Anda di halaman 1dari 7

21

Widiatmono et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Biodegradabilitas Bioplastik Berbahan Dasar Limbah Cair Tahu dengan


Penguat Kitosan dan Plasticizer Gliserol

Biodegradability of Bioplastic Based on Tofu Liquid Waste With Chitosan and


Plasticizer Glycerol

Bambang Rahadi Widiatmono1*, Akhmad Adi Sulianto1, Corry Debora2


1Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
2Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

*Email korespondensi : b.rahadi@gmail.com

ABSTRAK

Plastik merupakan salah satu bahan pengemas yang banyak digunakan. Sampah plastik yang
dibiarkan akan menumpuk dan memberikan dampak negatif. Solusi dari penumpukan sampah
plastik ini dengan cara membuat plastik yang biodegradable. Tujuan penelitian ini untuk melihat
pengaruh penambahan kitosan dan plasticizer gliserol pada bioplastik dengan bahan dasar
limbah cair tahu. Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mendeskripsikan hasil perhitungan
terhadap sifat biodegradabilitas, sifat solubilitas dan gugus fungsi dari bioplastik yang
dihasilkan. Hasil analisa menunjukan untuk sifat biodegradabilitas dan solubilitas yang terbaik
terdapat pada bioplastik perlakuan K2G2 yaitu dengan komposisi kitosan sebanyak 2.3 g dan
gliserol sebanyak 1.5 ml. Pada perlakuan K2G2 didapat besar persentase biodegradabilitas
sebesar 97.667% dan untuk persentase solubilitas sebesar 40.444%. Gugus fungsi dari bioplastik
yang dihasilkan dapat membuktikan sifat hidrofilik yang dimiliki.

Kata kunci: biodegradable, gugus fungsi, solubilitas

ABSTRACT

Plastic is one of the most commonly used packaging materials. Plastic waste which is left will accumulate
and give a negative impact. The solution for plastic waste is by making biodegradable plastic. The purpose
of this research is to identify the effects of adding chitosan and plasticizer glycerol to bioplastics made up
of tofu liquid waste. The method used in this research is a quantitative approach with a Completely
Randomized Design to describe the result of the biodegradability characteristic, solubility characteristic,
and a cluster function of bioplastic. The result of the analysis for the best biodegradability and solubility
was found in K2G2 treatment with a composition of chitosan as much as 2.3 g and glycerol as much as
1.5 ml. On the K2G2 treatment, it was shown that this treatment attained a percentage of
biodegradability as much as 97.667% and a percentage of solubility amounting to 40.444 %. A cluster
function of bioplastic produced can prove the nature of the hydrophilic.

Keywords: biodegradable, cluster function, solubility

PENDAHULUAN negatif bagi lingkungan. Solusi yang dapat


mengurangi sampah plastik dengan
Plastik merupakan salah satu bahan membuat plastik dengan sifat yang dapat
pengemas makanan yang banyak dipakai, terdegradasi oleh alam. Pada pembuatan
dan apabila sampah plastik dibiarkan akan plastik yang memiliki sifat biodegradable
menimbulkan tumpukan yang berdampak atau bioplastik, plastik terbuat dari material

Volume 8 Nomor 1 : 21-27 https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2021.008.01.3


22
Widiatmono et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

yang mempunyai sifat terbarukan, yaitu faktor terdiri dari tiga taraf dan dilakukan
senyawa yang terdapat dari dalam tiga kali ulangan. Konsentrasi perlakuan
tanaman seperti pati, selulosa, kolagen, kitosan yang digunakan sebanyak 1.5 g
kasein, protein atau lipid yang terdapat (K1), 2.3 g (K2) dan 3.1 g (K3), kemudian
dalam hewan (Saputro & Ovita, 2017). Pada gliserol sebanyak 1.0 ml (G1), 1.5 ml (G2)
penelitian ini, plastik dibuat menggunakan dan 2.0 ml (G3). Kombinasi perlakuan
limbah cair tahu yang difermentasikan dianalisis dengan menggunakan analisis
menjadi nata de soya sebagai bahan dasar varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan
bioplastik. pengujian BNT 5%.
Proses dari metode ini yaitu bahan
utama dicampurkan dengan penguat dan Pelaksanaan Penelitian
plasticizer. Penguat yang digunakan 1. Pembuatan Konsentrat Selulosa
merupakan kitosan, bahan ini memiliki a. Limbah cair tahu disaring
sifat yang menguntungkan seperti anti menggunakan penyaring dan diukur
bakterial, pengikat pembentuk film dan pada gelas beaker sebanyak 1 L.
penjernih (Selpiana & Anggraeni, 2016). b. Limbah cair tahu dipanaskan hingga
Plasticizer yang digunakan pada penelitian terlihat uap panas dan ditambahkan
ini yaitu plasticizer gliserol. Gliserol ZA 2 g, gula 25 g dan asam cuka 15
memiliki sifat hidrofilik, sehingga cocok ml.
untuk bahan pembentuk film yang berisifat c. Setelah homogen dimasukan
hidrofobik (Murni et al., 2013). Pembuatan campuran cairan pada wada
bioplastik dalam penelitian ini fermentasi dan ditutup dengan
menggunakan metode melt intercalation. kertas koran dan karet, ditunggu
Melt intercalation merupakan teknik inversi hingga suhu 80 ºC.
fasa dengan penguapan terlarut setelah d. Dimasukan Acetobacter xylinum
proses pencetakan yang dilakukan pada sebanyak 100 ml.
plat kaca (Aripin et al., 2017). e. Cairan yang telah dimasukan bakteri
Tujuan penelitian ini untuk melihat ditunggu 10-14 hari hingga menjadi
pengaruh penambahan kitosan dan nata.
plasticizer gliserol pada bioplastik dengan f. Nata de soya yang telah jadi di
bahan dasar limbah cair tahu. Berdasarkan blender hingga bertekstur bubur
penelitian diharapkan dapat menambah yang dijadikan konsentrat selulosa.
sumber informasi ilmiah dan memberikan
pengetahuan secara umum tentang 2. Pembuatan Bioplastik
bioplastik. Diharapkan penelitian ini dapat a. Kitosan dilarutkan sesuai variasi
menambah cara pengolahan limbah cair pada 2 ml asam asetat dalam
tahu menjadi bioplastik. Penelitian ini aquades sebanyak 200 ml dengan
diharapkan juga dapat meningkatkan suhu 80 ºC.
kesadaran masyarakat akan pemanfaatan b. CaCl2 sebanyak 8 g dilarutkan
limbah hasil produksi menjadi bioplastik dengan aquades sebanyak 40 ml
yang mudah diurai oleh alam dan dapat
dengan suhu 60 ºC selama 10 menit,
mengurangi sampah plastik.
lalu ditambahkan selulosa sebanyak
25 g hingga larut.
BAHAN DAN METODE
c. Campurkan larutan kitosan dan
Metode menggunakan metode deskriptif selulosa menjadi satu wadah, lalu
dengan pendekatan kuantitatif. Limbah cair ditambah gliserol
tahu diambil dari industri tahu rumahan di d. Campuran dilarutkan dengan suhu
Wagir dan penelitian dilakukan di 80 ºC selama 45 menit hingga
Laboratorium Teknik Sumber Daya Alam homogen dan menjadi adonan
dan Lingkungan Universitas Brawijaya. bioplastik.
Penelitian menggunakan rancangan acak e. Adonan dicetak pada cetakan dan
lengkap (RAL) yang disusun secara didiamkan dengan suhu ruangan
faktorial dengan dua faktor perlakuan. Tiap selama 2-3 hari hingga mengering.

