓي ا َ ْم َوا ِل الن‬
‫اس فَ ََل يَ ْرب ُْوا ِع ْندَ اللّٰ ِه َو َما ٰٓ ٰاتَ ْيت ُ ْم ِم ْن زَ ٰكوةٍ ت ُ ِر ْيد ُْونَ َو ْجهَ اللّٰ ِه‬
ٰٰۤ ُ
ْ ‫ول ِٕى َك ُه ُم ْال ُم‬
َ‫ض ِعفُ ْون‬ ‫فَا‬

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Q.S Ar-Rum : 39).

Jika kita renungi secara mendalam, sebenarnya ayat diatas telah menjelaskan definisi riba
secara gamblang, dimana riba dinilai sebagai harga yang ditambahkan kepada harta atau uang yang
dipinjamkan kepada orang lain. Apabila mengacu pada ayat ini, jelas bahwa bunga bank menurut
islam merupakan riba.

Surat Ar-Rum ayat 39 juga menjelaskan bahwa Allah SWT membenci orang-orang yang
melakukan riba (memberikan harta dengan maksud agar diberikan ganti yang lebih banyak).
Mereka tidak akan memperoleh pahala di sisi Allah SWT, sebab perbuatannya itu dilakukan demi
memperoleh keuntungan duniawi tanpa ada keikhlasan.
“Harta yang kalian berikan kepada orang-orang yang memakan riba dengan tujuan untuk
menambah harta mereka, tidak suci di sisi Allah dan tidak akan diberkahi” (Tafsir Quraiys
Shibab, Surat Ar-Rum: 39).8

F. Dalam kegiatan perbankan sehari - hari ada dua macam bunga yang
diberikan kepada nasabahnya, yaitu:

a) Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai ransangan atau balas jasa bagi nasabah
yang menyimpan uangnya di Bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar
bank kepada nasabahnya. Contoh : jasa.

8
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-bunga-bank-menurut-islam

11
b) Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para pemimpin atau harga yang harus
dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Contoh : bunga kredit.9

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi
bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan
bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima nasabah. Baik bunga simpanan maupun
bunga pinjaman masing- masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh
seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga berpengaruh naik
dan demikian sebaliknya.

G. Macam-macam Riba dan Dampaknya

Para ahli hukum Islam (fuqaha’) secara sederhana membagi riba menjadi empat macam
yaitu: Pertama riba fadli, yaitu menukarkan dua barang yang sejenis dengan barang yang tidak
sama. Kedua riba qardi, yaitu berutang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi hutang.
Ketiga riba yad, yaitu berpisah dari tempat akad sebelum timbang-terima. Keempat riba nasi’ah,
yaitu disyaratkan salah satu dari kedua barang yang ditukarkan tersebut ditangguhkan
penyerahannya. Riba nasi’ah juga disebut riba duyun, yakni riba yang timbul akibat utang piutang
yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko dan hasil usaha muncul bersama
biaya. Transaksi semacam ini karena mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban
hanya karena berjalannya waktu (Rasjid, 1997).

Sebagian ulama ada yang membagi riba tersebut atas tiga macam, yaitu riba fadli, riba yad,
dan riba nasi’ah. Riba qardi termasuk ke dalam riba nasi’ah. Barang-barang yang berlaku riba
padanya adalah emas, perak, dan makanan yang mengenyangkan atau berguna untuk yang
mengenyangkan, misalnya garam. Jual beli barang tersebut, kalau sama sejenisnya seperti emas
dengan emas, gandum dengan gandum diperlukan tiga syarat: 1. Tunai; 2. Serah terima; dan 3.
Sama timbangannya. Kalau jenisnya berlainan, tetapi ‘illat ribanya satu seperti emas dengan perak
boleh tidak sama timbangannya, tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis dan ‘illat
ribanya berlainan perak dengan beras, boleh dijual bagaimana saja seperti barang-barang yang
lain; berarti tidak diperlukan suatu syarat dari yang tiga tersebut.
Semua agama samawi (revealed relegion) telah melarang praktek bunga bank, karena dapat
menimbulkan dampak bagi masyarakat pada umumnya dan bagi mereka yang terlibat langsung
pada praktek riba pada khususnya.

