Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan dikonversi menjadi Methyl Ester melalui proses
gliserol dari produk biodiesel minyak kelapa sawit. Penelitian ini transesterifikasi dengan alkohol. Biodiesel dapat digunakan
dilakukan dengan proses mikrofiltrasi menggunakan membrane untuk bahan bakar diesel Mesin, Yang biasanya menggunakan
polypropylene. Sebelum dilakukan proses mikrofiltrasi, terlebih Minyak solar. Pada pembuatan biodiesel atau reaksi
dahulu dilakukan proses pembuatan biodiesel dengan proses
transesterifikasi selama 2 j am dengan suhu 60oC, kemudian
transesterifikasi suatu minyak nabati dengan alkohol akan
melakukan proses pemisahan gliserol secara settling, serta pencucian dihasilkan sebuah produk samping berupa gliserol. Produk ini
methanol dan sisa katalis dari produk biodiesel. Pada Proses dihasilkan sekitar 10 – 20 % dari total volume produk
mikrofiltrasi, campuran umpan sesuai variabel operasi dipanasi Transesterifikasi merupakan metode paling umum
hingga suhu umpan yang dikehendaki, selanjutnya dipompakan ke digunakan untuk memproduksi biodiesel. Transesterifikasi
membrane polypropylene, dan akan dihasilkan permeat, dimana adalah reaksi minyak (Trigliserida) dengan alkohol
permeat merupakan hasil proses mikrofiltrasi yang diharapkan. menggunakan katalis basa sehingga menghasilkan biodiesel
Variabel penelitian yang digunakan meliputi, variabel tetap dan gliserol. Pada proses transesterifikasi katalis homogen
yang digunakan meliputi jenis umpan (biodiesel minyak kelapa
basa yang sering digunakan adalah NaOH dan KOH.
sawit), pola aliran (inside-outside) dan waktu operasi (10 menit).
Untuk variabel berubahnya meliputi penambahan gliserol (4, 8%),
suhu umpan (30, 40, 50 oC), TMP (1 dan 2 bar), dan penambahan air
(0,1 dan 0,2%), serta variabel respon yang meliputi kandungan
gliserol dan yield biodiesel dalam permeat hasil mikrofiltrasi.
Dari hasil penelitian dihasilkan permeat dengan hasil
terbaik pada variabel 30 oC, 1bar, penambahan air 0,2% air pada
penambahan gliserol 4% dengan didapatkan kadar gliserol 0,4% dan
yield biodiesel 95,79%. Semakin meningkatnya TMP maka akan
dihasilkan yield yang sedikit, serta semakin banyak penambahan air
maka akan dihasilkan kadar gliserol yang sedikit dan meningkatnya
yield biodiesel
Kata Kunci— gliserol, biodiesel, minyak kelapa sawiy,
membrane polypropylene, mikrofiltrasi. Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi
Pemisahan gliserol yang merupakan produk samping
dari pembuatan biodiesel perlu dilakukan. Selain dapat
I. PENDAHULUAN
C
mereduksi limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan
adangan minyak bumi di Indonesia semakin menipis biodiesel, juga akan menambah income bagi industri penghasil
yang kini diperkirakan hanya tersedia untuk jangka biodiesel. Karena selain produk utama biodiesel, masih ada
waktu sekitar 15 tahun. Hitungan tersebut dengan produk samping yang bernilai ekonomis. Salah satunya
asumsi tingkat konsumsi tinggi seperti sekarang, yang berada gliserol tersebut. (Aziz, I, dkk., 2008). Gliserol dalam jumlah
pada kisaran tingkat pertumbuhan konsumsi 5-6 persen besar digunakan dalam pembuatan obat, kosmetik, pasta gigi,
setahun. Perkiraan itu bisa lebih parah lagi kalau pola hidup busa uretan, resin sintetis, dll. Sejumlah besar pemrosesan
dari masyarakat Indonesia yang sangat boros dalam tembakau dan makanan juga menggunakan gliserol, baik
penggunaan energi fosil ini masih dipertahankan. dalam bentuk gliserin atau gliseridanya.(Appleby, 2005).
Oleh karena itu, peranan pengembangan energi Kandungan gliserol yang masih terkandung dalam
pengganti migas harus ditingkatkan. Kebutuhan energi biodieselpun juga dapat menyebabkan disfungsi pada
pengganti migas ini dapat dipenuhi dari sumber-sumber energi penggunaan bahan bakar pada mesin diesel dan
alternatif lainnya seperti batu bara, tenaga air, tenaga panas mengakibatkan proses kerja dari mesin tidak maksimal,
bumi, biomassa, gambut, tenaga surya, dan energi terbarukan khususnya pada emisi dari mesin diesel tersebut. Oleh karena
lainnya seperti Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang dikenal itu dibutuhkan biodiesel yang diharapkan sekecil mungkin
dengan nama biodiesel.Biodiesel merupakan bahan bakar kandung gliserolnya yaitu kurang dati 0,02% (EN 14214).
alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak (C.Plank ; E.lorbeer, 1995)
bekas, lemak binatang, atau minyak tumbuhan yang telah
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2
Salah satu bagian dari proses produksi biodiesel adalah B. Tahap Mikrofiltrasi
pemurnian metil ester hasil reaksi transesterifikasi menjadi Setelah didapatkan biodisel, selanjutnya melakukan
biodiesel. Pencucian adalah proses menghilangkan sisa proses mikrofiltrasi. Pertama memasukkan 400 ml campuran
methanol, sisa katalis, sabun dan gliserol yang tidak bisa metil ester dan gliserol sesuai variabel dan air sesuai variabel
dihilangkan pada proses pemisahan. Saat ini, metode yang ke dalam tangki umpan atau beaker glass 500 ml dengan
umum digunakan dalam pemurnian biodiesel adalah dengan kondisi feed konstan sesuai variabel. Kemudian mengalirkan
metode distilasi untuk menghilangkan sisa methanol, umpan ke membran polypropylene dengan pompa diafragma.
