Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

PEMISAHAN GLISEROL DAN BIODIESEL MINYAK


KELAPA SAWIT (PALM OIL) DENGAN
MENGGUNAKAN MEMBRANE POLYPROPYLENE
Alvino Heboh W. , Sonia Srivasta D. , dan Prof.Dr.Ir. H.Rachimoellah Dipl, EST
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: prof_rachimoellah@yahoo.com

Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan dikonversi menjadi Methyl Ester melalui proses
gliserol dari produk biodiesel minyak kelapa sawit. Penelitian ini transesterifikasi dengan alkohol. Biodiesel dapat digunakan
dilakukan dengan proses mikrofiltrasi menggunakan membrane untuk bahan bakar diesel Mesin, Yang biasanya menggunakan
polypropylene. Sebelum dilakukan proses mikrofiltrasi, terlebih Minyak solar. Pada pembuatan biodiesel atau reaksi
dahulu dilakukan proses pembuatan biodiesel dengan proses
transesterifikasi selama 2 j am dengan suhu 60oC, kemudian
transesterifikasi suatu minyak nabati dengan alkohol akan
melakukan proses pemisahan gliserol secara settling, serta pencucian dihasilkan sebuah produk samping berupa gliserol. Produk ini
methanol dan sisa katalis dari produk biodiesel. Pada Proses dihasilkan sekitar 10 – 20 % dari total volume produk
mikrofiltrasi, campuran umpan sesuai variabel operasi dipanasi Transesterifikasi merupakan metode paling umum
hingga suhu umpan yang dikehendaki, selanjutnya dipompakan ke digunakan untuk memproduksi biodiesel. Transesterifikasi
membrane polypropylene, dan akan dihasilkan permeat, dimana adalah reaksi minyak (Trigliserida) dengan alkohol
permeat merupakan hasil proses mikrofiltrasi yang diharapkan. menggunakan katalis basa sehingga menghasilkan biodiesel
Variabel penelitian yang digunakan meliputi, variabel tetap dan gliserol. Pada proses transesterifikasi katalis homogen
yang digunakan meliputi jenis umpan (biodiesel minyak kelapa
basa yang sering digunakan adalah NaOH dan KOH.
sawit), pola aliran (inside-outside) dan waktu operasi (10 menit).
Untuk variabel berubahnya meliputi penambahan gliserol (4, 8%),
suhu umpan (30, 40, 50 oC), TMP (1 dan 2 bar), dan penambahan air
(0,1 dan 0,2%), serta variabel respon yang meliputi kandungan
gliserol dan yield biodiesel dalam permeat hasil mikrofiltrasi.
Dari hasil penelitian dihasilkan permeat dengan hasil
terbaik pada variabel 30 oC, 1bar, penambahan air 0,2% air pada
penambahan gliserol 4% dengan didapatkan kadar gliserol 0,4% dan
yield biodiesel 95,79%. Semakin meningkatnya TMP maka akan
dihasilkan yield yang sedikit, serta semakin banyak penambahan air
maka akan dihasilkan kadar gliserol yang sedikit dan meningkatnya
yield biodiesel
Kata Kunci— gliserol, biodiesel, minyak kelapa sawiy,
membrane polypropylene, mikrofiltrasi. Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi
Pemisahan gliserol yang merupakan produk samping
dari pembuatan biodiesel perlu dilakukan. Selain dapat
I. PENDAHULUAN

C
mereduksi limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan
adangan minyak bumi di Indonesia semakin menipis biodiesel, juga akan menambah income bagi industri penghasil
yang kini diperkirakan hanya tersedia untuk jangka biodiesel. Karena selain produk utama biodiesel, masih ada
waktu sekitar 15 tahun. Hitungan tersebut dengan produk samping yang bernilai ekonomis. Salah satunya
asumsi tingkat konsumsi tinggi seperti sekarang, yang berada gliserol tersebut. (Aziz, I, dkk., 2008). Gliserol dalam jumlah
pada kisaran tingkat pertumbuhan konsumsi 5-6 persen besar digunakan dalam pembuatan obat, kosmetik, pasta gigi,
setahun. Perkiraan itu bisa lebih parah lagi kalau pola hidup busa uretan, resin sintetis, dll. Sejumlah besar pemrosesan
dari masyarakat Indonesia yang sangat boros dalam tembakau dan makanan juga menggunakan gliserol, baik
penggunaan energi fosil ini masih dipertahankan. dalam bentuk gliserin atau gliseridanya.(Appleby, 2005).
Oleh karena itu, peranan pengembangan energi Kandungan gliserol yang masih terkandung dalam
pengganti migas harus ditingkatkan. Kebutuhan energi biodieselpun juga dapat menyebabkan disfungsi pada
pengganti migas ini dapat dipenuhi dari sumber-sumber energi penggunaan bahan bakar pada mesin diesel dan
alternatif lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga panas mengakibatkan proses kerja dari mesin tidak maksimal,
bumi, biomassa, gambut, tenaga surya, dan energi terbarukan khususnya pada emisi dari mesin diesel tersebut. Oleh karena
lainnya seperti Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang dikenal itu dibutuhkan biodiesel yang diharapkan sekecil mungkin
dengan nama biodiesel.Biodiesel merupakan bahan bakar kandung gliserolnya yaitu kurang dati 0,02% (EN 14214).
alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak (C.Plank ; E.lorbeer, 1995)
bekas, lemak binatang, atau minyak tumbuhan yang telah
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

Salah satu bagian dari proses produksi biodiesel adalah B. Tahap Mikrofiltrasi
pemurnian metil ester hasil reaksi transesterifikasi menjadi Setelah didapatkan biodisel, selanjutnya melakukan
biodiesel. Pencucian adalah proses menghilangkan sisa proses mikrofiltrasi. Pertama memasukkan 400 ml campuran
methanol, sisa katalis, sabun dan gliserol yang tidak bisa metil ester dan gliserol sesuai variabel dan air sesuai variabel
dihilangkan pada proses pemisahan. Saat ini, metode yang ke dalam tangki umpan atau beaker glass 500 ml dengan
umum digunakan dalam pemurnian biodiesel adalah dengan kondisi feed konstan sesuai variabel. Kemudian mengalirkan
metode distilasi untuk menghilangkan sisa methanol, umpan ke membran polypropylene dengan pompa diafragma.
pencucian dengan air dan asam untuk menghilangkan sisa Pada aliran digunakan kompressor guna untuk mengalirkan
katalis, pencucian dengan menggunakan air untuk aliran udara yang bertekanan yang sesuai dengan variabel,
menghilangkan sisa sabun dan pencucian dengan corong sehingga aliran permeat akan keluar dan siap ditampung.
pemisah untuk menghilangkan sisa gliserol. Metode ini Proses ini berjalan 10 menit tiap variabel. Variabel
memiliki kelemahan karena membutuhkan waktu yang cukup penambahan gliserol yang digunakan ini bertujuan untuk
lama. Oleh karena itu, untuk memperoleh kondisi operasi mengetahui berapa kadar gliserol yang dapat dipisahkan dan
optimum dan hasil pemurnian biodiesel yang lebih baik, pengaruh dari variabel penambahan air. Selain itu juga untuk
diperlukan penelitian untuk memperoleh metode baru yang mempermudah pengukuran supaya dapat diketahui kondisi
mampu mengatasi kelemahan metode pemurnian operasi yang optimal yang diinginkan. Kandungan retentate
konvensional. akan kembali pada tangki feed yang siap dipompa lagi sampai
Salah satunya metode pemisahan dengan aliran permeat sepenuhnya keluar. Variabel yang digunakan ini
menggunakan membrane. Metode membran ini merupakan meliputi :
potensi yang sangat baik untuk menyelesaikan masalah  Variabel Tetap
lingkungan dengan merecovery produk biodiesel yang lebih Variabel tetap yang digunakan yaitu jenis umpan berupa
banyak. Membran yang paling banyak digunakan adalah biodiesel minyak kelapa sawit ; Aliran membran Inside-
membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi. Berdasarkan Outside ; Waktu operasi 10 menit
penelitian, membrane ceramic merupakan membran yang  Variabel Berubah
paling baik digunakan untuk pemisahan biodiesel. Namun - Variabel berubah yang digunakan :
membrane ini sangat mahal, mengingat bahan tersebut dapat - Campuran gliserol (4 dan 8% dari feed umpan)
digunakan dengan jangka panjang, dan hanya membutuhkan - Suhu Umpan (30, 40, 50 oC)
sedikit perawatan. Oleh karena itu membrane dengan bahan PP - Tekanan transmembran (1 dan 2 bar)
(Polypropylene) merupakan solusi yang tepat. Selain bahan - Penambahan air (0,1 dan 0,2%)
yag tidak terlalu mahal, optimalisasi membrane tersebut tidak  Variabel respon dari penelitian ini adalah kandungan
jauh berbeda dari membrane ceramic, namun hanya perawatan gliserol, yield biodiesel dan komposisi biodiesel dalam
yang dilakukan harus lebih rutin. permeat hasil mikrofiltrasi.

II. URAIAN PENELITIAN C. Tahap Analisa


A. Tahap Persiapan Feed - Analisa Kandungan Gliserol pada permeat hasil
Mikrofiltrasi
Pada penelitian pemisahan biodiesel dan gliserol Hasil permeat yang didapatkan dari mikrofiltrasi dianalisa
dengan membran ini dimulai dengan pembuatan biodiesel dari kandungan gliserolnya.Pertama, menimbang sampel sebanyak
minyak kelapa sawit yang akan digunakan untuk feed dari 0,3 gr lalu melarutkan sampel dalam air sampai 50 ml dan
proses mikrofiltrasi. Menimbang minyak kelapa sawit sesuai meletakkan dalam erlenmeyer. Menambahkan 4-5 tetes HCl
kebutuhan, lalu memasukkan ke dalam labu leher dan 50%, kemudian memanaskan sampai timbul gelembung udara
memanaskan minyak ± 50oC. Kemudian menyiapkan methanol (awal mendidih). Menutup erlenmeyer dan membiarkannya
sebagai reaktan dengan perbandingan 1:6 Molar serta NaOH sampai dingin. Menambahkan indikator phenol red kemudian
sebagai katalis dengan jumlah 1% dari berat minyak, lalu menitrasi sampel dengan larutan NaOH 1 N sampai merah.
mencampurkan methanol dan NaOH hingga homogen. Setelah Menetralkan dengan larutan H2SO4 0,1 N sampai warna
minyak dipanaskan, lalu memasukkan campuran larutan kembali semula. Menambahkan 50 ml NaIO4 10%, kemudian
tersebut serta stirer sebagai pengaduk kedalam labu leher. mendinginkan dalam freezer selama 30 menit. Menambahkan
Kemudian memanaskan campuran tersebut pada suhu 60oC 5 ml ethylen glycol dan memasukkan kembali ke lemari es
disertai pengadukan. Menjaga kondisi operasi agar selalu selama 20 menit. Menitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai merah
konstan pada suhu 60oC selama 2 jam Setelah proses muda. Lalu melakukan perhitungan kadar gliserol dengan
transesterifikasi selesai, akan terbentuk 2 lapisan dimana menggunakan rumus:
lapisan atas berupa FAME dan lapisan bawah berupa gliserol.
Kemudian mendiamkan campuran tersebut salama 24 jam agar
gliserol mengeras untuk memudahkan pemisahan dengan Vol NaOH xN NaOH x 92
Kadar gliserol = x 100%
mengambil lapisan atasnya yang berupa FAME. Setelah 1000 x massa sampel
didapatkan lapisan FAME, kemudian melakukan pencucian Dimana : 92 = BM gliserol
untuk menghilangkan kandungan methanol dan NaOH dengan
menggunakan air hangat ± 40 oC. P
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

- Analisa Yield Biodiesel


Analisa Yield biodiesel ini dilakukan berdasarkan viskositas
minyak dengan menggunakan viscometer Oswald. Pertama 10
melakukan kalibrasi alat viscometer ostwaldz dengan air dan 1
mencatat waktu alirnya, lali mengisikan sampel biodiesel ke 2
dalam alat viscometer ostwaldz dan mencatat waktu alirnya. 11
3 4
Setelah didapatkan waktu alirnya, k emudian menghitung
viskositas biodiesel dengan cara membandingkannya dengan 5
viskositas dan waktu alir air. 6
Untuk rumus perhitungan analisa yield biodiesel (FAME) : 8
−µ
7
9
FAME yield (%) = 158,5 e 6,8
Dimana :
µ = viskositas biodiesel (cSt) Gambar 2. Rangkaian Alat Mikrofiltrasi

- Analisa GC (Gas Chromatography) untuk Keterangan gambar:


kandungan FAME 1. Pressure gauge feed 7. Hot plate
Analisa ini digunakan untuk mengetahui yield biodiesel yang 2. Valve 8. Aliran feed
didapatkan. Biodiesel yang dianalisa adalah biodiesel hasil 3. Pompa Diafragma 9. Tangki permeat
pemurnian secara konvensional dan pemurnian secara 4. Aliran permeat 10. Pressure gauge retentat
mikrofiltrasi. Adapun prosedur dari analisa GC ini, sebagai 5. Tangki feed 11. Kompresor
berikut : 6. Stirer
 Standard Validasi :
- Menimbang standrad FAME dengan berbagai III. HASIL DAN DISKUSI
konsentrasi
- Menimbang Benzyl Alcohol sebagai pembanding A. Hasil Mikrofiltrasi
- Dianalisis dengan GC Biodiesel dari minyak kelapa sawit hasil proses
- Dianalisis hasil GC untuk menentukan Validasi Mikrofiltrasi selanjutnya dilakukan analisa terhadap
FAME kandungan gliserol, yield biodiesel, dan perhitungan flux.
- Didapatkan persamaan dan koefisien kolerasinya Untuk kandungan gliserol dianalisa dengan metode titrimetri,
 Penentuan Sampel FAME : untuk yield biodiesel dianalisa dengan metode viscometer
- Menimbang sampel FAME (g) Ostwaldz, sedangkan untuk komposisi biodiesel dianalisa
- Menimbang Benzyl Alcohol sebagai pembanding(g) dengan metode GC.
- Dianalisis dengan GC Volume permeat dan perhitungan flux permeat hasil
- Dianalisis hasil GC untuk menentukan kadar (%) proses mikrofiltrasi untuk berbagai variabel penambahan kadar
FAME gliserol ditunjukkkan pada Tabel berikut. Perhitungan flux
Analisis ini menggunakan alat GC HP 5890, dengan kolom menggunakan rumus :
OV-17. Menggunakan gas pembawa Nitrogen dengan
kecepatan 28ml/ menit. Q
J=
A× t
D. Gambar Alat Dimana : J = Flux (L/m2.h)
Q = mass (kg)
P
Valve
A = Area (m2) / Area membrane = 1 m2
Pressure Gauge
Retentat t = Time (h)

Tangki Feed P Tabel 1. Volume Permeat dan Perhitungan Flux Permeat


Pressure Gauge
Feed Hasil Proses Mikrofiltrasi Untuk Variabel Penambahan
Valve 4% Kadar Gliserol
Pompa
Membran Polypropylene Kompresor Volume Flux Permeat
Variabel
Permeat
30 ˚C, 1 bar, 0,1% air 60 290,52
40 ˚C, 1 bar, 0,1% air 73 353,466
Tangki Permeat 50 ˚C, 1 bar, 0,1% air 80 387,36
Gambar 1. Skema Proses mikrofiltrasi 30 ˚C, 1 bar, 0,2% air 66 319,572
40 ˚C, 1 bar, 0,2% air 76 367,992
50 ˚C, 1 bar, 0,2% air 88 426,096
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

30 ˚C, 2 bar, 0,1% air 70 338,94 40 2 0,1 1,9 5,98 54,33


40 ˚C, 2 bar, 0,1% air 78 377,676 50 2 0,1 2 6,75 46,67
50 ˚C, 2 bar, 0,1% air 88,5 428,517 30 2 0,2 1,75 5,37 65,83
30 ˚C, 2 bar, 0,2% air 75 363,15 40 2 0,2 1,8 5,52 62,00
40 ˚C, 2 bar, 0,2% air 86 416,412 50 2 0,2 1,85 5,52 58,17
50 ˚C, 2 bar, 0,2% air 94,3 456,6006
Tabel 5. Hasil Analisa/Perhitungan Kandungan Yield
Tabel 2. Volume Permeat dan perhitungan Flux Permeat Biodiesel Dalam Permeat Hasil Mikrofiltrasi Untuk
Hasil Proses Mikrofiltrasi Untuk Variabel Penambahan Penambahan 4% Kadar Gliserol
8% Kadar Gliserol sampel suhu tekanan %air yield
Variabel Volume Permeat Flux permeat
30 1 0,1 84,69
30 ˚C, 1 bar, 0,1% air 55 266,31
40 ˚C, 1 bar, 0,1% air 62 300,204 40 1 0,1 83,96
50 ˚C, 1 bar, 0,1% air 79 382,518 50 1 0,1 83,35
30 ˚C, 1 bar, 0,2% air 60 290,52 30 1 0,2 95,79
40 ˚C, 1 bar, 0,2% air 71 343,782
50 ˚C, 1 bar, 0,2% air 84 406,728 40 1 0,2 84,64
30 ˚C, 2 bar, 0,1% air 67 324,414 50 1 0,2 84,59
4%
40 ˚C, 2 bar, 0,1% air 78 377,676 30 2 0,1 83,81
50 ˚C, 2 bar, 0,1% air 87 421,254
40 2 0,1 82,99
30 ˚C, 2 bar, 0,2% air 70 338,94
40 ˚C, 2 bar, 0,2% air 81 392,202 50 2 0,1 81,27
50 ˚C, 2 bar, 0,2% air 92 445,464
30 2 0,2 84,33

Dan berikut merupakan hasil perhitungan %kadar 40 2 0,2 83,35


50 2 0,2 81,37
gliserol, efisiensi membrane, dan % yield biodiesel tiap
variabel :
Tabel 3. Hasil Analisa/Perhitungan Kandungan Gliserol Tabel 6. Hasil Analisa/Perhitungan Kandungan Yield
Dalam Permeat Hasil Mikrofiltrasi Untuk Penambahan 4% Biodiesel Dalam Permeat Hasil Mikrofiltrasi Untuk
Kadar Gliserol Penambahan 8% Kadar Gliserol
V sampel suhu tekanan %air Yield
ƞ
sampel suhu tekanan %air NaOH % gliserol
30 1 0,1 83,35
30 1 0,1 0,25 0,77 80,83
40 1 0,1 0,32 0,98 75,47 40 1 0,1 82,43
50 1 0,1 0,36 1,10 72,40 50 1 0,1 81,62
30 1 0,2 0,13 0,40 90,03
40 1 0,2 0,17 0,52 86,97 30 1 0,2 84,59
4% 50 1 0,2 0,17 0,52 86,97 40 1 0,2 83,96
gliserol 30 2 0,1 0,36 1,10 72,40
40 2 0,1 0,39 1,20 70,10 50 1 0,2 83,45
8%
50 2 0,1 0,41 1,26 68,57 30 2 0,1 82,78
30 2 0,2 0,33 1,01 74,70
40 2 0,1 82,38
40 2 0,2 0,38 1,17 70,87
50 2 0,2 0,4 1,23 69,33 50 2 0,1 80,97
30 2 0,2 84,12
40 2 0,2 82,53
Tabel4. Hasil Analisa/Perhitungan Kandungan Gliserol
50 2 0,2 81,72
Dalam Permeat Hasil Mikrofiltrasi Untuk Penambahan 8%
Kadar Gliserol
tekana V % Tabel berikut merupakan hasil pembacaan analisa % berat
sampel suhu n %air NaOH gliserol ƞ biodiesel dangan metode GC (Gas Chromatography) :
30 1 0,1 1,6 4,91 77,33
40 1 0,1 1,65 5,06 73,50
50 1 0,1 1,7 5,21 69,67
8%
gliserol 30 1 0,2 1,45 4,45 88,83
40 1 0,2 1,5 4,60 85,00
50 1 0,2 1,8 5,67 62,00
30 2 0,1 1,75 5,37 65,83
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