Adapun dampak akibat dari praktek riba adalah:

1. Menyebabkan eksploitasi (pemerasan) oleh si kaya terhadap si miskin.

9
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h.114.

12
2. Uang modal besar yang dikuasai oleh the haves tidak disalurkan ke dalam usaha-usaha yang
produktif, misalnya pertanian, perkebunan, industri, dan sebagainya yang dapat ciptakan
lapangan kerja banyak, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan juga bagi pemilik modal
itu sendiri, tetapi modal besar itu justru disalurkan dalam perkreditan berbunga yang belum
produktif.
3. Bisa menyebabkan kebangkrutan usaha dan pada gilirannya bisa mengakibatkan keretakan
rumah tangga, jika si peminjam itu tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman dan
bunganya (Zuhdi, 1997).
4. Riba dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengurangi semangat kerja sama
atau saling menolong dengan sesama manusia, dengan mengenakan tambahan kepada
peminjam akan menimbulkan prasaan bahwa peminjam tidak tahu kesulitan dan tidak mau
tahu penderitaan orang lain.
5. Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan. Kreditur yang meminjamkan modal dengan
menenutut pembayaran lebih kepada peminjam dengan nilai yang telah disepakati bersama
menjadikan kreditur mempunyai legitimasi untuk melakukan tindakan- tindakan yang tidak
baik untuk menuntut keasepakatan tersebut. Karena dalam kesepakatan kreditur telah
memperhitungkan keuntungan yang telah diperoleh dari kelibahan bunga yang akan didapat,
dan itu sebenarnya hanya berupa pengharapan dan belum terwujud.10

10
Zuhdi, Masjfuk, 1998, Masail Fiqhiyah, cet VIII Jakarta: Surya Grafindo Zuhri, M.,
1996, Riba dalam Al-Qur’an dan Masalah Perbankan: Sebuah Tilikan Antisipatif, cet.I
Jakarta: Raja Grafindo Persada

13
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Menurut Hadi (1993) yang menjadi sandaran paling besar bagi kelangsungan hidup
perbankan adalah deposito, sekalipun bersandar juga pada dua sumber lain, yaitu “Didalam
menentukan harga uang (bunga), bank seperti halnya badan/unit usaha lain akan memperhitungkan
terlebih dahulu harga pokok barang/uang atau di lingkungan perbankan lazimnya disebut biaya
uang‟ (cost of money)”. Pengertian Bank secara umum adalah sebuah lembaga intermediasi
keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknot Kata bank berasal
dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang .Bunga Bank dapat diartikan sebagai balas
jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip Konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya.

Bunga dalam Ekonomi Islam Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip syariah tidak mengenal
konsep bunga karena menurut Islam bunga adalah riba yang haram (terlarang) hukumnya. Konsep
bunga adalah yang dipraktikan dalam bisnis berdasarkan kapitalisme. Konsep bunga yang diterapkan
kapitalisme tersebut tidak memperdulikan atau mempertimbangkan apakah bisnis debitur
mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian Dengan kata lain, kapitalisme tidak berdiri di
atas norma-norma etika, atau norma-norma tepo seliro atau toleransi, atau norma-norma kemsiaan.
Menurut syariah, modal harus dalam bentuk keuntungan (profit). Oleh karena itu, modal tidak boleh
dipinjamkan kepada pihak lain kecuali dipinjamkan tanpa bunga.

