Anda di halaman 1dari 7

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/316182655

Pengaruh amilosa dan amilopektin terhadap


sifat pasta pati jagung

Article · January 2013


DOI: 10.1234/sainmatika.v7i1.2371

CITATIONS READS

0 434

1 author:

Ulyarti Ulyarti
Universitas Jambi
5 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ulyarti Ulyarti on 18 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Sainmatika Vol 7 No 1 2013 ISSN 1979-0910

PENGARUH AMILOSA DAN AMILOPEKTIN TERHADAP SIFAT


PASTA PATI JAGUNG

(The effect of amilose and amilopectin on the pasting properties of corn starch)

Ulyarti1
1
Staf Pengajar Pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UNJA

ABSTRACT

Corn starch is an abundant renewable resource for producing biodegradable food


packaging. There has been a lot of effort to increase the capabilities of corn starch in this
area including its plasticity. Native starch becomes thermoplastic after heat treatment with
plasticizers. However, the initial properties of corn starch need to be understood before
developing it into biodegradable plastic. This study was aimed to reveal the effect of amilose
and amilopectin on the pasting properties of corn starch. The study used pure amilose and
amilopectin and commercial corn starch. The comparison was made between commercial
corn starch and composite starch made from amilose and amilopectin. The ratio of amilose
to amilopectin in the composite starch was 26 : 74, imitating the ratio of the two components
in the corn starch. The result showed that both starches performed different pasting
properties. These data demonstrate that pasting properties of corn starch do not only depend
on the amount of amilose and amilopectin present in the starch.

Key words: corn starch, amilose, amilopectin and pasting properties

I. Pendahuluan
Bahan dan Alat
Pati jagung merupakan salah satu sumber Bahan yang dipergunakan adalah amilosa
alam yang dapat diperbaharui dan dapat (Merck, Jerman), amilopectin (TCI,
dipergunakan sebagai bahan pembuatan Jepang), dan pati jagung maizena produksi
biodegradable food packaging (Chiellini Honig (Belanda).
et al., 2008). Sifat pasta suatu pati dapat Alat yang dipergunakan adalah Brabender
memberikan informasi tentang amilograph OHG Duisburg, neraca
kemampuan suatu pati dalam membentuk brabender, thermometer digital, mikroskop
struktur produk serta ketahanannya terpolarisasi model BHSP 751P dengan
terhadap pemanasan atau pendinginan. merk Olympus, gelas ukur, sudip, kaca
Sifat pasta pati memberikan gambaran pengaduk dan labu Erlenmeyer.
tentang sifat fungsional pati selama
periode pemanasan atau pendinginan Persiapan Bahan
(Ovando-Martinez et al, 2011). Termasuk Pati komposit dibuat dengan cara
didalamnya adalah suhu gelatinisasi pati, menimbang sebanyak 26% amilosa dan
viskositas maksimum selama proses 74% amilopektin untuk berat total 35
thermal, serta stabilitas pasta pati selama gram. Pasta pati komposit dibuat dengan
proses thermal. Penelitian ini bertujuan mencampurkan 35 gram pati komposit
untuk mengetahui pengaruh amilosa dan tersebut dengan menggunakan 465 ml air
amilopektin terhadap sifat pasta pati destillata. Pencampuran dilakukan di
jagung. dalam Erlenmeyer. Setelah tercampur
dengan baik campuran siap dimasukkan
II. Metodologi kedalam mangkok amilograph untuk

1
Jurnal Sainmatika Vol 7 No 1 2013 ISSN 1979-0910

diukur. Cara yang sama dilakukan juga menandakan adanya compartment didalam
untuk pati jagung. granula yang memisahkan bagian yang
amorf dan kristallin. Baik amilosa
Pengukuran Sifat Pasta
maupun amilopektin, walaupun
Pengukuran sifat pasta dilakukan dengan
menggunakan alat amilograph. Pemanasan merupakan hasil pemisahan kimiawi suatu
dilakukan dengan kecepatan konstan 1,5oC pati, secara mengejutkan juga masih
per menit hingga mencapai suhu 93oC. menampakkan sifat birefringentnya. Hal
Setelah itu suhu dipertahankan konstan ini menunjukkan bahwa proses pemisahan
selama 30 menit. Pendinginan dilakukan kimiawi tidak merubah kristallinitas dan
dari 93oC hingga suhu 30oC. Pendinginan amorphous bahan tersebut.
dilakukan tidak pada kecepatan konstan
yaitu dengan dilakukan secara alami.
Pasta kemudian dibiarkan tetap pada suhu
ini (30oC) hingga 30 menit. Pengukuran
suhu dilakukan dengan menempatkan
thermometer pada pasta pada tempat yang
sama selama proses pasting.

Beberapa Istilah
SG = Suhu gelatinisasi = suhu dimana
viskositas pasta mulai meningkat
VP = viskositas puncak = viskositas
tertinggi yang dicapai oleh pasta selama
proses pemanasan
SP = Suhu puncak = suhu pada saat
viskositas puncak tercapai Gambar 1. Granula pati maizena pada
Stabilitas selama Pemanasan = SSP = VP pembesaran 200x
– Viskositas terendah selama proses
pemanasan dan pemanasan konstan
VB = Viskositas balik = Selisih viskositas
terendah setelah viskositas puncak tercapai
dan viskositas pada akhir periode
pendinginan
SVD = Stabilitas Viskositas Dingin =
selisih viskositas pada akhir periode
pendinginan dan viskositas pada akhir
pendinginan konstan

Gambar 2. Granula amilopektin pada


III. Hasil dan Pembahasan
pembesaran 200x

3.1. Penampakan Granula


Granula amilosa, amilopektin dan pati
jagung pada Gambar 1, 2 dan 3 dibawah
ini menunjukkan bahwa zat tersebut
tersusun dalam granula yang
menampakkan sifat birefringent. Sifat ini

2
Jurnal Sainmatika Vol 7 No 1 2013 ISSN 1979-0910

karena amilosa dan amilopektin pada pati


komposit merupakan dua jenis molekul
yang tersusun dalam granula yang
terpisah, sehingga pada pati komposit
interaksi antar molekul amilosa dan
amilopektin hanya terbentuk setelah titik
gelatinisasi terlewati, yaitu setelah molekul
amilosa dan amilopektin keluar dari
granulanya.

Gambar 3. Granula amilosa pada


Viskositas puncak (VP) berkaitan
pembesaran 200x
dengan volume terbesar yang dicapai oleh
3.2. Sifat Pasta granula yang membengkak. Terdapat
Sifat pasta pati komposit berbeda perbedaan VP antara pati jagung dan pati
dengan sifat pasta pati jagung. Beberapa kompositnya. Hal ini menunjukkan bahwa
titik dalam amilogram dicantumkan secara volume pembengkakan tidak ditentukan
ringkas dalam Tabel 1 dibawah ini. oleh jumlah molekul penyusunnya saja.
Amilogram hasil pengukuran direproduksi Faktor lain yang mungkin berpengaruh
dan ditampilkan pada Gambar 4 dibawah adalah konfigurasi molekul penyusun pati
ini. didalam granula. Konfigurasi molekul pati
dalam granula membentuk bagian yang
Tabel 1. Beberapa titik penting pada amorf dan kristalin (Swinkels, 1985, dan
amilogram hasil pengukuran pati Pomeranz, 1991). Pembengkakan yang
komposit dan pati jagung terjadi pada granula pati jagung masih
dapat ditahan oleh struktur kristalin yang
Titik Pati komposit Pati Jagung sukar rusak sehingga pembengkakan terus
o berlanjut pada suhu yang lebih tinggi
SG ( C) 68 82.5
VP (BU) 180 345 hingga daerah kristalin ini rusak
SVP(oC) 73.5 93 (Swinkels, 1985). Hal ini tidak terjadi
V 93oC 55 313 pada pati komposit karena masing-masing
(BU) granula amilosa dan amilopektin telah
V1 30oC 120 1005 mengalami suatu proses pemasakan yang
(BU)
menyebabkan sebagian daerah kristalin
V2 30oC 113 1077
(BU) menjadi rusak.
BU = brabender unit
Stabilitas pasta pati dalam penelitian
Suhu gelatinisasi pati komposit lebih ini ditunjukkan oleh nilai Stabilitas Selama
rendah daripada pati jagung. Granula pati Pemanasan (SSP), viskositas balik (VB)
jagung memiliki ikatan antara molekul dan stabilitas viskositas dingin (SVD). Pati
amilosa dan amilopektin yang kuat. komposit memiliki angka stabilitas
Adanya ikatan yang kuat ini maka granula pemanasan yang cukup tinggi, artinya
pati jagung membutuhkan suhu yang lebih selama pemanasan pati komposit
tinggi untuk dapat pecah SG yang lebih mengalami perubahan viskositas yang
rendah pada pati komposit dapat dipahami besar. Hal ini mungkin disebabkan karena

3
Jurnal Sainmatika Vol 7 No 1 2013 ISSN 1979-0910

kemampuan menyerap air yang lebih mungkin dipengaruhi oleh kekuatan


rendah (ditunjukkan dengan SG dan VP granula yang ditimbulkan oleh adanya
yang rendah). Apabila yang menyebabkan asosiasi molekul pati didalam granula.
kekentalan itu adalah kadar amilosa dan Asosiasi ini adalah ikatan antara molekul
amilopektin pada pati, maka seharusnya amilosa dengan bagian dari molekul
setelah granula pati pecah sempurna, amilopektin. Pada pati komposit asosiasi
kedua jenis pati memiliki kekentalan yang seperti ini tidak terjadi karena amilosa dan
sama. Namun hal ini tidak terjadi dimana amilopektin berada didalm granula yang
setelah VP tercapai viskositas pati terpisah. Selain itu, pada pati alami
komposit turun drastis sementara pati (natural starch) pada pemasakan yang
jagung turun sedikit saja (ditunjukkan oleh lambat, seperti pada pemasakan pasta yang
nilai SSP). Faktor yang mungkin ikut dilakukan dalam penelitian ini, dikenal
berpengaruh disini adalah asal amilosa dan suatu sisa produk yang tertinggal dan tidak
amilopektin, dimana perbedaan asal pati larut. Sisa produk (remnant) ini dikenal
berpengaruh terhadap karakteristik pati dengan istilah “ghost” (Carrillo-Navas,
(Ovando-Martinez, 2011). Amilosa dan 2014). Ghost biasanya muncul pada pati
amilopektin yang digunakan mungkin yang tergelatinisasi sempurna, dimana
memiliki BM yang berbeda dengan BM granula telah pecah dan struktur granula
amilosa dan amilopektin pada pati jagung. runtuh. Ghost memiliki struktur yang
Pati jagung memiliki VB dan SVD elastis dan mempengaruhi viskositas pasta.
yang sangat tinggi dibandingkan dengan Keberadaannya dalam pasta pati jagung
pati kompositnya. Tingginya nilai kemungkinan yang bertanggung jawab
stabilitas pati jagung pada proses terhadap VB dan SVD pati jagung yang
pendinginan dan pendinginan konstan sangat tinggi.
dibandingkan dengan pati kompositnya

4
Jurnal Sainmatika Vol 7 No 1 2013 ISSN 1979-0910

Pati jagung

V
i
s
k
o
s
i
t
a
s
Pati Komposit
(BU)(
B
U
)

Suhu (derajat celcius)

Gambar 4. Kurva amilograf maizena dan pati maizena tiruan pada konsentrasi 7%

IV. Kesimpulan environmentally compatible polymeric


materials for food packaging. 371-395
Sifat pasta pati jagung tidak hanya
ditentukan oleh jumlah amilosa dan Ovando-Martinez M, Bello-Perez LA,
amilopektin yang menyusunnya. Faktor Whitney K, Osorio-Diaz P, and Simsek S.
lain yang mungkin berpengaruh adalah 2011. Starch characteristics of bean
penyusunan molekul-molekul tersebut (Phaseolus vulgaris L) grown in different
didalam granula. localities. Carbohydrate Polymers 85:54-
64
Daftar Pustaka
Pomeranz, Y. 1991. Functional properties
Carrillo-Navas, H, G. Avila-de la Rosa, D. of food component. Academic press. Inc
Gómez-Luría, M. Meraz, J. Alvarez- New York
Ramirez, Ej. Vernon-Carter. 2014.
Impact of ghosts on the viscoelastic Swinkels, JJM. 1985. Sources of starch,
response of gelatinized corn starch its chemistry and physics. Didalam : van
dispersions subjected to small strain Beynum, GMA dan Roels (eds). Starch
deformations. Carbohydrate Polymers Conversion Technology. Chapman and
110: 156–162 Hall. London

Chiellini E, A. Barghini, P. Cinelli and V.


I. Ilieva. 2008. Overview of

5
Jurnal Sainmatika Vol 7 No 1 2013 ISSN 1979-0910

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai