1610421034
SEREALIA
I. Prinsip Kerja
Mengetahui tingkat kekeruhan pati dan mengetahui kadar pati yang terkandung pada
beberapa jenis tepung. Perbandingan kandungan pati dapat dilihat dari tingkat
kekeruhan dan waktu yang dibutuhkan tepung untuk menghasilkan endapan.
II. Tujuan
Untuk membandingkan kadar pati yang terkandung pada beberapa ubi dan tepung.
3.2.1 Bahan
Tepung terigu 1 kg, tepung tapioka 1 kg, tepung beras 1 kg, tepung beras 1 kg,
tepung sagu, tepung maezena dan tepung hunkwe.
23
FANI BETASRI
1610421034
Diantara lima tepung yang digunakan, tepung yang kandungan amilopektin paling
banyak adalah tepung ketan dan tepung yang kandungan amilosa paling banyak
adalah tepung terigu.
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik. Pati
tersusun atas jenis molekul polisakarida, yang satu linier (amilosa) dan yang lain
bercabang (amilopektin). Pada pati alami, kedua molekul ini disatukan berdekatan
dalam granula pati mikroskopik. Granula biasanya mengandung amilosa sekitar 15-
30% dari keseluruhan granula tersebut (Fennema, 1996).
Pati merupakan cadangan bahan baku pada tanaman yang disimpan pada
berbagai jaringan penimbun. Pati tersimpan dalam bentuk butiran (granula) yang
kenampakan dan ukurannya beragam. Pati merupakan glukan yang terdiri dari 2
23
FANI BETASRI
1610421034
23
FANI BETASRI
1610421034
23
FANI BETASRI
1610421034
23
FANI BETASRI
1610421034
dari kekeruhan yang paling kecil sampai kekeruhan yang paling besar yaitu tepung
terigu, tepung hunkwe, tepung tapioka, tepung beras, dan tepung ketan. Sedangkan
kecepatan pengendapan dari yang paling lambat ke yang paling cepat adalah tepung
tapioka, tepung terigu, tepung beras, tepung hunkwe, dan tepung ketan. Endapan pati
dari yang tinggi ke yang rendah adalah tepung terigu, tepung beras, tepung ketan,
tepung tapioka dan tepung hunkwe.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum pati dan serat bahan umbi-umbian,
maka dapat disimpulkan:
2. Tepung yang memiliki kandungan amilopektin yang paling banyak adalah tepung
yang memiliki tingkat kekeruhan yang lebih tinggi dan waktu pengendapan yang
lebih lama dan sebaliknya.
4.2 Saran
Saat melaksanakan praktikum disaran pada praktikan untuk lebih serius dan lebih
memahami tentang materi yang akan di praktikumkan.
23
FANI BETASRI
1610421034
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, S. D., 1994, Intisari Kimia Organik, Lippincott Williams & Wilkins Inc.
USA
Fennema, O.R. 1996. Food Chemistry. 2 nd. Ed. Marcel Dekker Inc. New York.
Goutara dan S,Wisandi. 1985. Dasar Pengolahan Gula I dan II. Fateta IPB. Bogor
Hawab. 2004. Ubi Jalar (Ipomea batatas L). Universitas Sumatera Utara. Medan
Nielsen S. 1998. Food Analysis Second Edition: Aspen Publishers. United state of
America.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1997, Prosedur Analisa Untuk Bahan Makana
dan Pertanian, Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
26
FANI BETASRI
1610421034
LAMPIRAN
20
FANI BETASRI
1610421034
21