Tabel 7. Data Hasil Pembacaan Komposisi Biodiesel Pada


GC Untuk Biodiesel Minyak Kelapa Sawit dengan metode
konvensional dan metode Mikrofiltrasi
Berat
Metode Senyawa Area
%
Benzene
Konvensional 12.880.129,2
Alcohol
Unknown 1 12.209,08 98,96
FAME 9.720.266,53
Benzene
Mikrofiltrasi 11.017.543,99
Alcohol
Unknown 1 4.901,5100 99,65
FAME 8.118.251,600
Grafik 1. Grafik pengaruh suhu, dan penambahan air
0,1% & 0,2% terhadap kandungan gliserol pada
B. Pengaruh Suhu, Tekanan, dan Penambahan air Terhadap penambahan gliserol 4% dan 8% , Tekanan 1 Bar
Kandungan Gliserol
Pada Grafik 1. , dapat diketahui bahwa pada suhu
feed yang semakin tinggi maka % kadar gliserol juga akan
semakin besar. Hal ini disebabkan pada saat kondisi suhu yang
semakin tinggi, maka viskositas biodiesel minyak kelapa sawit
akan semakin turun sehingga gliserol yang terikut dalam
permeat juga akan semakin besar. Dan dijelaskan dipenelitian
sebelumnya bahwa semakin tinggi suhu operasinya maka
semakin besar pula kelarutan gliserol pada minyak yang tidak
terkonversi menjadi biodiesel, sehingga retentat yang
dihasilkan dari proses Mikrofiltrasi memiliki kandungan yang
semakin besar. (Corma. et al,1997)
Pada Grafik 1 dan 2 Dapat diketahui juga bahwa pada
tekanan operasi yang semakin tinggi maka % kadar gliserol
juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan pada saat kondisi Grafik 2. Grafik pengaruh suhu, dan penambahan air
tekanan operasi yang semakin tinggi, maka akan terjadi 0,1% & 0,2% terhadap kandungan gliserol pada
kenaikan jumlah gliserol yang membentuk fouling sehingga penambahan gliserol 4% dan 8% , Tekanan 2 Bar
diameter pori membesar dan menyebabkan terjadinya swelling
pada membran. Hal ini juga memungkinkan sebagian gliserol
C. Pengaruh Suhu, Tekanan, dan Penambahan air
ini terikut dalam aliran permeat, sehingga pada kondisi opersai
terhadap yield biodiesel
2 bar efisiensi kerja membran kurang baik seperti kadar
gliserol yang semakin besar, dan efisiensinya yang semakin
kecil. Selanjutnya juga dianalisa pengaruh persen penambahan Pada grafik 3 d an 4 dapat diketahui bahwa pada
air pada variabel dari grafik juga dapat diketahui bahwa suhu feed yang semakin tinggi maka yield biodiesel yang
semakin besar persen penambahan air pada variabel maka didapatkan akan semakin kecil. Hal ini berbanding terbalik
kandungan gliserol yang terikut pada permeat akan semakin dengan kandungan gliserol pada permeat hasil Mikrofiltrasi.
kecil. Hal ini disebabkan dengan adanya penambahan air maka Karena pada saat kondisi suhu operasi yang semakin tinggi,
molekul gliserol yang terdapat pada biodiesel akan menjadi maka viskositas biodiesel minyak kelapa sawit akan semakin
semakin besar sehingga proses pemisahan akan berjalan turun sehingga gliserol yang terikut dalam permeat juga akan
semakin mudah sehingga yield yang diahsilkan juga akan semakin besar. Karena semakin besarnya kandungan gliserol
menjadi semakin besar. yang terkandung dalam permeat maka yield biodiesel akan
Sehingga dari grafik 1 dan 2 didapatkan hasil terbaik semakin kecil. Serta dapat diketahui juga bahwa pada tekanan
yaitu dengan kandungan gliserol sebesar 0,4 % dari kondisi operasi yang semakin tinggi maka % yield biodiesel akan
operasi 30 ˚C, 1 bar, dan 0,2 % penambahan air pada variabel semakin kecil. Hal ini disebabkan pada saat kondisi tekanan
kadar gliserol sebanyak 4%. Hasil ini tidak memenuhi standart operasi yang semakin tinggi, maka kadar FAME yang
SNI yang menyatakan bahwa standart minimum kandungan terkandung dalam permeat akan semakin kecil karena pada
gliserol yang diperbolehkan dalam biodiesel sebesar ≤ 0,02%. saat tekanan diperbesar itu akan menyebabkan terikutnya
gliserol pada aliran permeat. Dan padapengaruh persen
penambahan air pada variabel, dari gambar diatas dapat
diketahui bahwa semakin besar persen penambahan air pada
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

variabel maka maka yield biodiesel yang dihasilkan akan sebanyak 4%. Hasil ini tidak memenuhi standart SNI yang
semakin besar, karena dengan semakin besarnya persen menyatakan bahwa standart minimum biodiesel yang
penambahan air dapat menaikkan efesiensi pemisahan. Hal ini dihasilkan adalah minimum sebesar 96,5 % (SNI-04-7182-
disebabkan dengan adanya penambahan air maka molekul 2006). Akan tetapi perhitungan yield dengan metode GC
gliserol yang terdapat pada biodiesel akan menjadi semakin didapatkan yield biodiesel sebesar 98, 96 % untuk metode
besar sehingga proses pemisahan akan berjalan semakin pemisahan konvensional, dan yield biodiesel dengan metode
mudah sehingga yield yang diahsilkan juga akan menjadi mikrofiltrasi sebesar 9 9,65 % dimana kedua hasil ini
semakin besar. memenuhi standart SNI dan terjadi peningkatan yield pada
biodiesel hasil mikrofiltrasi, sehingga dapat disimpulkan
bahwa metode mikrofiltrasi ini layak digunakan.

IV. KESIMPULAN
1. Membran polypropylene layak digunakan untuk
memisahkan gliserol dari biodiesel minyak kelapa
sawit, hal ini disebabkan karena membran
polypropylene dapat memisahkan gliserol dari
biodiesel minyak kelapa sawit dalam waktu 10 menit
dengan efisiensi antara 46,67% – 90,03% sehingga
didapatkan biodiesel pada hasil permeat dengan
spesifikasi yang diinginkan.
2. Semakin meningkatnya suhu umpan, maka kandungan
gliserol yang terdapat dalam permeat akan semakin
besar dan biodiesel yang diinginkan dalam permeat
Grafik 3. Grafik pengaruh suhu, dan penambahan air akan semakin kecil nilai yield bodieselnya.
0,1% & 0,2% terhadap % yield biodiesel pada 3. Semakin meningkatnya tekanan transmembran, maka
penambahan gliserol 4% dan 8% , Tekanan 1 Bar kandungan gliserol yang terdapat dalam permeat akan
semakin besar dan biodiesel yang diinginkan dalam
permeat akan semakin kecil nilai yield bodieselnya.
4. Semakin meningkatnya % penambahan air, maka
kandungan gliserol yang terdapat dalam permeat akan
semakin sedikit dan biodiesel yang diinginkan dalam
permeat akan semakin besar nilai yield bodieselnya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan kali ini, kami menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT ,yang telah memberikan kekuatan dan
pengetahuan kepada kami
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. R achimoellah, Dipl. EST.
selaku Kepala Laboratorium Biomassa dan Konversi
Energi serta sebagai dosen pembimbing kami.
Grafik 4. Grafik pengaruh suhu, dan penambahan air 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
0,1% & 0,2% terhadap % yield biodiesel pada yang telah turut membantu demi kelancaran penyelesain
penambahan gliserol 4% dan 8% , Tekanan 2 Bar tugas proposal skripsi kami ini

