Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA PATI (AMILUM)

Oleh :

NAMA : DWI SUSANTI


NIM : 2101122
KELAS : S1-2C

DOSEN PENGAMPU : apt. Rahayu Utami, M.Sc

ASISTEN DOSEN :
1. Hazyka Lutica
2. Lilis Three Patmawati
3. Putri Aulia
4. Wewi Alfarezi

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA PATI (AMILUM)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menyiapkan simplisia pati dari beberapa sumber tumbuhan
dengan melakukan proses pengolahan simplisia pati yang baik dengan metode
pengeringan yang berbeda.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi secara makroskopis, mikroskopis dan
beberapa parameter standar lainnya.
3. Mahasiwa menganalisa perbedaan simplisia pati yang di hasilkan dengan
perbedaan sumber tumbuhan dan metoda pengeringan yang di terapkan

B. TINJAUAN PUSTAKA
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi,
A. 2009).
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada
kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud
penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam
bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jarijari teras,
kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50- 65% berat
kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004).
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah
polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin. 
Amilosa : Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4
glikosidik. Jadi molekulnya menyerupai rantai terbuka.  Amilopektin : Terdiri atas
molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan
sebagian ikatan 1,6 glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terjadinya
cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang.
Molekul amilopektin lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih
1000 unit glukosa (Poedjiadi, A. 2009).
Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan
80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif (Gunawan,
2004).
Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari
berbagai bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan
padi ; dari umbi kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang
Metroxylon sagu (pati sagu); dan rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang
meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan Curcuma angustifolia (pati umbi
larut) (Fahn, 1995).
Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi
adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum),
ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima) (Gunawan,
2004).
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea
mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum
tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat
atau sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang
mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe
granul yang berbeda (Gunawan, 2004).
Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan
pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet,
bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan
secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa
digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004).
Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur
atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah
ditelan (Syamsuni H,A. 2007).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Pisau - Alat parut
- Blender - Alumunium foil
- Baskom - Ayakan
- Lumpang dan stamfer - Oven
- Kain flanel - Furnace
- Timbangan - Kurs porselen
- Mikroskop - spatel

Bahan :
- Bulir jagung (Zea Mays)
- Aquadest

D. CARA KERJA
a) Penyiapan simplisia pati (amilum)
1. Siapkan sebanyak 1kg bulier jagung, bersihkan dan dicuci bersih dengan air
mengalir.
2. Lakukan penghalusan sampel dengan cara diparut atau diblender lalu
tambahkan aquadest secukupnya. Lakukan penyaringan sekaligus diperas
menggunakan kain flannel, tampung filtrat yang di peroleh. Tambahkan
aquadest kedalam ampas. Lakukan prosedur yang sama dengan pengulangan
sebanyak tiga kali.
3. Diamkan filtrat kemudian lakukan enaptuang. Kumpulkan endapan yang
diperoleh. Pindahkan ke alumunium foil, lanjutkan dengan proses
pengeringan.
4. Lakukan pengeringan dengan dua metoda yang berbeda
a. Metode keringan angin
b. Metode pengeringan buatan menggunakan oven pada suhu 50℃ selama
24 jam.
5. Pati yang sudah kering digerus menggunakan lumpang dan stanfer, kemudian
ayak menggunakan ayakan.
6. Timbang berat pati yang di peroleh, hitung persen rendemen nya.
7. Lanjutkan dengan proses evaluasi pati
b) Evaluasi pati
1. Evaluasi organoleptis
a. Ambil secukupnya simplisia pati yang sudah di siapkan.
b. Lakukan evaluasi organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.
c. Catat hasil pengamatan yang di peroleh.
2. Analisis mikroskopis
a. Ambil secukupnya simplisia pati yang sudah disiapkan`
b. Lakukan pengamatan bentuk mikroskopis pati menggunakan mikroskop.
c. Bambarkan hasil pengamatan yang di peroleh.
3. Penetapan kadar air
a. Timbang kurs porselen, catat beratnya.
b. Masukkan kurs porselen ke dalam oven dengan suhu 100-105℃ selama
2 jam. Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian
ditimbang kembali. Catat beratnya lakukan pemanasan sampai berat
konstan.
c. Timbang sebanyak 1 gram simplisia pati di dalam kurs porselen,
panaskan didalam oven dengan suhu 100-105℃ selama 5 jam. Setelah
itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang kembali.
Catat beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan.
d. Hitung kadar air dari simplisia pati.
e. Lakukan penetapan kadar air dari kedua pati dengan metoda pengeringan
yang berbeda, bandingkan kadar air yang di peroleh.
4. Penetapan kadar abu
a. Timbang kurs porselen, catat beratnya.
b. Masukkan kurs porselen kedalam oven dengan suhu 100-105℃ selama 2 jam.
Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang kembali.
Catat beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan.
c. Timbang sebanyak 1 gram simplisia pati didalam kurs porselen, panaskan
didalam furnance dengan suhu 600℃ selama 6 jam. Setelah itu, keluarkan
dan dinginkan kemudian ditimbang kembali. Catat beratnya. Lakukan
pemanasan sampai berat konstan.
d. Hitung kadar abu dari simpisia pati
e. Lakukan penetapan kadar abu dari kedua pati dengan metoda pengeringan
yang berbeda, bandingkan kadar abu yang di peroleh.
E. HASIL
1. Evaluasi amylum Zea Mays
17.0375 𝑔
a. % hasil rendemen = 𝑥 100% = 3,4075 %
500 𝑔

b. Organoleptis
Bentuk : serbuk
Warna : putih
Bau : bau tepung jagung
c. Mikroskopis
Butiran bulat kecil, tidak ada lamela.
2. Penetapan kadar abu dan air pati jagung (Zea Mays)
a. Penetapan kadar abu :
- Berat kurs porselen = 67,3257 g (𝑊0 )
- Berat kurs + pati = 67,3257 g + 2.000 g = 69,3257 g
- Berat pemanasan = 68,4024 g (𝑊1 )

𝑊1 − 𝑊0 68,4024 𝑔 − 67,3257 𝑔
= 𝑥 100% = 53, 835 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 2000 𝑔

b. Penetapan kadar air :


- Berat kurs porselen = 63, 3591 g
- Berat kurs + pati = 63,3591 + 1.0010 g = 64,3601 g (𝑊0 )
- Berat pemanasan = 64,2365 g (𝑊1 )

𝑊0− 𝑊1 64,3601 𝑔 − 64,2365 𝑔


= 𝑥 100% = 12,34765 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 1.0010 𝑔

F. PEMBAHASAN
Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat
yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan
pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral.
Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak
yang tentu tidak akan bisa dilakukan indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan
mata. Dengan demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan
menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika.

Pada percobaan praktikum kali ini mengenai Penyiapan dan Evaluasi


Simplisia Pati (Amilum). Dimana sebelumnya harus melakukan penyiapan simplisia
pati (amilum) terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi simplisia
pati (amilum) tersebut. Adapun evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi organoleptis,
analisis mikroskopis, penetapan kadar air, serta penetapan kadar abu.
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu
sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian. Amylum
terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa,
yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin. Amilosa: Terdiri atas
250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi
molekulnya menyerupai rantai terbuka. Amilopektin:Terdiri atas molekul D-glukosa
yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan sebagian ikatan 1,6-
glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terjadinya cabang, sehingga
molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin
lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa.
Amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yag
tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amylum oleh asam mineral menghasilkan
glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif. Amylum dapat dihidrolisis
sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis
juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan dalam
cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap
amylum yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase, amylum diubah
menjadi maltosa dalam bentuk β – maltose.
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia terbagi 2 jenis, yaitu simplisia nabati dan simplisia
hewani. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian dari
tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum
berupa zat kimia murni. Sedangkan simplisia hewani adalah simplisia yang berupa
hewan utuh, bagian hewan, atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan
belum berupa zat kimia murni. Selain itu juga terdapat simplisia pelican (mineral),
yaitu simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau
telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen hewan/ kotoran hewan,
tidak menyimpan bau dan warna, tidak mengandung cendawan, tidak mengandung
bahan lain yang beracun dan berbahaya. Jika simplisia tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditetapkan maka simplisia dianggap bermutu rendah, terutama
persyaratan kadarnya. Hal yang menyebabkan simplisia bermutu rendah yaitu
tanaman asal, cara panen, dan pengeringan yang salah, pemyimpanan terlalu lama,
kelembaban atau panas, atau isinya telah disari dengan cara pelarutan dan
penyulingan.
Pati (amilum) ini terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Pati
terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan. Amilum
sampel yang digunakan yaitu amilum Zea mays (pati jagung).
Perhitungan rendemen dilakukan untuk menentukan perbandingan jumlah
ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan terhadap awal berat bahan simplisia serta
untuk mengetahui banyaknya senyawa bioaktif yang terkandung dalam bahan yang
terekstraksi. Persentase yang didapatkan dari hasil rendemen yaitu 3,4075%.
Selanjutnya yaitu evaluasi organoleptis. Uji organoleptik atau uji indra atau
uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai
alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk Pengujian
organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian
organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan
kerusakan lainnya dari produk. Pada evaluasi organoleptis dari simplisia pati
(amilum) yaitu dengan mengevaluasi bentuk, warna, dan bau pada sampel amilum.
Adapun hasil yang diperoleh pada evaluasi organoleptis ini yaitu bentuknya berupa
serbuk, berwarna putih, dan baunya seperti bau tepung jagung.
Kemudian dilakukan uji mikroskopis. Uji mikroskopis bertujuan untuk
mengamati fragmen pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk
mengindentifikasi tanaman tersebut. Pada analisis mikroskopis dari simplisia pati
(amilum) yaitu dengan melakukan pengamatan simplisia pati (amilum) dibawah
mikroskop dimana hasilnya berupa bentuk dan lamella pada sampel amilum. Adapun
hasil yang diperoleh yaitu berupa butiran kecil dan tidak memiliki lamella. Lamella
ini terbentuk karena perbedaan kadar air selama perkembangan amilum, sehingga
terlihat seperti garis melengkung.
Pada analisis penetapan kadar air dan kadar abu dari simplisia pati
(amilum) yaitu dengan cara menentukan kadar air dan kadar abu dari simplisia pati
(amilum). Pada penentuan kadar air dari simplisia pati (amilum), diperoleh hasil
berupa berat kurs porselen sebanyak 63,3591 gram, berat kurs dan pati (W0) sebanyak
64,3601 gram, dan berat pemanasan (W1) sebanyak 64,2365 gram sehingga
didapatkan kadar air yang diperoleh yaitu 12,34765%.
Sedangkan pada penentuan kadar abu dari simplisia pati (amilum), diperoleh
hasil berupa berat kurs porselen (W0) sebanyak 67,3257 gram, berat kurs dan pati
sebanyak 69,3257 gram, dan berat pemanasan (W1) sebanyak 68,4024 gram sehingga
didapatkan kadar abu yang diperoleh yaitu 53,835%.
Kadar air adalah salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat penting
dalam industri pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap
kerusakan yang mungkin terjadi. Penentuan abu total dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis
bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan. Jumlah
sampel yang akan diabukan bergantung pada keadaan bahannya. Dalam hal ini,
kandungan abunya dan kadar air bahan.
Fungsi amilum dalam dunia farmasi sangat banyak dan penting yaitu sebagai
bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet
atau musilago, bahan pengikat tablet dengan granulasi basah dan bahan penghancur.
Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap
keracunan iodium sedangkan amilum gliserin biasanya digunakan sebagai emolien
dan basis pada supositoria.
Sebagai amilum normal, penggunaannya terbatas dalam industri farmasi. Hal
ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang
baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi
tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, dan
sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet dengan cara granulasi basah.
G. KESIMPULAN
- Amilum disebut juga dengan pati.
- Pati yang di gunakan yaitu pati jagung (Zea Mays.
- Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80%
bagian yag tidak larut air (amilopektin).
- Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah
jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela
rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima)
- Fungsi amilum dalam dunia farmasi digunakan sebagai bahan penghancur atau
pengembang (disintegrant)
- % rendemen yang di dapat yaitu sebesar 3,4075%
- Kadar air yang di peroleh 12,34765%.
- Kadar abu yang di peroleh 53,835%.
- Organoleptis pati jagung : bentuknya berupa serbuk, berwarna putih, dan baunya
seperti bau tepung jagung.
- Mikroskopis : berupa butiran kecil dan tidak memiliki lamella