Hukum Bunga Bank Dalam Pandangan Islam Dalam Al-Quran, hukum melakukan riba sudah jelas
dilarang Allah SWT.Selain itu, pertemuan 150 Ulama terkemuka pada tahun 1965 di konferensi
Penelitian Islam, Kairo, Mesir juga menyepakati bahwa keuntungan yang diperoleh dari berbagai
macam jenis pinjaman (termasuk bunga bank) merupakan praktek riba dan diharamkan. Maka dari
itu, umat Islam tidak dibolehkan bermuamalah dengan bank yang menganut sistem bunga kecuali
dalam kondisi darurat.

ُّٰٓ ‫َّٓلل َل ا وُ َّلٰٓلأَ اَٰوانٰ ِٰاَنل ِلَّلا اا ُّه َ ا‬ ‫اا ا ُّن ُِل ُ ضل ل ا لمل ِٰ اَ ُّهل ُٰ ل وا ُّنٰ لَّ َ لة ُّ افاانٰ ا ف‬
ُّ ‫ًِٰ َُ ضنٰ ٰل‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Ali Imran: 130).

Dalil yang Menjelaskan Kesamaan Bunga Bank dengan Riba

‫لل ل لد ل ًَُّ ُّانٰ اَ ُّوْل ِٰاَ ان لِا ل ل ض َُٰل ُّا ا ُّه ا ف ُّه رل ُفنل َ ا اً ُّْ ُّاا لا ل ل ض َُٰل ُّا ا ُّه‬ ُ ‫و آَّٰا ُّنُل ُل لاَُّ نل ِٰاَ ان لل ا‬
‫اَِهْل او ا ف ُّه ا فيََل ا فِ ل ًَُّ لانٰ ا ُّضت ٰ ل ُّ لنٰ ام ِٰو ا‬ ُّ ُ‫اه ُِّٰ ا‬
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba
itu tidak menambah pada sisi Allah. “Harta yang kalian berikan kepada orang-orang yang memakan
riba dengan tujuan untuk menambah harta mereka, tidak suci di sisi Allah dan tidak akan diberkahi”
(Tafsir Quraiys Shibab, Surat Ar-Rum: 39). Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada
para pemimpin atau harga yang harus dibayar oleh nasabah pinjaman kepada bank. Kedua macam
bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank.

14
Sebagai contoh seandainya bunga pinjaman tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga
berpengaruh naik dan demikian sebaliknya.

Macam-macam Riba dan Dampaknya Para ahli hukum Islam (fuqaha’) secara sederhana
membagi riba menjadi empat macam yaitu: Pertama riba fadli, yaitu menukarkan dua barang yang
sejenis dengan barang yang tidak sama. Riba qardi termasuk ke dalam riba nasi’ah. Kalau jenis dan
‘illat ribanya berlainan perak dengan beras, boleh dijual bagaimana saja seperti barang-barang
yang lain; berarti tidak diperlukan suatu syarat dari yang tiga tersebut. Riba dapat menimbulkan
permusuhan antara pribadi dan mengurangi semangat kerja sama atau saling menolong dengan
sesama manusia, dengan mengenakan tambahan kepada peminjam akan menimbulkan prasaan
bahwa peminjam tidak tahu kesulitan dan tidak mau tahu penderitaan orang lain. Riba merupakan
salah satu bentuk penjajahan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf al-Qardhawi, 2002, Hikmah Pelarangan Riba , Akbar, Jakarta.


Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 144
Wakum, BMUI dan takaful indonesia, ( Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1996), h.166
Edi wibowo dan untung Hendy Widodo, Mengapa, h. 64
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-Aspek Hukumnya,
(Jakarta: Kencana Pernadamedia Group), h. 157-158
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-bunga-bank-menurut-islam
Zuhdi, Masjfuk, 1998, Masail Fiqhiyah, cet VIII Jakarta: Surya Grafindo Zuhri, M., 1996, Riba
dalam Al-Qur’an dan Masalah Perbankan: Sebuah Tilikan Antisipatif, cet.I Jakarta: Raja
Grafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai