ABSTRAK
Plastik merupakan salah satu bahan pengemas yang banyak digunakan. Sampah plastik yang
dibiarkan akan menumpuk dan memberikan dampak negatif. Solusi dari penumpukan sampah
plastik ini dengan cara membuat plastik yang biodegradable. Tujuan penelitian ini untuk melihat
pengaruh penambahan kitosan dan plasticizer gliserol pada bioplastik dengan bahan dasar
limbah cair tahu. Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mendeskripsikan hasil perhitungan
terhadap sifat biodegradabilitas, sifat solubilitas dan gugus fungsi dari bioplastik yang
dihasilkan. Hasil analisa menunjukan untuk sifat biodegradabilitas dan solubilitas yang terbaik
terdapat pada bioplastik perlakuan K2G2 yaitu dengan komposisi kitosan sebanyak 2.3 g dan
gliserol sebanyak 1.5 ml. Pada perlakuan K2G2 didapat besar persentase biodegradabilitas
sebesar 97.667% dan untuk persentase solubilitas sebesar 40.444%. Gugus fungsi dari bioplastik
yang dihasilkan dapat membuktikan sifat hidrofilik yang dimiliki.
ABSTRACT
Plastic is one of the most commonly used packaging materials. Plastic waste which is left will accumulate
and give a negative impact. The solution for plastic waste is by making biodegradable plastic. The purpose
of this research is to identify the effects of adding chitosan and plasticizer glycerol to bioplastics made up
of tofu liquid waste. The method used in this research is a quantitative approach with a Completely
Randomized Design to describe the result of the biodegradability characteristic, solubility characteristic,
and a cluster function of bioplastic. The result of the analysis for the best biodegradability and solubility
was found in K2G2 treatment with a composition of chitosan as much as 2.3 g and glycerol as much as
1.5 ml. On the K2G2 treatment, it was shown that this treatment attained a percentage of
biodegradability as much as 97.667% and a percentage of solubility amounting to 40.444 %. A cluster
function of bioplastic produced can prove the nature of the hydrophilic.
yang mempunyai sifat terbarukan, yaitu faktor terdiri dari tiga taraf dan dilakukan
senyawa yang terdapat dari dalam tiga kali ulangan. Konsentrasi perlakuan
tanaman seperti pati, selulosa, kolagen, kitosan yang digunakan sebanyak 1.5 g
kasein, protein atau lipid yang terdapat (K1), 2.3 g (K2) dan 3.1 g (K3), kemudian
dalam hewan (Saputro & Ovita, 2017). Pada gliserol sebanyak 1.0 ml (G1), 1.5 ml (G2)
penelitian ini, plastik dibuat menggunakan dan 2.0 ml (G3). Kombinasi perlakuan
limbah cair tahu yang difermentasikan dianalisis dengan menggunakan analisis
menjadi nata de soya sebagai bahan dasar varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan
bioplastik. pengujian BNT 5%.
Proses dari metode ini yaitu bahan
utama dicampurkan dengan penguat dan Pelaksanaan Penelitian
plasticizer. Penguat yang digunakan 1. Pembuatan Konsentrat Selulosa
merupakan kitosan, bahan ini memiliki a. Limbah cair tahu disaring
sifat yang menguntungkan seperti anti menggunakan penyaring dan diukur
bakterial, pengikat pembentuk film dan pada gelas beaker sebanyak 1 L.
penjernih (Selpiana & Anggraeni, 2016). b. Limbah cair tahu dipanaskan hingga
Plasticizer yang digunakan pada penelitian terlihat uap panas dan ditambahkan
ini yaitu plasticizer gliserol. Gliserol ZA 2 g, gula 25 g dan asam cuka 15
memiliki sifat hidrofilik, sehingga cocok ml.
untuk bahan pembentuk film yang berisifat c. Setelah homogen dimasukan
hidrofobik (Murni et al., 2013). Pembuatan campuran cairan pada wada
bioplastik dalam penelitian ini fermentasi dan ditutup dengan
menggunakan metode melt intercalation. kertas koran dan karet, ditunggu
Melt intercalation merupakan teknik inversi hingga suhu 80 ºC.
fasa dengan penguapan terlarut setelah d. Dimasukan Acetobacter xylinum
proses pencetakan yang dilakukan pada sebanyak 100 ml.
plat kaca (Aripin et al., 2017). e. Cairan yang telah dimasukan bakteri
Tujuan penelitian ini untuk melihat ditunggu 10-14 hari hingga menjadi
pengaruh penambahan kitosan dan nata.