pencucian dengan air dan asam untuk menghilangkan sisa Pada aliran digunakan kompressor guna untuk mengalirkan
katalis, pencucian dengan menggunakan air untuk aliran udara yang bertekanan yang sesuai dengan variabel,
menghilangkan sisa sabun dan pencucian dengan corong sehingga aliran permeat akan keluar dan siap ditampung.
pemisah untuk menghilangkan sisa gliserol. Metode ini Proses ini berjalan 10 menit tiap variabel. Variabel
memiliki kelemahan karena membutuhkan waktu yang cukup penambahan gliserol yang digunakan ini bertujuan untuk
lama. Oleh karena itu, untuk memperoleh kondisi operasi mengetahui berapa kadar gliserol yang dapat dipisahkan dan
optimum dan hasil pemurnian biodiesel yang lebih baik, pengaruh dari variabel penambahan air. Selain itu juga untuk
diperlukan penelitian untuk memperoleh metode baru yang mempermudah pengukuran supaya dapat diketahui kondisi
mampu mengatasi kelemahan metode pemurnian operasi yang optimal yang diinginkan. Kandungan retentate
konvensional. akan kembali pada tangki feed yang siap dipompa lagi sampai
Salah satunya metode pemisahan dengan aliran permeat sepenuhnya keluar. Variabel yang digunakan ini
menggunakan membrane. Metode membran ini merupakan meliputi :
potensi yang sangat baik untuk menyelesaikan masalah Variabel Tetap
lingkungan dengan merecovery produk biodiesel yang lebih Variabel tetap yang digunakan yaitu jenis umpan berupa
banyak. Membran yang paling banyak digunakan adalah biodiesel minyak kelapa sawit ; Aliran membran Inside-
membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi. Berdasarkan Outside ; Waktu operasi 10 menit
penelitian, membrane ceramic merupakan membran yang Variabel Berubah
paling baik digunakan untuk pemisahan biodiesel. Namun - Variabel berubah yang digunakan :
membrane ini sangat mahal, mengingat bahan tersebut dapat - Campuran gliserol (4 dan 8% dari feed umpan)
digunakan dengan jangka panjang, dan hanya membutuhkan - Suhu Umpan (30, 40, 50 oC)
sedikit perawatan. Oleh karena itu membrane dengan bahan PP - Tekanan transmembran (1 dan 2 bar)
(Polypropylene) merupakan solusi yang tepat. Selain bahan - Penambahan air (0,1 dan 0,2%)
yag tidak terlalu mahal, optimalisasi membrane tersebut tidak Variabel respon dari penelitian ini adalah kandungan
jauh berbeda dari membrane ceramic, namun hanya perawatan gliserol, yield biodiesel dan komposisi biodiesel dalam
yang dilakukan harus lebih rutin. permeat hasil mikrofiltrasi.
variabel maka maka yield biodiesel yang dihasilkan akan sebanyak 4%. Hasil ini tidak memenuhi standart SNI yang
semakin besar, karena dengan semakin besarnya persen menyatakan bahwa standart minimum biodiesel yang
penambahan air dapat menaikkan efesiensi pemisahan. Hal ini dihasilkan adalah minimum sebesar 96,5 % (SNI-04-7182-
disebabkan dengan adanya penambahan air maka molekul 2006). Akan tetapi perhitungan yield dengan metode GC
gliserol yang terdapat pada biodiesel akan menjadi semakin didapatkan yield biodiesel sebesar 98, 96 % untuk metode
besar sehingga proses pemisahan akan berjalan semakin pemisahan konvensional, dan yield biodiesel dengan metode
mudah sehingga yield yang diahsilkan juga akan menjadi mikrofiltrasi sebesar 9 9,65 % dimana kedua hasil ini
semakin besar. memenuhi standart SNI dan terjadi peningkatan yield pada
biodiesel hasil mikrofiltrasi, sehingga dapat disimpulkan
bahwa metode mikrofiltrasi ini layak digunakan.
IV. KESIMPULAN
1. Membran polypropylene layak digunakan untuk
memisahkan gliserol dari biodiesel minyak kelapa
sawit, hal ini disebabkan karena membran
polypropylene dapat memisahkan gliserol dari
biodiesel minyak kelapa sawit dalam waktu 10 menit
dengan efisiensi antara 46,67% – 90,03% sehingga
didapatkan biodiesel pada hasil permeat dengan
spesifikasi yang diinginkan.
2. Semakin meningkatnya suhu umpan, maka kandungan
gliserol yang terdapat dalam permeat akan semakin
besar dan biodiesel yang diinginkan dalam permeat
Grafik 3. Grafik pengaruh suhu, dan penambahan air akan semakin kecil nilai yield bodieselnya.
0,1% & 0,2% terhadap % yield biodiesel pada 3. Semakin meningkatnya tekanan transmembran, maka
penambahan gliserol 4% dan 8% , Tekanan 1 Bar kandungan gliserol yang terdapat dalam permeat akan
semakin besar dan biodiesel yang diinginkan dalam
permeat akan semakin kecil nilai yield bodieselnya.
4. Semakin meningkatnya % penambahan air, maka
kandungan gliserol yang terdapat dalam permeat akan
semakin sedikit dan biodiesel yang diinginkan dalam
permeat akan semakin besar nilai yield bodieselnya.