Anda di halaman 1dari 84

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Post Covid-19 Dengan

Diagnosa Sekunder Acute Respiratory Distress Syndrome

(Studi Kasus Di Ruang Mawar RSU Universitas Muhammadiyah Malang)

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah Satu


Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :

CAHYO PRATAMA WACHRITA YUDHA


202020461011063

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Post Covid-19 Dengan
Diagnosa Sekunder Acute Respiratory Disease Syndrome
(Studi Kasus Di Ruang Mawar RSU Universitas Muhammadiyah Malang)

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Disusun oleh :
CAHYO PRATAMA WACHRITA YUDHA
202020461011063

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji


dalam ujian sidang tanggal: …. dan telah diterima sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk meraih gelar NERS pada Program Studi Profesi Ners, Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammdiyah Malang

DEWAN PENGUJI

Penguji 1: Risa Herlianta, MS ( )


NIP-UMM.

Penguji 2: Anis Ika Nur Rohmah, M.Kep.Sp.Kep.MB ( )


NIP-UMM.

Penguji 3: Titik Agustiyaningsih., M.Kep ( )


NIP-UMM. 112.0501.0421
Ditetapkan di Malang, Tanggal:

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Malang

Dr. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep, Sp.Kom


NIP-UMM. 112.0309.0405
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami mahasiswa pendidikan
profesi ners Universitas Muhammadiyah Malang dapat menyelesaikan tugas
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN).
Kami menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan,
arahan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Kami tidak lupa mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi-mu Ya Allah SWT yang yang tidak
pernah sedikitpun melupakan hamba-Mu yang selalu berbuat salah ini. Engkau
selalu memberi petunjuk dan kemudahan dalam proses ini
2. Bapak Dr. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep, Sp.Kom. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Sunardi, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Kepala Prodi pendidikan Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Ibu Titik Agustiyaningsih., S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Dosen Pembimbing I
yang telah sabar memberikan dorongan, masukan, motivasi, serta memberikan
dukungan untuk mengerjakan KIAN ini.
5. Terimakasih kepada kedua orangtua saya Bapak Wahriadi dan Ibu Rita dan
saudara saudara saya yang selalu memanjatkan do’a, memberi dukungan dan
memberi semangat kepada saya
6. Teman-teman Ners angkatan 23 yang selalu memberikan motivasi dan semangat
dalam mengerjakan KIAN.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritikan yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan dunia kesehatan khususnya dibidang keperawatan.
Malang, September 2021

PENULIS
ABSTRAK
Latar Belakang : Dari peningkatan data covid-19 yang sangat tinggi dapat
menimbulkan gejala-gejala komplikasi ARDS yang muncul, gejala umuum
komplikasi ARDS tersebut ialah, dapat menimbulkan demam, batuk serta sesak nafas
kemudian pasien tampak lemas. Pada kasus berat akan mengalami acute respiratory
distress syndrome (ARDS). Dalam karya ilmiah akhir ners ini mengangkat kasus
Ny.S dengan diagnosa medis primer pneumonia confirm covid dan diagnosa medis
sekunder acute respiratory disstres syndrome.

Metode : Penulisan karya ilmiah akhir ners ini menggunakan desain


penelitian dengan bentuk pendekatan studi kasus untuk mengeksploriasi masalah
asuhan keperawatan pasien pneumonia dengan ARDS meliputi pengkajian, analisa
data, intervensi, implementasi dan evaluasi. Dalam proses pengkajian penulis
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti anamnesa, observasi, studi
dokumentasi serta pemeriksaan fisik untuk memgumpulkan berbagai data dari pasien
yaitu Ny.S untuk melengkapi data, penulis juga melakukan wawancara kepada pihak
keluarga Ny.S.

Hasil : Setelah di lakukan pemberian asuhan keperawatan selama 4


hari berturut-turut, penulis mengangkat diagnosa prioritas yaitu, bersihan jalan nafas
tidak efektif, gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas, setelah pasien di lakukan
implementasi terapi dan edukasi pasien dalam 7 hari pasien telah di perbolehkan
pulang dan harus selalu rutin kontrol.

Kata Kunci : Covid-19, Acute Respiratory Disstres Syndrome, Sesak


Nafas, Kelelahan

1
, Mahasiswa Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Malang
2
, Dosen Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRACT

Background : From the very high increase in Covid-19 data, it can cause
symptoms of ARDS complications that appear, the general symptoms of ARDS
complications are, it can cause fever, cough and shortness of breath, then the patient
looks weak. In severe cases will experience acute respiratory distress syndrome
(ARDS). In this final scientific paper, the nurses raised the case of Mrs. S with a
primary medical diagnosis of pneumonia confirmed covid and a secondary medical
diagnosis of acute respiratory distress syndrome.

Methods : Writing this final scientific paper for nurses uses a research
design in the form of a case study approach to explore nursing care problems for
pneumonia patients with ARDS including assessment, data analysis, intervention,
implementation and evaluation. In the assessment process the author uses various data
collection techniques such as anamnesis, observation, study documentation and
physical examination to collect various data from the patient, namely Mrs. S. to
complete the data, the author also conducts interviews with the family of Mrs. S.
Results : After providing nursing care for 4 consecutive days, the
authors raised priority diagnoses, namely, ineffective airway clearance, sleep pattern
disturbances, activity intolerance, after the patient was implemented therapy and
patient education within 7 days the patient was allowed to home and should always be
checked regularly.
Keywords : Covid-19, Acute Respiratory Distress Syndrome,
Shortness of Breath, Fatigue
1
, Student Of Nursing Program, Faculty Of Health Sciences, University Of Muhammadiyah
Malang
2
, Lecturer Of Nursing Study Program, Faculty Of Health Sciences, University Of
Muhammadiyah Malang
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................iii

KATA PENGANTAR................................................................................................iv

ABSTRAK....................................................................................................................v

ABSTRACT................................................................................................................vi

DAFTAR ISI..............................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................x

DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah...........................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................3

1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................4

1.4.1 Manfaat Teoritis..........................................................................................4

1.4.2 Manfaat Praktis...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5

2.1 Konsep Covid-19 dengan Komplikasi Pneuuonia dan ARDS (Acute


Respiratory Distress Syndrome).........................................................................5

2.1.1 Definisi.......................................................................................................5

2.1.2 Manifestasi Klinis.......................................................................................5


2.1.3 Tranmisi (Penularan)..................................................................................6

2.1.4 Komplikasi..................................................................................................8

2.1.5 Patofisiologi..............................................................................................11

2.1.6 Etiologi.....................................................................................................11

2.1.7 WOC (Web Of Caustion).........................................................................14

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................................15

2.1.9 Penatalaksanaan........................................................................................15

2.1.10 Pencegahan...............................................................................................16

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................17

2.2.1 Pengkajian.................................................................................................17

2.2.2 Diagnosis Keperawatan............................................................................19

2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................................22

2.2.4 Evaluasi.....................................................................................................23

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA............................................25

3.1 Pengkajian........................................................................................................25

3.1.1 Identitas Klien...........................................................................................25

3.1.2 Status Kesehatan Saat Ini..........................................................................25

3.1.3 Diagnosa Medis........................................................................................25

3.1.4 Keluhan Saat Ini.......................................................................................25

3.1.5 Riwayat Kesehatan Dahulu.......................................................................25

3.1.6 Riawayat Kesehatan Penyakit Sekarang...................................................25

3.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga....................................................................26

3.1.8 Riwayat Kebiasaan Pasien........................................................................26

3.1.9 Data Psikososial........................................................................................27


3.1.10 Pengkajian Fisik........................................................................................27

3.1.11 Hasil Pemeriksaan Penunjang...................................................................29

3.2 Analisa Data.....................................................................................................30

3.3 Rencana Keperawatan......................................................................................32

3.4 Implementasi....................................................................................................33

3.5 Evaluasi............................................................................................................36

BAB IV ANALISI SITUASI.....................................................................................37

4.1 Analisis Profil Pelayanan.................................................................................37

4.2 Analisis Masalah Keperawatan........................................................................37

4.3 Analisis Intervensi Keperawatan.....................................................................40

4.3.1 Intervensi Keperawatan (SIKI PPNI 2018)................................................40

4.4 Rekomendasi Terapi .......................................................................................43

BAB V PENUTUP.....................................................................................................46

5.1 Kesimpulan......................................................................................................46

5.2 Saran................................................................................................................48

5.2.1 Bagi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang.........................48

5.2.2 Bagi Pasien...............................................................................................48

5.2.3 Bagi Perawat.............................................................................................48

5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan..........................................................................48

5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya..........................................................................48

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................49

LAMPIRAN...............................................................................................................53
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 WOC........................................................................................................14


DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Diagnosa Keperawatan ..............................................................................19


Tabel 1. 2 Pemeriksaan Darah.....................................................................................29
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Covid-19 ialah penyakit yang di sebabkan oleh virus severe ac
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-Cov-2) (Levani et al., 2021). Dari
nama Covid-19 tersebut di ambil dari CO (corona) dan VI (Virus) sedangkan
dengan D (disease) yaitu penyakit. Virus tersebut memiliki sebutan luaran
virus terbaru yang berkaitan dengan keluarga virus SARS (severe acute
respiratory syndrome) dan beberapa jenis virus flu biasa yang dapat menular
cepat dengan menginfeksi sistem pernafasan. Pada banyak kasus, virus ini
hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini
juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru
(pneumonia). Penumonia merupakan salah satu penyakit paru-paru ketika
seseorang mengalami infkesi yang terjadi pada kantung-kantung udara pada
paru-paru, infeksi yang di timbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu
sisi paru-paru maupun keduanya. Pneumonia salah satu radang parenkrim
paru yang dapat di sebabkan oleh berbagai mikroorganisme, termasuk bakteri,
mikrobakteri, jamur dan virus covid-19 (Wijaya et al., 2020).
Virus Covid-19 ini pada awal mula ditemukan pada akhir desember
tahun 2019 di kota Wuhan negara China, pada tahun 2019 dengan laporan
kasus sebanyak lebih dari 70.000 kasus yang di konfrimasi di laboratorium
dan jumlah kasus tersebut meningkat setiap harinya. (Levani et al., 2021).
Kasus covid tersebut menyebab ke berbagai Negara termasuk pada Negara
Taiwan, Singapura, Vietnam, Korea, Malaysia, Thailand, Jepang, Jerman,
Prancis, Amerika Serikat Australia lalu menyerang masu ke Negara Indonesia
sampai di beri julukan negara dengan global darurat kesehatan. Indonesia
sendiri terdapat 194.109 kasus orang terkonfirmasi, 8.025 kasus orang
meninggal dengan persentase 4,1% dan 138.575 (71,4%) kasus orang sembuh.
2

Dilaporkan oleh website resmi COVID-19 sendiri terdapat 7.552 kasus yang
terkonfirmasi dengan adanya kompilkasi ARDS (Acute Respiratory Disease
Syndrome).
Pada kasus berat akan mengalami acute respiratory distress syndrome
(ARDS) hingga berakibat kematian. Virus ini membuat orang yang di
serangnya mengalami gejala seperti pneumonia (Rahma, 2021), sedangkan
jika di hubungkan dengan masalah keperawatan yang sering muncul pada
pasien covid 19 yaitu pada bersihan jalan nafas tidak efektif yang di sebabkan
karena adanya benda asing yang berawal dari akumulasi secret yang berlebih.
Obstruksi jalan nafas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman
pada kondisi pernafasan yang berkaitan dengan ketidak mampuan batuk
secara efektif, yang dapat di sebabkan oleh sekresi yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, sekresi dan batuk efektif (Ninla et al.,
2019). Dampak yang terjadi jika bersihan jalan nafas tidak efektif tidak segera
di atasi akan menimbulkan kekurangan oksigen dalam sel tubuh.
Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan sulit berkonsentrasi karena
metabolisme terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Susilo et al., 2020) menjelaskan
bahwa pathogenesis Sars Cov 19 tersebut memiliki gejala tingkat utama
secara umum yang dapat di ketahui bahwa covid-19 selalu menginfeksi pada
bagian sel-sel pada saluran nafas yang melapisi alveoli dan menyebabkan
seseorang tersebut mengalami pneumonia.
Berdasarkan fenomena diatas tersebut dalam penelitian ini bertujuan di
lakukan proses keperawatan keluarga kepada Ny. S yang saat ini pada tanggal
13 September 2021 sedang melakukan perawatan rawat inap di ruang mawar
RSU UMM dengan diagnose medis pneumonia confirm covid-19. Pada Ny. S
mempunyai permasalahan dengan adanya gejala dan mengeluh mengalami
influenza yaitu batuk berdahak, terasa sesak di dada tidak bisa mengeluarkan
dahak semaksimal mungkin dan merasakan dadanya terganjal.
Menurut data pengkajian dan teori yang telah di jelaskan masing-
3

masing kalimat di atas maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil kasus
yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien pneumonia post covid-19
dengan masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif dan perlu melakukan
implementasi dan evaluasi lanjutan guna untuk menurunkan gejala-gejala
tersebut kepada pasien.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas tentang
adanya permasalahan kesehatan maka dapat di rumuskan permasalahannya
yaitu :“Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien pneumonia post covid-
19 ?”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah ini adalah menganalisa
asuhan keperawatan dengan pasien terkonfirmasi positif covid 19.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah ini adalah penulis mampu
memahami, menjelaskan, mendeskripsikan dan menentukan:
1. Gambaran pengkajian pada pasien pneumonia post covid-19
2. Diagnose keperawatan yang muncul pada pasien pneumonia post covid-19
3. Rencana asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien pneumonia post
covid-19
4. Implementasi yang telah di lakukan
5. Evaluasi hasil implementasi yang telah di lakukan
6. Dokumentasi tindakan keperawatan yang telah di lakukan pada pasien
4

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan bisa menjadi referensi untuk peneliti lain
yang serupa pada pasien pneumonia post covid-19

1.4.2 Manfaat Praktis


Karya ilmiah ini di harapkan dapat memberikan informasi dan
wawasan keilmuan bagi perawat dan memberikan asuhan keperawatan pasien
pneumonia post covid-19.
1. Manfaat Pelayanan Keperawatan Dan Kesehatan
Karya ilmiah ini di harapkan dapat menjadi informasi bagi bidang
keperawatan komunitas keluarga dan pelayanan kesehatan di puskesmas
terkait intervensi keperawatan yang dapat di lakukan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan. Selain itu, di harapan karya ilmiah
ini dapat menjadi masukan bagi bidang keperawatan dan pelayanan
kesehatan untuk dapat menerapkan intervensi yang telah di lakukan
menjadi kegiatan rutin bagi pasien pneumonia post covid-19.
2. Manfaat Intitusi Pendidikan
Karya ilmiah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi bidang pendidikan
keperawatan komunitas keluarga maupun bagi penelitian selanjutnya.
Bagi pendidikan karya ilmiah ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk
pengembangan ilmu mengenai intervensi keperawatan pada pasien
pneumonia post covid-19.
3. Bagi Pasien Dan Keluarga
Karya tulis ini di harapkan kepada pasien dan keluarga dapat mengetahui
tentang cara pemeliharaan kesehatan serta perawatan pada keluarga yang
sakit dengan benar dan memberikan dukungan keleuarga untuk
mendapatkan peleyanan keperawatan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Covid-19 dengan Komplikasi Pneuuonia dan ARDS (Acute


Respiratory Distress Syndrome)
2.1.1 Definisi
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(sars-cov-2) adalah virus yang menyerang system pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut covid-19. Virus corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian (m. Cristy pane, 2020).
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (sars-cov-2) yang
lebih dikenal dengan virus corona jenis baru yang menular ke manusia. Virus
ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia, orang dewasa, anak-anak, dan
bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui (M. Cristy Pane, 2020).
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi
pernapasan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi
pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia) (M. Cristy Pane,
2020).

2.1.2 Manifestasi Klinis


Gejala awal infeksi virus corona atau covid-19 bisa menyerupai gejala
flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
Setelah itu gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Secara
umum, ada 3 gejala yang bisa menandakan seseorang terinfeksi covid-19,
yaitu:

5
6

1. Demam
2. Batuk kering
3. Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi covid-19
meskipun jarang, yaitu :
1. Diare
2. Sakit kepala
3. Konjungtivitis
4. Hilangnya kemampuan mengecap rasa
5. Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
6. Ruam di kulit
Gejala-gejala covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari
sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus. Sebagian pasien mengalami
penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut happy
hypoxia (M. Cristy Pane, 2020)

2.1.3 Tranmisi (Penularan)


a. Transmisi kontak dan droplet
Transmisi sars-cov-2 dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak
tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui
sekresi seperti air liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran
napas yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau
menyanyi.
Transmisi droplet saluran napas dapat terjadi ketika seseorang
melakukan kontak erat (berada dalam jarak 1 meter) dengan orang
terinfeksi yang mengalami gejala-gejala pernapasan (seperti batuk atau
bersin) atau yang sedang berbicara atau menyanyi; dalam keadaankeadaan
ini, droplet saluran napas yang mengandung virus dapat mencapai mulut,
hidung, mata orang yang rentan dan dapat menimbulkan infeksi.
7

b. Transmisi melalui udara


Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran agen
infeksius yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang
tetap infeksius saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang
jauh. Transmisi sars-cov-2 melalui udara dapat terjadi selama pelaksanaan
prosedur medis yang menghasilkan aerosol (prosedur yang menghasilkan
aerosol).
Proses normal bernapas dan berbicara menghasilkan aerosol yang
diembuskan. Oleh karena itu, orang lain rentan menghirup aerosol dan
dapat menjadi terinfeksi jika aerosol tersebut mengandung virus dalam
jumlah yang cukup untuk menyebabkan infeksi pada orang yang
menghirupnya. Sebuah model eksperimen lain menemukan bahwa orang
yang sehat dapat menghasilkan aerosol dengan cara batuk dan berbicara,
dalam ruangan yang padat mengindikasikan kemungkinan transmisi
aerosol, yang disertai transmisi droplet, misalnya pada saat latihan paduan
suara , di restoran, atau kelas kebugaran.

dalam kejadian-kejadian ini, kemungkinan terjadinya transmisi aerosol


dalam jarak dekat, terutama di lokasilokasi dalam ruangan tertentu seperti
ruang yang padat dan tidak berventilasi cukup di mana orang yang
terinfeksi berada dalam waktu yang lama.

c. Transmisi fomit
Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh
orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda,
sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). Virus
dan/atau sars-cov-2 yang hidup dapat ditemui di permukaanpermukaan
tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan
sekitarnya (termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan (Germas
et al., 2020)
8

Kemudian sesorang dapat terpapar virus covid-19 ini dari orang


lain yang sudah terinfeksi virus. Virus penyakit ini menyebar dari orang
ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang dikeluarkan
ketika orang yang sudah terpapar virus covid-19 batuk, bersin atau
berbicara. Orang lain dapat terkena covid-19 jika mereka menghirup
tetesan-tetesan ini dari seseorang yang terinfeksi virus._tetesan ini dapat
mendarat di benda dan permukaan di sekitar orang seperti meja, gagang
pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh
benda atau permukaan ini, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut
mereka. Inilah sebabnya mengapa penting untuk mencuci tangan secara
teratur dengan sabun dan air atau membersihkannya dengan
mengguanakan alkohol (Germas et al., 2020).

2.1.4 Komplikasi
1. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
a. Definisi

ARDS di sebut juga dengan sindrom gawat pernafasan akut yang


terjadi adanya inflamasi pada paru yang bersifat akut dan difus serta dapat
megakbiatkan peningkan permeabilitas vascular pada paru, peningkatan
tahanan pada paru dan hilangnya udara di dalam paru serta mengakibatkan
paru tersebut menjadi hipoksemia (Muliadi, 2015)

b. Faktor Risiko ARDS

Faktor risiko ARDS dibagi menjadi 2 hal yaitu, (K. Liu et al., 2020):

1) Faktor risiko langsung: pneumonia, aspirasi isi lambung, trauma inhalasi,


vaskulitis paru, kontusio paru.
2) Faktor risiko tidak langsung: sepsi non pulmonal, trauma mayor,
prakreatitis, syok non kardiogenik, overdosis obat, tranfusi (Transfusion
Associated Acute Lung Injury)
9

c. Tanda dan Gejala ARDS dengan Covid-19

Adanya derajat injury paru, sesak nafas, hipoksemia, terdapat infiltra


bilateral dan edema pulmonal saat di lakukan foto polos atau foto rontgen
(Walkey et al., 2012).

2. Klasifikasi ARDS dengan Covid-19


1) Ringan (mild): PaO2/FiO2 lebih dari 200mmHg, tetapi kurang dari dan
sama dengan 300mmHg
2) Sedang: PaO2/FiO2 lebih dari 100 mmHg,tetapi kurang dari dan sama
dengan 200 mmHgdengan PEEP ≥5 cmH2O
3) Berat: jika PaO2/FiO2 ≤100 mmHg denganPEEP ≥5 cmH2O.
(Walkey et al., 2012)

3. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis ARDS


1) Akut, yang berarti onset berlangsung satu minggu atau kurang dari itu
2) Opasitas bilateral yang konsisten dengan edemaparu yang dideteksi
dengan CT scan atau fotopolos toraks
3) PF ratio kurang dari 300 mmHg dengan minimal nilai PEEP atau CPAP
sebesar 5 cmH2O.
4) Tidak dapat dijelaskan sebagai gagal jantung atau overload cairan.
Pemeriksaan objektif dapat dilakukan (misalnya ekokardiografi), pada
beberapa kasus jika tidak ada penyebab yang jelas seperti trauma atau
sepsis.
(K. Liu et al., 2020)

2. Pneumonia Covid-19
a. Definisi

Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru


yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA).
10

Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan
dapat dilihat melalui gambaran radiologis.

b. Etiologi
1) Bacteria : diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influenzae,
mycobacterium tuberkulosis, bacillus friedlander.
2) Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik,
V.Influenza.
3) Mycoplasma pneumonia
4) Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immtis, aspergillus, species,
candida albicans.
5) Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
6) Pneumonia hipostatik
7) Sindrom loeffler
(Nursalam, 2015)

c. Manifestasi Klinis.
Pneumonia ditandai oleh gejala khas seperti takipneu, batuk, ronki
kering(crackles) pada pemeriksaan auskultasi dan sering ditemukan
bersamaan dengan adanya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya
dapat ditemukan distress pernapasan termasuk cuping hidung, retraksi
intercosta dan subkosta dan merintih (grunting) (Karen et al, 2010 dalam
Setyawati Ari, 2018).
11

2.1.5 Etiologi
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.
Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk
dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa
virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-
2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2. .(Susilo et al. 2020)

2.1.6 Patofisiologi
Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan
laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius.
Selanjutnya, virus akan menyerang organ target yang mengekspresikan
angiotensin converting enzyme 2 (ace2), seperti paru-paru, jantung, system
renal dan traktus gastrointestinal (Germas et al., 2020)
Protein s pada sars-cov-2 memfasilitasi masuknya virus corona ke
dalam sel target. Masuknya virus bergantung pada kemampuan virus untuk
berikatan dengan ace2, yaitu reseptor membrane ekstraseluler yang
diekspresikan pada sel epitel, dan bergantung pada priming protein s ke
protease selular (Susilo et al., 2020).
Protein s pada sars-cov-2 dan sars-cov memiliki struktur tiga dimensi
yang hampir identik pada domain receptor-binding. Protein s pada sars-cov
memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ace2 pada manusia. Pada analisis
lebih lanjut, ditemukan bahwa sars-cov-2 memiliki pengenalan yang lebih
baik terhadap ace2 pada manusia dibandingkan dengan sars-cov (Germas et
al., 2020)
Periode inkubasi untuk covid19 antara 3-14 hari. Ditandai dengan
kadar leukosit dan limfosit yang masih normal atau sedikit menurun, serta
pasien belum merasakan gejala. Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui
12

aliran darah, terutama menuju ke organ yang mengekspresikan ace2 dan


pasien mulai merasakan gejala ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala
awal, kondisi pasien mulai memburuk dengan ditandai oleh timbulnya sesak,
menurunnya limfosit, dan perburukan lesi di paru. Jika fase ini tidak teratasi,
dapat terjadi acute respiratory distress syndrome(arsd), sepsis, dan komplikasi
lain. Tingkat keparahan klinis berhubungan dengan usia (di atas 70 tahun),
komorbiditas seperti diabetes, penyakit paru obstruktif kronis (ppok),
hipertensi, dan obesitas (Germas et al., 2020).
Sistem imun innate dapat mendeteksi rna virus melalui rig-ilike
receptors, nod-like receptors, dan toll-like receptors. Hal ini selanjutnya akan
menstimulasi produksi interferon (ifn), serta memicu munculnya efektor anti
viral seperti sel cd8+, sel natural killer (nk), dan makrofag. Infeksi dari
betacoronavirus lain, yaitu sars-cov dan mers-cov, dicirikan dengan replikasi
virus yang cepat dan produksi ifn yang terlambat, terutama oleh sel dendritik,
makrofag, dan sel epitel respirasi yang selanjutnya diikuti oleh peningkatan
kadar sitokin proinflamasi seiring dengan progres penyakit (Germas et al.,
2020).
Infeksi dari virus mampu memproduksi reaksi imun yang berlebihan
pada inang. Pada beberapa kasus, terjadi reaksi yang secara keseluruhan
disebut “badai sitokin”. Badai sitokin merupakan peristiwa reaksi inflamasi
berlebihan dimana terjadi produksi sitokin yang cepat dan dalam jumlah yang
banyak sebagai respon dari suatu infeksi. Dalam kaitannya dengan covid-19,
ditemukan adanya penundaan sekresi sitokin dan kemokin oleh sel imun
innate dikarenakan blokade oleh protein non-struktural virus. Selanjutnya, hal
ini menyebabkan terjadinya lonjakan sitokin proinflamasi dan kemokin (il-6,
tnfα, il-8, mcp-1, il-1 β, ccl2, ccl5, dan interferon) melalui aktivasi makrofag
dan limfosit. Pelepasan sitokin ini memicu aktivasi sel imun adaptif seperti sel
t, neutrofil, dan sel nk, bersamaan dengan terus terproduksinya sitokin
proinflamasi. Lonjakan sitokin proinflamasi yang cepat ini memicu terjadinya
infiltrasi inflamasi oleh jaringan paru yang menyebabkan kerusakan paru pada
13

bagian epitel dan endotel. Kerusakan ini dapat berakibat pada terjadinya ards
dan kegagalan multi organ yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat (Germas et al., 2020)
Seperti diketahui bahwa transmisi utama dari sars-cov-2 adalah
melalui droplet. Akan tetapi, ada kemungkinan terjadinya transmisi melalui
fekal-oral. Penelitian oleh (Edy, 2020) menunjukkan bahwa dari 73 pasien
yang dirawat karena covid19, terdapat 53,42% pasien yang diteliti positif rna
sars- cov-2 pada fesesnya. Bahkan, 23,29% dari pasien tersebut tetap
terkonfirmasi positif rna sars- cov-2 pada fesesnya meskipun pada sampel
pernafasan sudah menunjukkan hasil negatif. Lebih lanjut, penelitian juga
membuktikan bahwa terdapat ekspresi ace2 yang berlimpah pada sel glandular
gaster, duodenum, dan epitel rektum, serta ditemukan protein nukleokapsid
virus pada epitel gaster, duodenum, dan rektum. Hal ini menunjukkan bahwa
sars-cov-2 juga dapat menginfeksi saluran pencernaan dan berkemungkinan
untuk terjadi transmisi melalui fekal-oral (Taylor et al., 2020).
Covid-19 Pneumonia
Penurunan difusi14
oksigen
2.1.7 WOC (Web Of Caustion)

Beta corona virus Terjadi respon hormonal Ventilasi Penurunan


inadekuat saturasi oksigen
Bergantung ribosom,enzim,
dan metabolic Single RNA Antigen pathogen berikatan
dengan antibody
Memasuki sel hospes Penurunan saturasi
Pengaktifan kaskade komplemen oksigen
Rute transmisi

Aktifasi sel basophil Hipoksia


Langsung Tidak langsung
(bersin, batuk) (menempel benda)
Pelepasan histamine aktifasi Rr meningkat
bradikinin penggunaan otot
Sars Cov-19 bantu nafas
Vasodilator kapiler
Virus tertempel di permukaan Alveolus
Pola nafas tidak
efektif
berikatan respetor ace 2 Permeabilitas kapiler meningkat

berikatan pneumosit type Perpindahan eksudat plasma ke intertisial


2 penghasil sulfraktan Terjadinya distress
Pneumosit pecah dan pernafasan (ARDS)
rusak Sulfraktan Edema ruang kapiler alveoli

Endositosis Penumpukkan Gambar 1.1


cairan
Alveolus inflamasi

Infeksi parenkim 14
Pertukaran gas
paru
15

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus corona, perlu ditanyakan
gejala yang dialami pasien dan apakah pasien baru saja bepergian atau tingal di
daerah yang memiliki kasus infeksi virus corona sebelum gejala muncul, dan
apakah pasien pernah kontak dengan orang yang menderita atau diduga covid-
19. Guna memastikan diagnosis covid-19, pasien akan dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut (M. Cristy Pane, 2020) :
1. Rapid test untuk mendeteksi antibody (igm dan igg) yang diproduksi oleh
tubuh untuk melawan virus corona.
2. Swab test atau tes pcr (polymerasi chain reaction) untuk mendeteksi virus
corona didalam dahak.
3. Ct scan atau rontgen dada untuk mendeteksi infiltrate atau cairan di paru-
paru.

2.1.9 Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi who
yaitu: triase: identifikasi pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe
acute respiratory infection (sari) dan dilakukan dengan memperhatikan prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi (ppi) yang sesuai, terapi suportif dan
monitor pasien, pengembalian contoh uji untuk diagnosis laboratorium, tata
laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau gagal nafas dan acute
respiratory distress syndrome (ards), syok sepsis dan kondisi kritis lainnya
(World Health Organization, 2020)
16

Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik anti virus ncov 2019 dan anti
virus corona lainnya. Tatalaksana utama pada pasien adalah terapi suportif
disesuaikan kondisi pasien, terapi cairan adekuat sesuai kebutuhan, terapi
oksigen yang sesuai derajat penyakit mulai dari penggunaan kanul oksigen,
masker oksigen. Bila dicurigai terjadi infeksi ganda diberikan antibiotika
spectrum luas. Bila terdapat perburukan klinis atau penurunan kesadaran
pasien akan dirawat di ruang isolasi intensif (icu) (World Health Organization,
2020)
Salah satu yang harus diperhatikan pada tatalaksana adalah
pengendalian komorbid. Dari gambaran klinis pasien covid-19 diketahui
komorbid berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Komorbid yang
diketahui berhubungan dengan luaran pasien adalah usia lanjut, hipertensi,
diabetes, penyakit kardiovaskular dan penyakit serebrovaskular (World Health
Organization, 2020)

2.1.10 Pencegahan
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang beresiko
hingga masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan
tubuh melalui asupan makanan sehat, memperbanyak cuci tangan,
menggunakan masker bila berada di daerah beresiko atau padat, melakukan
olahrga, istirahat cukup serta makanan yang dimasak hingga matang dan bila
sakit segera ke rs rujukan untuk dievaluasi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020)
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk pencegahan primer.
Pencegahan sekunder adalah menghentikan proses pertumbuhan virus,
sehingga pasien tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya pencegahan yang
penting termasuk berhenti merokok untuk mencegah kelainan parenkim paru
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)
Pencegahan pada petugas kesehatan juga harus dilakukan dengan cara
memperhatikan penempatan pasien di ruang rawat atau ruang intensif isolasi.
17

Pengendalian infeksi di tempat layanan kesehatan pasien terduga di ruang


instalasi gawat darurat (igd) isolasi serta mengatur alur pasien masuk dan
keluar. Pencegahan terhadap petugas kesehatan dimulai dari pintu pertama
pasien termasuk triase. Pada pasien yang mungkin mengalami infeksi covid-
19 petugas kesehatan perlu menggunakan apd standar untuk penyakit
menular. Kewaspadaan standar dilakukan rutin menggunakan apd termasuk
masker untuk tenaga medis (n95), proteksi mata, sarung tangan dan gaun
panjang (gown) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian meliputi data saat ini dan di waktu yang lalu, perawat mengkaji
pasien atau keluarga untuk menggali informasi dan berfokus kepada
manifestasi klinik dari keluhan utama, kejadian yang menyebabkan kondisi
saat ini, riwayat perawatan terdahulu, riwayat keluarga dan riwayat
psikososial. Riwayat kesehatan bisa di mulai dari biografi dengan adanya
aspek biografi dapat berhubungan dengan status oksigenasi yaitu usia, jenis
kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan kondisi tempat kerja)
dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat yang di
tinggali dengan orang lain. Pengkajian keperawatan menurut (Putra et al.,
2020) pada system pernafasan meliputi :
1 Batuk: gejala utama pada pasien dengan system pernafasan. Tanyakan
berapa lama pasien mulai batuk, waktu batuk, menentukan batuk
produktif atau nonproduktif.
2 Produksi sputum: sputum tersebut di definisikan adanya benda yang
keluar bersama dengan batuk, sputum di produksi oleh trakeobronkial
tree yang memproduksi 3 ons mucus sehari jika system nafas normal.
Pengkajian di mulai dengan menanyakan dan catat karakterisitiknya
(warna, konsistensi, bau, serta jumlah dari sputum. Warna sputum
tersebut berbagai makna di mulai dari warna kuning dan hijau jika
18

berarti karena infeksi, sputum juga ada yang berwarna putih jernih dan
kelabu itu juga bermakna adanya infeksi, jika sputum berwarna merah
muda mengandung darah.
3 Dispnea: kesulitan bernafas atau nafas pendek, setelah itu perawat
mengkaji tentang kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas.
4 Hemoptisis: darah yang keluar dari mulut dengan di batukkan, jika saat
batuk dan mengeluarkan segumpal darah, darah tersebut berasal dari
paru-paru, darah kekuningan yang di keluarkan dari hidung telinga
berasal dari pendarahan perut. Darah yang berwarna merah terang
karena adanya dalam paru di stimulasi segera oleh reflex batuk,
hemoptasis biasanya di sebabkan oleh penyakit: bronchitis kronik,
bronchiectasis, tb paru, cyctic fibrosis, upper airway necrotizing
granuloma, emboli paru, abses paru, kanker paru dan pneumonia.
5 Chest pain: berhubungan dengan jantung dan paru-paru, pengkajian di
mulai dengan mengidentifikasi letak nyeri dan kualiasnya, guna sebagai
perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, musculoskeletal, cardiac
dan gastrointestinal. Paru-paru tidak memiliki saraf yang peka terhadap
nyeri.
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan pasien menurut
(Putra et al., 2020) dan (Germas et al., 2020). Secara umum perawat
menanyakan:
1. Riwayat merokok
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu
3. Alergi
4. Tempat tinggal
b. Pemeriksaan fisik menurut (Germas et al., 2020) :
1. Inspeksi : melakukan pengamatan atau observasi pada bagian dada,
bentuk dada simetris atau tidak, pergerakkan dinding dada, pola nafas,
frekuensi nafas, irama nafas, observasi frekuensi ekspirasi
19

2. Palpasi : meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada


pasien, sewaktu pemeriksaan palpasi pemeriksan menilai adanya
fremitus taktil pada dada dan punggung dengan meminta pasien
menyebutkan tujuh puluh tujuh secara berulang
3. Perkusi: menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk
mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara di dalam paru. Perkusi
sendiri di lakukan dengan menekankan jari tengah (pemeriksaan
mendatar diatas dada pasien). Kemudian jari di ketuk-ketuk. Normalnya
dada menghasilkan bunyi resoonan atau gaung perkusi, jika terdengar
bunyi hipersonan atau bunyi drum adanya udara di paru-paru, jika
terdengar pekak mengalami atelectasis.
4. Auskultasi: proses mendengarkan suara yang di hasilkan dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi nafas terdengar vesicular, bronkial,
bronkovesikuler, rales, ronchi.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan


Hasil pengkajian dan respon yang diberikan pasien, paling banyak
diagnosis keperawatan yang diangkat pada covid-19 dengan komplikasi
adalah, menurut (Ranggo et al., 2020), tabel 1.1:
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN

1 Ketidakefektifan Respiratory status: 1. Monitor pola


bersihan jalan nafas ventilation nafas
Respiratory status: (frekuensi,
kedalaman,
airway patency
usaha nafas)
Kriteria hasil: 2. Monitor bunyi
1. Suara nafas yang nafas
bersih, tambahan
mengeluarkan 3. Monitor
sputum, mampu sputum
bernafas dengan 4. Posisikan
mudah. semi fowler
2. Menunjukkan atau fowler
20

jalan nafas yang 5. Berikan


paten (irama nafas minum hangat
dan frekuensi nafas 6. Berikan
dalam rentang oksigen, jika
normal), tidak ada perlu
suara nafas 7. Anjurkan
abnormal asupan cairan
(2000 ml/hari)
8. Ajarkan
teknik batuk
efektif
2 Ketidakefektifan Respiratory status: 1. Identifikasi
pola nafas ventilation efek
Vital sign status perubahan
posisi
Kriteria hasil:
terhadap
1. Menunjukkan status
jalan nafas yang pernapasan
paten, irama 2. Monitor statsu
nafas dan oksigenasi
frekuensi dan respirasi
pernapasan 3. Berikan posisi
dalam rentang semi fowler
normal, tidak atau fowler
ada suara nafas 4. Fasilitasi
abnormal. mengubah
2. Tanda-tanda posisi
vital dalam senyaman
rentang normal. mungkin
5. Berikan
oksigenasi
sesuai
kebutuhan
6. Ajarkan
melakukan
teknik
relaksasi nafas
dalam
7. Ajarkan
mengubah
posisi secara
mandiri
8. Ajarkan
teknik batuk
21

efektif
3 Hipertermi Thermoregulation 1. Identifikasi
Kriteria hasil: penyebab
1. Suhu tubuh hipertermia
dalam rentang 2. Monitor suhu
normal tubuh
2. Nadi dan RR 3. Longgarkan
dalam rentang atau lepaskan
normal pakaian
3. Tidak ada 4. Berikan cairan
perubahan warna oral
kulit dan tidak 5. Hindari
ada pusing pemberian
antipiretik atau
aspirin
6. Anjurkan tirah
baring
7. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena jika
perlu
4 Kekurangan volume Fluid balance 1. Monitor status
cairan Hydration hidrasi
Nutritional status: 2. Monitor hasil
pemeriksaan
food and fluid
laboratorium
Kriteria hasil: (HT, Na, K,
a) Mempertahankan Cl)
urine output 3. Catat intake-
sesuai dengan output dan
usia dan BB. hitung balans
b) TTV dalam batas cairan 24 jam
normal 4. Berikan
c) Tidak ada tanda- asupan cairan,
tanda dehidrasi sesuai
kebutuhan
5. Berikan cairan
intravena, jika
perlu
6. Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
22

perlu
5 Intoleransi aktivitas Activity tolerance 1. Identifikasi
Self care: ADLs kebiasaan
Kriteria hasil: aktivitas
perawatan diri
1. Berpartisipasi
sesuai usia.
dalam aktivitas
2. Identifikasi
fisik tanpa
kebutuhan alat
disertai
bantu
peningkatan
kebersihan
tekanan darah,
diri,
nadi dan RR.
berpakaian,
2. Mampu
berhias dan
melakukan
makan.
aktivitas sehari-
3. Dampingi
hari (ADLs)
dalam
secara mandiri
perawatan diri
sampai
mandiri.
4. Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika
tidak mampu
melakukan
perawatan
diri.
5. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara
konsisten
sesuai
kemampuan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan
menurut (Ranggo et al., 2020):
a. Monitor vital sign: pantau suhu pasien; infeksi biasanya dimulai
dengan suhu tinggi; monitor juga status pernapasan pasien karena
sesak napas adalah gejala umum covid-19. Perlu juga untuk dipantau
23

saturasi oksigen pasien karena sesak napas berhubungan dengan


kejadian hipoksia
b. Maintain respiratory isolation: simpan tisu di samping tempat tidur
pasien; buang sekret dengan benar; menginstruksikan pasien untuk
menutup mulut saat batuk atau bersin (menggunakan masker) dan
menyarankan pengujung (siapa saja yang memasuki ruang perawatan)
tetap menggunakan masker atau batasi/hindari kontak langsung pasien
dengan pengunjung.
c. Terapkan hand hygiene: ajari pasien dan orang yang telah kontak
dengan pasien cuci tangan pakai sabun dengan benar.
d. Manage hyperthermi: gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi
untuk mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan
metabolisme.
e. Edukasi: berikan informasi tentang penularan penyakit, pengujian
diagnostik, proses penyakit, komplikasi, dan perlindungan dari virus
(m. Cristy pane, 2020).

2.2.4 Evaluasi
Kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan keputusan
dengan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan (Ranggo et al., 2020). Evaluasi adalah fase akhri dari proses
keperawatan, evaluasi merupakan aspek penting karena dengan evaluasi
dapat menentukan pengakhiran intervensi, dilanjutkan mapupun bisa di
rubah (Ranggo et al., 2020). Kriteria hasil yang di harapka setelah tindakan
yang diberkan untuk bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu:
1. Batuk efektif meningkat
2. Produksi sputum menurun
3. Mengi menurun
4. Wheezing menurun
5. Dyspnea menurun
24

6. Ortopnea menurun
7. Sulit bicara menurun
8. Sianosis menurun
25

BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Ny. S usia 64 tahun (perempuan) berstatus menikah, beragama islam suku
jawa berpendidikan SMA, pekerjaan sebagai pedagang yang beralamat di
jalan bimasakti II 4 bedali kecamatan lawang kabupaten malang, pasien
masuk ke rumah sakit UMM tanggal 30 Agustus 2021, setelah itu pasien pada
tanggal 13 september di pindah ke ruang rawat inap untuk terapi lebih lanjut,
pasien bersama dengan anaknya Ny. A berusia 38 tahun bekerja sebagai
wiraswasta.
3.1.2 Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama saat MRS:
Pasien mengatakan nafasnya terganggu karena sesak dan batuk berdahaknya
sulit untuk berhenti serta pasien merasa lemas datang dengan spo2 menurun
88%, kemudian pasien di periksa swab dan hasilnya pasien terconfirm covid-
19.
3.1.3 Diagnosa Medis
Diagnosa primer: Pneumonia confirm post covid-19
Diagnosa sekunder: ARDS (Acute Respiratory Disease Syndrome)
3.1.4 Keluhan Saat Ini
Nafas terasa berat dan batuk berdahak
3.1.5 Riwayat Kesehatan Dahulu
Acute respiratory distress syndrome ARDS
3.1.6 Riawayat Kesehatan Penyakit Sekarang
Pasien pada awalnya masuk ke rs pada tanggal 30 agustus dengan keluhan
sesak dan batuk berdahak kemudian hasil swab PCR pada tanggal tersebut
26

pasien telah terconfirm covid-19 lalu pasien di lakukan perawatan di ruang


isolasi covid-19, setelah tanggal 10 dan 11 september pasien di lakukan swab
pcr kembali dan hasilnya negatif kemudian pasien di pindah ruang rawat inap
mawar RSU UMM tanggal 13 september untuk terapi lebih lanjut, saat di
pindah ke ruang mawar pasien dengan kondisi respirasi rate >34x/menit,
tekanan darah 100/70 mmhg dengan keluhan nyeri dada, terasa sesak dan
susah untuk mengeluarkan dahak lalu pasien tampak sering batuk-batuk, saat
itu pasien sudah di lakukan terapi dengan simple mask tetapi tidak
memperbaiki kondisi yang di keluhkan tersebut sehigga pasien di lakukan
tindakan terapi oksigen menggunakan masker NRBM 10 lpm saat itu kondisi
mulai membaik dengan respirasi rate 24x/menit.

3.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada
3.1.8 Riwayat Kebiasaan Pasien
1 Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan (Makan dan Minum)
a. Pasien saat di rumah: jumlah makan yang di konsumsi 3 kali sehari
dengan nasi 3 centong, lauk pauk dan >1 liter perhari dengan air putih
atau terkadang minum teh hangat
b. Pasien saat di rs: jumlah makan yang di konsumsi 3 kali sehari, diet tktp
dari ahli gizi, minum air putih dan pemberian cairan melalui infus.
2 Pola Eliminasi
a. Pasien saat di rumah: Buang air kecil (sering bak), kuning jernih, khas,
buang air besar (1 x sehari, warna kuning kecoklatan, bau khas).
b. Pasien saat di rumah sakit: Buang air kecil (kurang lebih 200 ml, warna
kuning pekat), Buang air besar (coklat pekat, bau khas, sedikit lembek).
3 Pola Istirahat Tidur
a. Pasien saat dirumah: 8 jam tidur
27

b. Pasien saat di rumah sakit: jumlah waktu tidur 5 jam, sering terbangun
karena sesak dan batuk keluar dahak, tidak terbiasa tidur di rs, tampak
lemah dan gelisah
4 Pola kebersihan diri
a. Pasien saat di rumah: Frekuensi mandi 2 kali sehari
b. Pasien saat di rumah sakit: Frekuensi mandi tidak mandi hanya diseka
oleh keluarga yang menjaga, frekuensi mencuci rambut tidak mencuci
rambut, keadaan kuku bersih
5 Aktivitas lain
a. Pasien saat di rumah: menjaga toko di depan rumah
b. Pasien saat di rumah sakit: pasien bedrest, pasien mengeluh merasa sakit
serta bertambah sesak dan merasa tidak nyaman.

3.1.9 Data Psikososial


1 Gambaran Diri: pasien menyukai semua anggota tubuhnya pasien
menyadari bahwa dirinya yang sekarang ini sedang sakit sehingga harus di
rawat di RS
2. Identitas Diri: Pasien memahami dan mengetahui identitas dirinya
3. Peran: Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga
4. Ideal Diri: Pasien mengatakan bahwa dirinya bersyukur karena masih bisa
berobat dan akan mengikuti prosedur yang di berikan oleh tenaga medis
5. Harga Diri: pasien mengatakan bahwa dirinya mengikuti dan melakukan
prosedur pengobatan supaya cepat sembuh dan beraktivitas seperti semula

3.1.10 Pengkajian Fisik (Tanggal 13 Sepetember 2021)


1. Keadaan Umum:
Kondisi umum pasien nampak lemas, gelisah, kesadaran compos mentis,
dengan glasgow coma scale (456). Pasien nampak sesak dan batuk-batuk
terpasang nrbm 10 lpm dan terpasang cairan infus, tanda-tanda vital saat
sebelum sakit tidak terkaji. Saat pengkajian tercatat tekanan darah 100/70
28

mmhg, Nadi 90x/menit, Suhu 36oC Observasi I 34x/menit, oberservasi II


Frekuensi pernapasan (RR) 24x/menit, observasi SPO2 95%.
2. Pemeriksaan wajah
Tidak ada edema pada wajah Ny. S dan tidak ada keluhan lain pada wajah.
Wajah tampak simetris. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis
kiri dan kanan, sklera tidak ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri
dan kanan, reflek pupil sama kiri dan kanan. Pernafasan cuping hidung
pasien menggunakan nrbm 8 lpm, mult dan telinga tidak kelainan.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Pada kepela tidak ada benjolan, bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan.
Tidak terdapat kelenjar tiroid dan tidak ada keluhan lain pada leherm tidak
ada pembesaran vena jugularis.
4. Pemeriksaan paru
Pada pemeriksaan inspeksi terlihat bentuk dada simetris, keadaan kulit
bersih sedikit bersih dan berkeringan dingin, terdapat retraksi otot bantu
pernafasan intercoste kedua dada dan pola nafas dispnea, pemeriksaan
palpasi getaran kanan dan kiri teraba sama, perkusi terdengar sonor,
asukultasi suara tambahan ronchi pada bagian kanan atas dan kiri bawah
tengah.
5. Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan inspeksi tidak terdapat ictus cordis, pulpasi pada dinding
thorak teraba kuat, perkusi batas jantung normal batas atas ICS II, batas
bawah ICS V, batas kiri ICS V Mid Clavikula Sinistra, batas kanan ICS
IVMid sternalis dextra, auskultasi BJ I terdengar tunggal, BJ II terdengar
tunggal, bunyi nafas tambahan tidak ada.
6. Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen datar, auskultasi tidak ada bising usus,
palpasi hepar tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran, tidak ada
keluhan yang di rasakan terkait abdomen.
7. Pemeriksaan genetalia dan rektal
29

Tidak terkaji
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Tidak kelainan dan tidak keluhan
9. Pemeriksaan ekstremitas/muskuoskeletal
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah skor 4 pasien mampu
menggerakkannya secara normal tetapi tidak bisa menahan secara
maksimal, pasien mengeluh badanya terasa lemas.
10. Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit tidak di temukan kelainan, tidak ada nyeri tekan crt
kembali <2 detik.
11. Pemeriksaan penunjang

3.1.11 Hasil Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah lengkap (tabel 1.2)
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,8 P 12-18,0 Gr/dl
Eritrosit 4,460,000 3.000.000-6.000.000 ul
Hematokirt 38,7 P 37-47 %
MCV 86,8 80,0-93,0 fl
Mchc 33,1 32,0-36,0 g/dl
Lekosit 8,550 4,800-10,800 ul
Hitung eosinophil 2,6 0-4 %
Hitung basophil 0,2 0-1 %
Hitung neutrophil 71,8 51-67 %
Hitung limfosit 14,5 25-33 %
Hitung monosit 10,9 2-5 %
Laju endap darah 41 0-20 mm/jam
Trombosit 423.000 150.000-400.000 ul
Neutrophil limfosit 4,95 3,13 %
ration (NLR)
PH 7,43 7,35-7,45 mmhg
Pco2 50 35-45 mmhg
Po2 42 80-100 Mmhg
Hco3 33,7 21-28 Mmol
Kelebihan basa 8,0 -3 +3 Mmol
O2 82 >95% %
30

2. Pemeriksaan radiologi rontgen thorax

Bacaan : corakan vascular normal, tampak infiltrate pada para cardis


kanan kiri, cor ukuran kesan tidak membesar, aorta kalsifikasi – elongasi –
dilatasi -, hemidiafragma d/s domeshaped, sinus costophrenicus lancip,
skeleton dan soft tissue normal.
3. Pengobatan
a) Drip neurosanbe 1x1 /10 mg dalam Ns 500
b) Vit D 1x5000 mg
c) Becomzet 2x1 Oral
d) Infus Ns 500/24 jam life line
e) Solvinex 3x1 IV
f) Combiven nebul 3x1
g) Pulmicot nebul 3x1
h) NAC 3x200 mg Oral
i) Ceftriaxone 2x1 gr IV
j) Furosemide 2x20 mg IV
31

3.2 Analisa Data


Analisa data di dapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang telah di
lakukan pada pasien dan keluarga sebelumnya, sehingga masalah yang dapat
di angkat berdasarkan SDKI di dapatkan 4 masalah keperawatan yang muncul
yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan d/d batuk tidak
efektif, dyspnea, pola nafas berubah D.0002
Berdasarkan masalah keperawatan pertama Bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d sekresi yang tertahan d/d batuk tidak efektif, dyspnea, pola nafas
berubah di kuatkan dengan data pendukung subjektif dan objektif. Data
subjektif adalah Mengeluh terkadang sesak dan batuk berdahak, sedangkan
data objektifnya Tensi: 100/70, Nadi: 90 x/m, Respirasi: 24 x/m, Suhu:
36,8, Spo2: 95%, Terdengar suara ronchi bagian kanan tengah, bagian kiri
atas terdengar saat ekspirasi
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur
untuk tidur, tidak puas tidur dan istirahat cukup (D.0055)
Berdasarkan masalah keperawatan kedua Gangguan pola tidur b.d
hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur untuk tidur, tidak puas tidur
dan istirahat cukup di kuatkan dengan data subjetif Ny. S mengatakan tidak
bisa tidur karena sesak nafas, sering terbangun karena batuk serta untuk
mengeluarkan dahak, tidak nyaman tidur di rs karena tidka terbiasa,
sedangkan pada data objektif di dapatkan Tensi : 110/80, Nadi: 90 x/m,
Respirasi: 24 x/m, tampak lemas kantong mata berwarna hitam, dan pasien
tampak gelisah.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, tirah baring, kelemahan (D.0056)
Berdasarkan masalah keperawatan ketiga Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring,
kelemahan di kuatkan dengan data subjektif Ny. S mengatakan harus di
lakukan bedrest, karena jika di buat gerak Ny. S mengeluh merasa sakit
32

dan bertambah sesak tidak nyaman serta lelah, sedangkan pada data
objektif di dapatkan Tensi : 110/80, Nadi: 90 x/m, Respirasi: 24 x/m,
tampak lemas dan lelah tampak gelisah karena sesak tidak kunjung reda,
skor kekeluatan otot 4 (ekstremitas atas dan bawah)

3.3 Rencana Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan yang di berikan kepada pasien
berdasarkan diagnosis yang telah di angkat dan mengacu pada SLKI dan
SIKI. Tujuan di lakukan rencana keperawatan akan di sesuaikan dengan
masing-masing diagnosis yang telah di angkat sebelumnya.
1 Masalah keperawatan pertama dengan Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
sekresi yang tertahan d/d batuk tidak efektif, dyspnea, pola nafas berubah
di harapkan bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil
menunjukkan batuk efetif meningkat, produksi sputum menurun, frekuensi
nafas membaik, pola nafas membaik dengan memberikan rencana
keperawatan melalui SIKI dan jurnal-jurnal terkait mengajarkan cara batuk
efektif untuk mengeluarkan dahak teknik huffing, mengajarkan tata cara
posisi duduk pada saat merasakan sesak dengan semifowler dan posisi
teknik proning, mengajarkan cara untuk melakukan fisioterapi dada guna
untuk membersihkan obstruksi jalan nafas yang di sebabkan adanya secret,
pemberian edukasi menggunakan terapi oksigen.
2 Masalah keperawatan kedua dengan Gangguan pola tidur b.d hambatan
lingkungan d.d mengeluh sulit tidur untuk tidur, tidak puas tidur dan
istirahat cukup di harapkan gangguan pola tidur menurun dengan kriteria
hasil keluhan sulit tidur menurun, keluhan tidak puas tidur cukup menurun,
keluhan istirahat tidak cukup mrnurun, kemampuan beraktivitas meningkat
dengan memberikan rencana keperawatan melalui siki dan jurnal-jurnal
terkait menurunkan gangguan pola tidur dengan cara memberikan
dukungan saat tidur, memodifikasi lingkungan senyaman mungkin,
memberikan pengobatan untuk mencegah pasien sulit untuk tidur,
33

mengedukasi pentingnya untuk tidur pada saat sakit, serta pemberian


edukasi terapi autogenic pada pasien.
3 Masalah keperawatan ketiga dengan intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring,
kelemahan di harapkan intoleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil
saturasi oksigen cukup meningkat, kemudahan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari cukup meningkat, kelemahan menurun dyspnea saat aktivitas
menurun, perasaan lemah menurun, frekuensi nafas membaik dengan
memberikan rencana keperawatan melalui siki dengan cara memberikan
asuhan keperawatan memanajemen energy guna untuk mencegah kelelahan
dan mengoptimalkan proses pemulihan.

3.4 Implementasi
Berikut ini implementasi yang di lakukan berdasarkan pedoman
standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI). Masalah keperawatan yang
pertama perilaku kesehatan tidak efektif di berikan intervensi keperawatan
dengan memberikan edukasi kesehatan kepada keluarga yang sakit mampun
ke keluarga sehat. Mengidentifikan kesiapan dan kemampuan menerima
informasi mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perialku hidup sehat, menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan (materi tentang keluarga yang sedang mengalami
masalah kesehatan seperti hipertensi meliputi pengertian, pencegahan, tanda
dan gejala, penyebab, cara mengontrol, manfaat perilaku hidup sehat dan
bersih di rumah, phbs untuk dirinya sendiri, manfaat isolasi mandiri,
menjelaskan tentang isolasi mandiri, tata cara konsumsi makanan dengan
benar, pemberian terapi-terapi keperawatan.
1. Masalah keperawatan yang pertama bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
sekresi yang tertahan d/d batuk tidak efektif, dyspnea, pola nafas, di berikan
kepada pasien untuk bisa menerapkan secara mandiri, intervensi yang
diterapkan yaitu dengan beberapa terapi yang diberikan yang pertama di
34

lakukan Memeriksan tanda-tanda vital, Mengidentifikasi gejala yang di alami


saat ini, Melakukan pengkajian pemeriksaan head to toe
a) Mengajarkan cara batuk efektif untuk mengeluarkan dahak teknik huffing
pada tanggal 14 sepetember 2021 pukul 15.00 (Huriah et al., 2017)
b) Anjurkan tarik nafas dalam hidung selama 4 detik, ditahan 2 detik
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir dibulatkan selama 8 detik
c) Anjurkan mengulang tarik nafas dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam yang ke 3
e) Mengajarkan tata cara posisi duduk pada saat merasakan sesak dengan
semifowler dan posisi teknik proning pada tanggal 14 sepetember 2021
pukul 15.00 (Kuriasih et al., 2021)
f) Mengajarkan cara untuk melakukan fisioterapi dada guna untuk
membersihkan obstruksi jalan nafas yang di sebabkan adanya secret pada
tanggal 14 september 2021 pukul 16.00
1 Posisikan pasien sesuai dengan area paru yang mengalami penumpukan
sputum
2 Gunakan batal untuk membantu pengaturan posisi
3 Lakukan perkusi dengan posisi telapak tangan di tangkupkan selama 3-
5menit
4 Lakukan vibrasi dengan posisi telapak tangan rata bersamaan ekspirasi
melalui mulut
5 Lakukan fisioterapi dada setidaknya 2 jam setelah makan
g) Pemberian edukasi ke 2 dengan terapi oksigen pada tanggal 14 september
2021 pukul 18.00.
Berdasarkan permasalahan diagnose tersebut pasien mengeluh sesak
nafas, sehingga pasien tersebut di berikan terapi lebih lanjut dengan
memberikan terapi oksigen dengan masker sungkup muka tanpa kantong
penutup, di lakukan dengan cara di ikatkan pada wajah pasien dengan ikat
kepala elastis yang berfungsi untuk menutupi hidung dan mulut,
sedangkan pada tubuh sungkup tersebut berfungsu sebagai penampung
35

untuk oksigen dan karbon dioksida hasil ekspirasi, dengan memberikan


fraksi oksigen 5-10 liter/menit.
2. Masalah keperawatan kedua Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan
d.d mengeluh sulit tidur untuk tidur, tidak puas tidur dan istirahat cukup,
Memberikan terapi dengan menggunakan dukungan tidur pada tanggal 14
september 2021 pukul 17.00, intervensi yang di berikan :
a) Memfasilitasi ruangan dengan keadaan tenang, menganjurkan
mematikan lampu ruangan saat akan tidur dan menutup sketsel pukul
22.00
b) Mengedukasi jadwal tidur rutin pukul 17.00
c) Mengedukasi pentingnya tidur ketika sakit pukul 17.00
d) Memberikan edukasi spiritual dengan doa-doa penunjang relaksasi
sebelum tidur pukul 22.00
3. Masalah keperawatan ketiga dengan intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring,
intervensi yang di berikan pada tanggal 15-16 september 2021:
a) Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Memonitor kelelahan fisik dan emosional
c) Memonitor pola dan jam tidur
d) Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
e) Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
f) Melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
g) Memberikan aktivitasi distraksi yang menenangkan
h) Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur
i) Menganjurkan tirah baring
j) Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahan
36

3.5 Evaluasi
Berikut ini evaluasi yang di dapatkan berdasarkan pedoman Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Di dapatkan evaluasi yang
menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Masalah keperawatan pertama yaitu (bersihan jalan nafas tidak efektif)
evaluasi subjektif yang di lakukan secara bertahap, evaluasi di dapatkan
pada tanggal 14/09/21 (22.00) yaitu pasien mengatakan masih merasakan
sesak, evaluasi objektif di dapatkan batuk efektif belum meningkat,
produksi sputum belum menurun, sesak nafas belum menurun. Pada
tanggal 15/09/21 (22.00) yaitu pasien mengatakan masih terasa sesak,
batuk efektif meningkat, produksi sputum sedikit, sesak sedikit menurun,
pada tanggal 16/09/21(13.00) yaitu di dapatkan sesak pada pasien sedikit
menurun sehingga assessment pada evaluasi di dapatkan masalah teratasi.
2. Masalah keperawatan kedua (gangguan pola tidur) evaluasi subjektif yang
di dapatkan evaluasi setelah di lakukan terapi yaitu pada tanggal pada
tanggal 15/09/21 di dapatkan data subjektif pasien mengatakan sulit tidur
berkurang dan di dapatkan data objektif tampak lemas dan kantong mata
berwarna hitam berkurang, gelisah berkurang sehingga di dapatkan
assessment sebagian teratasi.
3. Masalah ketiga (intoleransi aktivitas) di dapatkan 2 hari pengamatan di
hasilkan evaluasi subjektif, pasien mengatakan jika kelelahan sedikit
menurun, dengan di dapatkan data objektif keluhan lelah cukup menurun,
dyspnea saat berativitas menurun, perasaan lemah menurun sehingga di
dapatkan assessment masalah teratasi.
BAB IV
ANALISI SITUASI

4.1 Analisis Profil Pelayanan


Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang mulai dibangun
pada tahun 2009. Proses pembangunannya dilaksanakan setelah mendapatkan
ijin mendirikan bangunan (IMB) dari Pemerintah Kota Malang melalui unit
pelayanan terpadu perizinan Nomor: 180/05989/IMB/421.302/2009. Pada
bulan Oktober 2012 RS UMM mendapatkan izin Mendirikan Rumah Sakit
dari Dinas Kesehatan Kota Malang dengan Nomor: 503.1/83/421.103/2012.
Kemudian pada tanggal 20 Juni 2013 RS Universitas Muhammadiyah Malang
mendapatkan Ijin Operasional Rumah Sakit Sementara dengan Nomor:
180/0006/IORS/421.302/2013.
Rumah sakit Universitas Muhammadiyah Malang diresmikan pada
tanggal 17 Agustus 2013 bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke 68. Rumah sakit ini merupakan sarana penunjang
pendidikan dan merupakan salah satu profit center dari Universitas
Muhammadiyah Malang. Lokasi rumah sakit tidak jauh dari Kampus 3
Universitas Muhammadiyah Malang yaitu tepatnya di sebelah timur terminal
Landungsari. Berdiri diatas tanah seluas 9 hektare dan memiliki bangunan
utama setinggi 6 lantai dan beberapa bangunan gedung penunjang setinggi 5
lantai dan gedung rawat inap setinggi 3 lantai. Bentuk bangunan yang megah
dan mewah dengan ciri khas arsitektur tiongkok, menjadikan RS Universitas
Muhammadiyah Malang ini mudah dikenali.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan


Terdapat beberapa masalah yang terjadi pada pasien pneumonia
dengan komplikasi Acute Respiration Distress Syndrome yang harus di
berikan perawatan secara khusus. Pada kasus ini terdapat tiga diagnosa yang
harus di

37
38

atasi agar dapat mengembalikan kondisi pasien kembali stabil, diagnosa


tersebut antara lain:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Masalah keperawatan yang di analisis adalah bersihan jalan nafas


tidak efektif ,menurut (Susyanti & Parlagutan, 2019) di definisikan
sebagai ketidakmampuan membersihkan sekret atau adanya obstruksi
jalan nafas yang tidak paten, sehingga mengakibatkan pasien yang terkena
akan terasa sesak serta pada saat bernafas terasa berat hal ini menurut teori
(Khumayroh, 2019) menejelaskan bahwa sesak nafas di sebabkan karena
organ paru yang mengalami peradangan, sehingga organ paru tersebut
bekerja lebih berat dan sering kali menghasilkan dahak yang di produksi
oleh bakteri maupun virus. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian
yang di lakukan oleh (Herawati et al., 2020) yang menjelaskan bahwa
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yang di sebabkan oleh adanya
mikroorganisme seperti virus yang di bawa oleh virus covid-19 yang
menyebar melalui organ pernafasan maka dari itu pernafasan yang terkena
virus tersbut akan menyebabkan berbagai peradangan pada paru-paru yang
di sertai dengan eksudari maupun konsolidasi (WHO, 2020). Sedangkan
jika pasien yang mengalami gangguan pada jalan nafas dengan tidak
segera di tangani secara cepat dan tepat akan mengakibatkan sesak serta
mengalami gagal nafas atau menimbulkan komplikasi yang di namakan
dengan acute respiration disstres syndrome dan berakhir dengan kematian.
Maka dalam hal tersebut dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif merupakan masalah keperawatan yang akan segera di
atasi dengan memberikan terapi baik kolaborasi pemberian terapi
farmakologi maupun non farmakologis.

2. Gangguan Pola Tidur


Masalah keperawatan yang dianalisis adalah gangguan pola tidur,
menurut (Wulan, 2019) di definsikan sebagai gangguan kualitas dan
39

kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal dan internal, faktor-faktor


tersebut ialah faktor fisik, psikologis, gaya hidup, lingkungan serta adanya
gangguan pada pernafasan. (Afrida Sriyani, 2021) mengatakan bahwa
tidur merupakan kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan utama meliputi
kebutuhan oksigen atau bernafas. Pada seseorang yang mengalami
gangguan mekanis dan pertukaran gas dalam sistem pernafasan
mengakibatkan menurunnya aktivitas fisik pada kehidupan sehari-hari.
Kondisi obstruksi saluran pernafasan yang terus menerus akan
menyebabkan diagfragma mendatar, gangguan kontraksi saluran
pernafasan, sehingga fungsinya sebagai otot utama pernafasan berkurang.
Sebagai kompensasinya, terjadi pemakaian terus menerus otot-otot
intercostal dan otot inspirasi tambahan sehingga menimbulkan gejala
sesak nafas dan akan mengakibatkan gangguan kualitas pola tidur
(Hasanah et al., 2016). Kemudian gangguan pola tidur memiliki dampak
buruk bagi kesehatan terutama pada sistem imun, karena dengan adanya
gangguan pola tidur akan menyebabkan penuurnan konsentrasi saat
beraktivitas, dengan tidur meruapakan bagian dari mempertahankan fungsi
fisiologis pada tubuh (Alfi & Yuliwar, 2018).
3. Intoleransi Aktivitas
Masalah keperawatan yang di analisis ialah intoleransi aktivitas,
menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) di defisnikan sebagai
ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. (Bariyatun,
2018) intoleransi aktivitas di sebabkan adanya ketidakseimbangan suplai
oksigen sehingga seseorang yang mengalami intoleransi aktivitas di
haruskan untuk di lakukan terapi oksigen. Menurut (Afrida Sriyani, 2021)
ialah oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
membentuk energi dan bermanfaat bagi metabolisme tubuh untuk
mempertahakan hidup berbagai organ maupun sel. Apabila lebih lebih dari
4 menit tidak mendapakan oksigen maka akan merusak otak dan
menyebabkan kehilangan kesadaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi
40

kebutuhan oksigen ialah status pada kesehatan seseorang yang mengalami


gangguan pada pernafasannya akan dapat mengalami kesulitasn dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh, penyakit pada sistem
kardiovaskular berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel
tubuh, selain itu peyakit-penyakit pada sistem pernafasan daat mempunyai
efek sebalikkanya terhadap oksigen darah. Salah satunya contoh kondisi
kardiovaskular yang mempengaruhi okseigen hemoglobin yang berfungsi
membawa oksigen dan karbondioksida, sehingga jika kondisi
kardiovaskular tersebut tergangggu akan mempengaruhi transportasi gas-
gas tersebut dari sel seluruh tubuh dan akan mengakbiatkan intoleransi
aktivitas (Bariyatun, 2018).

4.3 Analisis Intervensi Keperawatan


Intervensi yang di lakukan kepada pasien ini sesuai dengan panduan
standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) oleh (PPNI 2018) dengan
tujuan pencapaian yang juga di sesuaikan dengan standar luaran keperawatan
indoensia (SLKI PPNI, 2019) dan beberpa jurnal penelitian ( Bambang, 2020;
Siti, 2020; Mukidi, 2021 )

4.3.1 Intervensi Keperawatan yang di Rencanakan Menurut (SIKI PPNI 2018)


1. Latihan Batuk Efektif I.01007
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidak mampuan
membersihkan sekresi atau penyumbatan pada saluran nafas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Obstruksi saluran 3 napas disebabkan oleh menumpuknya sputum pada
jalan napas yang akanmengakibatkan ventilasi menjadi tidak adekuat.
Untuk itu perlu dilakukan tindakan memobilisasi pengeluaran sputum agar
proses pernapasan dapat berjalan dengan baik guna mencukupi kebutuhan
oksigen tubuh (Widyansari, 2014). Salah satu intervensi keperawatan yang
bisa diterapkan untuk membersihkan sputum pada jalan napas adalah batuk
efektif. Namun kenyataannya banyak penderita Tuberkulosis paru batuk
41

dengan cara inefisien dan membahayakan. Batuk dengan cara ini akan
menimbulkan reaksi rangsang batuk yang terus menerus. Tekanan di
paruparu meninggi sekali sehingga dapat menimbulkan cedera pada
struktur paruparu yang halus, tenggorokan dan pita suara bengkak,
suaranya menjadi serak, gatal serta muka menjadi merah. Batuk efektif
yaitu merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.Batuk efektif
merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal.Latihan batuk efektif adalah aktivitas perawat
untuk membersihkan sekresi pada jalan napas, yang berfungsi untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi
sekresi.
2. Fisioterapi Dada I.01004
Fisioterapi dada ialah salah satu intervensi yang dapat berguna untuk
meruntuhkan atau dengan mencegah adanya penyumbatan saluran
pernafasan yang di sebabkan oleh sekret maka dari itu fisioterapi merupak
terapi yang berguna sebabagi pencegah adanya sesak nafas. Fisioterapi
dada teknik yang digunakan, baik secara mandiri maupun kombinasi agar
tidak terjadi penumpukan sputum yang mengakibatkan tersumbatnya jalan
napas dan komplikasi penyakit lain sehingga menurunkan fungsi ventilasi
paru-paru (Khumayroh, 2019). Fisioterapi dada merupakan tindakan
drainase postural, pengaturan posisi, serta perkusi dan vibrasi dada yang
merupakan metode untuk memperbesar upaya klien dan memperbaiki
fungsi paru (Siregar & Aryayuni, 2019). Teknik fisioterapi dada berhasil
meningkatkan volume pengeluaran sputum pada klien seperti yang sudah
dilakukan oleh (Siregar & Aryayuni, 2019)dengan judul“ Pengaruh
fisioterapi dada dengan teknik chest fisioterapi (postural drainage, huffing,
caughing, tapping/clapping) dalam meningkatkan volume pengeluaran
sputum pada penderita asma”. Dari penelitian ini ada pengaruh yang
bermakna antara pemberian intervensi terhadap pengeluaran sputum.
42

3. Terapi Oksigen I.01026


Terapi oksigen (O2) merupakan suatu intervensi medis berupa upaya
pengobatan dengan pemberian oksigen (O2) untuk mencegah atau
memperbaiki jaringan dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap
adekuat dengan cara meningkatkan masukan oksigen (O2) ke dalam sistem
respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan
meningkatkan pelepasan atau ekstraksi oksigen (O2) ke jaringan.3,8 Dalam
pemberian terapi oksigen (O2) harus dipertimbangkan apakah pasien
benar-benar membutuhkan oksigen (O2), apakah dibutuhkan terapi oksigen
(O2) jangka pendek (short-term oxygen therapy) atau panjang (long-term
oxygen therapy). Oksigen (O2) yang diberikan harus diatur dalam jumlah
yang tepat dan harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan
menghindari toksisitas.4,5 Terapi oksigen (O2) jangka pendek merupakan
terapi yang dibutuhkan pada pesien-pa-sien dengan keadaan hipoksemia
akut, di antaranya pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
dengan eksaserbasi akut, asma bronkial, gangguan kardiovaskuler dan
emboli paru sedangkan terapi oksigen (O2) jangka panjang merupakan
terapi yang dibutuhkan pada pesien-pasien dengan keadaan hipoksemia
kronis (Maya, 2017)
4. Dukungan Tidur I.05174
Dukungan tidur merupakan fungsi restoratif, yaitu fungsi pemulihan
kembali bagian-bagian tubuh yang lelah, merangsang pertumbuhan, serta
pemeliharaan kesehatan tubuh. Proses tidur jika diberi waktu yang cukup
dan lingkungan yang tepat akan menghasilkan tenaga yang luar biasa.
Lebih lanjut, tidur dapat memulihkan, meremajakan, dan memberikan
energi bagi tubuh dan otak selain itu tidur yang baik dapat meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit . Kurang tidur dalam jangka waktu
yang panjang dapat menyebabkan kerusakan otak, bahkan kematian.
menjalankan fungsi restoratif untuk otak, sedangkan tidur non-REM
43

menjalankan fungsi restoratif untuk tubuh. Selain kondisi fisik, tidur juga
mempengaruhi kondisi mental seseorang, tidur yang kurang dapat
mempengaruhi suasana hati seseorang. Tidur yang baik merupakan kunci
untuk merasa nyaman dan bahagia. Tidur yang buruk, sebaliknya, dapat
mengakibatkan kelelahan, mudah tersinggung, mudah marah dan depresi
klinis (Worley, 2018).
5. Manajemen Energi I.05178
Manajemen energi adalah pengaturan penggunaan energi untuk
mengobati dan mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
Manajemen energi merupakan salah satu intervensi keperawatan bagian
dari domain physiological basic kelas activity and exercise management.
Manajemen energi merupakan suatu intervensi keperawatan mandiri yang
berkontribusi untuk menghasilkan konservasi energi, peningkatan toleransi
aktifitas, dan ketahanan guna melakukan aktifitas hidup harian dan
pergerakan atau latihan. Manajemen energi merupakan serangkaian
tindakan keperawatan yang meliputi pengelolaan: keletihan, latihan dan
pergerakan, aktifitas hidup sehari-hari, kenyamanan biologis dan
psikososial, nutrisi, istirahat tidur, dan dukungan (Asyrofi, 2016).

4.4 Rekomendasi Terapi atau Intervensi Lanjutan yang Dapat di Lakukan


1. Position Prone
Menurut Caputo, et al (2020) pengaturan posisi prone merupakan
manuver yang dapat meningkatkan oksigenasi dengan aman. Mila (2020)
dalam menjelaskan posisi prone sangat bagus untuk meningkatkan saturasi
oksigen, pengembangan otot dada, pengembangan paru dan dapat
menurunkan kejadian apnea. Posisi porne dapat memperbaiki fisiologis
pernapasan dan stabilitas kardiovaskuler dengan cara mengurangi kompresi
abdomen. Menurut penelitian Taboada, et al (2020) posisi prone dapat
meningkatkan oksigenasi dengan pencapaian SpO2 rata-rata meningkat
dari 94% menjadi 98%. Selain itu dalam penelitiannya juga ditemukan
44

adanya peningkatan PaO2/FIO2 yang sebelumnya 89 menjadi 165 mmHg,


kondisi ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jouffroy, et
al (2020). Hal yang sama diungkapkan oleh Solverson, et al (2020) bahwa
posisi prone meningkatkan SpO2 dari 91% menjadi 98%. Posisi prone
dapat meningkatkan pertukaran gas melalui penurunan tekanan
transpulmonal (perbedaan antara tekanan pembuka jalan napas dan tekanan
pleura). Posisi prone menyebabkan berat visera intratoraks dan abdomen
dikeluarkan dari dalam paru-paru dan pergerakan diafragma yang terbatas
menjadi lega. Posisi prone juga meningkatkan aerasi bagian alveolar yang
berventilasi kurang baik, karena bagian dorsal paru-paru yang kaya akan
aliran darah yang bergantung pada gravitasi berada pada posisi yang tidak
bergantung sehingga pernapasan menjadi lebih baik (Jagan, et al., 2020).
Penelitian Jouffroy, et al (2020) dan Jayakumar, et al (2021) menyatakan
posisi prone dilakukan dengan durasi maksimal 6 jam. Berbeda dengan
penelitian Tonelli, et al (2020) posisi prone dilakukan selama minimal 3
jam, sedangkan penelitian Solverson, et al (2020) menyatakan pasien rata-
rata mampu tolerir terhadap posisi prone selama 75 menit. Penelitian
Caputo, et al (2020) durasi pemberian posisi prone pada pasien berbeda-
beda tergantung kemampuan pasien dalam mentolerir posisi prone.
2. Inhalasi uap dengan aromatic euchalyptus
Pemberian aromaterapi menggunakan minyak atsiri (essential oil)
untuk mengurangi sesak nafas pada penderita asma dapat memberikan
dampak langsung terhadap indra penciuman dengan cepat atau disebut
“olfaction”. Jika minyak atsiri dihisap, reseptor olfactory memberikan
stimulus dan meneruskannya pada pusat emosi di otak atau “limbic
system”. Limbic system berhubungan langsung dengan otak yang mengatur
ingatan, pernafasan, sistem sirkulasi darah dan kelenjar endokrin yang
mengatur jumlah hormon pada tubuh. Sifat dari minyak, keharuman dan
efeknya menentukan stimulasi pada sistem tersebut. Minyak atsiri
terabsorbsi antara 20 menit hingga 2 jam, minyak atsiri akan berpenetrasi
45

ke dalam sel dan terdispersi ke dalam tubuh sangat cepat. Hal ini di
buktikan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh (Vilela, et al,
2018), Menunjukkan 1,8-sineol menghambat fungi aspergillus flavus dan
aspergilus parasiticus secara parsial dengan tingkat tertinggi 13.492 uL dan
produksi aflatoksin B1 berkurang. Diketahui bahwa kedua spesies fungi ini
dapat menimbulkan penyakit aspergilosis. Aspergilosis adalah penyakit
jamur yang muncul dengan berbagai sindroma klinis yang disebabkan oleh
spesies aspergillus. Seperti penderita dengan penyakit paru dan penderita
yang alergi terhadap jamur ini dapat menyebabkan kerusakan bronkus dan
penyumbatan bronkus intermiten. Keadaan ini disebut sebagai allergic
bronchopulmonary aspergillosis (ABPA). Kemudian, hasil penelitian Najib
dkk dalam penelitiannya menyebutkan terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa uap minyak essensial dari eucalyptus efektif sebagai antibakteri dan
layak dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan atau pencegahan
pasien dengan infeksi saluran pernafasan di rumah sakit. Menurut (Dornish
et al. 2018), (Pramudaningsih & Afriani, 2019) menyebutkan bahwa
minyak atsiri eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal
diantaranya untuk mengurangi sesak nafas.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada hasil pengkajian pada Ny.S yaitu, Kondisi umum pasien nampak
lemas, gelisah, kesadaran compos mentis, dengan glasgow coma scale
(456). Pasien nampak sesak dan batuk-batuk terpasang nrbm 8 lpm dan
terpasang cairan infus, tanda-tanda vital saat sebelum sakit tidak terkaji.
Saat pengkajian tekanan darah 107/77 mmhg, Tekanan darah tercatat
102/77 mmHg, Nadi 90x/menit, Suhu 36oC Observasi I 34x/menit,
oberservasi II Frekuensi pernapasan (RR) 24x/menit, observasi SPO2 I
88%, oservasi SPO2 II 95%.
2. Dalam menegakkan diagnosa di dasarkan pada masalah yang muncul pada
kasus, 3 diagnosa yang muncul yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan d/d batuk
tidak
efektif, dyspnea, pola nafas berubah
b. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur
untuk tidur, tidak puas tidur dan istirahat cukup
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, tirah baring, kelemahan
3. Rencana keperawatan yang di lakukan ialah menggunakan buku siki dan
terapi-terapi yang di peroleh dari jurnal-jurnal penelitian, yaitu:
a. Rencana asuhan keperawatan yang di lakukan pada diagnosa bersihan
jalan nafas tidak efektif di lakukan penerapan dengan terapi oksigen,
fisioterapi dada, latihan batuk efektif dan edukasi pemberian inhalasi
uap jika pasien sudah di rumah atau rawat jalan guna untuk
memperlancarkan sekret keluar.

46
b. Rencana asuhan keperawatan yang di lakukan pada diagnosa gangguan
pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur untuk
tidur,

47
48

tidak puas tidur dan istirahat cukup di lakukan penerapan dengan


edukasi istirahat pada orang yang sakit serta memberikan fasilitas untuk
mendukung tidur pasien
c. Rencana asuhan keperawatan yang di lakukan pada diagnosa intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
tirah baring, kelemahan di lakukan penerapan dengan mengajurkan
untuk tirah baring jika pasien masih lemas dan edukasi mengonsumsi
makanan yang berprotein tinggi dan konsumsi vitamin
4. Evaluasi yang telah di dapatkan setelah implementasi keperawatan, yaitu:
a. Masalah keperawatan pertama yaitu (bersihan jalan nafas tidak efektif)
evaluasi subjektif yang di lakukan secara bertahap dengan 3 hari untuk
evaluasi di dapatkan sesak pada pasien sedkit menurun sehingga
assessment pada evaluasi di dapatkan masalah sedikit teratasi
b. Masalah keperawatan kedua (gangguan pola tidur) evaluasi subjektif
yang di dapatkan evaluasi setelah 2 hari yaitu, keluhan tidak puas tidur
belum menurun, Keluhan istirahat cukup, belum menurun, Gelisah
belum menurun, tidur berkurang, tampak lemas dan kantong mata
berwarna hitam berkurang, gelisah berkurang sehingga di dapatkan
assessment sebagian teratasi.
c. Masalah ketiga (intoleransi aktivitas) di dapatkan 3 hari pengamatan di
hasilkan evaluasi subjektif, pasien mengatakan jika kelelahan sedikit
menurun, dengan di dapatkan data objektif keluhan lelah cukup
menurun, dyspnea saat berativitas menurun, perasaan lemah menurun
sehingga di dapatkan assessment masalah teratasi.
49

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang
Di harapkan di gunakan sebagai dasar pengembangan manajemen
asuhan keperawatan dan membantu pelayanan asuhan keperawatan
5.2.2 Bagi Pasien
Di harapkan pasien dan keluarga dapat memanfaatkan tulisan ini sebagai
media dalam meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana menangani
masalah penyakit yang di deritanya. Dengan tindakan yang tepat dan harapan
tidak menimbulkan komplikasi yang lebih berat lagi sehingga penyakit dapat
teratasi dan kenyamanan pasien terpenuhi.

5.2.3 Bagi Perawat


Di harapkan studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi tambahan
bagi wawasan perawat dalam melakukan tindakan.

5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan


Dapat dijadikan bacaan di perpustakaan untuk menambah wawasan
dalam melakukan asuhan keperawatan secara professional

5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat di jadikan sebagai data untuk penelitian selanjutnya dalam
penerapan asuhan keperawatan secara professional
DAFTAR PUSTAKA

Afrida Sriyani, D. (2021). Tingkat Kecemasan Berhubungan dengan Kualitas Tidur


Pasien Penyakit Paru. Jurnal Keperawatan, 13(1), 40–46.
Alfi, W. N., & Yuliwar, R. (2018). The Relationship between Sleep Quality and
Blood Pressure in Patients with Hypertension. Jurnal Berkala Epidemiologi,
6(1), 18. https://doi.org/10.20473/jbe.v6i12018.18-26
Asyrofi, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Memprediksi Manajemen Energi Abstract.
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 8(2), 45–53.
Bariyatun, S. (2018). Penerapan Pemberian Oksigen Pada pasien congestive heart
failure (CHF) dengan gangguan kebutuhan oksigenasi. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, 22–37.
Burke, R. M., Midgley, C. M., Dratch, A., Fenstersheib, M., Haupt, T., Holshue, M.,
Ghinai, I., Jarashow, M. C., Lo, J., McPherson, T. D., Rudman, S., Scott, S.,
Hall, A. J., Fry, A. M., & Rolfes, M. A. (2020). Active Monitoring of Persons
Exposed to Patients with Confirmed COVID-19 — United States, January–
February 2020. MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report, 69(9), 245–
246. https://doi.org/10.15585/mmwr.mm6909e1
Edy. (2020). virus corona 2019-NCOV penyebab covid 19. BIOMEDIKA DAN
KESEHATAN, 13(8), 751–752. https://doi.org/10.1038/nsmb1123
Eka, Febri, & Astuti. (2019). nursing care on pleural effusion patient in fulfillment of
oxgenaion need. Reseach Article, 148, 148–162.
Fung, T. S., & Liu, D. X. (2019). Human Coronavirus : Host-Pathogen Interaction.
529–560.
Germas, Aryati, & sugihartono. (2020). Germas (Pedoman pencegahan dan
pengendalian coronavirus disease (Covid-19) kementrian kesehatan republik
indonesia. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 9(2), 1–214.
https://doi.org/10.29239/j.agrikan.9.2.i-iii
Hasanah, U., Permatasari, A., & Karota, E. (2016). Hubungan keluhan pernapasan
dan faktor psikologis dengan kualitas tidur pasien penyakit paru. Jurnal Ners
Indonesia, 6(1), 45–50.
Herawati, T. W., Maksum, & Kholid, A. (2020). Pengelolaan bersihan jalan nafas
tidak efektif pada Ny. S dengan Pneumonia di ruang Alamanda RSUD Ungaran.
Jurnal Keperawatan, 1–7.
http://repository2.unw.ac.id/1149/6/D3_080117A060_MANUSKRIP - tania
wulan.pdf
Huriah, Titih, Ningtias, W., & Dwi. (2017). Pengaruh Active Cycle of Breathing
Technique Terhadap Peningkatan Nilai Vep1, Jumlah Sputum, Dan Mobilisasi
Sangkar Thoraks Pasien Ppok. Indonesian Journal of Nursing Practices, 1(2),
44–54. https://doi.org/10.18196/ijnp.1260
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Coronavirus Disease (COVID-19). Direkorat Jenderal
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit.

50
Khumayroh, A. N. (2019). Upaya Mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Melalui Manajemen Airway Pada Pasien Pneumonia. Jurnal Publikasi Institut
Teknologi Sains Dan Kesehatan (ITS), 1, 2–8.
Kuriasih, D. N., Rayasari, F., Zubairi, A., Suryati, S., & Yunitri, N. (2021). Pengaruh
prone position terhadap peningkatan oksigenasi pada pasien covid-19:
Systematic review. Holistik Jurnal Kesehatan, 15(2), 274–286.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/4894
Levani, Prastya, & Mawaddatunnadila. (2021). Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 17(1), 44–57.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/6340
Liu, K., Fang, Y. Y., Deng, Y., Liu, W., Wang, M. F., Ma, J. P., Xiao, W., Wang, Y.
N., Zhong, M. H., Li, C. H., Li, G. C., & Liu, H. G. (2020). Clinical
characteristics of novel coronavirus cases in tertiary hospitals in Hubei Province.
Chinese Medical Journal, 133(9), 1025–1031.
https://doi.org/10.1097/CM9.0000000000000744
Liu, T., Hu, J., Kang, M., Lin, L., Zhong, H., Xiao, J., He, G., Song, T., Huang, Q.,
Rong, Z., Deng, A., Zeng, W., Tan, X., Zeng, S., Zhu, Z., Li, J., Wan, D., Lu, J.,
Deng, H., … Ma, W. (2020). Transmission dynamics of 2019 novel coronavirus
(2019-nCoV). In bioRxiv. https://doi.org/10.1101/2020.01.25.919787
M. Cristy Pane. (2020). Virus Corona. Https://Www.Alodokter.Com/.
Maya, I. P. G. N. (2017). Terapi Oksigen (O2). Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, 2–28.
Muliadi, D. (2015). Universitas Sumatera Utara 7. 7–37.
Ninla, Elmawati, & Falabiba. (2019). literature review : penerapan batuk efektif dan
fisioterapi dada untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
klien yang mengalami tuberculosis. 1.
Pramudaningsih, icca narayani, & Afriani, E. (2019). Pengaruh Terapi Inhalasi Uap
Dengan Aromaterapi Eucalyptus Dengan Dalam Mengurangi Sesak Nafas Pada
Pasien Asma Bronkial Di Desa Dersalam Kecamatan Bae Kudus. Jurnal
Profesi Keperawatan (JPK), 6(1), 16–29.
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/60
Putra, P., Zam, Budi, & Mahalul. (2020). jurnal respirrologi indonesia. CPD
Infection, 4(2), 9–12.
Rahma, Y. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat yang Mempunyai Lansia
di Masa Pandemi COVID-19 di RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.
Skripsi, 1–98.
Ranggo, Andriyati, Bunga, & Naomi. (2020). Politeknik kesehatan kemenkes
kalimantan timur program studi pendidikan profesi ners jurusan keperawatan
tahun ajaran 2020.
Siregar, T., & Aryayuni, C. (2019). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak
RSUD Kota Depok. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(2), 34–42.
https://doi.org/10.52020/jkwgi.v2i2.856
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,

51
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L.
K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan,
C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Susyanti, D., & Parlagutan, M. T. (2019). Pasien TB Paru Di Rumah Sakit TK II
Putri Hijau Medan Tahun 2018. Jurnal Riset Hesti Medan, 4(1), 23–32.
https://simantek.sciencemakarioz.org/index.php/JIK/article/view/90
Taylor, D., Lindsay, A. C., & Halcox, J. P. (2020). Correspondance Aerosol and
Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. Nejm, 0–2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan III. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Walkey, A. J., Summer, R., Ho, V., & Alkana, P. (2012). Acute respiratory distress
syndrome: Epidemiology and management approaches. Clinical Epidemiology,
4(1), 159–169. https://doi.org/10.2147/CLEP.S28800
WHO. (2020). Tatalaksana klinis infeksi saluran pernapasan akut berat ( SARI )
suspek penyakit COVID-19. World Health Organization, 4(13 Maret), 1–25.
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/tatalaksana-
klinis-suspek-penyakit-covid-1935867f18642845f1a1b8fa0a0081efcb.pdf?
sfvrsn=abae3a22_2
Widyansari, F. (2014). PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA
TERHADAP KEBERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN ISPA DI DESA
PUCUNG EROMOKO WONOGIRI. Pendidikan Kesehatan, 2(September), 27–
34.
Wijaya, C., Irsyad, H., & Widhiarso, W. (2020). Klasifikasi Pneumonia
Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Dengan Ekstraksi Glcm. Jurnal
Algoritme, 1(1), 33–44. https://doi.org/10.35957/algoritme.v1i1.431
World Health Organization. (2020). Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Who.
Worley, S. L. (2018). The extraordinary importance of sleep and public safety drive
an explosion of sleep research. Pharmacology & Therapeutics, 43(12), 758–763.
Wulan, N. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN
PNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD Dr. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019. In program studi d III
keperawatan stikes periintis padang (Vol. 8, Issue 5).

52
LAMPIRAN

53
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 13 september 2021 No. Register : 189xxxx


Jam Pengkajian : 15.00 Tgl. MRS : 30 agustus 2021
Ruang/Kelas : Mawar kelas 3

I. IDENTITAS

1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. S Nama : NY. A


Umur : 64 Umur : 38
Jenis Kelamin : perempuan Jenis Kelamin : tidak terkaji
Agama : islam Agama: tidak terkaji
Pendidikan : tidak terkaji Pekerjaan : tidak terkaji
Pekerjaan : tidak terkaji Alamat : tidak terkaji
Gol. Darah : tidak terkaji
Alamat : Bimasaktu II 4 bedali

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Pasien mengatakan nafasnya terganggu karena sesak dan batuk
berdahaknya
sulit untuk berhenti serta pasien merasa lemas datang dengan spo2
menurun 88%, kemudian pasien di periksa swab dan hasilnya pasien
terconfirm covid-19.

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Nafas terasa berat dan batuk berdahak

III.DIAGNOSA MEDIS
Diagnosa primer: Pneumonia confirm post covid-19
Diagnosa sekunder: ARDS (Acute Respiratory Disease Syndrome

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien pada awalnya masuk ke rs pada tanggal 30 agustus dengan keluhan
sesak dan batuk berdahak kemudian hasil swab PCR pada tanggal tersebut

54
pasien telah terconfirm covid-19 lalu pasien di lakukan perawatan di ruang
isolasi covid-19, setelah tanggal 10 dan 11 september pasien di lakukan
swab pcr kembali dan hasilnya negatif kemudian pasien di pindah ruang
rawat inap mawar RSU UMM tanggal 13 september untuk terapi lebih
lanjut, saat di pindah ke ruang mawar pasien dengan kondisi respirasi rate
>34x/menit, tekanan darah 100/70 mmhg dengan keluhan nyeri dada,
terasa sesak dan susah untuk mengeluarkan dahak lalu pasien tampak
sering batuk-batuk, saat itu pasien sudah di lakukan terapi dengan simple
mask tetapi tidak memperbaiki kondisi yang di keluhkan tersebut sehigga
pasien di lakukan tindakan terapi oksigen menggunakan masker NRBM
10 lpm saat itu kondisi mulai membaik dengan respirasi rate 24x/menit.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Acute respiratory distress syndrome ARDS
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji

4. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
Tidak terkaji

ADL Di Rumah Di Rumah Sakit


Pola pemenuhan jumlah makan yang di jumlah makan yang di
kebutuhan nutrisi dan konsumsi 3 kali sehari konsumsi 3 kali sehari,
cairan (Makan dan Minum dengan nasi 3 centong, diet tktp dari ahli gizi,
)
lauk pauk dan >1 liter minum air putih dan
perhari dengan air putih pemberian cairan melalui
atau terkadang minum teh infus.
hangat

55
Pola Eliminasi Buang air kecil (sering Buang air kecil (kurang
BAK : Jumlah, Warna, bak), kuning jernih, khas, lebih 200 ml, warna
Bau, Masalah, Cara buang air besar (1 x kuning pekat), Buang air
Mengatasi.
sehari, warna kuning besar (coklat pekat, bau
BAB : Jumlah, Warna,
kecoklatan, bau khas). khas, sedikit lembek).
Bau, Konsistensi,
Masalah, Cara Mengatasi.

Pola Istirahat Tidur


- Jumlah/Waktu 8 jam tidur jumlah waktu tidur 5
- Gangguan Tidur
jam, sering terbangun
- Upaya Mengatasi
gangguan tidur karena sesak dan batuk
- Apakah mudah
keluar dahak, tidak
terbanguan
- Jika terbangun berapa terbiasa tidur di rs,
menit bisa tertidur lagi
tampak lemah dan
- Hal-hal yang
mempermudah tidur gelisah
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
Pola Kebersihan Diri (PH) a) Frekuensi mandi : 2 x Frekuensi mandi tidak
- Frekuensi mandi sehari mandi hanya diseka oleh
- Frekuensi Mencuci b) Frekuensi mencuci keluarga yang menjaga,
rambut
rambut seminggu 3x frekuensi mencuci
- Frekuensi Gosok gigi
- Keadaan kuku c) Frekuensi gosok gigi rambut tidak mencuci
- Melakukan mandiri/ 3x rambut, keadaan kuku
dibantu d) Keadaan kuku bersih bersih
e) Pasien melakukan
mandiri

Aktivitas Lain Menjaga toko Bedrest


Aktivitas apa yang
dilakukan klien untuk
mengisi waktu luang ?

2. Riwayat Psikologi : pasien mengeluh tidak menyukai berada di rs hanya


ingin segera sembuh, pasien ingin beraktivitas, gara-gara sakit yang saat
ini di rasakan tidak bisa aktivitas
3. Riwayat Sosial : pasien mengatakan selalu mengikuti kegiatan di
kampungnya

56
4. Riwayat Spiritual : pasien mengatakan sebelum mrs di rumah sakit sholat
5 waktu, pasien saat ini bedrest dan tidak sholat

VI. KONSEP DIRI


2 Gambaran Diri: pasien menyukai semua anggota tubuhnya pasien
menyadari bahwa dirinya yang sekarang ini sedang sakit sehingga harus di
rawat di RS
6. Identitas Diri: Pasien memahami dan mengetahui identitas dirinya
7. Peran: Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga
8. Ideal Diri: Pasien mengatakan bahwa dirinya bersyukur karena masih bisa
berobat dan akan mengikuti prosedur yang di berikan oleh tenaga medis
9. Harga Diri: pasien mengatakan bahwa dirinya mengikuti dan melakukan
prosedur pengobatan supaya cepat sembuh dan beraktivitas seperti semula

VII. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 13/September/2021)


1. Keadaan Umum
Kondisi umum baik dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 456

2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN

Tidak terkaji Tercatat tekanan darah


100/70 mmhg, Nadi
90x/menit, Suhu 36oc
Observasi I 34x/menit,
oberservasi II Frekuensi
pernapasan (RR) 24x/menit,
observasi SPO2 95%.

3. Pemeriksaan wajah
Tidak ada edema pada wajah Ny. S dan tidak ada keluhan lain pada wajah.
Wajah tampak simetris. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis
kiri dan kanan, sklera tidak ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri

57
dan kanan, reflek pupil sama kiri dan kanan. Pernafasan cuping hidung
pasien menggunakan nrbm 8 lpm, mult dan telinga tidak kelainan.
4. Pemeriksaan kepala dan leher
Pada kepela tidak ada benjolan, bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan.
Tidak terdapat kelenjar tiroid dan tidak ada keluhan lain pada leherm tidak
ada pembesaran vena jugularis.
5. Pemeriksaan paru
Pada pemeriksaan inspeksi terlihat bentuk dada simetris, keadaan kulit
bersih sedikit bersih dan berkeringan dingin, terdapat retraksi otot bantu
pernafasan intercoste kedua dada dan pola nafas dispnea, pemeriksaan
palpasi getaran kanan dan kiri teraba sama, perkusi terdengar sonor,
asukultasi suara tambahan ronchi pada bagian kanan atas dan kiri bawah
tengah.
6. Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan inspeksi tidak terdapat ictus cordis, pulpasi pada dinding
thorak teraba kuat, perkusi batas jantung normal batas atas ICS II, batas
bawah ICS V, batas kiri ICS V Mid Clavikula Sinistra, batas kanan ICS
IVMid sternalis dextra, auskultasi BJ I terdengar tunggal, BJ II terdengar
tunggal, bunyi nafas tambahan tidak ada.
7. Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen datar, auskultasi tidak ada bising usus,
palpasi hepar tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran, tidak ada
keluhan yang di rasakan terkait abdomen.
8. Pemeriksaan genetalia dan rektal
Tidak terkaji
9. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Tidak kelainan dan tidak keluhan
10. Pemeriksaan ekstremitas/muskuoskeletal

58
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah skor 4 pasien mampu
menggerakkannya secara normal tetapi tidak bisa menahan secara
maksimal, pasien mengeluh badanya terasa lemas.
11. Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit tidak di temukan kelainan, tidak ada nyeri tekan crt
kembali <2 detik.
12. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
A. DARAH LENGKAP
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,8 P 12-18,0 Gr/dl
Eritrosit 4,460,000 3.000.000-6.000.000 ul
Hematokirt 38,7 P 37-47 %
MCV 86,8 80,0-93,0 fl
Mchc 33,1 32,0-36,0 g/dl
Lekosit 8,550 4,800-10,800 ul
Hitung eosinophil 2,6 0-4 %
Hitung basophil 0,2 0-1 %
Hitung neutrophil 71,8 51-67 %
Hitung limfosit 14,5 25-33 %
Hitung monosit 10,9 2-5 %
Laju endap darah 41 0-20 mm/jam
Trombosit 423.000 150.000-400.000 ul
Neutrophil limfosit 4,95 3,13 %
ration (NLR)
PH 7,43 7,35-7,45 mmhg
Pco2 50 35-45 mmhg
Po2 42 80-100 Mmhg
Hco3 33,7 21-28 Mmol
Kelebihan basa 8,0 -3 +3 Mmol
O2 82 >95% %

13. PEMERIKSAAN CT SCAN :

59
VIII. TINDAKAN DAN TERAPI

k) Drip neurosanbe 1x1 /10 mg dalam Ns 500


l) Vit D 1x5000 mg
m) Becomzet 2x1 oral
n) Infus Ns 500/24 jam life line
o) Solvinex 3x1 IV
p) Combiven nebul 3x1
q) Pulmicot nebul 3x1
r) NAC 3x200 mg
s) Ceftriaxone 2x1 gr IV
t) Furosemide 2x20 mg IV

60
61
ANALISA DATA PASIEN NY.S

Data Diagnosa
Penyebab Masalah Keperawatan
(Tanda Mayor & Minor) Keperawatan
DS : Sekresi yang Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas
tertahan efektif b/d sekresi yang tidak efektif
Mengeluh terkadang sesak dan batuk
berdahak tertahan d/d batuk tidak
efektif, dyspnea, pola nafas
DO : berubah D.0002
Tensi: 100/70, Nadi: 90 x/m,
Respirasi: 24 x/m, Suhu: 36,8,
Spo2: 95%, Terdengar suara ronchi
bagian kanan tengah, bagian kiri
atas terdengar saat ekspirasi

DS : hambatan Gangguan pola tidur b.d Gangguan pola tdiru


lingkungan
Ny. S mengatakan harus di lakukan hambatan lingkungan d.d
bedrest, karena jika di buat gerak
Ny. S mengeluh merasa sakit dan mengeluh sulit tidur untuk
bertambah sesak tidak nyaman serta tidur, tidak puas tidur dan
lelah

62
DO : istirahat cukup (D.0055)
Tensi : 110/80, Nadi: 90 x/m,
Respirasi: 24 x/m, tampak lemas
kantong mata berwarna hitam, dan
pasien tampak gelisah.

DS : ketidakseimba Intoleransi aktivitas b.d Intoleransi aktivitas


ngan antara ketidakseimbangan antara
- Pasien mengatakan nyeri dan suplai dan
sering terbangun suplai dan kebutuhan
kebutuhan
- Tidak nyaman tidur di rs oksigen, tirah oksigen, tirah baring,
karena lampu selalu di baring, kelemahan (D.0056)
hidupkan kelemahan
DO :
- Tampak lemas dan adanya
garis hitam di bawah mata

Diagnose Keperawatan Berdasarkan Prioritas Diagnose :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan d/d batuk tidak efektif, dyspnea, pola nafas berubah D.0002
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur untuk tidur, tidak puas tidur dan istirahat cukup
(D.0055)
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan (D.0056)

63
T Tg
gl l
No SDKI SLKI SIKI / Implementasi / Evaluasi
W W
kt kt
1. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas L. Latihan Batuk h) Mengajarkan cara Masalah keperawatan
01001 Efektif (I.01006)
tidak efektif b/d batuk efektif untuk pertama yaitu (bersihan
Observasi :
sekresi yang tertahan Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi mengeluarkan dahak jalan nafas tidak efektif)
kemampuan
d/d batuk tidak keperawatan selama >24 jam teknik huffing evaluasi subjektif yang di
membaik dengan kriteria batuk
efektif, dyspnea, - Monitor pada tanggal 14 lakukan secara bertahap,
hasil :
adanya
pola nafas berubah sepetember 2021 evaluasi di dapatkan pada
Produksi Cukup retensi
D.0002 sputum pukul 15.00 (Huriah et tanggal 14/09/21 (22.00)
sutum menurun
- Monitor
al., 2017) yaitu pasien mengatakan
Dyspnea Cukup tanda dan
gejala infeksi i) Anjurkan tarik nafas masih merasakan sesak,
menurun
saluran napas
dalam hidung selama 4 evaluasi objektif di
Terapeutik :
Frekuensi Cukup
- Atur posisi detik, ditahan 2 detik dapatkan batuk efektif
nafas menurun semifowler
kemudian keluarkan belum meningkat,
- Buang secret
Gelisah Cukup
pada tempat dari mulut dengan produksi sputum belum
menurun sputum
bibir dibulatkan menurun, sesak nafas
Edukasi :

64
- Jelaskan selama 8 detik belum menurun. Pada
tujuan dan
j) Anjurkan mengulang tanggal 15/09/21 (22.00)
prosedur
batuk efektif tarik nafas dalam yaitu pasien mengatakan
- Anjurkan
hingga 3 kali masih terasa sesak, batuk
tarik napas
dalam k) Anjurkan batuk efektif meningkat,
melalui
dengan kuat langsung produksi sputum sedikit,
hidung
selama 4 setelah tarik nafas sesak sedikit menurun,
detik, ditahan
dalam yang ke 3 pada tanggal
selama 2
detik, l) Mengajarkan tata cara 16/09/21(13.00) yaitu di
kemudian
posisi duduk pada saat dapatkan sesak pada
keluarkan
dari mulut merasakan sesak pasien sedikit menurun
dengan bibir
dengan semifowler sehingga assessment pada
mecucu
(dibulatkan) dan posisi teknik evaluasi di dapatkan
selama 8
proning pada tanggal masalah teratasi.
detik -
Anjurkan 14 sepetember 2021
mengulangi
pukul 15.00 (Kuriasih
tarik napas
dalam hingga et al., 2021)
3 kali
m) Mengajarkan cara
Kolaborasi :
- Kolaborasi untuk melakukan
pemberian
fisioterapi dada guna

65
mukolitik untuk membersihkan
atau
obstruksi jalan nafas
ekspektoran
yang di sebabkan
Manajemen jalan
adanya secret pada
nafas (I.01012)
Observasi : tanggal 14 september
- Monitor Pola
2021 pukul 16.00
napas -
Monitor 6 Posisikan pasien
bunyi napas
sesuai dengan area
tambahan -
Monitor paru yang mengalami
Sputum
penumpukan sputum
Terapeutik :
- Posisikan 7 Gunakan batal untuk
semi-fowler
membantu pengaturan
atau fowler
Berikan posisi
minum
8 Lakukan perkusi
hangat -
Berikan dengan posisi telapak
Oksigen
tangan di tangkupkan
Edukasi :
- Anjurkan selama 3-5menit
asupan
9 Lakukan vibrasi
cairan 2000
ml/hari, jika dengan posisi telapak
tidak ada
tangan rata bersamaan

66
kontraindika ekspirasi melalui
si
mulut
- Ajarkan
teknik batuk 10Lakukan fisioterapi
efektif
dada setidaknya 2 jam
Kolaborasi :
- Kolaborasi setelah makan
pemberian
n) Pemberian edukasi ke
bronkodilat
or, 2 dengan terapi
ekspektoran,
oksigen pada tanggal
mukolitik,
jika perlu 14 september 2021
pukul 18.00.
Berdasarkan
permasalahan
diagnose tersebut
pasien mengeluh sesak
nafas, sehingga pasien
tersebut di berikan
terapi lebih lanjut
dengan memberikan
terapi oksigen dengan
masker sungkup muka

67
tanpa kantong
penutup, di lakukan
dengan cara di ikatkan
pada wajah pasien
dengan ikat kepala
elastis yang berfungsi
untuk menutupi
hidung dan mulut,
sedangkan pada tubuh
sungkup tersebut
berfungsu sebagai
penampung untuk
oksigen dan karbon
dioksida hasil
ekspirasi, dengan
memberikan fraksi
oksigen 5-10
liter/menit.

2. Gangguan pola tidur Pola Tidur L.05045 Dukungan tidur 4. Memberikan terapi Masalah keperawatan

68
bd hambatan (I. 05174) dengan menggunakan kedua (gangguan pola
lingkungan dd Observasi
Setelah dilakukan intervensi dukungan tidur pada tidur) evaluasi subjektif
mengeluh sulit untuk - Identifikasi
tidur, tidak puas keperawatan selama >24 jam faktor tanggal 14 september yang di dapatkan evaluasi
tidur dan istirahat membaik dengan kriteria penganggu
2021 pukul 17.00, setelah di lakukan terapi
tidak cukup (D. hasil : tidur
0055) Terapeutik intervensi yang di yaitu pada tanggal pada
Keluhan Cukup - Modifikasi
berikan : tanggal 15/09/21 di
sulit tidur menurun lingkungan
- Tetapkan e) Memfasilitasi ruangan dapatkan data subjektif
Keluhan Cukup jadwal tidur
dengan keadaan pasien mengatakan sulit
rutin
tidak puas menurun
- Lakukan tenang, menganjurkan tidur berkurang dan di
tidur prosedur
mematikan lampu dapatkan data objektif
untuk
Keluhan Cukup
meningkatk ruangan saat akan tampak lemas dan kantong
istirahat menurun an
tidak cukup tidur dan menutup mata berwarna hitam
kenyamanan
- Sesuaikan sketsel pukul 22.00 berkurang, gelisah
Kemampua Sedang jadwal
n f) Mengedukasi jadwal berkurang sehingga di
pemberian
beraktifitas obat dan tidur rutin pukul 17.00 dapatkan assessment
tindakan
g) Mengedukasi sebagian teratasi.
untuk
menunjang pentingnya tidur ketika
siklus tidur
sakit pukul 17.00
terjaga
Edukasi h) Memberikan edukasi
- Jelaskan
spiritual dengan doa-

69
pentingnya doa penunjang
tidur cukup
relaksasi sebelum tidur
selama sakit
- Anjurkan pukul 22.00
menepati
kebiasaan
waktu tidur
- Ajarkan
relaksasi
otot
autogenic
3. Intoleransi aktivitas Perfusi Renal L.02013 Manajemen cairan intoleransi aktivitas b.d Masalah ketiga
Observasi
b.d Setelah dilakukan intervensi ketidakseimbangan (intoleransi aktivitas) di
- Monitor
ketidakseimbangan keperawatan selama >24 jam status antara suplai dan dapatkan 2 hari
hidrasi
antara suplai dan meningkat dengan kriteria kebutuhan oksigen, tirah pengamatan di hasilkan
hasil : - Monitor
kebutuhan oksigen, hasil baring, intervensi yang evaluasi subjektif, pasien
pemeriksaan
tirah baring, Jumlah urin Meningkat di berikan pada tanggal mengatakan jika kelelahan
laboratoriu
kelemahan (D.0056) Nyeri Menurun m 15-16 september 2021: sedikit menurun, dengan
abdomen - Monitor
k) Mengidentifikasi di dapatkan data objektif
status
Kadar Membaik hemodinami gangguan fungsi tubuh keluhan lelah cukup
kreatinin k
yang mengakibatkan menurun, dyspnea saat
Terapeutik
plasma
- Catat kelelahan berativitas menurun,
intake-
l) Memonitor kelelahan perasaan lemah menurun
output dan

70
Kadar Membaik hitung fisik dan emosional sehingga di dapatkan
elektrolit balance
m) Memonitor pola assessment masalah
cairan 24
jam dan jam tidur teratasi.
- Berikan
n) Memonitor lokasi dan
asupan
cairan ketidaknyamanan
- Berikan
selama melakukan
cairan
intravena aktivitas
Kolaborasi
o) Menyediakan
- Kolaborasi
pemberian lingkungan nyaman
diuretic
dan rendah stimulus
p) Melakukan latihan
rentang gerak pasif
dan aktif
q) Memberikan aktivitasi
distraksi yang
menenangkan
r) Memfasilitasi duduk di
sisi tempat tidur
s) Menganjurkan tirah

71
baring
t) Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahan

72
73

Anda mungkin juga menyukai