Anda di halaman 1dari 4

Sejak awal semester akhir ketika kelas 3 MA, saya mulai menentukan jurusan untuk tujuan keberlanjutan kuliah

saya nanti. Pilihan awal saya ketika itu adalah ilmu komunikasi UNPAD karena cita-cita saya yang ingin
menjadi seorang jurnalis (Pemred koran ternama Indonesia) di kemudian hari. Namun pilihan ini bukanlah hal
yang mudah mengingat persaingan yang sangat ketat sehingga saya harus menentukan pilihan kedua. Pada
awalnya saya memilih manajemen UGM sebagai pilihan kedua, namun pilihan tersebut saya yakini bukanlah
pilihan bijak mengingat tingkat kesulitan yang berbeda tipis. Pada akhirnya saya melihat jurusan pariwisata
UGM sebagai alternatif.
Tentu saja saya memilih jurusan pariwisata UGM ini bukan tanpa pertimbangan yang matang. Pada awalnya
semua alasan saya dalam memilih jurusan selalu bersifat pragmatis, tanpa memikirkan efek sosial yang lebih
besar. Alasan-alasan saya dibawah ini adalah alasan berpikir seorang siswa MA yang belum memahami dunia
pariwisata secara utuh. Salah satu alasan saya memilih jurusan ini adalah pekerjaan orang tua saya yang sempat
bergelut di dunia perhotelan sehingga saya yakini hal ini dapat memudahkan saya dalam menemukan pekerjaan
di kemudian hari. Alasan selanjutnya saya memilih jurusan ini adalah prospek dalam dunia pekerjaan yang
terhitung memiliki kebutuhan yang sangat besar dalam dunia vokasi atau praktek di lapangan.
Alasan-alasan di atas tentunya masih saya pikir sebagai nilai lebih saya dalam dunia pariwisata, namun pola
pikir saya dalam konteks alasan saya memilih jurusan pariwisata perlahan mulai sedikit berubah mengingat
kebutuhan dalam dunia pariwisata saat ini saya lihat lebih dari seorang karyawan yang bekerja dalam dunia
praktek, namun seorang pemikir atau akademisi handal. Dunia pariwisata saat ini masih sangat kurang dalam
bidang penelitian dan perencanaan. Pariwisata saat ini hanya dilihat sebagai bidang vokasi sehingga pariwisata
di Indonesia tidak berkembang sepesat negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Padahal Indonesia memiliki modal yang luar biasa dalam bidang ini, namun sayang sekali para pemegang
kepentingan masih belum banyak memahami hal ini. Pariwisata adalah penghasil devisa terbesar ketiga dan
tentunya tidak seperti migas yang akan habis suatu saat pariwisata memiliki sumberdaya yang tidak akan habis
jika dikelola dengan prinsip budaya dan ekowisata tentunya. Hal ini menjadikan saya berpikir bahwa suatu hari
nanti pariwisata akan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.
Semua orang tentunya punya cita-cita. Kalau ditanya soal mimpi mau jadi apa, tentunya kita mesti punya cita-
cita masa kecil kita, bukan? Ingin jadi pilot, dokter, guru, pengusaha besar, atau mungkin presiden... Saya yakin
banyak opsi dan angan-angan kita saat masih piyik dulu. Sekolah tentunya menjadi salah satu sarana dan jenjang
untuk mencapai mimpi kita. Kini cukup banyak sekolah pada umumnya yang menggelar acara pagelaran
pendidikan (education fair / edufair) dan, salah satu "gerbang" terkadang terbuka lewat diadakannya acara ini.
Contohnya, saya sendiri.

Mengingat kembali pengalaman saya di penghujung tahun 2008, di mana saya masih duduk di kelas XII di
sebuah sekolah swasta Katolik, satu dari yang terbaik yang ada di Jalan Merdeka, Bandung, berseberangan
persis dengan Balai Kota; diadakanlah pagelaran pendidikan tahunan / annual edufair, dengan menyulap ruang-
ruang kelas menjadi stand-stand dari banyak institusi perguruan tinggi, sedikit di antaranya adalah perguruan
tinggi negeri. Kemudian dari murid-murid, kebanyakan dari mereka memilih perguruan tinggi di Bandung,
sisanya banyak tersebar di perguruan tinggi lainnya di Jakarta, Depok, dan segelintir siswa melanjutkan ke luar
negeri.

Banyak yang mengambil jurusan seperti manajemen, akuntansi, teknik informasi, dan masih banyak lagi.
Pilihan dari tiap individu tentunya adalah yang terbaik bagi mereka masing-masing. Nah, saya adalah satu di
antara sekian ratus siswa yang memilih program dan jurusan yang lain daripada murid kebanyakan: program
pariwisata, jurusan perhotelan. Oh, yang saya ingat dari satu angkatan saya ketika SMA, setidaknya yang
mengambil bidang pariwisata dan perhotelan seperti saya dapat dihitung dengan jari tangan.

Some reasonswhy I choose hospitality & tourism program for my higher education:

Semua orang perlu makan, dan dari kecil suka ngoprek dapur.

Walau kini saya merasa passion kerja saya bukan di dapur, namun tidak dapat dipungkiri dulu saya suka
dimarahi orang tua karena suka bereksperimen dengan bahan-bahan makanan dan juga bumbu-bumbu dapur.
Satu kebanggaan saya sebagai orang Indonesia yaitu keragaman bumbu dan rempah yang dimiliki bangsa ini,
yang karakteristiknya unik dan tidak dengan mudah dijumpai di negara lain. Juga dapat masukan dari teman-
teman yang bilang: “Dit, itu ada kuliah perhotelan tuh, kayaknya seru dan pas banget buat lo deh”, dan semakin
mantaplah niat saya untuk pilih jurusan perhotelan. Kalau sudah suka, saya akan telusuri lebih jauh, apapun hal
itu terbawa dalam pelajaran, perkuliahan, dan informasi sehari-hari. Di rumah pun sampai sekarang masih suka
olah makanan yang simpel, terkadang juga sesuai request dari adik atau orangtua tersayang :) atau kembali lagi
dengan eksperimen yang tanpa resep, tiba-tiba jadi makanan yang menurut saya...enak juga.
Kebanyakan orang suka traveling, dan saya satu di antaranya.

Bisa dibilang orang rumah yang kurang suka traveling yaitu ayah saya, karena bagi beliau istirahat di rumah dan
bersama keluarga adalah hal yang sederhana untuk menikmati hari dan merasakan kebahagiaan... Pendapat
orang selalu saya hargai. Dan harus banyak duit kah buat jalan-jalan, hmm..saya rasa nggak juga ya. Banyak
sekali belakangan ini traveler yang jalan-jalan backpacking dan low cost budget. Tapi ya kalau bisa terbang naik
premium airlines dan menginap di hotel berbintang 4 ke atas, ya bersyukur sekali. Dengan memilih program
perhotelan ini, peluang saya terbuka untuk kembali berjalan-jalan, walaupun bukan sebagai motif utama saya
saat training, namun boleh dibilang ‘sambil menyelam minum air’.

Pengalaman saya dalam berkuliah adalah mendapat 2 semester on job training / internship (istilahnya magang di
industri pariwisata; bisa di hotel, restoran, kafe, dan sebagainya), dan saya bersyukur sekali mendapat
kesempatan 6 bulan pertama di satu hotel bintang 4 di Kuala Lumpur, Malaysia dan 6 bulan berikutnya berlanjut
di sebuah resort di Nusa Dua, Bali. Semuanya itu bisa dibilang sebagai “part of God’s plan”, karena saya tidak
pernah terpikir sama sekali bahwa saya akan tinggal 1 tahun lagi dari orang tua (lebih jauh dari Bandung malah,
hahaha) saat saya berkuliah. Saya yakin kisah saya berbeda jika saya berhasil mengambil jurusan ilmu
komunikasi di universitas termasyhur se-Indonesia yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah saya. Tuhan
mengizinkan saya untuk melihat di kehidupan nyata, bagaimana orang-orang melakukan perjalanan wisata.
Kuala Lumpur adalah satu kota “melting pot” di Asia Tenggara, menjadikan bangsa Cina, India, Melayu, dan
banyak lagi lainnya, teraduk dalam suasana ibukota negara berslogan “Truly Asia” ini. Kemudian pengalaman
hidup di Bali sebagai satu pulau dan obyek wisata terpopuler dan terfavorit di Indonesia dan di dunia.

Saya suka mempelajari sesuatu yang baru, salah satunya belajar bahasa asing.

Ini adalah bagian penjelasan dari alasan saya yang aneh ya? Bagaimana mungkin suka belajar bahasa asing tapi
kok masuk sekolah pariwisata. Justru itu, inilah tantangannya. Pariwisata menyerap banyak sekali wisatawan
lokal dan asing, dan agaknya kita boleh mendapat nilai tambah jika dapat membagikan informasi tentang
pariwisata negara kita kepada wisatawan mancanegara berikut dengan bahasa yang bersangkutan. Bahasa
Inggris belum cukup, saat saya senang bercakap-cakap tentang kegiatan hotel dalam bahasa Perancis, boleh
sedikit ngobrol dengan orang Jerman, dan juga bisa sedikit menangkap obrolan bahasa Mandarin. Saya senang
bisa menyerap beberapa bahasa asing karena bagi saya penguasaan bahasa asing pada nantinya akan sangat
dihargai, terutama di Indonesia yang menghadapi AFTA (ASEAN Free Trade Area) dan juga nantinya suatu saat
menjadi pusat pariwisata di Asia Tenggara dan di dunia.

Dunia hospitality and tourism adalah salah satu bidang yang general dan diterima hampir di semua lapangan
pekerjaan, bahkan yang tidak pernah terpikir sama sekali. Tidak heran banyak kawan-kawan dan kakak-kakak
kelas saya yang bekerja tersebar di hotel dan resort ternama, restoran, penerbangan, kapal pesiar dan bahkan di
dunia kesehatan dan perbankan, karena sama-sama merupakan industri jasa. Fleksibilitas merupakan salah satu
nilai positif dari lulusan perhotelan dan usaha perjalanan wisata, khususnya dari kampus saya, sehingga saya
tidak takut untuk memilih sekolah pariwisata, yang kini menjadi pilihan yang berbobot ketimbang mengambil
program studi yang ada pada umumnya, dan juga menghasilkan lulusan yang berkualitas, terdidik, terlatih dan
siap kerja

Obat Galau Jurusan


kumpulan cerita jurusan kuliah dari mahasiswa untuk adik-adik putih abu-abu
Home Katalog JurusanCara Berbagi Random
Pariwisata: Makin Cinta Indonesia!
image

Mungkin kita mulai dengan pertanyaan, “Kenapa Pariwisata?”

Saya memilih kuliah di bidang pariwisata karena sesuatu yang simple. Karena hobi jalan-jalan? Bukan. Karena
pengen keliling Indonesia dan bahkan dunia? Bukan. Karena cinta pariwisata Indonesia? Bukan juga, haha.

Saya dulu tertarik di bidang pariwisata karena saya suka seragamnya. Serius. Kampus saya ini letaknya dekat
dengan Lembang dan UPI Bandung. Dulu, saya suka main ke daerah Lembang, dan tiap ngelewatin calon
kampus saya waktu itu, di depannya selalu ada anak-anak perempuan yang pakai seragam putih, berdasi, rok
selutut dan sepatu hak, cantik dan murah senyum… begitu juga yang laki-laki, mereka rapi sekali, pakai
pantofel, berkerah dan berdasi. Menurut saya itu keren :D Sama halnya waktu saya lagi ke UPI ada anak-anak
jurusan MRL (Management Resort and Leisure) yang sama aja kaya pariwisata, mereka juga rapi-rapi, cantik
dan cakep. Seneng aja ngelihatnya..

Terus dulu waktu lulus SMA, saya daftar kemana-kemana. Bingung pilih jurusan yang sesuai passion atau
jurusan yang memudahkan kita untuk bekerja nantinya? Yang negeri—agar tidak membebani orang tua—atau
swasta? Akhirnya, waktu SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) saya coba daftar ke MRL UPI dan
Sastra Inggris UPI. Dengan alasan kenapa MRL adalah saya penasaran, kalo Sastra Inggris karena saya
menyukai bahasa Inggris dan ingin memperdalamnya.

Tapi Allah tidak mengizinkan saya untuk masuk di salah satu jurusan tersebut, huhu. Kemudian saya mencoba
untuk daftar di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung yang seleksinya tidak bersamaan dengan SPMB. Dengan
penuh ketidaktahuan dan hanya dengan alasan suka sama penampilan mereka, saya mendaftarkan diri untuk
jurusan Administrasi Perhotelan, Manajemen Bisnis Pariwisata, dan Manajemen Destinasi Pariwisata. Saat
pertama kali daftar, ada penjelasan dari pihak kampus bahwa semua jurusan yang saya pilih itu adalah Diploma
4 (D-4)… jujur saya tidak tahu sama sekali bahwa ada jenjang pendidikan D-4, yang saya tahu cuma D-3 dan S-
1. Ternyata D-4 itu mirip dengan D-3 dalam artian lebih banyak praktek daripada teori. D-3 itu kuliah 3 – 3,5
tahun dan D-4 itu 4-4,5 tahun seperti S-1. Memang belum banyak orang yang tahu mengenai D-4, tapi dalam
dunia pariwisata D-4 itu setara dengan S-1. Gelar yang diterima pun sama-sama Sarjana… D-4: Sarjana Sains
Terapan Pariwisata (S.S.T.Par.) dan S-1 : Sarjana Pariwisata (S.Par.)

Singkat cerita saya diterima di jurusan Kepariwisataan, program studi Manajemen Destinasi Pariwisata. Selama
perkuliahan saya mendapatkan ilmu mengenai bagaimana me-manage sebuah destinasi pariwisata, apa saja
komponen-komponen pariwisata, bagaimana sebuah destinasi pariwisata bisa terbentuk, dan sebagainya.

Selama ini orang-orang hanya tahu soal rekreasi semata, padahal di balik itu semua ada hal-hal penting yang
mendukung. Di jurusan pariwisata kita bisa mengenal hal-hal unik mengenai pariwisata secara luas, seperti
bagaimana kita merencanakan sebuah tempat menjadi sebuah rekreasi, pemasarannya yang berkaitan dengan
politik, kebijakan, teknologi, trend dunia, dan sebagainya, apa saja hal-hal yang harus diperhatikan untuk
kenyamanan wisatawan, bagaimana menghadapi wisatawan luar negeri dan dalam negri… ah, luas banget deh
pokoknya.

Selain teori, saya juga mendapatkan mata kuliah praktek yang diadakan setiap 3 bulan sekali. Prakteknya berupa
field trip mendatangi objek-objek wisata di Indonesia, dan setiap mahasiswa harus menerapkan apa yang sudah
dipelajari di dalam kelas. Setiap mahasiswa mengisi checklist pembelajaran.

Dan selama kuliah saya sudah mendatangi banyak destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia, seperti di Garut,
Cirebon, Pangandaran, Sukabumi, Lampung Timur, Lampung Selatan, Baduy Dalam, Malang-Bromo,
Banyumas, bahkan di Malaysia dan Singapura juga. Sungguh pengalaman yang berharga. Poinnya bukan di
tempat rekreasinya, tapi pada saat di lapangan kita bisa tahu bagaimana kondisi destinasi-destinasi pariwisata di
Indonesia yang disesuaikan dengan materi kuliah yang sudah saya dapat. Saya tersadar, “ Waw… ternyata
pariwisata itu luas loh, ga cuma jalan-jalan haha-hihi, foto-foto sama kerabat/keluarga.“ Kami belajar
bagaimana harus memperhatikan akses menuju destinasi tersebut, bagaimana kondisinya, bagaimana toiletnya,
ada berapa jumlahnya, bagaimana kondisi airnya, ada berapa tong sampah yang tersedia, ketersediaan Tourist
Information Center, ketertiban pedagang-pedagangnya, dan masih banyak lagi.

Dan… destinasi di Indonesia ini bukan cuma Bali! Selama ini wisatawan luar negeri tahu Indonesia cuma itu.
Ya, Bali memang perkembangan pariwisatanya pesat sekali, tapi sebenarnya banyak sekali destinasi indah di
Indonesia yang tidak kalah indah dengan Bali. Dan… pariwisata itu bukan cuma pantai! Pariwisata itu bisa
berupa desa wisata—tempat yang menjual keaslian adat dan istiadat desa untuk menarik wisatawan—terus ada
adventure tourism yang menawarkan pariwisata ekstrim seperti menjelajahi sebuah goa, heritage (bangunan-
bangunan tua bersejarah), wisata perkotaan, dan masih banyak lagi.

Lulusan dari jurusan saya bisa bekerja menjadi pemandu wisata, konsultan pariwisata, marketing sebuah
destinasi pariwisata, bekerja di manajemen hotel atau kementerian pariwisata.

Kira-kira begitulah kalo adik-adik memilih jurusan terkait industri pariwisata. Cocok untuk adik-adik yang
ingin turut serta membangun dan mengembangkan destinasi pariwisata di Indonesia menjadi lebih baik dan
tidak kalah dengan destinasi-destinasi pariwisata di luar negeri. Kita pasti pengen dong banyak destinasi di
Indonesia dikenal oleh dunia??
Kalo adik-adik pilih jurusan ini, pasti makin cinta sama Indonesia! :)

(*)

Riana Dwianny | @reriana_

Manajemen Destinasi Pariwisata 2009

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

rianadwiannys@gmail.com

Baca dan reblog cerita dari jurusan lainnya disini ya :)


August 23, 2014 11 notes
11 notes

nahlaelahmad liked this


nxctilucous liked this
ennoch99 liked this
seaweedbrain-gurl liked this
firmandeclangalbraith42 liked this
silviaptr liked this
umayamay liked this
diataslangit reblogged this from jurusankuliah
rerainandcoffee reblogged this from jurusankuliah
rerainandcoffee liked this
alfienabella liked this
jurusankuliah posted this

Whiting by ThemeSlam
© 2014

Anda mungkin juga menyukai