Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BUNGA BANK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Masailul Fiqhiyah

(Dosen Pengampu : Dr. Afrizal El Adzim Syah P., Lc., MA)

Disusun Oleh :

1. Binti Rukayah
2. Muhammad Faza Fauzan
3. Muhammad Ilham Maulana
4. Nitajurrohmah
5. Wirdhatul Khumairo’

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SUNAN GIRI
TRENGGALEK 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Swt, atas seluruh nikmat,
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya yang telah dianugerahkan kepada kita semua. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rosululloh Saw,beserta keluarga dan
pengikut setianya, semoga kesuksesan senantiasa terwujud dalam kehidupan dunia dan
akhirat.
Sejalan dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan terimakasih banyak
kepada:
1. Dr. Yahya Zahid Ismail, M.PdI. Selaku Ketua Sekolah Tinggi lmu Tarbiyah Sunan
Giri
2. Dr. Afrizal El Adzim Syahputra,lc., M.A. Selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Masailul Fiqhiyah
3. Semua pihak yang turut membantu dalam pembahasan materi ini.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sedemikian rupa.Akhirnya,semoga
Alloh meridhoi usaha kami dan mencatat nya sebagai amal saleh kami.Dan apabila
terdapat kesalahan-kesalahan yang ada dalam makalah ini, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami akan selalu berkenan untuk menerima setiap kritik dan saran.
Semoga materi ini bisa menambah wawasan ilmu yang barokah bagi kita semua. Amien.

Trenggalek, 29 Novemberr 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................... .................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


A. Pengertia Bunga Bank ............................................................................ 3
B. Bunga Bank Menurut Pandangan Ulama’. .......................................... 4

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 7


A. Kesimpulan .............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa sekarang, masyarakat dihadapkan pada masalah bank, yang dalam
prakteknya memberlakukan sistem bunga pada siapa saja yang terlibat transaksi di
dalamnya. Melakukan transaksi dengan bank sama melakukan perbuatan riba.
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produkny.
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman.)
Pendapat lain menyatakan interest yaitu sejumlah uang yang dibayar atau
dikalkulasikan untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan
satu tingkat atau peersentase modal yang bersangkut-paut dengan itu yang dinamakan
suku bunga modal.
Dalam sistem ekonomi konvensional, bunga merupakan harga uang (price
ofcapital). Dimana dalam literatur-literatur ekonomi moneter banyak disebutkan bahwa
tinggi rendahnya permintaan dan penawaran akan uang tergantung pada tingkat tingkat
bunga. Dalam mekanisme ini bunga akan memiliki perilaku seperti harga sebagaimana
pada pasar barang.
Pada masa sekarang, masyarakat dihadapkan pada masalah bank, yang dalam
prakteknya memberlakukan sistem bunga pada siapa saja yang terlibat transaksi di
dalamnya. Melakukan transaksi dengan bank sama melakukan perbuatan riba.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud bunga bank?


2. Bagaimana bunga bank menurut pandangan ulama?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga bank.
2. Untuk mengetahui bunga bank menurut pandangan ulama.

2
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Bunga Bank

Bunga bank adalah biaya yang dibayarkan saat membayar jasa atas peminjaman
uang yang diberikan oleh bank dalam periode tertentu. Bunga ditentukan melalui
persentase dari jumlah simpanan atau jumlah pinjaman.

Bunga bank telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Islam, khususnya
di Indonesia. Secara leksikal bunga sebagai terjemahan dari kata interest. Secara istilah
sebagaimana diugkapkan dalam kamus Oxford English Dictionary of the English
Language yang mengartikan bunga atau interest dengan: (1) money paid for the usa of
money lent (the principal), or for forbearance of a debt, according to a fixed ratio (rate
perecnt). (2) premium or interest or money (or goods) or received on loam, gain made
by lending money,49 yakni bunga, adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang
biasanya dinyatakan dengan porsentase dari uang yang dipinjamnkan atau imbalan
yang diberikan kepada penyimpan uang yang besarnya telah ditetapkan di muka. Biaya
atau imbalan tersebut biasanya ditetapkan dalam bentuk prosentase (%) dan akan terus
dikenakan selama masih ada sisa simpanan atau pinjaman sehingga tidak terbatas
pada waktu jangka kontrak.

Bank adalah bank interest yaitu sejumlah imbalan yang diberikan oleh bank
kepada nasabah atas dana yang disimpan di bank yang dihitung sebesar persentase
tertentu dari pokok simpanan dan jangka waktu simpanan ataupun tingkat bunga yang
dikenakan terhadap pinjaman yang diberikan bank kepada debiturnya.