Dari tabel 3 dan 4 dapat diketahui efisiensi pemisahan DAFTAR PUSTAKA


gliserol dan biodiesel dengan menggunakan membran [1] Adiyanto, Firman., dan Sugiarto, Anton. 2010. Degumming
polypropylene dengan range efisiensi pemisahan antara PadaMinyak Biji Karet (Hevea brasiliensis) Dengan Menggunakan
46,67% – 90,03%. Hasil efisiensi terbaik didapatkan dari Membrane Polypropylene. Surabaya : Teknik Kimia FTI-ITS
variabel penambahan gliserol sebesar 4% dengan suhu operasi [2] Aziz, I., Nurbayti, S., dan Luthfiana, F. 2008. Pemurnian Gliserol Dari
Hasil Samping Pembuatan Biodiesel Menggunakan Bahan Baku
30 ˚C, TMP 1 bar, dan penambahan air 0,2%. Dari hasil Minyak Goreng Bekas. Jakarta : UIN Syarif
percobaan ini menunjukkan bahwa membran polypropylene ini [3] Hambali, Erliza., dan Hendroko, Roy. 2007. “ Teknologi Bioenergi”.
layak digunakan untuk memisahkan gliserol dan biodiesel Jakarta : Agro Media Pustaka.
minyak kelapa sawit. Dari grafik % yield diatas didapatkan [4] Knothe, G., Gerpen, J. V., Clements, D., Shanks, B., and Pruszko,R.
2004. Biodiesel Production Technology. Battelle : Midwest Research
yield terbaik sebesar 95,79 % dari kondisi operasi 30 ˚C, 1 Institute.
bar, dan 0,2 % penambahan air pada variabel kadar gliserol
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 7

[5] Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.


Jakarta : UI-Press.
[6] C. J. Kaufman, Rocky Mountain Research Lab., Boulder, CO,
komunikasi pribadi, (1995, May).
[7] Mulder, Marcel. 1996. Basic Princple of Membrane
Technology.Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.
[8] Swern, Daniel. 1982. “Bailey’s Industrial oil and Fat
Products.4thedition vol- 1”. New York : John Willey and
Sons Ltd.
[9] Sukmawati, Afriyanti., dan Rahmawati, Karina. 2008. “Degumming
Pada Minyak Biji Jarak Dengan Membran Hollow Fiber”. Surabaya :
Teknik Kimia FTI-ITS.
[10] Saleh, J., Tremblay, A, Y., and Dube, M, A. 2010. Glycerol removal
from biodiesel using membrane separation technology. Canada K1N
6N5 : Department of Chemical and Biological Engineering, University
of Ottawa, 161 Louis Pasteur Street, Ottawa, ON.
[11] Ulman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, Sixth Completely,
Revise Edition. Germany : Wiley-VCH. Volume 24 (2003) page
611-613.
[12] Yanatra. 2011. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Nyamplung
Dengan Proses Transesterifikasi Dalam Kolom Packed Bed. Surabaya :
Pascasarjana Teknik Kimia FTI-ITS.
[13] Wenten, I, G., dan Nasution, M, H. 2010. Review Proses Produksi
Biodiesel Dengan Menggunakan Membran Reaktor. Bandung : Teknik
Kimia FTI-ITB.
[14] Wang, Y., Wang X., Liu, Y., Ou, S., Tan Y., and Tang, S. 2009.
Refining of biodiesel by ceramic membrane separation. China :
Department of Food Science and Engineering, Jinan University and
School of Food Science and Technology, Jiangnan University.
[15] http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit

Anda mungkin juga menyukai