H. DAFTAR PUSTAKA
Fahn, A.1995. Anatomi Tumbuhan edisi ketiga.Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Gunawan, D., Mulyani,S.2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1.
Jakarta: Penebar Swadaya

Poedjiadi.2009. Dasar-dasar Biokimia Jakarta: Universitas Indonesia Press

Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


I. LAMPIRAN

Kupas dan pisahkan Timbang berat biji. di Biji jagung lalu di


jagung dari bijinya dapat adalah 500gram blender, tambah kan air

Lalu diamkan air perasan Pisahkan air dan ambil


Saring mengguna kain
tersebut sampai ada endapan
saring, lakukan 3 kali
endapan

Lalu keringkan Setelah kering, pati di


Pindahkan endapan ke
menggunakan oven gerus halus
alumunium foil
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
Penimbangan kurs Timbangg 1 gram untuk Timbangg 2 gram untuk
kosong uji kadar air lalu uji kadar air lalu
masukaan keoven masukaan kefurnace
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA RIMPANG (RHIZOMA)

Oleh :

NAMA : DWI SUSANTI


NIM : 2101122
KELAS : S1-2C

DOSEN PENGAMPU : apt. Rahayu Utami, M.Sc

ASISTEN DOSEN :
1. Hazyka Lutica
2. Lilis Three Patmawati
3. Putri Aulia
4. Wewi Alfarezi

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA RIMPANG (RHIZOMA)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menyiapkan simplisia rimpang dari beberapa sumber
tumbuhan dengan melakukan proses pengolahan simplisia pati yang baik dengan
metode pengeringan yang berbeda.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi secara makroskopis, mikroskopis dan
beberapa parameter standar lainnya.
3. Mahasiwa menganalisa perbedaan simplisia rimpang yang di hasilkan dengan
perbedaan sumber tumbuhan dan metoda pengeringan yang di terapkan

B. TINJAUAN PUSTAKA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain. simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa - simplisia nabati: berupa
tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat. Eksudat adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentudikeluarkan dari selnya, atau
zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman. - simplisia
hewani: berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni. - simplisia pelican atau mineral: berupa
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan carasederhana dan belum berupa
zat kimia murni. (Anonim, 1985).
rimpang kencur (Kaempferiae Rhizoma) adalah rimpang Kaempferia
galangal L. merupakan rimpang dengan pemerian berupa serbuk berwarna putih,
putih kecoklatan sampai coklat, yang digunakan untuk obat dan belum mengalami
pengolahan apapun. Tanaman ini sudah berkembang di Pulau Jawa dan di luar Jawa
seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan. Sampai saat ini
karakteristik utama yang dapat dijadikan sebagai pembeda kencur adalah daun dan
rimpang. Berdasarkan ukuran daun dan rimpangnya, dikenal 2 tipe kencur, yaitu
kencur berdaun lebar dengan ukuran rimpang besar dan kencur berdaun sempit
dengan ukuran rimpang lebih kecil. Biasanya kencur berdaun lebar dengan bentuk
bulat atau membulat, mempunya ciri rimpang dengan ukuran besar pula, tetapi
kandungan minyak atsirinya lebih rendah dari pada kencur yang berdaun kecil
berbentuk jorong dengan ukuran rimpang lebih kecil. (Anonim, 1995).
Minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metal
p-metoksi sinamat yang banyak digunakan didalam industri kosmetika
dandimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. Banyaknya manfaat kencur
memungkinkan pengembangan pembudidayaannya dilakukan secara intensif yang
disesuaikan dengan produk akhir yang diinginkan. (Anonim, 1995).
Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu),
fitofarmaka, industry kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta
bahan campuran saus rokok pada industry rokok kretek, bahkan dapat dimanfaatkan
sebagai bioinsektisida. Secara empiric kencur digunakan sebagai penambah nafsu
makan, ekspektoran, obat batuk, disentri, tonikum, infeksi bakteri, masuk angin, sakit
perut. (Assaat, 2011)
Rimpang kencur mengandung minyak atsiri sekitar 2-4% yang terdiri dari
3,7,7-trimetil-bisiklo-[4,1,0]-hept-3-ena, etil sinamat, etil para metoksi sinamat
(EPMS), para metoksi stirena, n-penta dekana, borneal, dan kamfen (Suyatno et al.,
2011).
Rimpang kencur berkhasiat sebagai obat batuk, obat lambung, obat mual, obat
bengkak dan obat bisul. (Depkes RI, 2001)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Pisau - Mikroskop
- Blender - Desikator
- Baskom - Alat parut
- Lumpang dan stamfer - Alumunium foil
- Kain flanel - Ayakan
- Timbangan - Oven
- Furnance - spatel
- Kurs porselen
Bahan :
- Rimpang kencur (Kaempferia galangae)
- Aquadest

D. CARA KERJA
a. Penyiapan simplisia rimpang (rhizoma)
1. Siapkan sebanyak 500 g rimpang, dibersihkan dari tanah dan bulu-bulu
akarnya, kemudian dan dicuci bersih dengan air mengalir.
2. Lakukan perajangan dengan jalan memotong rimpang dengan ukuran 0,5 -1
mm
3. Lakukan pengeringan dengan dua metoda yang berbeda
a. Metode kering angin
b. Metode pengeringan buatan menggunakan oven pada suhu 50℃ selama
24 jam.
4. Simplisia yang sudah kering kemudian ditimbang, hitung persen
rendemennya.
5. Lanjutkan dengan proses evaluasi simplisia.
a) Evaluasi pati
1. Evaluasi organoleptis
a. Ambil secukupnya simplisia rimpang yang sudah disiapkan
b. Lakukan evaluasi organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.
c. Catat hasil pengamatan yang diperoleh
2. Analisis mikroskop
a. Ambil secukupnya simplisia rimpang yang sudah dihaluskan
menggunakan lumpang dan stamfer.
b. Lakukan pengamatan bentuk mikroskopis rimpang menggunakan
mikroskop.
c. Gambarkan hasil pengamatan yang di peroleh.
3. Penetapan kadar air
a. Timbang kurs porselen, catat beratnya.
b. Masukkan kurs porselen ke dalam oven dengan suhu 100-105℃ selama
2 jam. Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian
ditimbang kembali. Catat beratnya lakukan pemanasan sampai berat
konstan.
c. Timbang sebanyak 2 gram simplisia serbuk rimpang di dalam kurs
porselen, panaskan didalam oven dengan suhu 100-105℃ selama 5 jam.
Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang
kembali. Catat beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan.
d. Hitung kadar air dari simplisia rimpang.
e. Lakukan penetapan kadar air dari kedua simplisia dengan metoda
pengeringan yang berbeda, bandingkan kadar air yang di peroleh.
4. Penetapan kadar abu
a. Timbang kurs porselen, catat beratnya.
b. Masukkan kurs porselen kedalam oven dengan suhu 100-105℃ selama 2 jam.
Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang kembali.
Catat beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan.
c. Timbang sebanyak 2 gram simplisia rimpang didalam kurs porselen, panaskan
didalam furnance dengan suhu 600℃ selama 6 jam. Setelah itu, keluarkan
dan dinginkan kemudian ditimbang kembali. Catat beratnya. Lakukan
pemanasan sampai berat konstan.
d. Hitung kadar abu dari simplisia rimpang.
e. Lakukan penetapan kadar abu dari kedua simplisia dengan metoda
pengeringan yang berbeda, bandingkan kadar abu yang di peroleh.
E. HASIL
1. Evaluasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 106,6654 𝑔
a. % hasil rendemen = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 21,33 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 500 𝑔

b. Organoleptis
Bentuk : serbuk
Warna : putih kekuningan
Bau : khas kencur
c. Mikroskopis
Berupa irisan rimpang, pipih bentuk hampir bulat sampai jorong atau tidak
beraturamn, bagian tepi keriput, kasar bagian tengan tampak pembatas yang
tegas, berserat halus. Warna coklat, bagian tengah berwarna putih kecoklatan.

2. Penetapan kadar abu dan air kencur (Kaempferia galangae)


a. Penetapan kadar abu :
- Berat kurs porselen = 59,6003 g (𝑊0 )
- Berat kurs + serbuk rhizoma = 59,6003 g + 2.000 g = 61,6003 g
- Berat pemanasan = 54,6943 g (𝑊1 )

𝑊1 − 𝑊0 54,6943 g − 59,6003 g
= 𝑥 100% = −235,3 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 2000 𝑔

b. Penetapan kadar air :


- Berat kurs porselen = 63, 3585 g
- Berat kurs + serbuk rhizoma = 63, 3585 g + 1.0026 g = 64,3611 g (𝑊0 )
- Berat pemanasan = 64,2480 g (𝑊1 )
𝑊0 − 𝑊1 64,3611 g − 64,2480 g
= 𝑥 100% = 11,28067 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 1.0026 𝑔

F. PEMBAHASAN
Kaempferia galangal L.(rimpang kencur) biasanya berdaun lebar dengan
bentuk bulat atau membulat, memiliki aroma yang spesifik, isinya berwarna putih
dengan kulit berwarna coklat.
Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu),
fitofarmaka, industry kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta
bahan campuran saus rokok pada industry rokok kretek, bahkan dapat dimanfaatkan
sebagai bioinsektisida. Secara empiric kencur digunakan sebagai penambah nafsu
makan, ekspektoran, obat batuk, disentri, tonikum, infeksi bakteri, masuk angin, sakit
perut.
Pada percobaan praktikum kali ini mengenai Penyiapan dan Evaluasi
Simplisia Rimpang (Rhizoma). Dimana sebelumnya harus melakukan penyiapan
simplisia rimpang (rhizoma) terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan proses
evaluasi simplisia rimpang (rhizoma) tersebut. Adapun evaluasi yang dilakukan yaitu
evaluasi organoleptis, analisis mikroskopis, penetapan kadar air, serta penetapan
kadar abu.
Pada praktikum kali ini akan dibuat simplisia dari rimpang kencur atau bisa
juga disebut dengan Kaempferia Rhizoma merupakan rimpang dengan pemerian
berupa serbuk putih, putih kecoklatan sampai coklat, yang digunakan sebagai obat
dan belum mengalami pengolahan apapun. Tanaman ini sudah berkembang di pulau
Jawa dan di luar pulau jawa seperti Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Kalimantan.
Ada 2 tipe dari kencur ini, yaitu kencur berdaun lebar dengan rimpang
berukuran besar dan kencur berdaun sempit dengan rimpang berukuran kecil.
Perbedaan dari kedua tipe kencur ini dibedakan dari kandungan minyak atsirinya,
dimana kencur berdaun lebar dengan rimpang berukuran besar mempunyai
kandungan minyak atsiri lebih rendah dibandingkan kencur berdaun sempit dengan
rimpang berukuran kecil.
Rimpang sampel yang digunakan yaitu Kaempferia galangal L.(rimpang
kencur). Persentase yang didapatkan dari hasil rendemen yaitu 21,33%. Pada evaluasi
organoleptis dari simplisia rimpang (rhizoma) yaitu dengan mengevaluasi bentuk,
warna, dan bau pada rhizoma sampel. Adapun hasil yang diperoleh pada evaluasi
organoleptis ini yaitu bentuknya serbuk, berwarna putih kekuningan, dan baunya
seperti bau khas kencur.
Pada analisis mikroskopis dari simplisia rimpang (rhizoma) yaitu dengan
melakukan pengamatan simplisia rimpang (rhizoma) dibawah mikroskop berupa
karakteristik spesifik dari hasil mikroskopis berupa bentuk dan warna, Adapun hasil
yang diperoleh yaitu berupa irisan rimpang, pipih bentuk hamper bulat sampai
lonjong atau tidak beraturan, bagian tepi keriput, kasar bagian tengah tampak
pembatas yang trgas, berserat halus, berwarna coklat, bagiam tengah berwarna putih
kecoklatan.
Pada analisis penetapan kadar air dan kadar abu dari simplisia rimpang
(rhizoma) yaitu dengan cara menentukan kadar air dan kadar abu dari simplisia
rimpang (rhizoma). Pada penentuan kadar air dari simplisia rimpang (rhizoma),
diperoleh hasil berupa berat kurs porselen sebanyak 63,3585 gram, berat kurs dan pati
(W0) sebanyak 64,3611 gram, dan berat pemanasan (W1) sebanyak 64,2480 gram
sehingga didapatkan kadar air yang diperoleh yaitu 11,28067%.
Sedangkan pada penentuan kadar abu dari simplisia rimpang (rhizoma),
diperoleh hasil berupa berat kurs porselen (W0) sebanyak 59,6003 gram, berat kurs
dan pati sebanyak 61,6003 gram, dan berat pemanasan (W1) sebanyak 54,6943 gram
sehingga didapatkan kadar air yang diperoleh yaitu -235,3%.
Adapun kegunaan dari Kaempferia galangal L.(rimpang kencur) yaitu sebagai
bahan baaku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap
makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industry
rokok kretek.
Secara empiris, kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi
bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, dan sakit perut.
Minyak atsiri di dalam rimpang kencur ini mengandung etil sinnamat dan metal p-
metoksi sinnamat yang banyak digunakan di dalam industri kosmetika dan juga
dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur.

G. KESIMPULAN
- Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain.
- Rimpang kencur berkhasiat sebagai obat batuk, obat lambung, obat mual, obat
bengkak dan obat bisul
- Berdasarkan ukuran daun dan rimpangnya, dikenal 2 tipe kencur, yaitu kencur
berdaun lebar dengan ukuran rimpang besar dan kencur berdaun sempit dengan
ukuran rimpang lebih kecil.
- % rendemen yang di dapat yaitu sebesar 21,33%
- Kadar air yang di peroleh 11,28067%.
- Kadar abu yang di peroleh -235,3%.
- Organoleptis pati jagung : bentuknya berupa serbuk, berwarna putih kekuningan, dan
baunya khas kencur.
- Mikroskopis : Berupa irisan rimpang, pipih bentuk hampir bulat sampai jorong atau
tidak beraturamn, bagian tepi keriput, kasar bagian tengan tampak pembatas yang
tegas, berserat halus. Warna coklat, bagian tengah berwarna putih kecoklatan

H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia
Assaat, L.D., (2011). Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur
(Kaempferia galanga Linn) sebagai Pelangsing Aromaterapi in Vivo. Tesis,
Pascasarjana IPB: Bogor.

Departemen Kesehatan RI, 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1),


Jilid Kedua. Jakarta, Departemen Kesehatan RI

Suyatno et al., 2011. Uji in Vitro Aktivitas Tabir Surya Senyawa Turunan
Sinamat Hasil Isolasi dari Rimpang Kencur (Kaemferia galanga L.),
suyatno.cv.unesa.ac.id/.../Aktivitas tabir surya senyawa turunan sinamat.pdf.
I. LAMPIRAN

Bersihkan kencur dari Setelah bersih, di Lalu tata kencur yang


tanah ( sortasi basah) lakukan perajangan sudah di potong

Keringkan dengan oven Setalah kering lakukan Lalu halus kan dengan
sortasi kering blender

Lalu ayakdengan ayakan. Timbangg 1 gram untuk uji Timbangg 2 gram untuk uji
Siap untuk di lakukan kadar air lalu masukaan keoven kadar air lalu masukaan
Bersihkan kencur dari Setelah bersih, di Lalu tata kencur yang
tanah ( sortasi basah) lakukan perajangan sudah di potong

Setalah kering lakukan Lalu halus kan dengan


Keringkan dengan oven
sortasi kering blender

Lalu ayakdengan ayakan. Timbangg 1 gram untuk Timbangg 2 gram untuk


Siap untuk di lakukan uji kadar air lalu uji kadar air lalu
evaluasi masukaan keoven masukaan kefurnace
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA DAUN (FOLIUM)

Oleh :

NAMA : DWI SUSANTI


NIM : 2101122
KELAS : S1-2C

DOSEN PENGAMPU : apt. Rahayu Utami, M.Sc

ASISTEN DOSEN :
1. Hazyka Lutica
2. Lilis Three Patmawati
3. Putri Aulia
4. Wewi Alfarezi

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA DAUN (FOLIUM)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu menyiapkan simplisia daun dari beberapa sumber tumbuhan
dengan melakukan proses pengolahan simplisia pati yang baik dengan metode
pengeringan yang berbeda.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi secara makroskopis, mikroskopis dan
beberapa parameter standar lainnya.
3. Mahasiwa menganalisa perbedaan simplisia daun yang di hasilkan dengan
perbedaan sumber tumbuhan dan metoda pengeringan yang di terapkan

B. TINJAUAN PUSTAKA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari selaya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimiawi
murni. Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa bahan utuh bagian hewan atau
zat-zat yang berguna, yang dihasilkan oleh hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia mumi. Simplisia pelikan (mineral)
inlah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 ).
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran atau mikroba dengan pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai,
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 ).
Sirsak dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH)
antara 5-7. Jadi, tanah yang sesuai adalah tanah yang agak asam sampai agak alkalis.
Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan rendah
beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1000 m dari permukaan laut.
Suhu udara yang sesuai untuk tanaman sirsak adalah 22-32°C.. Curah hujan yang
dibutuhkan tanaman sirsak antara 1500-3000 mm/tahun (Sunarjono, 2005).
Daun sirsak mengandung saponin, tanin terkondensasi, glikosida dan
flavonoid, serta mengandung adanya zat kelompok acetogenins (Arthur, et al., 2011).
Acetogenins dari Annona merupakan kelas penting dari produk alami yang memiliki
berbagai macam sifat biologis seperti sitotoksik, antitumoral, antiparasit, 4
insektisida, dan aktivitas imunosupresif (Gleye, Laurens, Hocquemiller, Figadere,
and Cave, 1996).
Acetogenin bekerja menghambat mitochondrial complex / pada rantai
transpot elektron sehingga mengendalikan mitokondria sel yang overacting, bila
mitokondria normal maka pertumbuhan sel kanker dapat terkendali. Mekanisme
kerjanya acetogenin masuk ke dalam sel kanker dan menempel pada inner membrane
of mitochondria, lalu merusak produksi ATP di dalam mitokondria. Akibat
kekurangan ATP sebagai sumber energi, akhirnya sel kanker menjadi lemah dan mati
(Villo, 2008). Salah satu senyawa acetogenin dari daun sirsak adalah annonacin, di
mana senyawa tersebut mampu menyebabkan neurotoksisitas (Potts, Luzzio, Smith,
Hetman, Champy, and Litfan, 2011).
Menurut penelitian analisis fitokimia oleh Prachi (2010), ekstrak air daun
sirsak mengandung metabolit sekunder seperti karbohidrat, steroid, tanin, dan
glikosida kardiak. Daun sirsak juga mengandung alkaloid dan minyak atisiri
(Winarni, 2002).
Daun sirsak secara tradisional dapat dimanfaatkan untuk mengobati abses,
arthritis, asthenia, asma, bronkitis, kolik, batuk, diabetes, diuretik, disentri, demam,
gangguan empedu, influensa, jantung, hipertensi, gangguan pencernaan, infeksi,
cacingan, gangguan hati, malaria, reumatik, kurap, kejang, tumor, dan borok. Pada
tahun 1976, The National Cancer Institute meneliti khasiat sirsak sebagai antitumor
dan antikanker. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun sirsak mampu
menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker (Mardiana dan Ratnasari, 2011).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Pisau - Alat parut
- Blender - Alumunium foil
- Baskom - Ayakan
- Lumpang dan stamfer - Oven
- Kain flanel - Furnace
- Timbangan - Kurs porselen
- Mikroskop - spatel
- Desikator
Bahan :
- Daun sirsak (Annona Muricata)
- Aquadest

D. CARA KERJA
a) Penyiapan simplisia daun (folium)
1. Siapkan sebanyak 500 g daun, dibersihkan dari kotoran, kemudian dan dicuci
bersih dengan air mengalir.
2. Lakukan pengeringan dengan dua metoda yang berbeda
a. Metode kering angin
b. Metode pengeringan buatan menggunakan oven pada suhu 50℃ selama
24 jam.
3. Simplisia yang sudah kering kemudian ditimbang, hitung persen
rendemennya.
4. Lanjutkan dengan proses evaluasi simplisia.
b) Evaluasi pati
1. Evaluasi organoleptis
d. Ambil secukupnya simplisia daun yang sudah disiapkan
e. Lakukan evaluasi organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.
f. Catat hasil pengamatan yang diperoleh
2. Analisis mikroskopis
a. Ambil secukupnya simplisia daun yang sudah dihaluskan menggunakan
lumpang dan stamfer.
b. Lakukan pengamatan bentuk mikroskopis rimpang menggunakan mikroskop.
c. Gambarkan hasil pengamatan yang di peroleh.
3. Penetapan kadar air
a. Timbang kurs porselen, catat beratnya.
b. Masukkan kurs porselen ke dalam oven dengan suhu 100-105℃ selama 2
jam. Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang
kembali. Catat beratnya lakukan pemanasan sampai berat konstan.
c. Timbang sebanyak 1 gram simplisia serbuk daun di dalam kurs porselen,
panaskan didalam oven dengan suhu 100-105℃ selama 5 jam. Setelah itu,
keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang kembali. Catat
beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan.
d. Hitung kadar air dari simplisia daun.
e. Lakukan penetapan kadar air dari kedua simplisia dengan metoda
pengeringan yang berbeda, bandingkan kadar air yang di peroleh.
4. Penetapan kadar abu
a. Timbang kurs porselen, catat beratnya.
b. Masukkan kurs porselen kedalam oven dengan suhu 100-105℃ selama 2 jam.
Setelah itu, keluarkan dari oven dan dinginkan kemudian ditimbang kembali.
Catat beratnya. Lakukan pemanasan sampai berat konstan.
c. Timbang sebanyak 1 gram simplisia daun didalam kurs porselen, panaskan
didalam furnance dengan suhu 600℃ selama 6 jam. Setelah itu, keluarkan
dan dinginkan kemudian ditimbang kembali. Catat beratnya. Lakukan
pemanasan sampai berat konstan.
d. Hitung kadar abu dari simplisia daun.
e. Lakukan penetapan kadar abu dari kedua simplisia dengan metoda
pengeringan yang berbeda, bandingkan kadar abu yang di peroleh.
E. HASIL
1. Evaluasi daun sirsak (Annona muricata)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 26,8031 𝑔
a. % hasil rendemen = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 5,360 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 500 𝑔

b. Organoleptis
Bentuk : serbuk
Warna : hijau
Bau : khas
c. Mikroskopis
Helaian daun tunggal, bentuk lonjong atau memanjang, pangkal runcing, tepi
rata, melengkung kedalam, ujung meruncing, pertulangan daun menyirip ibu
tulang daun tampak jelas, permukaan bawah lebih kasar, permukaan atas lebih
gelap, warna hijau kecoklatan.

2. Penetapan kadar abu dan air folium (Annona muricata)


a. Penetapan kadar abu :
- Berat kurs porselen = 55,8066 g (𝑊0 )
- Berat kurs + folium = 55,8066 g + 2.0026 g = 57,8092 g
- Berat pemanasan = 55,9424 g (𝑊1 )

𝑊1 − 𝑊0 55,9424 g − 55,8066 g
= 𝑥 100% = 6,78118 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 2.00026 𝑔
b. Penetapan kadar air :
- Berat kurs porselen = 67,3234 g
- Berat kurs + folium = 67,3234 g + 1.000 g = 68,3263 g (𝑊0 )
- Berat pemanasan = 68,2186 g (𝑊1 )

𝑊0 − 𝑊1 68,3263 g − 68,2186 g
= 𝑥 100% = 10,7603 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 1.000 𝑔

F. PEMBAHASAN
Daun Sirsak (Annonae muricatae Folium) adalah daun Annona muricata L.,
merupakan tumbuhan yang berasal dari karibia, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Tanaman ini ditanam secra komersial untuk diambil daging buahnya.
tumbuhan ini dpat tumbuh di sembarang tempat,paling baik ditanam di daerah yang
cukup berair. Tanaman ini masuk kewilayah Indonesia dibawa oleh pemerintahan
Kolonial Belanda sekitar abad ke-19. Kekocokan iklim menjadikan tanaman sirsak
tumbuh subur di hampir selruh wiyalah Indonesia. nama sirsak sendiri diambil dari
bahasa belanda zuurzak yang berarti kantung yang asam.
Fragmen pengenal pada mikroskopis serbuk daun sirsak (Annonae muricatae
Folium) adalah epidermis atas bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang,
epidermis bawah bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang dengan stomata
tipe anomositik, rambut penutup panjang, terdiri dari dua sampai tiga sel, dinding
tebal, lumen lebar,fragmen pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar,
lumen kecil, bernoktah,fragmen mesofil dengan falisade, mesofil dengan sel sekresi
bentuk bundar,dinding tebal,fragmen parenkim bernoktah.
Daun sirsak mengandung saponin, tanin terkondensasi, glikosida dan
flavonoid, serta mengandung adanya zat kelompok acetogenins. Acetogenins dari
Annona merupakan kelas penting dari produk alami yang memiliki berbagai macam
sifat biologis seperti sitotoksik, antitumoral, antiparasit, 4 insektisida, dan aktivitas
imunosupresif.
Daun sirsak secara tradisional dapat dimanfaatkan untuk mengobati abses,
arthritis, asthenia, asma, bronkitis, kolik, batuk, diabetes, diuretik, disentri, demam,
gangguan empedu, influensa, jantung, hipertensi, gangguan pencernaan, infeksi,
cacingan, gangguan hati, malaria, reumatik, kurap, kejang, tumor, dan borok. Pada
tahun 1976, The National Cancer Institute meneliti khasiat sirsak sebagai antitumor
dan antikanker. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun sirsak mampu
menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker.
Pada percobaan praktikum kali ini mengenai Penyiapan dan Evaluasi
Simplisia Daun (Folium). Dimana sebelumnya harus melakukan penyiapan simplisia
daun (folium) terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi simplisia
daun (folium) tersebut. Adapun evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi organoleptis,
analisis mikroskopis, penetapan kadar air, serta penetapan kadar abu.
Daun (folium) sampel yang digunakan yaitu serbuk daun sirsak (Annonae
muricatae Folium). Pertama-tama yaitu menghitung persen rendemen. Persentase
yang didapatkan dari hasil rendemen yaitu 5,360%. Perhitungan rendemen dilakukan
untuk menentukan perbandingan jumlah ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan
terhadap awal berat bahan simplisia serta untuk mengetahui banyaknya senyawa
bioaktif yang terkandung dalam bahan yang terekstraksi.
Selanjutnya dilakukan uji organoleptis . Uji organoleptis atau uji indra atau
uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai
alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk Pengujian
organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian
organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan
kerusakan lainnya dari produk. Dalam evaluasi organoleptis dari simplisia daun
(folium) yaitu dengan mengevaluasi bentuk, warna, dan bau pada amilum sampel.
Adapun hasil yang diperoleh pada evaluasi organoleptis ini yaitu bentuknya serbuk,
berwarna hijau, dan baunya khas.
Pada analisis mikroskopis dari simplisia daun (folium) yaitu dengan
melakukan pengamatan simplisia daun (folium) dibawah mikroskop berupa
karakteristik pada daun sampel. Uji mikroskopis bertujuan untuk mengamati fragmen
pengenal yang merupakan komponen spesifik untuk mengindentifikasi tanaman
tersebut. Adapun hasil yang diperoleh yaitu berupa helaian daun tunggal, bentuk
lonjong atau memanjang, pangkal runcing, tepi rata,, melengkung, kedalam, ujung
meruncing, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, permukaan
bawah lebih kasar, permukaan atas lebih gelap, warna hijau kecoklatan.
Selanjutnya melakukan analisis kadar air dan kadar abu dari simplisia daun
(folium). Pada penentuan kadar air dari simplisia daun (folium), diperoleh hasil
berupa berat kurs porselen sebanyak 67,3234 gram, berat kurs dan pati (W0) sebanyak
68,3263 gram, dan berat pemanasan (W1) sebanyak 68,2186 gram sehingga
didapatkan kadar air yang diperoleh yaitu 10,7603 %.
Sedangkan pada penentuan kadar abu dari simplisia pati daun (folium),
diperoleh hasil berupa berat kurs porselen (W0) sebanyak 55,8066 gram, berat kurs
dan pati sebanyak 57,8092 gram, dan berat pemanasan (W1) sebanyak 55,9424 gram
sehingga didapatkan kadar abu yang diperoleh yaitu 6,78118%.
Kadar air adalah salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat penting
dalam industri pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap
kerusakan yang mungkin terjadi. Penentuan abu total dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis
bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan. Jumlah
sampel yang akan diabukan bergantung pada keadaan bahannya.

G. KESIMPULAN
- Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain
- Sirsak dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH) antara
5-7
- Daun sirsak mengandung saponin, tanin terkondensasi, glikosida dan flavonoid,
serta mengandung adanya zat kelompok acetogenins
- The National Cancer Institute meneliti khasiat sirsak sebagai antitumor dan
antikanker
- % rendemen yang di dapat yaitu sebesar 5,360%
- Kadar air yang di peroleh 10,7603%.
- Kadar abu yang di peroleh 6,78118%.
- Organoleptis daun sirsak : bentuknya serbuk, berwarna hijau, dan baunya khas.
- Mikroskopis : berupa helaian daun tunggal, bentuk lonjong atau memanjang, pangkal
runcing, tepi rata,, melengkung, kedalam, ujung meruncing, pertulangan daun
menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, permukaan bawah lebih kasar, permukaan
atas lebih gelap, warna hijau kecoklatan.

H. DAFTAR PUSTAKA
Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011. Bilirubin
Lowering Potential of Annona muricata (Linn.) in Temporary Jaundiced Rats,
American Journal of Pharmacology and Toxicology, 7 (2), 33-40.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995. Material


Medika Indonesia, Jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Gleye, C., Laurens, A., Hocquemiller, R., Figadere, B., and Cave, A., 1996.
Muridienin-1 and -2: The Missing Links in The Biogenetic Precursors of Acetogenins
of Annonaceae, Tetrahedron Letters, 37

Mardiana, L. dan Ratnasari, J., 201. Ramuan dan Khasiat Sirsak: Terbukti
secara Imiah Tumpas Kanker dan Penyakit Lainnya. Penebar Swadaya, Depok, pp.
7-28.

Potts, L.F., Luzzio, F.A., Smith, S.C., Hetman, M., Champy, P., and Litfan,
I., 2011. Annonacin in Asimina triloba Fruit: Implication for Neurotoxicity, Elsevier,
33, 53-58.
Sunarjono, 2005. Sirsak dan Srikaya: Budi Daya Untuk Menghasilkan Buah
Prima. Penebar Swadaya, Jakarta.

Winarni, C., 2002. Daya Anthelmintik serta Analisis Alkaloid, Tanin, dan
Minyak Atsiri dengan Metode KLT Daun Annons muricata L. (Sirsak). .Skripsi, 54,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

I. LAMPIRAN

Bersihkan daun dari Cuci daun dan keringkan Susan daun pada perkamen
tangkai dengan tisu

Lalu halus kan dengan


Setalah kering lakukan sortasi kering blender dan di ayak
Keringkan dengan oven

Timbang 2 gram untuk uji kadar


Timbangg 1 gram untuk uji kadar air air lalu masukaan kefurnace
Timbang kurs kosong lalu masukaan keoven
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA MINYAK ATSIRI

Oleh :

NAMA : DWI SUSANTI


NIM : 2101122
KELAS : S1-2C

DOSEN PENGAMPU : apt. Rahayu Utami, M.Sc

ASISTEN DOSEN :
5. Hazyka Lutica
6. Lilis Three Patmawati
7. Putri Aulia
8. Wewi Alfarezi

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA MINYAK ATSIRI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan penyiapan simplisia minyak atsiri dari beberapa
sumber tumbuhan dengan metode destilasi.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi mutu secara makroskopis dan beberapa
parameter standar lainnya.
3. Mahasiwa mampu mendokumentasikan dan melaporkan hasil praktikum yang di
laksanakan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kayu putih
Potensi tanaman kayu putih sebagai salah satu jenis minyak atsiri di Indonesia
cukup besar mencangkup antara lain daerah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Tenggara, Bali dan Papua yang berupa hutan alam kayu putih. Asteromyrtus brasii
merupakan salah satu anggota genus Asteromyrtus yang secara keseluruhan terdiri
dari tujuh spesies, yaitu A. brasii, A. amhernica, A. lysicephala, A. magnifica, A.
angustifolia, A. tranganensis, dan A. symphicarpa (Widiyanto & Mohamad, 2014).
Salah satu tanaman yang berkhasiat obat adalah tanaman kayu putih
(Melaleuca leuncandendra l). Kayu putih merupakan tumbuhan asli Indonesia yang
terdapat didaerah Maluku tengah tepatnya dipulau Buru dan Sulawesi. Di beberapa
daerah daun kayu putih dalam jumlah besar dapat diperoleh dari semak dan pohon
kayu putih yang tumbuh secara liar tanpa proses budidaya. Kayu putih dapat tumbuh
di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali meskipun setelah terjadi
kebakaran. Ciri-ciri pohon kayu putih mempunyai tinggi berkisar antara 10-20 m,
kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit
yang terkelupas tidak beraturan. Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan
percabangan yang menggantung ke bawah. Daunnya tunggal, agak tebal seperti kulit,
bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun berbentuk jorong atau lanset,
dengan panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkal daun runcing, tepi
rata dan tulang daun hampir sejajar. Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu
sampai hijau kecoklatan, daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu
putih. Perbungaan majemuk bentuk bulir, bunga berbentuk seperti lonceng, daun
mahkota warna putih, kepala putik berwarna putih kekuningan, keluar di ujung
percabangan. Buah panjang 2,5-3 mm, lebar 3-4 mm, warnanya coklat muda sampai
coklat tua (Krisnaningrum, 2011).
Tanaman kayu putih merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri,
biasanya diambil daunnya yang merupakan bagian tumbuhan yang dikenal dengan
kandungan minyak atsiri. Daun kayu putih (Melaleuca leuncandendra l) ini
mengandung minyak atsiri yang terdiri atas sineol, alfa-terpienol, valeraldehida, dan
benzaldehida. Minyak atsiri dalam tanaman ini sering disebut minyak kayu putih
yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti anti septic dan bakteri,
Insektisida dan vermifuge, decongestant dan expetorant, kosmetik dan tonik,
perangsang dan sudororific, analgesik, panas, dan anti sakit saraf (Krisnaningrum,
2011).
Kayu putih Tumbuh liar di padang rumput daerah berhawa panas. Ada yang
sengaja dibudidayakan sebagai tanaman obat. Daun jorong, mirip ujung tombak.
Kulit batang putih. Buah berbentuk kotak, biji halus seperti sekam (Harris, 1987)
Pemungutan daun kayu putih sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Alasannya,
pada waktu pagi hari daun mampu menghasilkan rendemen minyak atsiri lebih tinggi
dengan kualitas baik. Setelah pemungutan daun yang pertama, pohon kayu putih
dipangkas agar bisa tumbuh tunas baru dan yang akan menghasilkan daun yang lebih
banyak. Selanjutnya setiap kali pemungutan daun selalu diikuti dengan pemangkasan
(Lutony dan Rahmayati, 2002).
2. Minyak atsiri
Minyak atsiri sebagai bahan wewangian, penyedap masakan dan obatobatan
sudah dipergunakan sejak lama. Minyak atsiri, minyak yang mudah menguap atau
terbang merupakan senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki
komposisi maupun titik didih yang beragam. Minyak atsiri dapat diperoleh dari
bagian tanaman meliputi akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga.
Minyak atsiri pada tanaman mempunyai 3 fungsi yaitu membantu proses
penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain dan sebagai cadangan makanan
dalam tanaman (Widiyanto & Mohamad, 2014).
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dalam
tanaman. Minyak tersebut disintesa dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada
juga yang terbentuk dalam pembuluh resin. Minyak atsiri umumnya terdiri dari
berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung
unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Pada umumnya sebagian besar minyak atsiri
terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan hidrokarbon
teroksigenasi (Widiyanto & Mohamad, 2014).
Minyak kayu putih akan termasuk ke dalam kelas mutu U (utama) jika
memiliki kadar sineol 55%, dan mutu P (pertama) jika kadar sineol kurang dari 55%.
Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol, yang kadarnya mencapai
50-65%. Senyawa ini terdapat pada sejumlah besar minyak atsiri, bahkan sineol
terdapat dalam 260 jenis minyak atsiri. Sineol (1,8- Cineole) sebagai komponen
utama minyak kayu putih memiliki rumus C10H18O, senyawa tersebut dikenal
dengan nama bermacam-macam seperti Cajeput hydrate, Cajuputol, dan Cajeputol
(Widiyanto & Mohamad, 2014).
Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi, atau oleum
cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih (M.
leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat
dikonsumsi per oral (diminum) atau, lebih umum dibalurkan ke bagian tubuh.
Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut
kembung. Komposisi dalam pembuatan minyak kayu putih adalah : oleum cajeputi
100% (Krinaningrum, 2011).
C. BAHAN DAN ALAT
Alat :
- Alat destilasi - Talenan
- Corong pisah - Timbangan
- Pipet tetes - Alumunium foil
- Vial - Rotary evaporator
- Pisau - Termometer
- Baskom - Batu didih
Bahan :
- Kayu putih (Melaleuca leucadendra) : daun dan ranting
- Aquadest
- N-heksana

D. CARA KERJA
a) Penyiapan simplisia minyak atsiri
1. Rajang 1 kg bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sampel, kemudian
masukkan kedalam labu alas bulat.
2. Tambahkan aquadest dan batu didih, kemudian lakukan proses destilasi
sampai diperoleh minyak atsiri di wadah penampung (yang berisi air dan
minyak hasil destilasi ).
3. Masukkan hasil destilasi kedalam corong pisah, lalu lakukan pemisahan
lapisan air dan minyak. Untuk mempermudah pemisahan, tambahkan
beberapa ml n-heksana kedalam corong pisah.
4. Campuran minyak dan n-heksana kemudian dipisahkan menggunakan rotary
evaporator
5. Timbang berat minyak yang di peroleh, hitung rendemennya.
6. Lalukan evaluasi mutu minyak yang di peroleh.
b) Evaluasi simplisia
1. Evaluasi organoleptis
Prinsip pengujian : evaluasi ini berdasarkan pengamatan panca indra langsung
(bentuk, warna dan bau) dari minyak atsiri yang di siapkan.
Caa kerja adalah sebagai berikut :
a. Ambil secukupnya minyak atsiri yang sudah disiapkan
b. Lakukan evaluasi organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau.
c. Untuk pemeriksaaan warna, ambil secukupnya minyak atsiri, kemudian
masukkan kedalam tabung reaksi, kemudian sandarkan tabung reaksi tersebut
pada kertas putih. Amati warna minyak atsiri tersebut dengan penglihatan
langsung. Jarak mata dengan tabung reaksi adalah 30 cm.
d. Untuk pemeriksaaan bau dilakukan dengan cara, ambil sedikit minyak
kemudian di teteskan pada kertas uji (test paper) lalu lakukan penciuman
langsung. Amati bau dan laporkan.
e. Catat hasil pengamatan yang di peroleh dan laporkan.
2. Penentuan bobot jenis
Prinsip pengujian : perbandingan antara berat minyak atsiri dengan berat air pada
volume dan suhu yang sama.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
a. Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol.
b. Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan
sisipkan penutupnya.
c. Biarkan piknometer didalam lemari timbangan selama 3 menit dan timbang
(m).
d. Isi piknometer dengan air suling sambil menghindari adanya gelembung-
gelembung udara.
e. Sisipkan penutupnya dan keirngkan piknometer nya.
f. Biarkan piknometer didalam lemari timbangan selama 3 menit, kemudian
timbang dengan isinya (m1).
g. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan
dengan arus udara kering.
h. Isi piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-
gelembung udara.
i. Sisipkan penutupnya dan keirngkan piknometer tersebut
j. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 3 menit dan timbang
(m2).
k. Lihat thermometer, catat suhu saat pengerjaan (t1).
l. Lakukan perhitungan bobot jenis dengan rumus berikut ini.
𝑡1 𝑚2−𝑚 𝑡1
Bobot jenis 𝑑𝑡1 = 𝑚1−𝑚 dan 𝑑𝑡𝑡 = 𝑑𝑡1 + 0,0007 (𝑡1 -t)

3. Penentuan indeks bias


Prinsip pengujian : metoda ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias
minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
a. Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu pembacaan
akan dilakukan.
b. Sebelum minyak ditaruh didalam alat, minyak tersebut harus berada pada
suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.
c. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil.
d. Lakukan perhitungan indeks bias dengan rumus sebagai berikut
𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡1 + 0,0004 (𝑡1 -t)
E. HASIL
1. Organoleptis minyak atsiri
Bentuk : cairan
Bau : bau khas cajuputi oil
Warna : bening kehijauan
Rasa : rasa khas mint / hangat
2. Penentuan bobot jenis (piknometer)
- m = berat piknometer kosong = 15,3625 gr
- 𝑚1 = berat piknometer + air = 25,1541 gr
- 𝑚2 = berat piknometer + sampel = 23,8535 gr
- 𝑡1 suhu pengerjaan
- t suhu referensi (20℃)

23,8535 𝑔 −15,3625 𝑔 8,491 𝑔


bobot jenis (𝑝) = == = 0,8671 g
25,1541 𝑔 −15,3625 𝑔 9,7916 𝑔

3. penentuan indeks bias

- suhu = 20℃
30,0℃+30,0℃+29,9℃
- suhu pada pengerjaan = = 29,96℃ (𝑡1 )
3

1.456+1.456+1.456
- 𝑛𝐷𝑡 pada pengerjaan = = 1.456
3

- 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,456 + 0,0004 ( 30,16℃ - 20℃ )
= 1,456 + 0,0004 ( 10,16℃ )
= 1,456 + 0,004064 = 1.455
- 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)
= 1,456 + 0,0004 ( 29,96℃ - 20℃ )
= 1,456 + 0,0004 ( 9,96℃ )
= 1,456 + 0,003984 = 1.4599

Penguraian

- Pengerjaan 1 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,456 + 0,0004 ( 30℃ - 20℃ )
= 1,456 + 0,004 ( 10℃ )
= 1,46
- Pengerjaan 2 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)
= 1,456 + 0,0004 ( 30℃ - 20℃ )
= 1,456 + 0,004 ( 10℃ )
= 1,456 + 0,0004 + 0,004
= 1,46

- Pengerjaan 3 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,456 + 0,0004 ( 29,9℃ - 20℃ )
= 1,456 + 0,004 ( 9,9℃ )
= 1,456 + 0,00396
= 1,45996

1.46+1.46+1.45996
- Rata rata 𝑛𝐷𝑡 = = 1,4599
3

F. PEMBAHASAN
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dalam
tanaman. Minyak tersebut disintesa dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan
ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin. Minyak atsiri umumnya terdiri dari
berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang
mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S). Pada umumnya sebagian besar
minyak atsiri terdiri dari campuran persenyawaan golongan hidrokarbon dan
hidrokarbon teroksigenasi
Minyak atsiri sebagai bahan wewangian, penyedap masakan dan obatobatan
sudah dipergunakan sejak lama. Minyak atsiri, minyak yang mudah menguap atau
terbang merupakan senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki
komposisi maupun titik didih yang beragam. Minyak atsiri dapat diperoleh dari
bagian tanaman meliputi akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga.
Minyak atsiri pada tanaman mempunyai 3 fungsi yaitu membantu proses
penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain dan sebagai cadangan makanan
dalam tanaman
Pada percobaan praktikum kali ini mengenai Penyiapan dan Evaluasi
Simplisia Minyak Atsiri. Dimana sebelumnya harus melakukan penyiapan simplisia
minyak atsiri terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi simplisia
minyak atsiri tersebut. Adapun evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi organoleptis,
penentuan bobot jenis, serta penentuan indeks bias.
Minyak atsiri sampel yang digunakan yaitu Cajuput oil. Dalam evaluasi
organoleptis dari simplisia minyak atsiri yaitu dengan mengevaluasi bentuk, warna,
dan bau pada minyak atsiri sampel. Adapun hasil yang diperoleh pada evaluasi
organoleptis ini yaitu bentuknya cairan, berwarna bening kehijauan, baunya khas
Cajuput oil, dan rasa khas mint atau hangat.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu
dan kemurnian dari minyak atsiri. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara
0,696-1,188 gram dan umumnya nilai bobot jenis tersebut lebih kecil dari 1,000 gram.
Pada penentuan bobot jenis minyak atsiri dari Cajuput oil yaitu menggunakan
piknometer dalam menentukan bobot jenisnya. Piknometer adalah alat penetapan
bobot jenis yang praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume
sekitar 10 mL, dilengkapi dengan sebuah thermometer dan sebuah kapiler dengan
gelas penutup.
Hasil yang diperoleh dari penentuan bobot jenis minyak atsiri dari Cajuput oil
yaitu berupa berat piknometer kosong (m) sama dengan 15,3625 gram, berat
piknometer dengan air (m1) sama dengan 25,1541 gram, berat piknometer dengan
sampel (m2) sama dengan 23,8535 gram, sehingga diperoleh bobot jenisnya (𝜌) yaitu
0,8671 gram.
Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu
zat dan deteksi ketidakmurnian. Walaupun indeks bias menurut Farmakope suhu
pengukurannya 25ºC, tetapi pada banyak monografi indeks bias ditetapkan pada suhu
20ºC. Suhu pengukuran harus benar-benar dipertahankan, karena sangat
mempengaruhi indeks bias.
Pada penentuan indeks bias minyak atsiri dari Cajuput oil yaitu menggunakan
alat refraktometer digital, dimana alat ini merupakan alat yang tepat dan cepat dalam
menentukan indeks bias. Alat ini harus dijaga agar dalam menentukan indeks bias,
minyak harus dijauhkan dari panas dan cuaca lembab.
Hasil yang diperoleh dari penentuan indeks bias minyak atsiri dari Cajuput oil
berupa suhu (t) sama dengan 20ºC, suhu pada pengerjaan (t1) sama dengan 29,96ºC,
pembacaan yang dilakukann pada suhu pengerjaan (𝑛𝐷𝑡1 ) sebesar 1,456, indeks bias
pada suhu 20ºC (𝑛𝐷𝑡 ) dengan suhu pada pengerjaan (t1) 29,96ºC diperoleh hasil
sebesar 1,4599.
Pada penentuan indeks bias, dilakukan pengulangan 3 kali pengerjaan indeks
bias dengan suhu 20ºC diperoleh hasil pada pengerjaan pertama dengan suhu pada
pengerjaan (t1) 30ºC yaitu 1,46. Pada pengerjaan kedua dengan suhu pada pengerjaan
(t1) 30ºC yaitu 1,46. Pada pengerjaan ketiga dengan suhu pada pengerjaan (t1) 29,9º
C yaitu 1,4599, dengan rata-rata dari indeks biasnya sebesar 1,4599.

G. KESIMPULAN
- Daun kayu putih (Melaleuca leuncandendra l) ini mengandung minyak atsiri
yang terdiri atas sineol, alfa-terpienol, valeraldehida, dan benzaldehida
- Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman,
- Minyak kayu putih dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu
putih
- Pembuatan minyak atsiri dari kayu daun putih menggunakan metode destilasi
- Minyak atsiri digunakan sebagai bahan wewangian, penyedap masakan dan
obat-obatan
- Bobot jenis yang di dapat 0,8671 g
H. DAFTAR PUSTAKA
Krisnaningrum, W. 2011. Pengambilan Minyak Atsiri Daun Kayu Putih
(Melaleuca leucadendron L.) dengan Metode Destilasi Air di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.
Laporan Kegiatan Magang Tugas Akhir. Surakarta.

Lutony, T.L. dan Rahmayati, Y. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak


Asiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 2, 32-34, 80-82.

Widiyanto, A dan Mohamad S. 2014. Sifat Fisikokimia Minyak Kayu Putih


Jenis Asteromyrtus brasii. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 32(4): 243-252
I. LAMPIRAN

Sampel minyak kayu Piknometer kosong Piknometer + sampel


J. putih

Piknometer + air Uji indeks bias minyak Uji indeks bias minyak
atsiri III atsiri II

Uji indeks bias minyak


atsiri I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA MINYAK KELAPA VIRGIN (VCO)

Oleh :

NAMA : DWI SUSANTI


NIM : 2101122
KELAS : S1-2C

DOSEN PENGAMPU : apt. Rahayu Utami, M.Sc

ASISTEN DOSEN :
1. Hazyka Lutica
2. Lilis Three Patmawati
3. Putri Aulia
4. Wewi Alfarezi

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
PENYIAPAN DAN EVALUASI SIMPLISIA MINYAK KELAPA VIRGIN (VCO)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan penyiapan simplisia minyak kelapa virgin dengan
metode enzimatis.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi mutu secara makroskopis dan beberapa
parameter standar lainnya.
3. Mahasiwa mampu mendokumentasikan dan melaporkan hasil praktikum yang di
laksanakan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu hasil pertanian Indonesia
yang cukup potensial. Hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat
dimanfaatkan. Banyak kegunaan yang dapat diperoleh dari kelapa dan salah satu cara
untuk memanfaatkan buah kelapa adalah mengolahnya menjadi minyak makan atau
minyak goreng. Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa, yang
dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra (Suhardiyono, 1995).
Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) adalah minyak kelapa yang dibuat
dari bahan baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa
pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia dan RDB. Penyulingan minyak kelapa
seperti di atas berakibat kandungan senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan
tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama asam laurat ini
memiliki sifat antibiotik, anti bakteri dan jamur. Minyak kelapa murni atau lebih
dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan merupakan modifikasi proses
pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan kadar
asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai
daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan. Pembuatan minyak kelapa
murni ini memiliki banyak keunggulan yaitu tidak membutuhkan biaya yang mahal
karena bahan baku mudah didapat dengan harga yang murah. pengolahan yang
sederhana dan tidak terlalu rumit, serta penggunaan energi yang minimal karena tidak
menggunakan bahan bakar sehingga kandungan kimia dan. nutrisinya tetap terjaga
terutama asam lemak dalam minyak. Jika dibandingkan dengan minyak kelapa biasa
atau sering disebut dengan minyak goreng (minyak kelapa kopra) minyak kelapa
murni mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa kopta akan berwama
kuning kecoklatan, berbau tidak harum dan mudah tengik sehingga daya simpannya
tidak bertahan lama (kurang dari dua bulan). Dari segi ekonomi minyak kelapa murni
mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra sehingga
studi pembuatan VCO perlu dikembangkan (anonim, 2009).
Berbeda dengan minyak kelapa biasa, Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan
minyak kelapa yang diperoleh tanpa mengubah sifat fisiko kimia minyak karena
hanya diberi perlakuan mekanis dan penggunaan panus rendah, sehingga kandungan
yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan.Keunggulan minyak ini
terletak pada tingginya asam lemak jenuhnya yaitu sekitar 90% yang menjadikan
minyak ini minyak terschat (Setiaji dan Prayugo, 2006).
Virgin Coconut Oil (VCO) memiliki sejumlah sifat fisik yang
menguntungkan. Di antaranya, memiliki kestabilan secara kimia, berwarna bening,
dan berbau harum, bisa disimpan dalam jangka panjang dan tidak cepat tengik, serta
tahun terhadap panus, cahaya dan oksigen. Virgin coconut oil (VCO) memiliki kadar
air, asam lemak bebas, dan angka oksidasi yang rendah. (Fachry, dkk.,2006).
Komponen utama dari Virgin Coconut Oil (VCO) adalah asam lemak jenuh seperti
asam kaprat, kaprilat dan miristat dan memiliki ikatan ganda dalam jumlah kecil.
Kandungan paling besar dalam minyak kelapa adalah asam laurat (Lauric Acid)
(Hapsari, 2008).
Dalam perkembangannya VCO telah dimanfaatkan sebagai bahan baku
farmasi, kosmetik, dan pangan (Rindengan, 2003), VCO merupakan suatu produk
yung memiliki sifat dwifungsi yaitu sebagai minyak goreng kualitas tinggi dan
sebagai obat yang potensial. Beberapa manfaat VCO bagi kesehatan yaitu merupakan
antibakteri, antivirus, antijamur, dan antiprotozoa, menjaga kesehatan jantung dan
pembuluh darah, dapat mencegah terjadinya osteoporosis, diabetes, penyakit liver.
dan timbulnya kanker, dapat menurunkan berat badan, dan memberikan stamina bagi
tubuh (Fachry, dkk..2006),

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
- Blender - Timbangan
- Wadah kaca - Lemari es
- Talenan - Saringan
- Pisau - Kain kasa
Bahan :
- Buah kelapa (Cocos nucifera L) : bagian segar daing buah kelapa dan air

D. CARA KERJA
a. Penyiapan simplisia minyak kelapa virgin (VCO)
Hari I
1. Rajang dan haluskan 1 kg daging buah kelapa yang tua, kemudian tambahkan sedikit air,
lalu di peras sampai diperoleh santan. Masukkan santan ke wadah kaca.
2. Santan tersebut kemudian dimasukkka kedalam freezer selama 1-2 jam, lakukan
pemisahan bagian krim (atas) dan bagian air (bawah).
3. Bagian krim dimasukkan kedalam wadah kaca yang baru, kemudian didiamkan selama satu
malam ditempat hangat. Tutup wadah kaca dalam kondisi tak rapat.
Hari ke II
1. Masukkan wadah tersebut kedalam freezer selama 1-2 jam untuk memisahkan bagian krim
yang mengandung minyak dengan air (bagian bawah). Pisahkan bagian krim dan airnya.
Masukkan bagian krim ke wadah kaca yang baru.
2. Diamkan kembali bagian krim selama satu malam di tempat hangat.
Hari ke III
1. Lakukan penyaringan minyak yang terbentuk menggunakan saringan yang dilapisi kain
kasa. tampung minyak yang di peroleh (masih mengandung air).
2. Masukkan hasil saringan kedalam freezer selama 1-2 jam untuk memisahkan bagian
minyak dengan air (bagian bawah).
3. Ambil bagian minyak (yang membeku), masukkan ke wadah baru dan biarkan meleleh
membentuk minyak.
4. Timbang berat minyak yang di peroleh, hitung rendemennya.
5. Lakukan evaluasi mutu minyak yang di peroleh.
b. Evaluasi simplisia
1. Evaluasi organoleptis.
Prinsip pengujian : evaluasi ini berdasarkan pengamatan panca indra langsung (bentuk,
warna dan bau) dari minyak kelapa yang di siapkan.
Cara kerja adalah sebagai berikut :
a. Ambil secukupnya minyak atsiri yang sudah disiapkan
b. Lakukan evaluasi organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau.
c. Untuk pemeriksaaan warna, ambil secukupnya minyak kelapa, kemudian masukkan
kedalam tabung reaksi, kemudian sandarkan tabung reaksi tersebut pada kertas putih.
Amati warna minyak kelapa tersebut dengan penglihatan langsung. Jarak mata dengan
tabung reaksi adalah 30 cm.
d. Untuk pemeriksaaan bau dilakukan dengan cara, ambil sedikit minyak kemudian di
teteskan pada kertas uji (test paper) lalu lakukan penciuman langsung. Amati bau dan
laporkan.
e. Catat hasil pengamatan yang di peroleh dan laporkan.
4. Penentuan bobot jenis
Prinsip pengujian : perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan
suhu yang sama.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
a. Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol.
b. Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan sisipkan
penutupnya.
c. Biarkan piknometer didalam lemari timbangan selama 3 menit dan timbang (m).
d. Isi piknometer dengan air suling sambil menghindari adanya gelembung-gelembung
udara.
e. Sisipkan penutupnya dan keirngkan piknometer nya.
f. Biarkan piknometer didalam lemari timbangan selama 3 menit, kemudian timbang
dengan isinya (m1).
g. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan dengan arus
udara kering.
h. Isi piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung
udara.
i. Sisipkan penutupnya dan keirngkan piknometer tersebut
j. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 3 menit dan timbang (m2).
k. Lihat thermometer, catat suhu saat pengerjaan (t1).
l. Lakukan perhitungan bobot jenis dengan rumus berikut ini.
𝑡1 𝑚2−𝑚 𝑡1
Bobot jenis 𝑑𝑡1 = 𝑚1−𝑚 dan 𝑑𝑡𝑡 = 𝑑𝑡1 + 0,0007 (𝑡1 -t)

5. Penentuan indeks bias


Prinsip pengujian : metoda ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak
yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
e. Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu pembacaan akan
dilakukan.
f. Sebelum minyak ditaruh didalam alat, minyak tersebut harus berada pada suhu yang
sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.
g. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil.
h. Lakukan perhitungan indeks bias dengan rumus sebagai berikut
𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡1 + 0,0004 (𝑡1 -t)
E. HASIL
1. Organoleptis minyak kelapa virgin
Bentuk : cairan
Bau : khas kelapa
Warna : bening
Rasa : manis
2. Penentuan bobot jenis (piknometer)
- m = berat piknometer kosong = 15,3625 gr
- 𝑚1 = berat piknometer + air = 25,1541 gr
- 𝑚2 = berat piknometer + sampel = 24,4064 gr