Dalam perbankan ada 2 macam bunga yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya,
yaitu:

1. Bunga Simpanan, yaitu bunga yang diberikan sebagai balas jasa bagi nasabah yang
menyimpan uangnya di bank. Contohnya adalah bunga tabungan bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman, yaitu bunga yang dibebankan kepada nasabah oleh bank khusus

3
untuk nasabah yang memiliki pinjaman di bank, contohnya adalah bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan
pendapatan bagi bank konvensional. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Ketika bunga simpanan tinggi, maka secara
otomatis bunga pinjaman ikut naik dan demikian pula sebaliknya. Bunga bank termasuk
riba, sehingga bunga bank juga diharamkan dalam ajaran Islam. Riba bisa saja terjadi
pada pinjaman yang bersifat konsumtif, maupun pinjaman yang bersifat produktif dan
pada hakikatnya riba dalam bunga bank memberatkan peminjam.

B. Bunga Bank Menurut Pandangan Ulama’

Para ulama kontemporer berbeda pendapat tentang hukum bunga bank.


Pertama, sebagian ulama, seperti Yusuf Qaradhawi, Mutawalli Sya’rawi, Abu Zahrah,
dan Muhammad al-Ghazali, menyatakan bahwa bunga bank hukumnya haram, karena
termasuk riba. Pendapat ini juga merupakan pendapat forum ulama Islam, meliputi:
Majma’ al-Fiqh al-Islamy, Majma’ Fiqh Rabithah al-‘Alam al-Islamy, dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI).

Adapun dalil diharamkannya riba adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam
Surat al-Baqarah ayat 275:
ّ ِ ‫َّللاُ ْانبَ ْي َع َو َح َّز َو‬
‫انزبَا‬ َّ ‫َوأ َ َح َّم‬
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. ”
Dan hadits Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Jabir
bin Abdillah:
‫س َىاء‬ ّ ِ ‫سهَّ َى آ ِك َم‬
َ ‫انزبَا َو ُي ْى ِكهَهُ َوكَاتِبَهُ َوشَا ِهدَ ْي ِه َوقَا َل ُه ْى‬ َّ ًَّ‫صه‬
َ ‫َّللاُ َعهَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ نَعٍََ َر‬:َ‫َع ٍْ َجابِ ٍز قَال‬
َّ ‫سى ُل‬
Dari Jabir, ia berkata: “Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam melaknat orang
yang memakan (mengambil) riba, memberikan, menuliskan, dan dua orang yang
menyaksikannya. ”Ia berkata: “Mereka berstatus hukum sama. ”(HR. Muslim, nomor
2994). (Lihat: Yusuf Qaradhawi, Fawa‟id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram, Kairo: Dar
al-Shahwah, halaman 11-5; Fatwa MUI Nomor 1 tahun 2004 tentang bunga).
Kedua, sebagian ulama kontemporer lainnya, seperti Syekh Ali Jum‟ah,
Muhammad Abduh, Muhammad Sayyid Thanthawi, Abdul Wahab Khalaf, dan Mahmud

4
Syaltut, menegaskan bahwa bunga bank hukumnya boleh dan tidak termasuk riba.
Pendapat ini sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan Majma ‟al-Buhus al-Islamiyyah
tanggal 23 Ramadhan 1423 H, bertepatan tanggal 22 November 2002 M. Mereka
berpegangan pada firman Allah subhanahu wata‟ala Surat an-Nisa ‟ayat 29:
‫اض ِي ْن ُك ْى‬
ٍ ‫ارةً َع ٍْ ت ََز‬ ِ َ‫يَاأَيُّ َها انَّذِيٍَ آ َينُىا ََل ت َأ ْ ُكهُىا أ َ ْي َىانَ ُك ْى بَ ْي َن ُك ْى بِ ْانب‬
َ ‫اط ِم إِ ََّل أ َ ٌْ ت َ ُكىٌَ تِ َج‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. ”
Pada ayat di atas, Allah melarang memakan harta orang lain dengan cara yang
batil, seperti mencuri, menggasab, dan dengan cara riba. Sebaliknya, Allah menghalalkan
hal itu jika dilakukan dengan perniagaan yang berjalan dengan saling ridha. Karenanya,
keridhaan kedua belah pihak yang bertransaksi untuk menentukan besaran keuntungan di
awal, sebagaimana yang terjadi di bank, dibenarkan dalam Islam.
Di samping itu, mereka juga beralasan bahwa jika bunga bank itu haram maka
tambahan atas pokok pinjaman itu juga haram, sekalipun tambahan itu tidak disyaratkan
ketika akad. Akan tetapi, tambahan dimaksud hukumnya boleh, maka bunga bank juga
boleh, karena tidak ada beda antara bunga bank dan tambahan atas pokok pinjaman
tersebut. Di dalam fatwa Majma ‟al-Buhus al-Islamiyyah disebutkan:
َ ْ ‫انز ْب َح أ َ ِو ان َعا ِئدَ ُيقَدَّ ًيا َح ََلل ش َْزعًا َو ََل َبأ‬
‫َ ِب ِه‬ ّ ِ ُ ‫ار ْاْل َ ْي َىا ِل نَدَي ْانبُنُ ْى ِك انَّ ِت ْي ت ُ َح ِدّد‬
َ ًَ ْ‫ِإ ٌَّ ا ْس ِتث‬
Sesungguhnya menginvestasikan harta di bank-bank yang menentukan
keuntungan atau bunga di depan hukumnya halal menurut syariat, dan tidak apa-apa.
(Lihat: Ali Ahmad Mar‟i, Buhus fi Fiqhil Mu‟amalat, Kairo: Al-Azhar Press, halaman
152-134; Asmaul Ulama al-ladzina Ajazu Fawaidal Bunuk; Fatwa Majma' Buhuts al-
Islam bi Ibahati Fawaidil Masharif)
Pada Munas „Alim Ulama NU di Bandar Lampung tahun 1992, terdapat tiga
pendapat tentang hukum bunga bank:
Pertama, pendapat yang mempersamakan antara bunga bank dengan riba secara
mutlak, sehingga hukumnya adalah haram.
Kedua, pendapat yang tidak mempersamakan bunga bank dengan riba, sehingga
hukumnya adalah boleh.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bunga bank hukumya syubhat. Meski begitu,

5
Munas memandang perlu untuk mencari jalan keluar menentukan sistem perbankan yang
sesuai dengan hukum Islam.
Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa hukum bunga bank merupakan
masalah khilafiyah. Ada ulama yang mengharamkannya karena termasuk riba, dan ada
ulama yang membolehkannya, karena tidak menganggapnya sebagai riba. Tetapi mereka
semua sepakat bahwa riba hukumnya haram. Terhadap masalah khilafiyah seperti ini,
prinsip saling toleransi dan saling menghormati harus dikedepankan. Sebab, masing-
masing kelompok ulama telah mencurahkan tenaga dalam berijtihad menemukan hukum
masalah tersebut, dan pada akhirnya pendapat mereka tetap berbeda. Karenanya,
seorang Muslim diberi kebebasan untuk memilih pendapat sesuai dengan kemantapan
hatinya. Jika hatinya mantap mengatakan bunga bank itu boleh maka ia bisa mengikuti
pendapat ulama yang membolehkannya. Sedangkan jika hatinya ragu-ragu, ia bisa
mengikuti pendapat ulama yang mengharamkannya. Rasul shallallahu „alaihi wasallam
bersabda:
ُ َّ‫صد ِْر َوإِ ٌْ أَ ْفتَاكَ انن‬
َ‫ا‬ ِ ْ ‫ َو‬، ُ‫اط ًَأ َ ٌَّ إِنَ ْي ِه ْانقَ ْهب‬
َّ ‫اْلثْ ُى َيا َحاكَ فِي اننَّ ْف ِس َوت ََزدَّدَ فِي ان‬ ْ ‫س َو‬ ْ ‫انبِ ُّز َيا‬
ُ ‫اط ًَأ َ ٌَّ إِنَ ْي ِه اننَّ ْف‬
َ‫َوأ َ ْفت ُ ْىك‬
"Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa
adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan
bahwa hal tersebut merupakan kebaikan." (HR. Ahmad)

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang dapat penulis simpulkan yaitu:
1. Riba merupakan sebuah bentuk transaksi yang intinya mengarah kepada terjadinya
kelebihan atau penambahan dari modal awal atau harga pokok barang tanpa disertai
imbalan, baik itu dalam bentuk utang piutang maupun jual beli.
2. Hukum tentang pengharaman riba berikut prakteknya telah menjadi pembicaraan umat
sejak dahulu. Islam hanya menyempurnakan dan lebih merinci praktek-praktek riba yang
dilarang tersebut. Hal itu bisa ditelusuri melalui nash dan komentar para Fuqaha.
3. Masalah bunga bank merupakan masalah kontroversi. Penilaiannya perlu kita
kembalikan kepada person masing-masing. Karena hal ini adalah masalah ijtihad. Yang
jelas dalam melihat masalah mu’amalah, kita harus selalu berjalan dan bercermin pada
prinsip dasar dan etika ekonomi Islam, agar apapun yang kita lakukan senantiasa berjalan
semangat tujuan syariat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara


Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, 1987.

al-Maududi, Abul A’la. Riba. Diterjemahkan oleh Isnando. Bicara tentang Bunga dan Riba, Cet.
I; Jakarta: Pustaka Kalami, 2003.
Mas’adi, Gufron A. Fiqih Muamalah Kontekstual, Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2002.
Muhammad, et al. Bank Islam, Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang & Ancaman, Cet. III;
Yogyakarta: Ekonomi, 2002.
https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-bunga-bank-
rDsVp

Anda mungkin juga menyukai