plasticizer gliserol pada bioplastik dengan f. Nata de soya yang telah jadi di
bahan dasar limbah cair tahu. Berdasarkan blender hingga bertekstur bubur
penelitian diharapkan dapat menambah yang dijadikan konsentrat selulosa.
sumber informasi ilmiah dan memberikan
pengetahuan secara umum tentang 2. Pembuatan Bioplastik
bioplastik. Diharapkan penelitian ini dapat a. Kitosan dilarutkan sesuai variasi
menambah cara pengolahan limbah cair pada 2 ml asam asetat dalam
tahu menjadi bioplastik. Penelitian ini aquades sebanyak 200 ml dengan
diharapkan juga dapat meningkatkan suhu 80 ºC.
kesadaran masyarakat akan pemanfaatan b. CaCl2 sebanyak 8 g dilarutkan
limbah hasil produksi menjadi bioplastik dengan aquades sebanyak 40 ml
yang mudah diurai oleh alam dan dapat
dengan suhu 60 ºC selama 10 menit,
mengurangi sampah plastik.
lalu ditambahkan selulosa sebanyak
25 g hingga larut.
BAHAN DAN METODE
c. Campurkan larutan kitosan dan
Metode menggunakan metode deskriptif selulosa menjadi satu wadah, lalu
dengan pendekatan kuantitatif. Limbah cair ditambah gliserol
tahu diambil dari industri tahu rumahan di d. Campuran dilarutkan dengan suhu
Wagir dan penelitian dilakukan di 80 ºC selama 45 menit hingga
Laboratorium Teknik Sumber Daya Alam homogen dan menjadi adonan
dan Lingkungan Universitas Brawijaya. bioplastik.
Penelitian menggunakan rancangan acak e. Adonan dicetak pada cetakan dan
lengkap (RAL) yang disusun secara didiamkan dengan suhu ruangan
faktorial dengan dua faktor perlakuan. Tiap selama 2-3 hari hingga mengering.
panas yang besar hingga dapat mengikat biodegradabilitas yang dihasilkan. Nilai
air. biodegradabilitas dipengaruhi oleh sifat
kitosan yang dapat berfungsi sebagai anti
120 bakterial yang biasa digunakan pada bahan
pengawet. Menurut Sarwono (2010), anti
94.444
98.542
97.667
bakteri dari kitosan adalah gugus
100 92.250 96.190
92.056 fungsional amina dan kemampuan
84.500 menyerap dari kitosan yang mempunyai
Biodegradabilitas (%)
100
perlakuan kitosan memberikan pengaruh
nyata pada biodegradabilitas. 80
Biodegradabilitas dengan persentase
terkecil didapat pada perlakuan K3 sebesar 60
68.91%, pada perlakuan K1 persentase
biodegradabilitasnya sebesar 92.92% dan 40
persentase tertinggi pada perlakuan K2
20
sebesar 93.57%. Hubungan komposisi
kitosan dengan nilai biodegradabilitas 0
terdapat pada Gambar 3. Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke - 0 ke - 3 ke - 5 ke - 7 ke - 9 ke - 11 ke - 13 ke - 15
-20
120 K2 K2
Biodegradabilitas %
100
Gambar 4. Persentase biodegradabilitas
80
y = -15.413x + 120.58 tertinggi
60
R² = 0.7698
40
Biodegradabilitas yang tertinggi kedua
20 dimiliki perlakuan K2G2 dengan komposisi
0 kitosan sebanyak 2.3 g dan gliserol
0 1 2 3 4 sebanyak 1.5 ml. Bioplastik pada perlakuan
Kitosan (g) ini terdegradasi sebesar 97.667% selama 15
hari. Perlakuan yang memiliki persentase
Gambar 3. Hubungan kitosan dengan
biodegradabilitas tertinggi terdapat pada
biodegradabilitas
perlakuan K2G3 dengan komposisi kitosan
sebanyak 2.3 g dan gliserol sebanyak 2 ml.
Pada grafik yang didapat menunjukan
Bioplastik perlakuan ini terdegradasi
grafik yang menurun, hal ini menunjukan
sebesar 98.542% selama 15 hari. Persentase
bahwa semakin besar jumlah kitosan yang
ini dipengaruhi oleh tambahan bahan aditif
digunakan, maka semakin kecil nilai
gliserol yang bersifat hidrofilik. Menurut
50
90
40 y = 12,03x + 25,00
79,944
80 30 R² = 0,633
73,036
20
70
63,056 10
60
SOLUBILITAS (%)
0
51,667
49,556 0 1 2 3 4
50 46,667
42,841 Kitosan (g)
40,444
40
Gambar 6. Hubungan kitosan dengan
30 26,991
solubilitas
20
Berdasarkan Gambar 6, grafik menunjukan
10 grafik yang menaik tetapi pada komposisi
0
terbanyak mengalami penurunan. Hal ini
K1 K2 K3 dapat dikatakan bahwa semakin banyak
penambahan kitosan akan memperkecil
Gliserol Gliserol Gliserol persentase solubilitas bioplastik yang
dihasilkan. Menurut Saputro & Ovita
Gambar 5. Persentase solubilitas (2017), peningkatan jumlah zat yang
bersifat hidrofilik diduga menyebabkan
Berdasarkan hasil grafik persentase peningkatan nilai solubilitas, sebaliknya
solubilitas dapat dilihat terdapat kitosan merupakan zat yang bersifat
persamaan pola pada perlakuan K1 dengan hidrofobik, penmabahan kitosan akan
komposisi 1.5 g dan K2 dengan komposisi menurunkan nilai solubilitas plastik.
2.3 g, tetapi perlakuan K3 dengan Perlakuan gliserol juga memberi
komposisi 3.1 g memiliki kesamaan pola pengaruh nyata pada nilai solubilitas
hanya pada perlakuan G3. Dari persentase bioplastik. Pada perlauan G2 dengan
tiap perlakuan dapat dilihat bahwa pada komposisi 1.5 ml didapat persentase
perlakuan G3 dengan komposisi gliserol 2 solubilitasnya sebesar 39.70%, pada
ml memiliki persentase solubilitas tertinggi. perlakuan G1 dengan komposisi 1 ml
Menurut Zulferiyenni et al. (2014), didapat persentase solubilitasnya sebesar
penambahan gliserol mampu menurunkan 51.82% dan pada perlakuan G3 dengan
60
50 tertentu. Hasil pengujian gugus fungsi ini
y = 14,73x + 30,59
40 R² = 0,3 terdapat pada Gambar 8.
30
20
10
0
0 1 2 3
Gliserol (mL)
menurun, tetapi pada komposisi gliserol Gambar 8. Spektra gugus fungsi FTIR
terbanyak menunjukan grafik yang naik. bioplastik
Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin
banyak jumlah gliserol akan memperbesar Berdasarkan hasil spektra yang
nilai solubilitasnya. Sifat hidrofilik dari dihasilkan bioplastik dapat diketahui
gliserol ini yang mempengaruhi nilai bahwa terdapat gugus fungsi C-H Alkana,
solubilitas. Menurut Zulferiyenni et al. C-H Alkena, C-H cincin aromatic, O-H
(2014), gliserol memiliki kemampuan untuk alkohol ikatan hidrogen, O-H ikatan asam
mengurangi ikatan hidrogen internal pada karboksilat, N-H Amina, C-N
ikatan molekuler yang dapat menurunkan Amina/amida, dan C-O alkohol/ester.
gaya intermolekuler pada bioplastik. Gugus fungsi ini terdapat dikarenakan
Dari data yang didapat dan dianalisis bahan penyusun yang terkandung. Gugus
dapat diketahui bahwa semakin rendah O-H, C-H, C=C, cincin aromatic muncul
nilai solubilitas, semakin baik bioplastik dikarenakan terdapatnya bahan selulosa
yang dihasilkan. Pada parameter ini pada bioplastik. Gugus amina/amida
diketahui bahwa persentase terendah terbentuk dari gugus asetil pada kitosan
terdapat pada perlakuan K1G2 dengan yang masih mengandung gugus asetil.
persentase solubilitas sebesar 26.991% dan Kemudian adanya penambahan plasticizer
perlakuan dengan persentase solubilitas gliserol menunjukan gugus C-O ester pada
terendah kedua yaitu perlakuan K2G2 bioplastik yang merupakan penanda reaksi
dengan persentase solubilitas sebesar antara pati dan gliserol. Menurut Suryati et
40.444%. Dari hasil ini dapat dikatakan al. (2017), terdapatnya sifat hidrofilik pada
bahwa komposisi plasticizer merupakan bioplastik dapat dilihat dari gugus O-H
faktor penting untuk menentukan nilai yang terkandung. Gugus ikatan kimia
solubilitas bioplastik. Plasticizer antara kitosan dan gliserol ditantai dengan
menurunkan kekuatan inter dan adanya gugus O-H dari gliserol dan N-H
intramolekuler dan meningkatkan dari kitosan. Tetapi pada hasil yang
fleksibilitas, semakin banyak penggunaan didapat diketahui bahwa larutan adonan
plasticizer akan meningkatkan kelaurtan bioplastik belum homogen secara rata, hal
terutama plasticizer yang bersifat hidrofilik ini ditandai belum samanya gugus fungsi
(Coniwati et al., 2014). yang terlihat puncaknya
.