Volume 8 Nomor 1 : 21-27 https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2021.008.01.3


23
Widiatmono et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Pengujian dan Analisis Data proses yang terjadi pada pencampuran


Bioplastik dilakukan uji biodegradabilitas apakah terjadi secara fisik atau kimia.
dengan metode penguburan di dalam
tanah (soil burial test), uji ketahanan air HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap air dan analisa gugus fungsi
dengan FT-IR (Fourier-Transform Infrared Analisis Pengaruh Perlakuan pada Sifat
Spectroscopy). Biodegradabilitas
Uji biodegradabilitas dilakukan dengan Berdasarkan penelitian didapat bioplastik
cara penguburan langsung dalam tanah yang memiliki kesamaan fisik dengan
(metode soil burial test) mengikuti cara plastik konvensional (Gambar 1).
penelitian Alam et al., (2014). Estimasi
waktu penguburan dalam tanah dilakukan
selama 15 hari dengan modifikasi
pengamatan sekali dalam 2 hari. Pada awal
sebelum penguburan bioplastik yang diuji,
ditimbang berat awalnya. Setelah itu dilihat
perubahannya setiap dua hari sekali.
Uji kelarutan terhadap air yang
dilakukan pada bioplastik yang dihasilkan
mengikuti cara pengujian dari Garcia et al.
(2006). Pada pengujian ini sampel yang Gambar 1. Bioplastik
dihasilkan dipotong menjadi ukuran 2 x 3
cm dan dimasukkan ke dalam desikator Uji biodegradabilitas merupakan pengujian
selama 7 hari. Lalu sampel yang telah bioplastik untuk mengetahui daya
dikeringkan ditimbang berat awal (wo). degradasinya di alam. Hal ini untuk
Setelah 7 hari, direndam sampel tersebut mengetahui seberapa cepat bioplastik
dalam gelas beker dengan 80 ml aquades terdegradasi oleh mikroorganisme yang
dan diaduk menggunakan magnetic stirrer ada di lingkungan. Metode yang digunakan
kecepatan 200 rpm selama 1 jam. yaitu soil burial test dengan media tanah.
Pengadukan ini dilakukan dengan suhu 25 Data hasil persentase pengaruh perlakuan
ºC dan 100 ºC. Sampel yang tidak terlarut terhadap biodegradabilitas yang dihasilkan
dalam larutan diangkat dan dikeringkan terdapat pada Gambar 2.
dalam oven selama dua jam dengan suhu Pada perlakuan K1 dengan komposisi
60 ºC. Sampel yang sudah dikeringkan kitosan sebanyak 1.5 g memiliki hasil yang
ditimbang untuk mendapatkan berat menyerupai perlakuan K2 dengan
sampel kering setelah perendaman (w1). Uji komposisi kitosan sebanyak 2.3 g. Pada
ini bertujuan untuk memprediksi perlakuan K3 dengan komposisi kitosan
kestabilan film terhadap pengaruh air itu sebanyak 3.1 g memiliki pola grafik yang
sendiri. Rumus yang digunakan terdapat berbeda. Pola grafik yang berbeda ini dapat
pada Persamaan (1). dipengaruhi oleh faktor hujan. Pada
penelitian ini dilakukan di alam terbuka
...................................(1) dan hujan deras yang turun langsung
mengenai tanah tempat penguburan
FTIR merupakan cara pengujian untuk bioplastik mempengaruhi keadaan tanah
mengetahui karakteristik kimia gugus yang dapat mempengaruhi hasil
fungsi dari bioplastik yang dihasilkan. FTIR persentase. Kandungan CaCl2 yang
merupakan metode yang menggunakan terdapat pada bioplastik juga
spektroskopi infamerah. Pada spektroskopi mempengaruhi persentase
inframerah dilewatkan pada sampel. biodegradabilitas. Menurut Maswiarso &
Sebagian radiasi inframerah diserap oleh Utomo (2019), CaCl2 merupakan garam
sampel dan sebagian lagi dilewatkan atau yang mempunyai sifat higroskopis
ditransmisikan. Analisis gugus fungsi terhadap air dan memiliki kandungan
dengan FTIR bertujuan untuk mengetahui

Volume 8 Nomor 1 : 21-27 https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2021.008.01.3


24
Widiatmono et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

panas yang besar hingga dapat mengikat biodegradabilitas yang dihasilkan. Nilai
air. biodegradabilitas dipengaruhi oleh sifat
kitosan yang dapat berfungsi sebagai anti
120 bakterial yang biasa digunakan pada bahan
pengawet. Menurut Sarwono (2010), anti
94.444
98.542
97.667
bakteri dari kitosan adalah gugus
100 92.250 96.190
92.056 fungsional amina dan kemampuan
84.500 menyerap dari kitosan yang mempunyai
Biodegradabilitas (%)

80 muatan positif. Sel pada mikroba


68.590
bermuatan negatif akan berinteraksi
60 menyebabkan tekanan osmotik yang dapat
menghalangi pertumbuhan dari mikroba.
41.941
Komposisi kitosan yang semakin banyak
40
akan mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme yang berfungsi untuk
20 mengurai bioplastik sehingga laju
degradasi pada bioplastik akan melambat.
0 Dari data yang diperoleh dan dianalisis
K1 K2 K3 dapat ditarik kesimpulan pengaruh
perlakuan terhadap biodegradabilitas.
Gliserol Gliserol Gliserol Pengaruh ini terdapat pada Gambar 4.
Gambar 2. Persentase biodegradabilitas
120
Dari data ANOVA didapat bahwa
Biodegradabilitas (%)

100
perlakuan kitosan memberikan pengaruh
nyata pada biodegradabilitas. 80
Biodegradabilitas dengan persentase
terkecil didapat pada perlakuan K3 sebesar 60
68.91%, pada perlakuan K1 persentase
biodegradabilitasnya sebesar 92.92% dan 40
persentase tertinggi pada perlakuan K2
20
sebesar 93.57%. Hubungan komposisi
kitosan dengan nilai biodegradabilitas 0
terdapat pada Gambar 3. Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
ke - 0 ke - 3 ke - 5 ke - 7 ke - 9 ke - 11 ke - 13 ke - 15
-20

120 K2 K2
Biodegradabilitas %

100
Gambar 4. Persentase biodegradabilitas
80
y = -15.413x + 120.58 tertinggi
60
R² = 0.7698
40
Biodegradabilitas yang tertinggi kedua
20 dimiliki perlakuan K2G2 dengan komposisi
0 kitosan sebanyak 2.3 g dan gliserol
0 1 2 3 4 sebanyak 1.5 ml. Bioplastik pada perlakuan
Kitosan (g) ini terdegradasi sebesar 97.667% selama 15
hari. Perlakuan yang memiliki persentase
Gambar 3. Hubungan kitosan dengan
biodegradabilitas tertinggi terdapat pada
biodegradabilitas
perlakuan K2G3 dengan komposisi kitosan
sebanyak 2.3 g dan gliserol sebanyak 2 ml.
Pada grafik yang didapat menunjukan
Bioplastik perlakuan ini terdegradasi
grafik yang menurun, hal ini menunjukan
sebesar 98.542% selama 15 hari. Persentase
bahwa semakin besar jumlah kitosan yang
ini dipengaruhi oleh tambahan bahan aditif
digunakan, maka semakin kecil nilai
gliserol yang bersifat hidrofilik. Menurut

Volume 8 Nomor 1 : 21-27 https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2021.008.01.3


25
Widiatmono et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Anggraini (2013), kemampuan gaya intermolekuler pada bioplastik


biodegradasi plastik akan memiliki nilai sehingga nilai kelarutannya bertambah.
biodegradabilitas yang tinggi apabila Sehingga semakin banyak jumlah gliserol
semakin banyak komposisi gliserol yang yang terkandung persentase solubilitas
ditambahkan. Sifat gliserol yang mampu yang didapat semakin besar.
menyerap air menambah banyak Pada hasil ANOVA diketahui bahwa
kandungan air sebagai media bagi sebagian perlakuan kitosan dan gliserol memberikan
mikroba dan bakteri. Hal ini dapat pengaruh yang nyata. Perlakuan K1
membantu laju degradasi plastik. dengan komposisi kitosan sebanyak 1.5 g
didapat persentase solubilitasnya sebesar
Analisis Pengaruh Perlakuan Pada Sifat 38.83%, pada perlakuan K3 dengan
Kelarutan Terhadap Air komposisi kitosan sebanyak 3.1 g didapat
Analisis kelarutan terhadap air (solubilitas) persentase solubilitasnya sebesar 58.09%
pada bioplastik dilakukan untuk dan perlakuan K2 dengan komposisi 2.3 g
menambah data penunjang untuk didapat persentase solubilitasnya sebesar
mengetahui perlakuan bioplastik yang 61.15%. Pengaruh perlakuan kitosan
terbaik. Perlakuan terbaik yaitu perlakuan terhadap solubilitas yang dihasilkan
dengan nilai kelarutan terhadap air dengan terdapat pada Gambar 6.
persentase terendah. Hasil persentase
70
solubitas terdapat pada Gambar 5.
60
Solubilitas %

50
90
40 y = 12,03x + 25,00
79,944
80 30 R² = 0,633
73,036
20
70
63,056 10
60
SOLUBILITAS (%)

0
51,667
49,556 0 1 2 3 4
50 46,667
42,841 Kitosan (g)
40,444
40
Gambar 6. Hubungan kitosan dengan
30 26,991
solubilitas
20
Berdasarkan Gambar 6, grafik menunjukan
10 grafik yang menaik tetapi pada komposisi
0
terbanyak mengalami penurunan. Hal ini
K1 K2 K3 dapat dikatakan bahwa semakin banyak
penambahan kitosan akan memperkecil
Gliserol Gliserol Gliserol persentase solubilitas bioplastik yang
dihasilkan. Menurut Saputro & Ovita
Gambar 5. Persentase solubilitas (2017), peningkatan jumlah zat yang
bersifat hidrofilik diduga menyebabkan
Berdasarkan hasil grafik persentase peningkatan nilai solubilitas, sebaliknya
solubilitas dapat dilihat terdapat kitosan merupakan zat yang bersifat
persamaan pola pada perlakuan K1 dengan hidrofobik, penmabahan kitosan akan
komposisi 1.5 g dan K2 dengan komposisi menurunkan nilai solubilitas plastik.
2.3 g, tetapi perlakuan K3 dengan Perlakuan gliserol juga memberi
komposisi 3.1 g memiliki kesamaan pola pengaruh nyata pada nilai solubilitas
hanya pada perlakuan G3. Dari persentase bioplastik. Pada perlauan G2 dengan
tiap perlakuan dapat dilihat bahwa pada komposisi 1.5 ml didapat persentase
perlakuan G3 dengan komposisi gliserol 2 solubilitasnya sebesar 39.70%, pada
ml memiliki persentase solubilitas tertinggi. perlakuan G1 dengan komposisi 1 ml
Menurut Zulferiyenni et al. (2014), didapat persentase solubilitasnya sebesar
penambahan gliserol mampu menurunkan 51.82% dan pada perlakuan G3 dengan

Volume 8 Nomor 1 : 21-27 https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2021.008.01.3


26
Widiatmono et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

komposisi 2 ml didapat persentase Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR


solubilitasnya sebesar 66.55%. Hubungan Pengujian dengan menggunakan FTIR ini
gliserol dengan persentase solubilitas yang bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi
dihasilkan terdapat pada Gambar 7. yang terkandung dalam bioplastik. Hasil
dari penggunaan FTIR ini berupa data peak
yang menunjukan gugus-gugus yang
70
menyusun bioplastik pada rentang serapan
Solubilitas (%)

60
50 tertentu. Hasil pengujian gugus fungsi ini
y = 14,73x + 30,59
40 R² = 0,3 terdapat pada Gambar 8.
30
20
10
0
0 1 2 3
Gliserol (mL)

Gambar 7. Hubungan gliserol dengan


solubilitas

Pada Gambar 7 diketahui bahwa pada awal


data grafik menunjukan hubungan yang K1G1 K1G2 K1G3 K2G1 K2G2 K2G3 K3G1 K3G2 K3G3

menurun, tetapi pada komposisi gliserol Gambar 8. Spektra gugus fungsi FTIR
terbanyak menunjukan grafik yang naik. bioplastik
Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin
banyak jumlah gliserol akan memperbesar Berdasarkan hasil spektra yang
nilai solubilitasnya. Sifat hidrofilik dari dihasilkan bioplastik dapat diketahui
gliserol ini yang mempengaruhi nilai bahwa terdapat gugus fungsi C-H Alkana,
solubilitas. Menurut Zulferiyenni et al. C-H Alkena, C-H cincin aromatic, O-H
(2014), gliserol memiliki kemampuan untuk alkohol ikatan hidrogen, O-H ikatan asam
mengurangi ikatan hidrogen internal pada karboksilat, N-H Amina, C-N
ikatan molekuler yang dapat menurunkan Amina/amida, dan C-O alkohol/ester.
gaya intermolekuler pada bioplastik. Gugus fungsi ini terdapat dikarenakan
Dari data yang didapat dan dianalisis bahan penyusun yang terkandung. Gugus
dapat diketahui bahwa semakin rendah O-H, C-H, C=C, cincin aromatic muncul
nilai solubilitas, semakin baik bioplastik dikarenakan terdapatnya bahan selulosa
yang dihasilkan. Pada parameter ini pada bioplastik. Gugus amina/amida
diketahui bahwa persentase terendah terbentuk dari gugus asetil pada kitosan
terdapat pada perlakuan K1G2 dengan yang masih mengandung gugus asetil.
persentase solubilitas sebesar 26.991% dan Kemudian adanya penambahan plasticizer
perlakuan dengan persentase solubilitas gliserol menunjukan gugus C-O ester pada
terendah kedua yaitu perlakuan K2G2 bioplastik yang merupakan penanda reaksi
dengan persentase solubilitas sebesar antara pati dan gliserol. Menurut Suryati et
40.444%. Dari hasil ini dapat dikatakan al. (2017), terdapatnya sifat hidrofilik pada
bahwa komposisi plasticizer merupakan bioplastik dapat dilihat dari gugus O-H
faktor penting untuk menentukan nilai yang terkandung. Gugus ikatan kimia
solubilitas bioplastik. Plasticizer antara kitosan dan gliserol ditantai dengan
menurunkan kekuatan inter dan adanya gugus O-H dari gliserol dan N-H
intramolekuler dan meningkatkan dari kitosan. Tetapi pada hasil yang
fleksibilitas, semakin banyak penggunaan didapat diketahui bahwa larutan adonan
plasticizer akan meningkatkan kelaurtan bioplastik belum homogen secara rata, hal
terutama plasticizer yang bersifat hidrofilik ini ditandai belum samanya gugus fungsi
(Coniwati et al., 2014). yang terlihat puncaknya
.

Volume 8 Nomor 1 : 21-27 https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2021.008.01.3


27
Widiatmono et al. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Berdasarkan penelitian yang telah jalar dengan plasticizer gliserol dengan


dilakukan didapat kesimpulan yaitu: metode melt intercalation. Jurnal
1. Bioplastik yang dihasilkan dari limbah Teknik Mesin Mercu Buana, 6(2), 79-84.
cair tahu dengan penambahan kitosan Coniwanti, P., Laila, L., & Alfira, M. R.
dan gliserol dapat terdegradasi. (2015). Pembuatan film plastik
Perlakuan K2G2 dengan nilai biodegradable dari pati jagung dengan
biodegradabilitas terbaik dapat penambahan kitosan dan pemplastis
terdegradasi sebesar 97.667% selama gliserol. Jurnal Teknik Kimia, 20(4), 22-
15 hari. 30.
2. Kitosan dan gliserol memberi Garcia, M. A., Pinotti, A., & Zaritzky, N. E.
pengaruh pada biodegradabilitas (2006). Physicochemical, water vapor
bioplastik. Semakin banyak barrier and mechanical properties of
penambahan kitosan akan corn starch and chitosan composite
menurunkan kemampuan degradasi films. Starch‐Stärke, 58(9), 453-463.
pada bioplastik. Penambahan gliserol https://doi.org/10.1002/star.20050048
lebih mempengaruhi sifat solubilitas, 4
semakin banyak gliserol semakin cepat Maswiarso, A. & Utomo, R. K. (2019). Pra
larut bioplastik. Rancangan Pabrik Kimia Kalsium Klorida
3. Penambahan kitosan dan gliserol serta dari Asam Klorida dan Batuan Kapur
selulosa pada bioplastik menghasilkan Dengan Kapasitas 10.000 Ton/Tahun
gugus fungsi O-H, C-H, C-O, C-N dan Perancangan Pabrik [Skripsi].
N-H. Pencampuran larutan adonan Universitas Islam Indonesia.
bioplastik belum homogen, sehingga Murni, S. W., Pawignyo, H., Widyawati, D.,
terdapat gugus fungsi yang tidak & Sari, N. (2015, April). Pembuatan
terdapat pada perlakuan yang lain. edible film dari tepung jagung (Zea
Sifat hidrofilik dapat dibuktikan dari Mays L.) dan kitosan. Prosiding Seminar
terdapatnya gugus O-H pada Nasional Teknik Kimia Kejuangan, B17,
bioplastik. 1-9.
4. Konsentrasi kitosan dan gliserol yang Saputro, A. N. C., & Ovita, A. L. (2017).
terbaik berdasarkan pengujian sifat Sintetis dan karakterisasi bioplastik
biodegradabilitas dan kelarutan dari kitosan-pati ganyong (Canna
terhadap air yaitu perlakuan K2G2 edulis). JKPK (Jurnal Kimia dan
dengan komposisi kitosan sebanyak Pendidikan Kimia), 2(1), 13 – 21.
2.3 g dan gliserol sebanyak 1.5 ml. Sarwono, R. (2010). Pemanfaatan
Perlakuan ini memiliki nilai kitin/kitosan sebagai bahan anti
biodegradabilitas sebesar 97.667% dan mikroba. JKTI (Jurnal Kimia Terapan
kelarutan sebesar 40.444%. Indonesia), 12(1), 32-38.
Selpiana, P., & Anggraeni, C. P. (2016).
DAFTAR PUSTAKA Pengaruh penambahan kitosan dan
gliserol pada pembuatan bioplastik
Alam, M. N., Kumalasari, K., Nurmalasari, dari ampas tebu dan ampas tahu.
N., & Illing, I. (2018). Pengaruh Jurnal Teknik Kimia, 1(22), 57-64.
komposisi kitosan terhadap sifat Suryati, S., Meriatna, M., & Marlina, M.
biodegradasi dan water uptake (2017). Optimasi proses pembuatan
bioplastik dari serbuk tongkol bioplastik dari pati limbah kulit
jagung. Al-Kimia, 6(1), 24-33. singkong. Jurnal Teknologi Kimia
Anggarini, F. (2013). Aplikasi Plasticizer Unimal, 5(1), 78-91.
gliserol pada pembuatan plastik Zulferiyenni, Z., Marniza, M., & Sari, E. N.
biodegradable dari biji nangka [Doctoral (2014). Pengaruh konsentrasi gliserol
Dissertation]. Universitas Negeri dan tapioka terhadap karakteristik
Semarang. biodegradable film berbasis ampas
Aripin, S., Saing, B., & Kustiyah, E. (2017). rumput laut Eucheuma cottonii. Jurnal
Studi pembuatan bahan alternatif Teknologi & Industri Hasil
plastik biodegradable dari pati ubi Pertanian, 19(3), 257-273.

Volume 8 Nomor 1 : 21-27 https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2021.008.01.3

Anda mungkin juga menyukai