TINJAUAN PUSTAKA
dilakukan secara tepat dan benar, disertai dengan sistem pengawasan yang ketat
konsumen. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi akibat buruk yang tidak diinginkan
Dalam buku Pangan dan Gizi karangan Sagung Seto tahun 2001, konsep
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pertama kali dikembangkan ketika
Administration serta US Air Force Space Laboratory Projec Group pada tahun 1959
nol. Misi yang paling utama dalam pembuatan produk tersebut adalah menjamin
keamanan produk agar para astronot tidak jatuh sakit. Jadi, perlu dikembangkan
jaminan tertinggi adalah dengan sistem pencegahan dan penyimpanan rekaman data
yang baik. Konsep yang saat ini dikenal sebagai HACCP ini, jika diterapkan dengan
adalah bahaya patogen, logam berat, toksin, bahaya fisik, dan kimia serta perlakuan
prinsip HACCP yang dikenal sampai saat ini. Konsep HACCP kemudian diadopsi
agar makanan tidak tercemar sebelum disajikan. Sistem ini merupakan pendekatan
WHO telah membuktikan bahwa sistem ini dapat diterapkan hingga ke tingkat rumah
pengawasan mutu, dan penilaian risiko. Sistem HACCP bukan merupakan sistem
penerapannya pada produk bakeri.” Pada tahap pembentukan adonan dan filling
yang disebabkan oleh kebersihan pekerja yang kurang. Juga terdapat salmonella dari
cangkang telur yang terbawa karena pemecahan telur yang kurang hati-hati. Pad a
tahap fermentasi ditemukan bakteri dan kapang yang berasal dari kontaminasi wadah.
Tahu aci adalah tahu khas daerah Tegal yang dipotong berbentuk segitiga dan
diberi pulungan aci (kanji) diatasnya kemudian digoreng. Pada proses pembuatan
tahu aci analisis potensi bahaya terdapat pada tahap perendaman kedelai dalam ember
dengan air hangat karena air yang digunakan kurang bersih, perebusan bubur kedelai
dengan suhu yang kurang tepat, pemotongan tahu secara manual menggunakan alat
yang kurang bersih karena tidak dicuci terlebih dahulu menyebabkan tahu tercemar.
2010).
Menentukan Titik
Kendali Kritis (CCPs)
Membuat sistem
pemantauan CCP
Melakukan tindakan
korektif
Menetapkan prosedur
verifikasi
Melakukan dokumentasi
Seluruh prosedur
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penerapan HACCP adalah
karyawan
Bahaya ( hazard): agen biologis, kimia atau agen fisik atau faktor yang
berpotensi untuk menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan (WHO, 2005).
Bahaya yang ada harus ditiadakan atau dikurangi sehingga produksi pangan
bahan yang tidak dibenarkan. Hazard analysis, adalah analisis bahaya atau
kemungkinan adanya risiko bahaya yang tidak dapat diterima. Bahaya disini adalah
segala macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak dapat diterima karena
1) Bahaya kimia terjadi apabila bahan pangan terkontaminasi pestisida dan pupuk
kimia saat di lahan pertanian, logam berbahaya. Bahaya kimia juga dapat berasal
dari bahan tambahan terlarang atau bahan tambahan pangan yang melebihi
takaran maksimum yang diizinkan dalam penggunaannya. Selain itu dapat juga
berasal dari bahan pangan atau makanan yang tercemar racun kapang, misalnya
mikotoksin, protozoa.
3) Potensi bahaya fisik seperti: serpihan gelas atau logam dari mesin atau wadah,
benda-benda asing seperti pasir, kerikil atau potongan kayu, rambut, tulang, atau
bagian tubuh dari serangga dan hewan lainnya yang mencemari pangan.
Pengelompokan Penjelasan
bahaya
Bahaya A bahaya yang dapat menyebabkan produk yang ditujukan
untuk kelompok beresiko menjadi tidak steril. Kelompok
beresiko antara lain bayi, lanjut usia, orang sakit atau orang
dengan daya tahan tubuh rendah
Bahaya B yaitu produk yang mengandung bahan yang sensitif terhadap
bahaya mikro biologi
Bahaya C proses yang tidak diikuti dengan langkah pengendalian
terhadap mikroba berbahaya
Bahaya D produk yang terkontaminasi ulang setelah pengolahan dan
sebelum pengepakan
Bahaya E bahaya yang potensial pada penanganan saat distribusi atau
penanganan oleh konsumen sehingga menyebabkan produk
menjadi berbahaya apabila dikonsumsi
Alir makanan (food flow), yaitu perjalanan makanan dalam rangkaian proses
pengolahan pangan. Titik Kritis (TK) adalah setiap titik, tahap atau prosedur pada
suatu sistem pengolahan pangan yang jika tidak terkendali dapat menyebabkan risiko
Titik-titik kritis/kondisi rawan dalam proses pengolahan makanan bisa saja terdapat
satu atau lebih dimana kondisi rawan (critical point) tersebut harus dikendalikan
Titik Kendali Kritis (TKK) atau Critical Control Point (CCP), merupakan
meniadakan bahaya keamanan pangan, atau menguranginya sampai pada tingkat yang
dapat diterima. Dengan menggunakan pohon keputusan (decision tree) pada setiap
tahapan proses pengolahan makanan/minuman dapat ditentukan titik kritis pada alur
proses.
kualitas bahan baku masih bagus dan layak untuk diolah menjadi
makanan/minuman
atau tidak sesuai takaran oleh produsen yang bisa membahayakan konsumen.
8. Anjuran kondisi penyimpanan produk jadi. Produk harus disimpan pada suhu
lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Nungki Nurul Aeni pada 2006 di IRT
cemaran fisik pada kedelai yang berupa ranting, kulit kayu, kulit polong, jagung, dan
kedelai hitam. Pada tahu ditemukan cemaran berupa butiran berwarna hitam dan
coklat. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan tidak ada formalin dan bakteri
(Critical Control Point) yang dibantu dengan tiga pertanyaan yaitu pertanyaan 1 (P1),
Tidak Ya TKK
Ya
Tidak Bukan TK
Tahu yang kaya akan protein sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia sebagai lauk. Nama tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (tauhu)
yang secara harafiah berarti kedelai yang difermentasi. Tahu pertama kali muncul di
Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahun lalu. Penemunya adalah Liu
An, seorang bangsawan yang merupakan cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang
pendiri Dinasti Han. Di Jepang tahu dikenal dengan nama tofu. Makanan ini lalu
menyebar ke Asia Timur, Asia Tenggara, dan akhirnya ke seluruh dunia, termasuk
Tahu termasuk bahan pangan yang sangat mudah rusak. Secara organoleptik
tanda-tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui telah terjadinya kerusakan tahu
antara lain adalah rasa asam, bau masam sampai busuk, permukaan tahu berlendir,
Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan
dan diambil sarinya. Dasar pembuatan tahu adalah melarutkan protein yang
2005). Dalam pembuatan tahu, digunakan beberapa macam bahan tambahan kimia
seperti bahan pelunak dan bahan penggumpal. Bahan pelunak kedelai dapat
menggunakan soda abu dengan dosis 0,3 gram atau soda kue 0,5 gram/10 liter air
rendaman kedelai. Ada tiga jenis bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai bahan
penggumpal protein pada proses pembuatan tahu. Ketiga bahan kimia tersebut adalah:
2) Batu tahu ( CaSO4) dibakar hingga menjadi bubuk putih (tepung gips) dan
3) Cairan sisa (whey), cairan sisa berwarna bening yang terdapat pada bagian
atas saat proses penggumpalan tahu. Cairan ini disimpan terlebih dahulu
pasar sudah banyak dikenal berbagai jenis tahu yang sudah memiliki nama dan berciri
1. Tahu Cina
Tahu cina yaitu: tahu yang agak keras, biasanya dicetak segi empat agak
besar, dibungkus dengan kain kasa, rasanya lebih enak daripada tahu biasa. Tahu
Cina berupa tahu putih, teksturnya lebih padat, halus, dan kenyal. Ukurannya sekitar
dicetak dan dipres dengan mesin. Dalam pembuatannya digunakan batu tahu (kalsium
Tahu Sumedang disebut juga tahu pong atau tahu kulit. Tahu ini merupakan
Tahu putih ini di simpan dalam wadah berisi air. Tahu putih yang siap olah biasanya
dipotong kecil-kecil sebelum digoreng. Tahu gorengnya berupa tahu kulit yang lunak
dan kenyal. Isinya kosong (kopong- bahasa Jawa) sehingga disebut tahu pong. Tahu
jenis tahu lainnya. Hanya zat penggumpalnya yang berbeda. Pada pembuatan tahu
sumedang zat penggumpal yang digunakan yaitu biang atau disebut juga whey. Whey
adalah larutan sisa penggumpalan dari proses pembuatan tahu 2-3 hari sebelumnya.
3. Tahu Bandung
Tahu Bandung berbentuk persegi (kotak), tekstur agak keras dan kenyal.
Warnanya kuning karena sebelumnya telah direndam air kunyit. Tahu digoreng
4. Tahu Kuning
Tahu Kuning mirip tahu Cina. Bentuknya tipis dan lebar. Warna kuning
dikarenakan sepuhan atau larutan sari kunyit. Tahu ini banyak digunakan dalam
masakan Cina.
5. Tahu Takwa
Tahu Takwa merupakan tahu khas Kediri, Jawa Timur. Proses pengolahan
tahu Takwa pada prinsipnya sama dengan tahu biasa hanya terdapat perbedaan dalam
6. Tahu Sutera
Tahu ini disebut juga Tahu Jepang. Tahu ini sangat lembut dan enak. Pada
proses penggumpalan digunakan kalsium sulfat. Tahu ini mudah sekali rusak, namun
sekarang proses pembuatannya lebih modern sehingga produk lebih tahan lama. Oleh
Proses pembuatan tahu secara umum terdiri dari tahap sortasi yaitu
memisahkan kedelai yang bagus dengan yang kurang bagus, kemudian kedelai yang
bagus dicuci, dikupas, lalu direndam. Kemudian kedelai digiling, bubur kedelai lalu
direbus dan disaring. Setelah itu diberi bahan penggumpal, lalu dicetak. Berikut
Kontaminasi Dicuci
e-coli
Dikupas
Cemaran dari
Digiling dengan mesin penggiling
mesin penggiling
Kemungkinan
penambahan Digumpalkan ± 10 menit dengan suhu 75°C
formalin
Gumpalan tahu
Bahaya
Dipres dengan alat kempa (pemberat) mikrobiologis dari
keringat pekerja
tahu
komponen terbesarnya terdiri atas protein dan air. Persyaratan standar kualitas tahu
Cemaran logam :
Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 2,0
Tembaga (Cu) mg/kg Maksimal 30,0
Seng (Zn) mg/kg Maksimal 40,0
Timah (Sn) mg/kg Maksimal 40,0 atau 250,0 (dalam
kaleng)
Raksa (Hg) mg/kg Maksimal 0,03
Cemaran Arsen (As) mg/kg Maksimal 1,0
Cemaran mikroorganisme :
E.coli APM/g Maksimal 10
Salmonella /25 g Negatif
(Sumber: SNI 01-3142-1998 Tentang Tahu)
benzoat, propionat, nitrit, sorbat, dan sulfit. Bahan tambahan yang dilarang : asam
formalin.
1. Boraks
Boraks (barie acid borax) biasa digunakan dalam industri gelas, pelicin
porselain, alat pembersih dan antiseptik, dan pembasmi semut. Penggunaan boraks
apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat mengganggu proses pencernaan usus,
kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dosis fatal boraks yaitu
2. Formalin
tidak toksik atau menyebabkan iritasi pada pengguna, stabil dan aktif, serta selektrif
dan tidak bereaksi dengan bahan. Alasan para produsen menggunakan formalin dan
boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah
digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan
pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan (Yuliarti, 2007).
dan kertas. Dalam industri perikanan digunakan untuk menghilangkan bakteri yang
juga digunakan pada industri tekstil untuk mencegah bahan menjadi kusut dan
sebagai obat penyakit kutil karena kemampuan formalin yang dapat merusak protein.
Formalin dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan rasa sakit disertai radang.
Hal ini karena sifatnya yang merupakan iritan kuat. Formalin dapat juga
umur simpan tahu selama 1-2 hari, sedangkan tahu yang dibiarkan pada udara terbuka
tanpa perendaman di dalam air pada suhu kamar hanya tahan sekitar 10 jam. Tahu
yang mengandung formalin atau boraks berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah
hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es,
3. Kalsium Sulfat
Secara umum terdapat dua jenis bahan pengeras makanan yang biasa
ammonium sulfat ataupun aluminium natrium sulfat) dan segala jenis turunan kimia
dari garam kalsium seperti kalsium karbonat, kalsium sulfat, kalsium laktat dan
kalsium klorida.
akan menyebabkan menumpuknya kalsium dalam darah. Jika ini terjadi, maka fungsi
syaraf akan memburuk, kinerja tubuh akan menurun, kerusakan ginjal dan
menyebabkan terjadinya penggumpalan pada aliran darah dan cairan dalam tubuh.
Bahaya mikrobiologis pada tahu tergantung dari beberapa faktor, antara lain
adanya bakteri yang tahan panas seperti golongan bakteri pembentukan spora, suhu
pembuatan sampai tahu siap untuk dikonsumsi. Bakteri yang ditemukan dalam tahu
pencemaran bakteri pada tahu biasanya berasal dari bahan mentah , tanah dan air
yang menjadi sumber utama dari bakteri yang dapat menyebabkan keracunan dan
bakteri pembentuk spora seperti Bacillus sp. Lingkungan proses produksi dan
karyawan atau pengolah makanan juga menjadi sumber dari kontaminasi bakteri
Penelitian yang dilakukan oleh Fredia dan kawan-kawan pada tahun 2012 di
industri pembuatan tahu skala rumah tangga di Ketapang Kalimantan Barat yaitu
penghasil aflatoksin yang mampu hidup dalam produk pangan dan menyebabkan
pembusukan lebih cepat dari biasanya. Juga ditemukan bahaya mikrobiologis pada
sisa sekresi, bahkan dapat berpotensi sebagai migrasi virus ke produk. Bahaya kimia
tidak ditemukan karena hanya menggunakan cuka, sedangkan bahaya fisik terjadi
pada proses pencetakan yaitu tempat pencetakan yang kurang bersih sehingga
Salmonella sp. adalah spesies bakteri yang tidak tahan panas, dengan
Pemanasan yang disarankan untuk mencegah salmonellosis adalah pada suhu 66°C
selama paling sedikit 20 menit. Sumber kontaminasi utama dari salmonella adalah
manusia yang menangani makanan maka pengendalian yang paling penting adalah
mencegah terjadinya kontaminasi silang baik antara makanan masak dengan makanan
mentah, maupun kontaminasi dari peralatan yang tidak bersih. (Arisman, 2009)
pencernaan hewan dan manusia karena secara alamiah Escherichia coli merupakan
salah satu penghuni tubuh, seringkali menyebabkan infeksi. Escherichia coli dapat
ditemukan tersebar di alam sekitar kita, pencemarannya tidak selalu melalui air,
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
pertahanan inang normal tidak mencukupi Escherichia coli dapat memasuki aliran
coli juga mampu tumbuh pada kisaran suhu yang lebar yaitu antara 15 °C-45°C.
Strain Escherichia coli juga dapat bertahan pada pemanasan pada suhu 55°C selama
60 menit dan bahkan pada suhu 60°C selama 15 menit (Willshaw dkk, 2000).
Proses pembuatan tahu diawali dengan pemilihan mutu kedelai yaitu dengan
cara memilih yang berbiji besar, kemudian dicuci dengan air bersih lalu direndam
dalam air yang banyak selama enam jam. Proses selanjutnya dilakukan, pengupasan,
perendaman kembali agar biji kedelai menjadi lunak, penggilingan, sampai menjadi
bubur kedelai yang baik. Berikutnya penyaringan, pemberian zat penggumpal, dan
Air sebagai bahan yang selalu terlibat pada setiap tahap proses pembuatan
tahu berpeluang sebagai sumber kontaminasi oleh bakteri patogen yang berbahaya
bagi konsumen apabila sanitasinya kurang baik. Air yang tidak bersih akan
menurunkan mutu tahu. Air ini digunakan saat pencucian, perendaman kedelai, dan
tahu yang sudah siap. Di samping itu, kebersihan diri, alat dan lingkungan kerja harus
mendapat perhatian. Beberapa spesies bakteri yang umumnya terdapat di dalam air
(Santoso, 2010).
tahu akibat penambahan bahan pengawet seperti fomalin karena sifat tahu yang tidak
tahan lama. Disimpan pada kondisi biasa (suhu ruang) tahu hanya tahan 1-2 hari saja.
Formalin merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena
merupakan racun. Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan
boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah
Gambar berikut adalah prosedur kerja identifikasi titik kritis pada proses
produksi tahu.
dan Tahu Sumedang akan ditemukan titik kritis yang bisa menimbulkan bahaya bagi
pangan yang dilarang. Bahaya mikrobiologis kemungkinan dari air tercemar yang
digunakan selama proses pembuatan tahu. Bahaya fisik diakibatkan peralatan yang
digunakan tidak bersih, juga adanya cemaran dari lingkungan dan cemaran dari bahan