Anda di halaman 1dari 10

JKPTB

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 91

Uji Mekanik Bioplastik Berbahan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis)


dengan Variasi Selulosa Asetat dan Sorbitol

Dyah Iswatun Lailyningtyas1, Musthofa Lutfi1, Ary Mustofa Ahmad1


1
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

email: dyahiswatunlailyningtyas@gmail.com

RIWAYAT ARTIKEL
Penerimaan 10 01 2020 ABSTRAK
Terbitan 29 04 2020 Umbi ganyong (Canna edulis) dapat dimanfaatkan sebagai bahan plastik
biodegradable dikarenakan memiliki banyak kandungan serat. Sifat fisik dan
kimia pada umbi ganyong juga sangat baik karena memiliki presentase yang
KATA KUNCI seimbang antara amilosa dan amilopektin, yaitu 41% dan 53%. Sehingga ganyong
Bioplastik; pati ganyong; sifat dapat dijadikan salah satu bahan alternatif yang dapat diambil patinya untuk
mekanik; selulosa asetat; pembuatan bioplastik. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari proses
sorbitol pembuatan plastik biodegradable serta menganalisis pengaruh penambahan
selulosa asetat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan plasticizer sorbitol
terhadap sifat mekanik plastik biodegradable dari pati umbi ganyong (Canna
edulis) dengan berbagai parameter yaitu kekuatan tarik, elongasi, modulus
Young. Pembuatan plastik biodegradable berbasis pada metode solution casting,
dimana dilakukan modifikasi komposisi selulosa asetat dengan penambahan
plasticizer sorbitol dan pati umbi ganyong. Penelitian ini menggunakan rancangan
percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor, yaitu
variasi selulosa asetat sebagai penguat pada bioplastik dan sorbitol sebagai
plasticizer. Komposisi pati umbi uwi yang digunakan adalah 5 gram, kombinasi
konsentrasi selulosa asetat yang digunakan adalah 1 gram; 1,5 gram; 2 gram, 2,5
gram dan 3 gram. Variasi volume sorbitol digunakan adalah 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml,
5 ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik dari pengujian kuat
tarik yaitu pada perlakuan selulosa asetat 2,5 gram dan sorbitol 1 ml sebesar
74,793 MPa. Perlakuan terbaik pada pengujian elongasi yaitu pada perlakuan
selulosa asetat 2 gram dan sorbitol 5 ml yakni perpanjangan sebesar 113,340 %.
Perlakuan terbaik pada pengujian Modulus Young yaitu pada perlakuan selulosa
asetat 2,5 gram dan sorbitol 1 ml sebesar 10,221 Mpa.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 92

1. Pendahuluan
Indonesia menduduki peringkat ketiga penghasil sampah, dengan jumlah mencapai 3.6 juta ton sampah per
tahun. Sebanyak 13% dari sampah tersebut diantaranya merupakan sampah plastik [1]. Sehingga timbul
permasalahan terkait sampah plastik tersebut. Hal ini dikarenakan sampah plastik yang sangat sulit untuk dapat
diuraikan oleh organisme pengurai. Selain itu, sampah plastik tidak dapat dibiarkan tertimbun ataupun dibakar,
karena dapat menyebabkan timbulnya permasalahan lingkungan. Sehingga salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk mengurangi masalah penumpukan sampah plastik adalah dengan membuat bioplastik yang mudah untuk
diuraikan [2].
Bioplastik merupakan plastik yang dapat terurai oleh aktivitas organisme pengurai setelah digunakan.
Bioplastik dapat dibuat dari berbagai macam senyawa, misalnya pati, selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid
yang dapat ditemukan pada tanaman ataupun hewan. Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari
amilosa dan amilopektin. Kandungan amilosa yang tinggi mampu meningkatkan kecerahan pada bioplastik [3].
Pati terdapat pada tanaman umbi-umbian. Dikarenakan jumlah tanaman umbi-umbian sangatlah melimpah di
Indonesia, maka penggunaan pati sebagai bahan baku pembuatan bioplastik sudah sesuai.
Umbi ganyong (Canna edulis) merupakan tanaman budidaya yang kaya akan karbohidrat dan sumber nutrisi
yang lain. Hal ini karena ganyong menyimpan cadangan makanan dalam bentuk pati pada akar. Ganyong juga
memiliki banyak kandungan serat dan mudah berwarna coklat. Hanya saja sebelum dikonsusmisi membutuhkan
proses pengolahan selama beberapa jam, sehingga jarang masyarakat mengkonsumsi ganyong [4]. Sifat fisik
maupun kimia pada umbi ganyong juga sangat baik karena memiliki persetase yang seimbang antara amilosa dan
amilopektin, yaitu 41% dan 53% (Dur, 2016). Sehingga ganyong dapat dijadikan salah satu bahan alternatif yang
dapat diambil patinya untuk pembuatan bioplastik.
Selulosa merupakan salah satu jenis polimer yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun plastik yang
mengandung kadar serat cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kandungan selulosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan selulosa asetat. Selulosa asetat merupakan ester organik yang sangat potensial untuk
diaplikasikan pada pembuatan bioplastik. Selain itu, selulosa asetat dapat dimanfaatkan sebagai material
membran, filter rokok, tekstil, industri makanan, farmasi dan masih banyak lagi. Selulosa asetat juga dapat
dengan mudah terdegradasi sehingga akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, dibandingkan
material plastik konvensional yang sulit terdegradasi.
Salah satu tanaman yang memiliki kandungan selulosa cukup tinggi adalah kelapa sawit. Kelapa sawit
merupakan tanaman Indonesia yang memiliki potensi serat alam melimpah dan jarang dimanfaatkan untuk
keperluan komersial. Serat alam tersebut terdapat pada tandan kosong kelapa sawit yang selama ini hanya
menjadi limbah. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat dari hasil pengolahan minyak kelapa sawit.
Tercatat bahwa dari jumlah tandan kelapa sawit segar yang diolah, terdapat tandan kosong yang dihasilkan
mencapai 22-23% [5]. Hanya saja limbah tandan kosong yang dihasilkan selama ini tidak diolah dengan baik,
sebagian besar hanya dibakar dan sekarang telah dilarang karena adanya kekhawatiran pencemaran lingkungan.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 93

2. Metode penelitian

2.1. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain: Pati umbi ganyong merk “Mama Kamu”, Sorbitol, Selulosa asetat dari hasil
penelitian (Sudrajat, 2019), dan Aquades.

2.2. Alat
Alat yang digunakan antara lain: Beaker glass, Micrometer Sekrup, Desikator, Gelas ukur, Gelas Plastik, Gunting,
Labtech Hotplate Stirrer LMS-1003, Neraca analitik Ohaus CP214, Oven Memmert UN110, Pipet tetes, Plat kaca
20x20cm, Pengaduk, Termometer.

2.3. Metode
Metode ini dilakukan secara eksperimental dengan melakukan pembuatan plastik Biodegradable dari pati
umbi ganyong dengan disertai penambahan sorbitol (ml) sebagai plasticizer, selulosa asetat (gram) untuk
mempercepat biodegradasi plastik Biodegradable. Metode penelitian yang digunakan adalah RAL (Rancangan
Acak Lengkap) yang tersusun atas 2 faktor yaitu faktor I variasi selulosa asetat sebagai penguat pada bioplastik
dan faktor II sorbitol sebagai plasticizer, sehingga diperoleh 25 kombinasi perlakuan masing-masing diulang
sebanyak 3 kali. Kemudian dianalisis dengan menggunakan Analisis Variasi (ANOVA) dilanjutkan dengan uji DMRT
(Duncan Multiple Range Test) dengan taraf kepercayaan 5%. Kombinasi kedua faktor tersebut ditampilkan pada
Tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan


Sorbitol
B1 B2 B3 B4 B5
(1%) (2%) (3%) (4%) (5%)
Selulosa Asetat
A1 (1gram) A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5
A2 (1.5gram) A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5
A3 (2gram) A3B1 A3B2 A3B3 A3B4 A3B5
A4 (2.5gram) A4B1 A4B2 A4B3 A4B4 A4B5
A5 (3gram) A5B1 A5B2 A5B3 A5B4 A5B5

2.3.1 Pembuatan bioplastik


Proses pembuatan bioplastik menggunakan metode solution casting. Larutan yang dihasilkan dituang pada
suatu permukaan yang rata (cetakan) yang bersifat non-adhesif dan pelarut dibiarkan menguap sampai habis.
Pembuatan bioplastik dengan menggunakan bahan dari pati umbi ganyong dan selulosa asetat dari tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) menghasilkan bioplastik yang berwarna putih dan transparan. Pati umbi ganyong yang
digunakan dalam pembuatan bioplastik ini masih dalam bentuk serbuk, pada proses pembuatan bioplastik
sebelum digunakan atau dicampur dengan bahan yang lain perlu dilakukan pelarutan pati umbi ganyong dengan

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 94

menggunakan aquades. Pati umbi ganyong mempunyai peran dalam pembuatan bioplastik sebagai polimer
utama yang memberikan sifat lentur, kenyal dan kuat terhadap bioplastik. Bahan yang digunakan selanjutnya
yaitu selulosa asetat dari tandan kosong kelapa sawit yang mempunyai bentuk padat berwana putih yang menjadi
tampak transparan terhadap bioplastik. Tandan kosong kelapa sawit mempunyai kadar serat yang tinggi sehingga
pada pembuatan bioplastik, selulosa asetat TKKS perlu dilakukan pelarutan terlebih dahulu sebelum digunakan
sebagai campuran dalam oembuatan bioplastik. Pelarutan Selulosa asetat TKKS dilarutkan pada larutan ethanol.
Sorbitol digunakan sebagai tambahan kedalam larutan campuran pati umbi ganyong dan selulosa asetat TKKS
akan menambah tingkat elastisitas bioplastik.

2.3.2 Pembuatan bioplastik


A. Kuat Tarik
Uji kuat tarik merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan bioplastik menahan beban atau gaya
vertikal yang diberikan sampai putus Uji kuat tarik plastik biodegradable dilakukan dengan menggunakan alat
Tension testing. Sampel dipotong dengan ukuran 3 x 7 cm dengan tebal ≤ 7 mm, kemudian dijepit 1.5 cm dikedua
panjang sisinya. Indikator ekstensi (extensomer) dipasang. Alat pengukur regangan melintang dipasang.
Dilakukan pengukuran beban dan tegangan. Kecepatan pengujian diatur sesuai dengan laju yang diperlukan.
Kurva tegangan-beban dicatat. Selain itu dicatat pula nilai tegangan dan beban serta nilai tegangan dan beban
pada saat putus. Pengujian ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo). Kuat tarik dihitung dengan menggunakan
Persamaan 1 berikut [6].
Fmaks
Kuat Tarik σ = A
(1)

Dimana σ: Kuat atau tegangan tarik (MPa)


F: Gaya tarik (N)
A: Luas penampang melintang (mm2)

B. Perpanjangan
Pemanjangan atau regangan dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang
dengan panjang mula-mula akibat adanya suatu gaya (gaya tarik) yang mempengaruhi. Uji kuat tarik plastik
biodegradable dilakukan dengan menggunakan alat Tension testing. Sampel dipotong dengan ukuran 2 x 10 cm
dengan tebal ≤ 7 mm, kemudian dijepit 1.5 cm dikedua panjang sisinya. Indikator ekstensi (extensomer) dipasang.
Alat pengukur regangan melintang dipasang. Dilakukan pengukuran beban dan tegangan. Kecepatan pengujian
diatur sesuai dengan laju yang diperlukan. Kurva tegangan-beban dicatat. Selain itu dicatat pula nilai tegangan
dan beban serta nilai tegangan dan beban pada saat putus. Pengujian ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo).
Dicatat persen perpanjangan pada saat putus pada grafik dikali dengan 100. Persentase pemanjangan dihitung
menggunakan Persamaan 2.

∆l
ε= thh (2)

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 95

Dimana ε: elastisitas/regangan (%)


∆l: pertambahan panjang (cm)
Lo: panjang mula-mula material yang diukur (cm)

C. Modulus Young
Modulus Young didapatkan dengan membandingkan antara tegangan dengan regangan. Uji kuat tarik plastik
biodegradable dilakukan dengan menggunakan alat tension testing. Sampel dipotong dengan ukuran 2 x 10 cm
dengan tebal ≤ 7 mm, kemudian dijepit 1.5 cm di kedua panjang sisinya. Indikator ekstensi (extensometer)
dipasang. Alat pengukur regangan melintang dipasang. Dilakukan pengukuran beban dan tegangan. Kecepatan
pengujian diatur sesuai dengan laju yang diperlukan. Kurva tegangan-beban dicatat. Selain itu dicatat pula nilai
tegangan dan beban serta nilai tegangan dan beban pada saat putus. Pengujian ini dilakukan sebanyak tiga kali
(triplo). Modulus Young dihitung menggunakan Persamaan 3.

σ
E= ε
(3)

Dimana σ: Tegangan
ε: Regangan

3. Hasil dan pembahasan

3.1. Kuat tarik


Pada Gambar 1 terlihat bahwa masing-masing perlakuan memiliki nilai rata-rata kuat tarik bioplastik yang
berbeda-beda. Berdasarkan penambahan selulosa asetat, nilai rata-rata kuat tarik terendah terdapat pada
penambahan selulosa asetat 3 gram dan sorbitol 2ml yang memiliki nilai rata-rata sebesar 1,429 MPa. Sedangkan
nilai rata-rata kuat tarik tertinggi terdapat pada penambahan selulosa asetat 2,5 gram dan sorbitol 1 ml yang
memiliki nilai rata-rata sebesar 24,931 MPa. Jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang tidak diberi
penambahan selulosa asetat yang memiliki rata-rata sebesar 9,512 MPa, maka bioplastik dengan penambahan
selulosa asetat memiliki kuat tarik yang lebih tinggi.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 96

Gambar 1. Nilai rata-rata kuat tarik bioplastik

Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, variasi sorbitol memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap kuat tarik bioplastik. Nilai Fhitung sebesar 61,560 dan nila Ftabel sebesar 3,74 yang jika
dibandingkan maka nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel. Selanjutnya, pada tingkat kepercayaan 95% variasi
selulosa asetat juga memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kuat tarik bioplastic dengan Fhitung lebih
besar dari Ftabel, masing-masing 5,480 dan 2,56. Selain itu, interaksi antara kedua perlakuan yaitu selulosa asetat
dan sorbitol juga memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari Fhitung yang lebih
besar dibandingkan dengan Ftabel, maisng-masing sebesar 8,379 dan 1,86. Sehingga dapat disimpulkan
penambahan sorbitol dan selulosa asetat memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kuat tarik bioplastik.
Nilai tertinggi kuat tarik pada kombinasi konsentrasi sorbitol 2% (1ml) dan selulosa asetat 2,5 gram yakni
sebesar 74,793 Mpa. Sedangkan nilai kuat tarik terendah pada kombinasi konsentrasi sorbitol 4% (2ml) dan
selulosa asetat 3 gram yakni sebesar 4,289 Mpa. Nilai kuat tarik rata-rata tertinggi sebesar 40,159 Mpa. Nilai
tersebut sudah memenuhi standar SNI Ecoplastik Konvensial 24,7-302 MPa dan Bioplastik Novamont 22-36 MPa,
memenuhi standar Bioplastik Enviplast 12-18 MPa. Artinya, bioplastik berbahan pati umbi ganyong dengan variasi
selulosa asetat TKKS sudah memenuhi standar karakteristik kuat tarik bioplastik. Penambahan selulosa asetat
(dalam penelitian ini serat tandan kosong) kedalam komponen penyusun bioplastik akan meningkatkan kekuatan
mekanik nilai kuat tarik bioplastik. Kandungan selulosa asetat yang lebih tinggi bekontribusi untuk memperlambat
interaksi antar molekul sehingga menghasilkan agregat dan heterogenitas struktur film. Penambahan pengisi
dapat mempengaruhi sifat mekanik produk bioplastik. Dan pemberian plasticizer juga mempengaruhi nilai kuat
tarik film, semakin banyak plasticizer yang ditambahkan maka semakin menurun nilai kuat tariknya [7](Arpi, 2012).
Kuat tarik bioplastik kontrol tanpa penambahan selulosa asetat tercatat sebesar 43,132 Mpa. Sedangkan
perlakuan yang terbaik pada konsentrasi sorbitol 2% dan selulosa asetat 2,5gram didapatkan nilai 74,793 Mpa.
Dari prosentase tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan sorbitol dan selulosa asetat mampu
meningkatkan kuat tarik bioplastik. Adanya penambahan sorbitol sebagai plasticizer, molekul-molekul plasticizer
di dalam larutan tersebut terletak diantara rantai ikatan biopolimer dan dapat berinteraksi dengan membentuk
ikatan hidrogen dalam rantai ikatan antar polimer menyebabkan berkurangnya kurang tarik dengan adanya
penambahan sorbitol [8].

3.2. Perpanjangan
Nilai rata-rata perpanjangan pada masing-masing perlakuan bioplastik yang dapat dilihat pada Gambar 2. Nilai
rata-rata perpanjangan bioplastik terendah terdapat pada penambahan selulosa asetat 3 gram dan sorbitol 4ml

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 97

yang memiliki nilai rata-rata sebesar 6,113%. Sedangkan nilai rata-rata perpanjangan tertinggi terdapat pada
penambahan selulosa asetat 2gram dan sorbitol 5ml yang memiliki rata-rata sebesar 37,777%. Jika dibandingkan
dengan perlakuan kontrol yang tidak diberi penambahan selulosa asetat yang memiliki nilai rata-rata sebesar
22,076%, maka bioplastik dengan penambahan selulosa asetat mempengaruhi nilai perpanjangan.
Dari hasil ANOVA dapat diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, variasi sorbitol memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap perpanjangan bioplastik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F hitung lebih
besar dari Ftabel yaitu masing-masing sebesar 59,302 dan 3,74. Pada tingkat kepercayaan 95% variasi selulosa
asetat juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap perpanjangan bioplastik. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel yaitu masing-masing sebesar 4,592 dan 2,56. Selain itu, interaksi antara kedua
perlakuan yaitu selulosa asetat dan sorbitol juga memberikan pengaruh yang nyata. Hal tersebut dapat dilihat
dari Fhitung yang lebih besar dari Ftabel, dimana F hitung memiliki nilai sebesar 5,242 sedangkan Ftabel memiliki
nilai sebesar 1,86. Nilai rata-rata perpanjangan tertinggi sebesar 57,434% sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
tersebut memenuhi standar SNI Ecoplastik Konvensial 21-220% dan Bioplastik Novamont 21-220%, tetapi belum
memenuhi standar Bioplastik Enviplast 225-300%.
Penambahan sorbitol memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai perpanjangan, hal tersebut
disebabkan oleh penambahan plasticizer juga mempengaruhi nilai elongasi dari bioplastik, dimana semakin
banyak sorbitol yang ditambahkan maka nilai elongasi akan semakin menurun. Pada penelitian [8] dinyatakan
bahwa nilai presentase elongasi akan menurun dengaan meningkatnya konsentrasi sorbitol. Hal tersebut
disebablan oleh partikel akan memiliki banyak ruang dalam matriks (pati), sehingga mempengaruhi nilai elongasi
bioplastik. Matriks tidak secara optimal mengikat filler dan pori-pori bioplastik terbuka. Pori-pori yang terbuka
menyebabkan bioplastik menjadi lebih kaku, keras dan berkurang tingkat elastisitasnya sehingga respon
viskoelastisitas menurun [9].

Gambar 2. Nilai rata-rata perpanjangan bioplastik

3.3. Modulus Young


Nilai rata-rata modulus young pada masing-masing perlakuan bioplastik yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada Gambar 3, grafik yang terbentuk menggambarkan pengaruh penambahan selulosa asetat dan sorbitol.
Berdasarkan penambahan selulosa asetat, nilai rata-rata elastisitas bioplastik terendah terdapat pada perlakuan
B17 dengan penambahan selulosa asetat 1,5gram dan sorbitol 4ml yang memiliki nilai rata-rata sebesar 0,099
MPa. Sedangkan nilai rata-rata elastisitas bioplastik tertinggi terdapat pada perlakuan B4 dengan penambahan

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 98

selulosa asetat 2,5gram dan sorbitol 1 ml yang memiliki nilai rata-rata sebesar 3,407 MPa. Jika dibandingkan
dengan perlakuan kontrol yang tidak diberi penambahan selulosa asetat yang memiliki nilai rata-rata sebesar
0,527 MPa. Maka bioplastik dengan penambahan selulosa asetat memiliki nilai elastisitas yang lebih tinggi.

Gambar 3. Nilai rata-rata Modulus Young

Pada pembuatan bioplastik dengan penambahan selulosa asetat mendapat hasil nilai modulus elastisitas
tertinggi pada perlakuan B4 (penamablabahan selulosa asetat 2,5 gram), dengan modulus Young sebesar 3,407
MPa dan nilai modulus Young terendah pada perlakuan bioplastik B17 (penambahan selulosa asetat 1,5 gram),
dengan nilai modulus elastisitas 0,099 Mpa. Masing-masing ditampilkan dalam Gambar 4a dan Gambar 4b.

a b

Gambar 4. Modulus Young pada perlakuan (a) B4 dan (b) B17

Hasil ANOVA menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, variasi sorbitol memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap elastisitas bioplastik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Fhitung sbebesar 45,413 dan nilai
Ftabel 3,74P tingkat kepercayaan 95% variasi selulosa asetat juga memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap elastisitas bioplastik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Fhitung yang memiliki nilai sebesar 4,547 jika
dibandingkan dengan nilai Ftabel memiliki nilai sebesar 2,56.. Selain itu, interaksi antara kedua perlakuan yaitu
selulosa asetat dan sorbitol memberikan pengaruh yang sangat nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Fhitung
yang lebih besar dari Ftabel, dimana nilai dari Fhitung sebesar 5,385 sedangkan nilai Ftabel sbesar 2,4. Nilai ratta-
rata elastisitas tertinggi sebesar 4,105 Mpa. Nilai tersebut belum memenuhi nilai standar Bioplastik Novamont 90-

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 99

700 MPa, dan belum memenuhi standar SNI Ecoplastik Konvensial 117-137 MPa dan Bioplastik Enviplast 5,3-6
MPa. Hal ini menunjukkan bahwa bioplastik dari pati umbi ganyong dan selulosa asetat TKKS masih belum
memenuhi standar bioplastik sehingga perlu dilakukan pengkajian ulang untuk mendapatkan komposisi yang
optimal dalam pembuatan bioplastik yang sesuai dengan standar yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penambahan sorbitol dan selulosa asetat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai
elastisitas bioplastik.
Penggunaan sorbitol dan selulosa asetat sebagai komposisi penyusun bioplastik menyebabkan terjadinya
peningkatan nilai elastisitas. Hal ini dikarenakan respon viskoelastis dan mobilitas molekul rantai sorbitol dan
selulosa asetat menyebabkan tingkat elastisitas meningkat dan tingkat kekakuan bioplastik. Kandungan
amilopektin pada pati umbi ganyong cenderung menghambat pembentukan lembaran bioplastik sehingga
membuat bioplastik yang dihasilkan cenderung rapuh. Akan tetapi karena kandungan amillopektin dan amilosa
pati umbi ganyong yang berimbang, hal tersebut mampu diatasi. Hal ini dikarenakan amilosa berperan sebagai
penguat pada bioplastik melalui rantai panjang polimernya [10]

4. Kesimpulan
Bioplastik berbahan pati umbi ganyong dengan perlakuan penambahan sorbitol dan selulosa asetat dapat
dilakukan dengan teknik Solution Casting dengan modifikasi. Pembuatan bioplastik dengan variasi sorbitol dan
selulosa asetat yang sudah dilakukan dicetak di plat kaca berukuran 20 × 20 menghasilkan bioplastik berwarna
putih transparan. Penambahan sorbitol sebagai plasticizer dan Selulosa asetat sebagai bahan pembuatan
bioplastik dari pati umbi ganyong memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakteristik kuat tarik, elongasi
serta elastisitas bioplastik . Hasil uji karakteristik terbaik sesuai dengan perlakuan yaitu pada Nilai kuat tarik
sebesar 24,931 MPa pada kombinasi konsentrasi sorbitol 1ml dan selulosa asetat 2,5 gram. Nilai perpanjangan
sebesar 37,777% pada kombinasi konsentrasi sorbitol 5ml dan selulosa asetat 2 gram. Nilai elastisitas sebesar
3,407 Mpa pada konsentrasi sorbitol 1ml dan selulosa asetat 2,5 gram.

Daftar Pustaka

[1] Selpiana, Patricia, dan C. P. Anggraeni, “Pengaruh Penambahan Kitodan dan Gliserol pada Pembuatan
Bioplastik dari Ampas Tebu dan Ampas,” Jurnal Teknik Kimia, vol. 22, pp. 57-64, Jan. 2016.
[2] A.N.C. Saputro dan A.L. Ovita, “Sintesis dan Karakterisasi Bioplastik dari Kitosan-Pati Ganyong (Canna
edulis,” Jurnal Kimia dan Pendidikan Kimia (JKPK), vol. 2, pp. 13-21, April 2017.
[3] C. D. Herawan, “Sintesis dan Karakteristik Edible Film dari Pati Kulit Pisang dengan Penambahan Lilin Lebah
(Beeswax),”Semarang, Jurusan Kimia. UNNES, 2015.
[4] N. Hidayat, I. Nurika, dan I. Purwaningsih, Pengembangan Agroindustri Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk
Mendukung Ketahanan Pangan, Agustus 14, 2008, Malang, Indonesia. Malang: Fak. Teknologi Pertanian UB,
2008.
[5] N. A. Bahmid, “Pengembangan Nanofibier Selulosa Asetat dari Selulosa Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk
Pembuatan Bioplastik,” Tesis, Sekolah Pasca Sarjana IPB, IPB, Bogor, 2015.
[6] U. F. Jabbar, “Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap Karakteristik Bioplastik dari Pati Kulit Kentang
(Solanum tuberosum. L),” Skripsi, Jurusan Kimia., UIN Alaudin, Makasar, 2017.
[7] N. Arpi, M. Novita, dan S. F., Bioplastik Berbasis Pati biji Durian (DURIO ZIBETHINUS MURR.) dengan
Penambahan Selulosa dari Dedak dan Plasticizer Gliserol: Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang
Ilmu-Ilmu Pertanian BKS-PTPN Wilayah Barat, 2012, Medan, Indonesia. Medan: BKS-PTPN Wilayah Barat,
2012.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 8(1) 29-04 2020 100

[8] A. Purwani, “Analisis Kuat Tarik dan Elongasi Plastik Terplastisasi Sorbitol,” Jurnal Teknologi, vol. 3, pp. 99-
106, 2016.
[9] V. Delvia, “Kajian Pengaruh Penambahan Dietilen Glikol Sebagai Pemlastis pada Karakteristik Bioplastik dari
poli-β-Hidroksialkanoat (PHA) yang dihasilkan Ralstronia eutropha pada Substrat Hidrolisat Pati Sagu,”
Skripsi, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, IPB, Bogor, 2006.
[10] H. Dureja, S. Khatak, M. Khatak, and M. Kalra, “Amylose Rich Starch As An Aqueous Based Pharmaceutical
Coating Material,” International Journal of Pharmaceutical Science and Drug Research, vol. 3, pp. 8-12, Jan.
2011.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2020.008.01.09

Anda mungkin juga menyukai