𝑚2−𝑚 24,4064 𝑔 −15,3625 𝑔 9,0439 𝑔


bobot jenis (𝑝) = = = = 0,9236 g
𝑚1−𝑚 25,1541 𝑔 −15,3625 𝑔 9,7916 𝑔

3. penentuan indeks bias

- suhu = 20℃
30,1℃+30,2℃+30,2℃
- suhu pada pengerjaan = = 30,1℃ (𝑡1 )
3

1.451+1.452+1.452
- 𝑛𝐷𝑡 pada pengerjaan = = 1.451
3

- 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,456 + 0,0004 ( 30,16℃ - 20℃ )
= 1,456 + 0,0004 ( 10,16℃ )
= 1,456 + 0,004064 = 1.455
- 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)
= 1,456 + 0,0004 ( 29,96℃ - 20℃ )
= 1,456 + 0,0004 ( 9,96℃ )
= 1,456 + 0,003984 = 1.4599

Penguraian
- Pengerjaan 1 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)
= 1,451 + 0,0004 ( 30,1℃ - 20℃ )
= 1,451 + 0,004 ( 10,1℃ )
= 1,451 + 0,00404
= 1,45504

- Pengerjaan 2 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,452 + 0,0004 ( 30,2℃ - 20℃ )
= 1,452 + 0,004 ( 10,2℃ )
= 1,452 + 0,00408
= 1,45608

- Pengerjaan 3 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,452 + 0,0004 ( 30,2℃ - 20℃ )
= 1,452 + 0,004 ( 10,2℃ )
= 1,452 + 0,00408
= 1,45608
1.45504+1,45608+1,45608
- Rata rata 𝑛𝐷𝑡 = = 1,45573
3

Aquadest

- Pengerjaan 1 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,332 + 0,0004 ( 30,1℃ - 20℃ )
= 1,332 + 0,004 ( 10,1℃ )
= 1,332 + 0,00404
= 1,33604

- Pengerjaan 2 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,331 + 0,0004 ( 30,2℃ - 20℃ )
= 1,331 + 0,004 ( 10,2℃ )
= 1,331 + 0,00408
= 1,33508

- Pengerjaan 3 = 𝑛𝐷𝑡 = 𝑛𝐷𝑡 + 0,0004 (𝑡1 -t)


= 1,332 + 0,0004 ( 30,2℃ - 20℃ )
= 1,332 + 0,004 ( 10,2℃ )
= 1,332 + 0,00408
= 1,33608

1.33604+1,33508+1,33608
- Rata rata 𝑛𝐷𝑡 = = 1,3357
3

F. PEMBAHASAN
Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan
baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali,
tanpa bahan kimia dan RDB. Penyulingan minyak kelapa seperti di atas berakibat kandungan
senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan
kandungan utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik, anti bakteri dan jamur. Minyak
kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan merupakan
modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya
simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan. Pembuatan minyak kelapa murni ini
memiliki banyak keunggulan yaitu tidak membutuhkan biaya yang mahal karena bahan baku
mudah didapat dengan harga yang murah. pengolahan yang sederhana dan tidak terlalu rumit,
serta penggunaan energi yang minimal karena tidak menggunakan bahan bakar sehingga
kandungan kimia dan. nutrisinya tetap terjaga terutama asam lemak dalam minyak. Jika
dibandingkan dengan minyak kelapa biasa atau sering disebut dengan minyak goreng (minyak
kelapa kopra) minyak kelapa murni mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa kopta
akan berwama kuning kecoklatan, berbau tidak harum dan mudah tengik sehingga daya
simpannya tidak bertahan lama (kurang dari dua bulan). Dari segi ekonomi minyak kelapa
murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra sehingga studi
pembuatan VCO perlu dikembangkan Pada percobaan praktikum kali ini mengenai Penyiapan
dan Evaluasi Simplisia Minyak Kelapa Virgin (VCO). Dimana sebelumnya harus melakukan
penyiapan simplisia Minyak Kelapa Virgin (VCO) terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan
dengan proses evaluasi simplisia Minyak Kelapa Virgin (VCO) tersebut. Adapun evaluasi yang
dilakukan yaitu evaluasi organoleptis, penentuan bobot jenis, serta penentuan indeks bias.
Sampel yang digunakan yaitu Kelapa (Cocus nucifera L) minyak dari bagian yang
digunakan yaitu daging buahnya. Dalam evaluasi organoleptis dari simplisia minyak atsiri
yaitu dengan mengevaluasi bentuk, warna, dan bau pada minyak atsiri sampel. Adapun hasil
yang diperoleh pada evaluasi organoleptis ini yaitu bentuknya cairan, berwarna bening, baunya
khas kelapa, dan rasa manis.
Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan
kemurnian dari Minyak Kelapa Virgin (VCO). Pada penentuan bobot jenis minyak atsiri dari
Minyak Kelapa Virgin (VCO) yaitu menggunakan piknometer dalam menentukan bobot
jenisnya. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang praktis dan tepat digunakan.
Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 mL, dilengkapi dengan sebuah thermometer
dan sebuah kapiler dengan gelas penutup.
Hasil yang diperoleh dari penentuan bobot jenis Minyak Kelapa Virgin (VCO) yaitu
berupa berat piknometer kosong (m) sama dengan 15,3625 gram, berat piknometer dengan air
(m1) sama dengan 25,1541 gram, berat piknometer dengan sampel (m2) sama dengan 24,4064
gram, sehingga diperoleh bobot jenisnya (𝜌) yaitu 0,9236 gram.
Indeks bias dari suatu zat ialah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan
deteksi ketidakmurnian. Walaupun indeks bias menurut Farmakope suhu pengukurannya
25ºC, tetapi pada banyak monografi indeks bias ditetapkan pada suhu 20ºC. Suhu pengukuran
harus benar-benar dipertahankan, karena sangat mempengaruhi indeks bias.
Pada penentuan indeks bias Minyak Kelapa Virgin (VCO) yaitu menggunakan alat
refraktometer digital, dimana alat ini merupakan alat yang tepat dan cepat dalam menentukan
indeks bias. Alat ini harus dijaga agar dalam menentukan indeks bias, minyak harus dijauhkan
dari panas dan cuaca lembab.
Hasil yang diperoleh dari penentuan indeks bias Minyak Kelapa Virgin (VCO) berupa
suhu (t) sama dengan 20ºC, suhu pada pengerjaan (t1) sama dengan 30,16ºC, pembacaan yang
dilakukann pada suhu pengerjaan (𝑛𝐷𝑡1 ) sebesar 1,451, indeks bias pada suhu 20ºC (𝑛𝐷𝑡 )
dengan suhu pada pengerjaan (t1) 30,16ºC diperoleh hasil sebesar 1,455.
Pada penentuan indeks bias, dilakukan pengulangan 3 kali pengerjaan indeks bias
dengan suhu 20ºC diperoleh hasil pada pengerjaan pertama dengan suhu pada pengerjaan (t1)
30,1ºC yaitu 1,45504. Pada pengerjaan kedua dengan suhu pada pengerjaan (t1) 30,2ºC yaitu
1,45608. Pada pengerjaan ketiga dengan suhu pada pengerjaan (t1) 30,2ºC yaitu 1,45608,
dengan rata-rata dari indeks biasnya sebesar 1,45573.
Indeks bias pada aquadest sebagai pembanding, diperoleh hasil sebagai berikut, yaitu
pembacaan yang dilakukann pada suhu pengerjaan (𝑛𝐷𝑡1 ) sebesar 1,332, pada pengerjaan
pertama dengan suhu 20ºC diperoleh hasil pada pengerjaan pertama dengan suhu pada
pengerjaan (t1) 30,1ºC yaitu 1,33604. Pada pengerjaan kedua dengan suhu pada pengerjaan
(t1) 30,2ºC yaitu 1,33608. Pada pengerjaan ketiga dengan suhu pada pengerjaan (t1) 30,2ºC
yaitu 1,33608 , dengan rata-rata dari indeks biasnya sebesar 1,3357.

G. KESIMPULAN
- Minyak kelapa murni memiliki kandungan utama asam laurat
- Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak kelapa yang diperoleh tanpa mengubah sifat
fisiko kimia minyak
- Virgin Coconut Oil (VCO) memiliki sejumlah sifat fisik yaitu : memiliki kestabilan secara
kimia, berwarna bening, dan berbau harum, bisa disimpan dalam jangka panjang dan tidak
cepat tengik, serta tahun terhadap panus, cahaya dan oksigen.
- Komponen utama dari Virgin Coconut Oil (VCO) adalah asam lemak jenuh seperti asam
kaprat, kaprilat dan miristat dan memiliki ikatan ganda dalam jumlah kecil.
- Bobot jenis yang di peroleh adalah 0,9236 g

H. DAFTAR PUSTAKA
Fachry, A. Rasyidi dkk. 2006. Pembuatan Virgin Coconut Oil Dengan Metode
Sentrifugasi. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia BBTP
Hapsari N. Welasih T, 2008. Pembuatan virgin coconut oil (VCO) dengan metode
sentrifugasi. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri UPN "Veteran" Jatim.

Setiaji, B dan Surip Prayugo, 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Penebar
Swadana, Jakarta.

Suhardiyono, L, 1993. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius,


Yogyakarta

I. LAMPIRAN

Lalu di peras untuk Masukkan santan dalam


Daging kelapa di
diambil santannya, ulangi freezer sampai krim dan air
parut dan di beri air
beberapa kali berpisah

Krim yang telah Proses pemisahan Minyak dari krim yang


terbentuk minyak dan air di dapat di saring
Minyak VCO yang telah Piknometer kosong Piknometer + air
jadi

Piknometer + sampel Uji indeks bias VCO I Uji indeks bias VCO II

Uji indeks bias VCO III


LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai