Disusun Oleh :
DEWAN PENGUJI
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami mahasiswa pendidikan
profesi ners Universitas Muhammadiyah Malang dapat menyelesaikan tugas
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN).
Kami menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan,
arahan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Kami tidak lupa mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi-mu Ya Allah SWT yang yang tidak
pernah sedikitpun melupakan hamba-Mu yang selalu berbuat salah ini. Engkau
selalu memberi petunjuk dan kemudahan dalam proses ini
2. Bapak Dr. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep, Sp.Kom. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Sunardi, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Kepala Prodi pendidikan Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Ibu Titik Agustiyaningsih., S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Dosen Pembimbing I
yang telah sabar memberikan dorongan, masukan, motivasi, serta memberikan
dukungan untuk mengerjakan KIAN ini.
5. Terimakasih kepada kedua orangtua saya Bapak Wahriadi dan Ibu Rita dan
saudara saudara saya yang selalu memanjatkan do’a, memberi dukungan dan
memberi semangat kepada saya
6. Teman-teman Ners angkatan 23 yang selalu memberikan motivasi dan semangat
dalam mengerjakan KIAN.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritikan yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan dunia kesehatan khususnya dibidang keperawatan.
Malang, September 2021
PENULIS
ABSTRAK
Latar Belakang : Dari peningkatan data covid-19 yang sangat tinggi dapat
menimbulkan gejala-gejala komplikasi ARDS yang muncul, gejala umuum
komplikasi ARDS tersebut ialah, dapat menimbulkan demam, batuk serta sesak nafas
kemudian pasien tampak lemas. Pada kasus berat akan mengalami acute respiratory
distress syndrome (ARDS). Dalam karya ilmiah akhir ners ini mengangkat kasus
Ny.S dengan diagnosa medis primer pneumonia confirm covid dan diagnosa medis
sekunder acute respiratory disstres syndrome.
1
, Mahasiswa Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Malang
2
, Dosen Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRACT
Background : From the very high increase in Covid-19 data, it can cause
symptoms of ARDS complications that appear, the general symptoms of ARDS
complications are, it can cause fever, cough and shortness of breath, then the patient
looks weak. In severe cases will experience acute respiratory distress syndrome
(ARDS). In this final scientific paper, the nurses raised the case of Mrs. S with a
primary medical diagnosis of pneumonia confirmed covid and a secondary medical
diagnosis of acute respiratory distress syndrome.
Methods : Writing this final scientific paper for nurses uses a research
design in the form of a case study approach to explore nursing care problems for
pneumonia patients with ARDS including assessment, data analysis, intervention,
implementation and evaluation. In the assessment process the author uses various data
collection techniques such as anamnesis, observation, study documentation and
physical examination to collect various data from the patient, namely Mrs. S. to
complete the data, the author also conducts interviews with the family of Mrs. S.
Results : After providing nursing care for 4 consecutive days, the
authors raised priority diagnoses, namely, ineffective airway clearance, sleep pattern
disturbances, activity intolerance, after the patient was implemented therapy and
patient education within 7 days the patient was allowed to home and should always be
checked regularly.
Keywords : Covid-19, Acute Respiratory Distress Syndrome,
Shortness of Breath, Fatigue
1
, Student Of Nursing Program, Faculty Of Health Sciences, University Of Muhammadiyah
Malang
2
, Lecturer Of Nursing Study Program, Faculty Of Health Sciences, University Of
Muhammadiyah Malang
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................................v
ABSTRACT................................................................................................................vi
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................x
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
2.1.1 Definisi.......................................................................................................5
2.1.4 Komplikasi..................................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi..............................................................................................11
2.1.6 Etiologi.....................................................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan........................................................................................15
2.1.10 Pencegahan...............................................................................................16
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................17
2.2.4 Evaluasi.....................................................................................................23
3.1 Pengkajian........................................................................................................25
3.4 Implementasi....................................................................................................33
3.5 Evaluasi............................................................................................................36
BAB V PENUTUP.....................................................................................................46
5.1 Kesimpulan......................................................................................................46
5.2 Saran................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................49
LAMPIRAN...............................................................................................................53
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Dilaporkan oleh website resmi COVID-19 sendiri terdapat 7.552 kasus yang
terkonfirmasi dengan adanya kompilkasi ARDS (Acute Respiratory Disease
Syndrome).
Pada kasus berat akan mengalami acute respiratory distress syndrome
(ARDS) hingga berakibat kematian. Virus ini membuat orang yang di
serangnya mengalami gejala seperti pneumonia (Rahma, 2021), sedangkan
jika di hubungkan dengan masalah keperawatan yang sering muncul pada
pasien covid 19 yaitu pada bersihan jalan nafas tidak efektif yang di sebabkan
karena adanya benda asing yang berawal dari akumulasi secret yang berlebih.
Obstruksi jalan nafas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman
pada kondisi pernafasan yang berkaitan dengan ketidak mampuan batuk
secara efektif, yang dapat di sebabkan oleh sekresi yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, sekresi dan batuk efektif (Ninla et al.,
2019). Dampak yang terjadi jika bersihan jalan nafas tidak efektif tidak segera
di atasi akan menimbulkan kekurangan oksigen dalam sel tubuh.
Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan sulit berkonsentrasi karena
metabolisme terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh (Susilo et al., 2020) menjelaskan
bahwa pathogenesis Sars Cov 19 tersebut memiliki gejala tingkat utama
secara umum yang dapat di ketahui bahwa covid-19 selalu menginfeksi pada
bagian sel-sel pada saluran nafas yang melapisi alveoli dan menyebabkan
seseorang tersebut mengalami pneumonia.
Berdasarkan fenomena diatas tersebut dalam penelitian ini bertujuan di
lakukan proses keperawatan keluarga kepada Ny. S yang saat ini pada tanggal
13 September 2021 sedang melakukan perawatan rawat inap di ruang mawar
RSU UMM dengan diagnose medis pneumonia confirm covid-19. Pada Ny. S
mempunyai permasalahan dengan adanya gejala dan mengeluh mengalami
influenza yaitu batuk berdahak, terasa sesak di dada tidak bisa mengeluarkan
dahak semaksimal mungkin dan merasakan dadanya terganjal.
Menurut data pengkajian dan teori yang telah di jelaskan masing-
3
masing kalimat di atas maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil kasus
yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien pneumonia post covid-19
dengan masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif dan perlu melakukan
implementasi dan evaluasi lanjutan guna untuk menurunkan gejala-gejala
tersebut kepada pasien.
5
6
1. Demam
2. Batuk kering
3. Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi covid-19
meskipun jarang, yaitu :
1. Diare
2. Sakit kepala
3. Konjungtivitis
4. Hilangnya kemampuan mengecap rasa
5. Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
6. Ruam di kulit
Gejala-gejala covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari
sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus. Sebagian pasien mengalami
penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut happy
hypoxia (M. Cristy Pane, 2020)
c. Transmisi fomit
Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh
orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda,
sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). Virus
dan/atau sars-cov-2 yang hidup dapat ditemui di permukaanpermukaan
tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan
sekitarnya (termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan (Germas
et al., 2020)
8
2.1.4 Komplikasi
1. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)
a. Definisi
Faktor risiko ARDS dibagi menjadi 2 hal yaitu, (K. Liu et al., 2020):
2. Pneumonia Covid-19
a. Definisi
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan
dapat dilihat melalui gambaran radiologis.
b. Etiologi
1) Bacteria : diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influenzae,
mycobacterium tuberkulosis, bacillus friedlander.
2) Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik,
V.Influenza.
3) Mycoplasma pneumonia
4) Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immtis, aspergillus, species,
candida albicans.
5) Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
6) Pneumonia hipostatik
7) Sindrom loeffler
(Nursalam, 2015)
c. Manifestasi Klinis.
Pneumonia ditandai oleh gejala khas seperti takipneu, batuk, ronki
kering(crackles) pada pemeriksaan auskultasi dan sering ditemukan
bersamaan dengan adanya konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya
dapat ditemukan distress pernapasan termasuk cuping hidung, retraksi
intercosta dan subkosta dan merintih (grunting) (Karen et al, 2010 dalam
Setyawati Ari, 2018).
11
2.1.5 Etiologi
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm.
Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah
kelelawar dan unta. Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk
dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa
virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada 2002-
2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2. .(Susilo et al. 2020)
2.1.6 Patofisiologi
Virus dapat melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan
laring, kemudian memasuki paru-paru melalui traktus respiratorius.
Selanjutnya, virus akan menyerang organ target yang mengekspresikan
angiotensin converting enzyme 2 (ace2), seperti paru-paru, jantung, system
renal dan traktus gastrointestinal (Germas et al., 2020)
Protein s pada sars-cov-2 memfasilitasi masuknya virus corona ke
dalam sel target. Masuknya virus bergantung pada kemampuan virus untuk
berikatan dengan ace2, yaitu reseptor membrane ekstraseluler yang
diekspresikan pada sel epitel, dan bergantung pada priming protein s ke
protease selular (Susilo et al., 2020).
Protein s pada sars-cov-2 dan sars-cov memiliki struktur tiga dimensi
yang hampir identik pada domain receptor-binding. Protein s pada sars-cov
memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ace2 pada manusia. Pada analisis
lebih lanjut, ditemukan bahwa sars-cov-2 memiliki pengenalan yang lebih
baik terhadap ace2 pada manusia dibandingkan dengan sars-cov (Germas et
al., 2020)
Periode inkubasi untuk covid19 antara 3-14 hari. Ditandai dengan
kadar leukosit dan limfosit yang masih normal atau sedikit menurun, serta
pasien belum merasakan gejala. Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui
12
bagian epitel dan endotel. Kerusakan ini dapat berakibat pada terjadinya ards
dan kegagalan multi organ yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat (Germas et al., 2020)
Seperti diketahui bahwa transmisi utama dari sars-cov-2 adalah
melalui droplet. Akan tetapi, ada kemungkinan terjadinya transmisi melalui
fekal-oral. Penelitian oleh (Edy, 2020) menunjukkan bahwa dari 73 pasien
yang dirawat karena covid19, terdapat 53,42% pasien yang diteliti positif rna
sars- cov-2 pada fesesnya. Bahkan, 23,29% dari pasien tersebut tetap
terkonfirmasi positif rna sars- cov-2 pada fesesnya meskipun pada sampel
pernafasan sudah menunjukkan hasil negatif. Lebih lanjut, penelitian juga
membuktikan bahwa terdapat ekspresi ace2 yang berlimpah pada sel glandular
gaster, duodenum, dan epitel rektum, serta ditemukan protein nukleokapsid
virus pada epitel gaster, duodenum, dan rektum. Hal ini menunjukkan bahwa
sars-cov-2 juga dapat menginfeksi saluran pencernaan dan berkemungkinan
untuk terjadi transmisi melalui fekal-oral (Taylor et al., 2020).
Covid-19 Pneumonia
Penurunan difusi14
oksigen
2.1.7 WOC (Web Of Caustion)
Infeksi parenkim 14
Pertukaran gas
paru
15
2.1.9 Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi who
yaitu: triase: identifikasi pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe
acute respiratory infection (sari) dan dilakukan dengan memperhatikan prinsip
pencegahan dan pengendalian infeksi (ppi) yang sesuai, terapi suportif dan
monitor pasien, pengembalian contoh uji untuk diagnosis laboratorium, tata
laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau gagal nafas dan acute
respiratory distress syndrome (ards), syok sepsis dan kondisi kritis lainnya
(World Health Organization, 2020)
16
Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik anti virus ncov 2019 dan anti
virus corona lainnya. Tatalaksana utama pada pasien adalah terapi suportif
disesuaikan kondisi pasien, terapi cairan adekuat sesuai kebutuhan, terapi
oksigen yang sesuai derajat penyakit mulai dari penggunaan kanul oksigen,
masker oksigen. Bila dicurigai terjadi infeksi ganda diberikan antibiotika
spectrum luas. Bila terdapat perburukan klinis atau penurunan kesadaran
pasien akan dirawat di ruang isolasi intensif (icu) (World Health Organization,
2020)
Salah satu yang harus diperhatikan pada tatalaksana adalah
pengendalian komorbid. Dari gambaran klinis pasien covid-19 diketahui
komorbid berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Komorbid yang
diketahui berhubungan dengan luaran pasien adalah usia lanjut, hipertensi,
diabetes, penyakit kardiovaskular dan penyakit serebrovaskular (World Health
Organization, 2020)
2.1.10 Pencegahan
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang beresiko
hingga masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan
tubuh melalui asupan makanan sehat, memperbanyak cuci tangan,
menggunakan masker bila berada di daerah beresiko atau padat, melakukan
olahrga, istirahat cukup serta makanan yang dimasak hingga matang dan bila
sakit segera ke rs rujukan untuk dievaluasi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020)
Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk pencegahan primer.
Pencegahan sekunder adalah menghentikan proses pertumbuhan virus,
sehingga pasien tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya pencegahan yang
penting termasuk berhenti merokok untuk mencegah kelainan parenkim paru
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020)
Pencegahan pada petugas kesehatan juga harus dilakukan dengan cara
memperhatikan penempatan pasien di ruang rawat atau ruang intensif isolasi.
17
berarti karena infeksi, sputum juga ada yang berwarna putih jernih dan
kelabu itu juga bermakna adanya infeksi, jika sputum berwarna merah
muda mengandung darah.
3 Dispnea: kesulitan bernafas atau nafas pendek, setelah itu perawat
mengkaji tentang kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas.
4 Hemoptisis: darah yang keluar dari mulut dengan di batukkan, jika saat
batuk dan mengeluarkan segumpal darah, darah tersebut berasal dari
paru-paru, darah kekuningan yang di keluarkan dari hidung telinga
berasal dari pendarahan perut. Darah yang berwarna merah terang
karena adanya dalam paru di stimulasi segera oleh reflex batuk,
hemoptasis biasanya di sebabkan oleh penyakit: bronchitis kronik,
bronchiectasis, tb paru, cyctic fibrosis, upper airway necrotizing
granuloma, emboli paru, abses paru, kanker paru dan pneumonia.
5 Chest pain: berhubungan dengan jantung dan paru-paru, pengkajian di
mulai dengan mengidentifikasi letak nyeri dan kualiasnya, guna sebagai
perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, musculoskeletal, cardiac
dan gastrointestinal. Paru-paru tidak memiliki saraf yang peka terhadap
nyeri.
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan pasien menurut
(Putra et al., 2020) dan (Germas et al., 2020). Secara umum perawat
menanyakan:
1. Riwayat merokok
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu
3. Alergi
4. Tempat tinggal
b. Pemeriksaan fisik menurut (Germas et al., 2020) :
1. Inspeksi : melakukan pengamatan atau observasi pada bagian dada,
bentuk dada simetris atau tidak, pergerakkan dinding dada, pola nafas,
frekuensi nafas, irama nafas, observasi frekuensi ekspirasi
19
efektif
3 Hipertermi Thermoregulation 1. Identifikasi
Kriteria hasil: penyebab
1. Suhu tubuh hipertermia
dalam rentang 2. Monitor suhu
normal tubuh
2. Nadi dan RR 3. Longgarkan
dalam rentang atau lepaskan
normal pakaian
3. Tidak ada 4. Berikan cairan
perubahan warna oral
kulit dan tidak 5. Hindari
ada pusing pemberian
antipiretik atau
aspirin
6. Anjurkan tirah
baring
7. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena jika
perlu
4 Kekurangan volume Fluid balance 1. Monitor status
cairan Hydration hidrasi
Nutritional status: 2. Monitor hasil
pemeriksaan
food and fluid
laboratorium
Kriteria hasil: (HT, Na, K,
a) Mempertahankan Cl)
urine output 3. Catat intake-
sesuai dengan output dan
usia dan BB. hitung balans
b) TTV dalam batas cairan 24 jam
normal 4. Berikan
c) Tidak ada tanda- asupan cairan,
tanda dehidrasi sesuai
kebutuhan
5. Berikan cairan
intravena, jika
perlu
6. Kolaborasi
pemberian
diuretik, jika
22
perlu
5 Intoleransi aktivitas Activity tolerance 1. Identifikasi
Self care: ADLs kebiasaan
Kriteria hasil: aktivitas
perawatan diri
1. Berpartisipasi
sesuai usia.
dalam aktivitas
2. Identifikasi
fisik tanpa
kebutuhan alat
disertai
bantu
peningkatan
kebersihan
tekanan darah,
diri,
nadi dan RR.
berpakaian,
2. Mampu
berhias dan
melakukan
makan.
aktivitas sehari-
3. Dampingi
hari (ADLs)
dalam
secara mandiri
perawatan diri
sampai
mandiri.
4. Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika
tidak mampu
melakukan
perawatan
diri.
5. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara
konsisten
sesuai
kemampuan.
2.2.4 Evaluasi
Kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan keputusan
dengan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan (Ranggo et al., 2020). Evaluasi adalah fase akhri dari proses
keperawatan, evaluasi merupakan aspek penting karena dengan evaluasi
dapat menentukan pengakhiran intervensi, dilanjutkan mapupun bisa di
rubah (Ranggo et al., 2020). Kriteria hasil yang di harapka setelah tindakan
yang diberkan untuk bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu:
1. Batuk efektif meningkat
2. Produksi sputum menurun
3. Mengi menurun
4. Wheezing menurun
5. Dyspnea menurun
24
6. Ortopnea menurun
7. Sulit bicara menurun
8. Sianosis menurun
25
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Ny. S usia 64 tahun (perempuan) berstatus menikah, beragama islam suku
jawa berpendidikan SMA, pekerjaan sebagai pedagang yang beralamat di
jalan bimasakti II 4 bedali kecamatan lawang kabupaten malang, pasien
masuk ke rumah sakit UMM tanggal 30 Agustus 2021, setelah itu pasien pada
tanggal 13 september di pindah ke ruang rawat inap untuk terapi lebih lanjut,
pasien bersama dengan anaknya Ny. A berusia 38 tahun bekerja sebagai
wiraswasta.
3.1.2 Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama saat MRS:
Pasien mengatakan nafasnya terganggu karena sesak dan batuk berdahaknya
sulit untuk berhenti serta pasien merasa lemas datang dengan spo2 menurun
88%, kemudian pasien di periksa swab dan hasilnya pasien terconfirm covid-
19.
3.1.3 Diagnosa Medis
Diagnosa primer: Pneumonia confirm post covid-19
Diagnosa sekunder: ARDS (Acute Respiratory Disease Syndrome)
3.1.4 Keluhan Saat Ini
Nafas terasa berat dan batuk berdahak
3.1.5 Riwayat Kesehatan Dahulu
Acute respiratory distress syndrome ARDS
3.1.6 Riawayat Kesehatan Penyakit Sekarang
Pasien pada awalnya masuk ke rs pada tanggal 30 agustus dengan keluhan
sesak dan batuk berdahak kemudian hasil swab PCR pada tanggal tersebut
26
b. Pasien saat di rumah sakit: jumlah waktu tidur 5 jam, sering terbangun
karena sesak dan batuk keluar dahak, tidak terbiasa tidur di rs, tampak
lemah dan gelisah
4 Pola kebersihan diri
a. Pasien saat di rumah: Frekuensi mandi 2 kali sehari
b. Pasien saat di rumah sakit: Frekuensi mandi tidak mandi hanya diseka
oleh keluarga yang menjaga, frekuensi mencuci rambut tidak mencuci
rambut, keadaan kuku bersih
5 Aktivitas lain
a. Pasien saat di rumah: menjaga toko di depan rumah
b. Pasien saat di rumah sakit: pasien bedrest, pasien mengeluh merasa sakit
serta bertambah sesak dan merasa tidak nyaman.
Tidak terkaji
8. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Tidak kelainan dan tidak keluhan
9. Pemeriksaan ekstremitas/muskuoskeletal
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah skor 4 pasien mampu
menggerakkannya secara normal tetapi tidak bisa menahan secara
maksimal, pasien mengeluh badanya terasa lemas.
10. Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit tidak di temukan kelainan, tidak ada nyeri tekan crt
kembali <2 detik.
11. Pemeriksaan penunjang
dan bertambah sesak tidak nyaman serta lelah, sedangkan pada data
objektif di dapatkan Tensi : 110/80, Nadi: 90 x/m, Respirasi: 24 x/m,
tampak lemas dan lelah tampak gelisah karena sesak tidak kunjung reda,
skor kekeluatan otot 4 (ekstremitas atas dan bawah)
3.4 Implementasi
Berikut ini implementasi yang di lakukan berdasarkan pedoman
standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI). Masalah keperawatan yang
pertama perilaku kesehatan tidak efektif di berikan intervensi keperawatan
dengan memberikan edukasi kesehatan kepada keluarga yang sakit mampun
ke keluarga sehat. Mengidentifikan kesiapan dan kemampuan menerima
informasi mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perialku hidup sehat, menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan (materi tentang keluarga yang sedang mengalami
masalah kesehatan seperti hipertensi meliputi pengertian, pencegahan, tanda
dan gejala, penyebab, cara mengontrol, manfaat perilaku hidup sehat dan
bersih di rumah, phbs untuk dirinya sendiri, manfaat isolasi mandiri,
menjelaskan tentang isolasi mandiri, tata cara konsumsi makanan dengan
benar, pemberian terapi-terapi keperawatan.
1. Masalah keperawatan yang pertama bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
sekresi yang tertahan d/d batuk tidak efektif, dyspnea, pola nafas, di berikan
kepada pasien untuk bisa menerapkan secara mandiri, intervensi yang
diterapkan yaitu dengan beberapa terapi yang diberikan yang pertama di
34
3.5 Evaluasi
Berikut ini evaluasi yang di dapatkan berdasarkan pedoman Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Di dapatkan evaluasi yang
menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Masalah keperawatan pertama yaitu (bersihan jalan nafas tidak efektif)
evaluasi subjektif yang di lakukan secara bertahap, evaluasi di dapatkan
pada tanggal 14/09/21 (22.00) yaitu pasien mengatakan masih merasakan
sesak, evaluasi objektif di dapatkan batuk efektif belum meningkat,
produksi sputum belum menurun, sesak nafas belum menurun. Pada
tanggal 15/09/21 (22.00) yaitu pasien mengatakan masih terasa sesak,
batuk efektif meningkat, produksi sputum sedikit, sesak sedikit menurun,
pada tanggal 16/09/21(13.00) yaitu di dapatkan sesak pada pasien sedikit
menurun sehingga assessment pada evaluasi di dapatkan masalah teratasi.
2. Masalah keperawatan kedua (gangguan pola tidur) evaluasi subjektif yang
di dapatkan evaluasi setelah di lakukan terapi yaitu pada tanggal pada
tanggal 15/09/21 di dapatkan data subjektif pasien mengatakan sulit tidur
berkurang dan di dapatkan data objektif tampak lemas dan kantong mata
berwarna hitam berkurang, gelisah berkurang sehingga di dapatkan
assessment sebagian teratasi.
3. Masalah ketiga (intoleransi aktivitas) di dapatkan 2 hari pengamatan di
hasilkan evaluasi subjektif, pasien mengatakan jika kelelahan sedikit
menurun, dengan di dapatkan data objektif keluhan lelah cukup menurun,
dyspnea saat berativitas menurun, perasaan lemah menurun sehingga di
dapatkan assessment masalah teratasi.
BAB IV
ANALISI SITUASI
37
38
dengan cara inefisien dan membahayakan. Batuk dengan cara ini akan
menimbulkan reaksi rangsang batuk yang terus menerus. Tekanan di
paruparu meninggi sekali sehingga dapat menimbulkan cedera pada
struktur paruparu yang halus, tenggorokan dan pita suara bengkak,
suaranya menjadi serak, gatal serta muka menjadi merah. Batuk efektif
yaitu merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.Batuk efektif
merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal.Latihan batuk efektif adalah aktivitas perawat
untuk membersihkan sekresi pada jalan napas, yang berfungsi untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi
sekresi.
2. Fisioterapi Dada I.01004
Fisioterapi dada ialah salah satu intervensi yang dapat berguna untuk
meruntuhkan atau dengan mencegah adanya penyumbatan saluran
pernafasan yang di sebabkan oleh sekret maka dari itu fisioterapi merupak
terapi yang berguna sebabagi pencegah adanya sesak nafas. Fisioterapi
dada teknik yang digunakan, baik secara mandiri maupun kombinasi agar
tidak terjadi penumpukan sputum yang mengakibatkan tersumbatnya jalan
napas dan komplikasi penyakit lain sehingga menurunkan fungsi ventilasi
paru-paru (Khumayroh, 2019). Fisioterapi dada merupakan tindakan
drainase postural, pengaturan posisi, serta perkusi dan vibrasi dada yang
merupakan metode untuk memperbesar upaya klien dan memperbaiki
fungsi paru (Siregar & Aryayuni, 2019). Teknik fisioterapi dada berhasil
meningkatkan volume pengeluaran sputum pada klien seperti yang sudah
dilakukan oleh (Siregar & Aryayuni, 2019)dengan judul“ Pengaruh
fisioterapi dada dengan teknik chest fisioterapi (postural drainage, huffing,
caughing, tapping/clapping) dalam meningkatkan volume pengeluaran
sputum pada penderita asma”. Dari penelitian ini ada pengaruh yang
bermakna antara pemberian intervensi terhadap pengeluaran sputum.
42
menjalankan fungsi restoratif untuk tubuh. Selain kondisi fisik, tidur juga
mempengaruhi kondisi mental seseorang, tidur yang kurang dapat
mempengaruhi suasana hati seseorang. Tidur yang baik merupakan kunci
untuk merasa nyaman dan bahagia. Tidur yang buruk, sebaliknya, dapat
mengakibatkan kelelahan, mudah tersinggung, mudah marah dan depresi
klinis (Worley, 2018).
5. Manajemen Energi I.05178
Manajemen energi adalah pengaturan penggunaan energi untuk
mengobati dan mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi.
Manajemen energi merupakan salah satu intervensi keperawatan bagian
dari domain physiological basic kelas activity and exercise management.
Manajemen energi merupakan suatu intervensi keperawatan mandiri yang
berkontribusi untuk menghasilkan konservasi energi, peningkatan toleransi
aktifitas, dan ketahanan guna melakukan aktifitas hidup harian dan
pergerakan atau latihan. Manajemen energi merupakan serangkaian
tindakan keperawatan yang meliputi pengelolaan: keletihan, latihan dan
pergerakan, aktifitas hidup sehari-hari, kenyamanan biologis dan
psikososial, nutrisi, istirahat tidur, dan dukungan (Asyrofi, 2016).
ke dalam sel dan terdispersi ke dalam tubuh sangat cepat. Hal ini di
buktikan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh (Vilela, et al,
2018), Menunjukkan 1,8-sineol menghambat fungi aspergillus flavus dan
aspergilus parasiticus secara parsial dengan tingkat tertinggi 13.492 uL dan
produksi aflatoksin B1 berkurang. Diketahui bahwa kedua spesies fungi ini
dapat menimbulkan penyakit aspergilosis. Aspergilosis adalah penyakit
jamur yang muncul dengan berbagai sindroma klinis yang disebabkan oleh
spesies aspergillus. Seperti penderita dengan penyakit paru dan penderita
yang alergi terhadap jamur ini dapat menyebabkan kerusakan bronkus dan
penyumbatan bronkus intermiten. Keadaan ini disebut sebagai allergic
bronchopulmonary aspergillosis (ABPA). Kemudian, hasil penelitian Najib
dkk dalam penelitiannya menyebutkan terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa uap minyak essensial dari eucalyptus efektif sebagai antibakteri dan
layak dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan atau pencegahan
pasien dengan infeksi saluran pernafasan di rumah sakit. Menurut (Dornish
et al. 2018), (Pramudaningsih & Afriani, 2019) menyebutkan bahwa
minyak atsiri eucalyptus dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal
diantaranya untuk mengurangi sesak nafas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada hasil pengkajian pada Ny.S yaitu, Kondisi umum pasien nampak
lemas, gelisah, kesadaran compos mentis, dengan glasgow coma scale
(456). Pasien nampak sesak dan batuk-batuk terpasang nrbm 8 lpm dan
terpasang cairan infus, tanda-tanda vital saat sebelum sakit tidak terkaji.
Saat pengkajian tekanan darah 107/77 mmhg, Tekanan darah tercatat
102/77 mmHg, Nadi 90x/menit, Suhu 36oC Observasi I 34x/menit,
oberservasi II Frekuensi pernapasan (RR) 24x/menit, observasi SPO2 I
88%, oservasi SPO2 II 95%.
2. Dalam menegakkan diagnosa di dasarkan pada masalah yang muncul pada
kasus, 3 diagnosa yang muncul yaitu:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan d/d batuk
tidak
efektif, dyspnea, pola nafas berubah
b. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur
untuk tidur, tidak puas tidur dan istirahat cukup
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, tirah baring, kelemahan
3. Rencana keperawatan yang di lakukan ialah menggunakan buku siki dan
terapi-terapi yang di peroleh dari jurnal-jurnal penelitian, yaitu:
a. Rencana asuhan keperawatan yang di lakukan pada diagnosa bersihan
jalan nafas tidak efektif di lakukan penerapan dengan terapi oksigen,
fisioterapi dada, latihan batuk efektif dan edukasi pemberian inhalasi
uap jika pasien sudah di rumah atau rawat jalan guna untuk
memperlancarkan sekret keluar.
46
b. Rencana asuhan keperawatan yang di lakukan pada diagnosa gangguan
pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur untuk
tidur,
47
48
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang
Di harapkan di gunakan sebagai dasar pengembangan manajemen
asuhan keperawatan dan membantu pelayanan asuhan keperawatan
5.2.2 Bagi Pasien
Di harapkan pasien dan keluarga dapat memanfaatkan tulisan ini sebagai
media dalam meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana menangani
masalah penyakit yang di deritanya. Dengan tindakan yang tepat dan harapan
tidak menimbulkan komplikasi yang lebih berat lagi sehingga penyakit dapat
teratasi dan kenyamanan pasien terpenuhi.
50
Khumayroh, A. N. (2019). Upaya Mengatasi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Melalui Manajemen Airway Pada Pasien Pneumonia. Jurnal Publikasi Institut
Teknologi Sains Dan Kesehatan (ITS), 1, 2–8.
Kuriasih, D. N., Rayasari, F., Zubairi, A., Suryati, S., & Yunitri, N. (2021). Pengaruh
prone position terhadap peningkatan oksigenasi pada pasien covid-19:
Systematic review. Holistik Jurnal Kesehatan, 15(2), 274–286.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/4894
Levani, Prastya, & Mawaddatunnadila. (2021). Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 17(1), 44–57.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/6340
Liu, K., Fang, Y. Y., Deng, Y., Liu, W., Wang, M. F., Ma, J. P., Xiao, W., Wang, Y.
N., Zhong, M. H., Li, C. H., Li, G. C., & Liu, H. G. (2020). Clinical
characteristics of novel coronavirus cases in tertiary hospitals in Hubei Province.
Chinese Medical Journal, 133(9), 1025–1031.
https://doi.org/10.1097/CM9.0000000000000744
Liu, T., Hu, J., Kang, M., Lin, L., Zhong, H., Xiao, J., He, G., Song, T., Huang, Q.,
Rong, Z., Deng, A., Zeng, W., Tan, X., Zeng, S., Zhu, Z., Li, J., Wan, D., Lu, J.,
Deng, H., … Ma, W. (2020). Transmission dynamics of 2019 novel coronavirus
(2019-nCoV). In bioRxiv. https://doi.org/10.1101/2020.01.25.919787
M. Cristy Pane. (2020). Virus Corona. Https://Www.Alodokter.Com/.
Maya, I. P. G. N. (2017). Terapi Oksigen (O2). Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, 2–28.
Muliadi, D. (2015). Universitas Sumatera Utara 7. 7–37.
Ninla, Elmawati, & Falabiba. (2019). literature review : penerapan batuk efektif dan
fisioterapi dada untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada
klien yang mengalami tuberculosis. 1.
Pramudaningsih, icca narayani, & Afriani, E. (2019). Pengaruh Terapi Inhalasi Uap
Dengan Aromaterapi Eucalyptus Dengan Dalam Mengurangi Sesak Nafas Pada
Pasien Asma Bronkial Di Desa Dersalam Kecamatan Bae Kudus. Jurnal
Profesi Keperawatan (JPK), 6(1), 16–29.
http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/60
Putra, P., Zam, Budi, & Mahalul. (2020). jurnal respirrologi indonesia. CPD
Infection, 4(2), 9–12.
Rahma, Y. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan Perawat yang Mempunyai Lansia
di Masa Pandemi COVID-19 di RSUP Dr. M.Djamil Padang Tahun 2020.
Skripsi, 1–98.
Ranggo, Andriyati, Bunga, & Naomi. (2020). Politeknik kesehatan kemenkes
kalimantan timur program studi pendidikan profesi ners jurusan keperawatan
tahun ajaran 2020.
Siregar, T., & Aryayuni, C. (2019). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan Pernafasaan Di Poli Anak
RSUD Kota Depok. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(2), 34–42.
https://doi.org/10.52020/jkwgi.v2i2.856
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
51
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L.
K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan,
C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Susyanti, D., & Parlagutan, M. T. (2019). Pasien TB Paru Di Rumah Sakit TK II
Putri Hijau Medan Tahun 2018. Jurnal Riset Hesti Medan, 4(1), 23–32.
https://simantek.sciencemakarioz.org/index.php/JIK/article/view/90
Taylor, D., Lindsay, A. C., & Halcox, J. P. (2020). Correspondance Aerosol and
Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. Nejm, 0–2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan III. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Walkey, A. J., Summer, R., Ho, V., & Alkana, P. (2012). Acute respiratory distress
syndrome: Epidemiology and management approaches. Clinical Epidemiology,
4(1), 159–169. https://doi.org/10.2147/CLEP.S28800
WHO. (2020). Tatalaksana klinis infeksi saluran pernapasan akut berat ( SARI )
suspek penyakit COVID-19. World Health Organization, 4(13 Maret), 1–25.
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/tatalaksana-
klinis-suspek-penyakit-covid-1935867f18642845f1a1b8fa0a0081efcb.pdf?
sfvrsn=abae3a22_2
Widyansari, F. (2014). PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA
TERHADAP KEBERSIHAN JALAN NAPAS PADA PASIEN ISPA DI DESA
PUCUNG EROMOKO WONOGIRI. Pendidikan Kesehatan, 2(September), 27–
34.
Wijaya, C., Irsyad, H., & Widhiarso, W. (2020). Klasifikasi Pneumonia
Menggunakan Metode K-Nearest Neighbor Dengan Ekstraksi Glcm. Jurnal
Algoritme, 1(1), 33–44. https://doi.org/10.35957/algoritme.v1i1.431
World Health Organization. (2020). Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Who.
Worley, S. L. (2018). The extraordinary importance of sleep and public safety drive
an explosion of sleep research. Pharmacology & Therapeutics, 43(12), 758–763.
Wulan, N. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN
PNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP PARU RSUD Dr. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019. In program studi d III
keperawatan stikes periintis padang (Vol. 8, Issue 5).
52
LAMPIRAN
53
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
III.DIAGNOSA MEDIS
Diagnosa primer: Pneumonia confirm post covid-19
Diagnosa sekunder: ARDS (Acute Respiratory Disease Syndrome
54
pasien telah terconfirm covid-19 lalu pasien di lakukan perawatan di ruang
isolasi covid-19, setelah tanggal 10 dan 11 september pasien di lakukan
swab pcr kembali dan hasilnya negatif kemudian pasien di pindah ruang
rawat inap mawar RSU UMM tanggal 13 september untuk terapi lebih
lanjut, saat di pindah ke ruang mawar pasien dengan kondisi respirasi rate
>34x/menit, tekanan darah 100/70 mmhg dengan keluhan nyeri dada,
terasa sesak dan susah untuk mengeluarkan dahak lalu pasien tampak
sering batuk-batuk, saat itu pasien sudah di lakukan terapi dengan simple
mask tetapi tidak memperbaiki kondisi yang di keluhkan tersebut sehigga
pasien di lakukan tindakan terapi oksigen menggunakan masker NRBM
10 lpm saat itu kondisi mulai membaik dengan respirasi rate 24x/menit.
55
Pola Eliminasi Buang air kecil (sering Buang air kecil (kurang
BAK : Jumlah, Warna, bak), kuning jernih, khas, lebih 200 ml, warna
Bau, Masalah, Cara buang air besar (1 x kuning pekat), Buang air
Mengatasi.
sehari, warna kuning besar (coklat pekat, bau
BAB : Jumlah, Warna,
kecoklatan, bau khas). khas, sedikit lembek).
Bau, Konsistensi,
Masalah, Cara Mengatasi.
56
4. Riwayat Spiritual : pasien mengatakan sebelum mrs di rumah sakit sholat
5 waktu, pasien saat ini bedrest dan tidak sholat
3. Pemeriksaan wajah
Tidak ada edema pada wajah Ny. S dan tidak ada keluhan lain pada wajah.
Wajah tampak simetris. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis
kiri dan kanan, sklera tidak ikterik kiri dan kanan, reflek cahaya positif kiri
57
dan kanan, reflek pupil sama kiri dan kanan. Pernafasan cuping hidung
pasien menggunakan nrbm 8 lpm, mult dan telinga tidak kelainan.
4. Pemeriksaan kepala dan leher
Pada kepela tidak ada benjolan, bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan.
Tidak terdapat kelenjar tiroid dan tidak ada keluhan lain pada leherm tidak
ada pembesaran vena jugularis.
5. Pemeriksaan paru
Pada pemeriksaan inspeksi terlihat bentuk dada simetris, keadaan kulit
bersih sedikit bersih dan berkeringan dingin, terdapat retraksi otot bantu
pernafasan intercoste kedua dada dan pola nafas dispnea, pemeriksaan
palpasi getaran kanan dan kiri teraba sama, perkusi terdengar sonor,
asukultasi suara tambahan ronchi pada bagian kanan atas dan kiri bawah
tengah.
6. Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan inspeksi tidak terdapat ictus cordis, pulpasi pada dinding
thorak teraba kuat, perkusi batas jantung normal batas atas ICS II, batas
bawah ICS V, batas kiri ICS V Mid Clavikula Sinistra, batas kanan ICS
IVMid sternalis dextra, auskultasi BJ I terdengar tunggal, BJ II terdengar
tunggal, bunyi nafas tambahan tidak ada.
7. Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen datar, auskultasi tidak ada bising usus,
palpasi hepar tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran, tidak ada
keluhan yang di rasakan terkait abdomen.
8. Pemeriksaan genetalia dan rektal
Tidak terkaji
9. Pemeriksaan punggung dan tulang belakang
Tidak kelainan dan tidak keluhan
10. Pemeriksaan ekstremitas/muskuoskeletal
58
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah skor 4 pasien mampu
menggerakkannya secara normal tetapi tidak bisa menahan secara
maksimal, pasien mengeluh badanya terasa lemas.
11. Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit tidak di temukan kelainan, tidak ada nyeri tekan crt
kembali <2 detik.
12. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
A. DARAH LENGKAP
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,8 P 12-18,0 Gr/dl
Eritrosit 4,460,000 3.000.000-6.000.000 ul
Hematokirt 38,7 P 37-47 %
MCV 86,8 80,0-93,0 fl
Mchc 33,1 32,0-36,0 g/dl
Lekosit 8,550 4,800-10,800 ul
Hitung eosinophil 2,6 0-4 %
Hitung basophil 0,2 0-1 %
Hitung neutrophil 71,8 51-67 %
Hitung limfosit 14,5 25-33 %
Hitung monosit 10,9 2-5 %
Laju endap darah 41 0-20 mm/jam
Trombosit 423.000 150.000-400.000 ul
Neutrophil limfosit 4,95 3,13 %
ration (NLR)
PH 7,43 7,35-7,45 mmhg
Pco2 50 35-45 mmhg
Po2 42 80-100 Mmhg
Hco3 33,7 21-28 Mmol
Kelebihan basa 8,0 -3 +3 Mmol
O2 82 >95% %
59
VIII. TINDAKAN DAN TERAPI
60
61
ANALISA DATA PASIEN NY.S
Data Diagnosa
Penyebab Masalah Keperawatan
(Tanda Mayor & Minor) Keperawatan
DS : Sekresi yang Bersihan jalan nafas tidak Bersihan jalan nafas
tertahan efektif b/d sekresi yang tidak efektif
Mengeluh terkadang sesak dan batuk
berdahak tertahan d/d batuk tidak
efektif, dyspnea, pola nafas
DO : berubah D.0002
Tensi: 100/70, Nadi: 90 x/m,
Respirasi: 24 x/m, Suhu: 36,8,
Spo2: 95%, Terdengar suara ronchi
bagian kanan tengah, bagian kiri
atas terdengar saat ekspirasi
62
DO : istirahat cukup (D.0055)
Tensi : 110/80, Nadi: 90 x/m,
Respirasi: 24 x/m, tampak lemas
kantong mata berwarna hitam, dan
pasien tampak gelisah.
63
T Tg
gl l
No SDKI SLKI SIKI / Implementasi / Evaluasi
W W
kt kt
1. Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas L. Latihan Batuk h) Mengajarkan cara Masalah keperawatan
01001 Efektif (I.01006)
tidak efektif b/d batuk efektif untuk pertama yaitu (bersihan
Observasi :
sekresi yang tertahan Setelah dilakukan intervensi - Identifikasi mengeluarkan dahak jalan nafas tidak efektif)
kemampuan
d/d batuk tidak keperawatan selama >24 jam teknik huffing evaluasi subjektif yang di
membaik dengan kriteria batuk
efektif, dyspnea, - Monitor pada tanggal 14 lakukan secara bertahap,
hasil :
adanya
pola nafas berubah sepetember 2021 evaluasi di dapatkan pada
Produksi Cukup retensi
D.0002 sputum pukul 15.00 (Huriah et tanggal 14/09/21 (22.00)
sutum menurun
- Monitor
al., 2017) yaitu pasien mengatakan
Dyspnea Cukup tanda dan
gejala infeksi i) Anjurkan tarik nafas masih merasakan sesak,
menurun
saluran napas
dalam hidung selama 4 evaluasi objektif di
Terapeutik :
Frekuensi Cukup
- Atur posisi detik, ditahan 2 detik dapatkan batuk efektif
nafas menurun semifowler
kemudian keluarkan belum meningkat,
- Buang secret
Gelisah Cukup
pada tempat dari mulut dengan produksi sputum belum
menurun sputum
bibir dibulatkan menurun, sesak nafas
Edukasi :
64
- Jelaskan selama 8 detik belum menurun. Pada
tujuan dan
j) Anjurkan mengulang tanggal 15/09/21 (22.00)
prosedur
batuk efektif tarik nafas dalam yaitu pasien mengatakan
- Anjurkan
hingga 3 kali masih terasa sesak, batuk
tarik napas
dalam k) Anjurkan batuk efektif meningkat,
melalui
dengan kuat langsung produksi sputum sedikit,
hidung
selama 4 setelah tarik nafas sesak sedikit menurun,
detik, ditahan
dalam yang ke 3 pada tanggal
selama 2
detik, l) Mengajarkan tata cara 16/09/21(13.00) yaitu di
kemudian
posisi duduk pada saat dapatkan sesak pada
keluarkan
dari mulut merasakan sesak pasien sedikit menurun
dengan bibir
dengan semifowler sehingga assessment pada
mecucu
(dibulatkan) dan posisi teknik evaluasi di dapatkan
selama 8
proning pada tanggal masalah teratasi.
detik -
Anjurkan 14 sepetember 2021
mengulangi
pukul 15.00 (Kuriasih
tarik napas
dalam hingga et al., 2021)
3 kali
m) Mengajarkan cara
Kolaborasi :
- Kolaborasi untuk melakukan
pemberian
fisioterapi dada guna
65
mukolitik untuk membersihkan
atau
obstruksi jalan nafas
ekspektoran
yang di sebabkan
Manajemen jalan
adanya secret pada
nafas (I.01012)
Observasi : tanggal 14 september
- Monitor Pola
2021 pukul 16.00
napas -
Monitor 6 Posisikan pasien
bunyi napas
sesuai dengan area
tambahan -
Monitor paru yang mengalami
Sputum
penumpukan sputum
Terapeutik :
- Posisikan 7 Gunakan batal untuk
semi-fowler
membantu pengaturan
atau fowler
Berikan posisi
minum
8 Lakukan perkusi
hangat -
Berikan dengan posisi telapak
Oksigen
tangan di tangkupkan
Edukasi :
- Anjurkan selama 3-5menit
asupan
9 Lakukan vibrasi
cairan 2000
ml/hari, jika dengan posisi telapak
tidak ada
tangan rata bersamaan
66
kontraindika ekspirasi melalui
si
mulut
- Ajarkan
teknik batuk 10Lakukan fisioterapi
efektif
dada setidaknya 2 jam
Kolaborasi :
- Kolaborasi setelah makan
pemberian
n) Pemberian edukasi ke
bronkodilat
or, 2 dengan terapi
ekspektoran,
oksigen pada tanggal
mukolitik,
jika perlu 14 september 2021
pukul 18.00.
Berdasarkan
permasalahan
diagnose tersebut
pasien mengeluh sesak
nafas, sehingga pasien
tersebut di berikan
terapi lebih lanjut
dengan memberikan
terapi oksigen dengan
masker sungkup muka
67
tanpa kantong
penutup, di lakukan
dengan cara di ikatkan
pada wajah pasien
dengan ikat kepala
elastis yang berfungsi
untuk menutupi
hidung dan mulut,
sedangkan pada tubuh
sungkup tersebut
berfungsu sebagai
penampung untuk
oksigen dan karbon
dioksida hasil
ekspirasi, dengan
memberikan fraksi
oksigen 5-10
liter/menit.
2. Gangguan pola tidur Pola Tidur L.05045 Dukungan tidur 4. Memberikan terapi Masalah keperawatan
68
bd hambatan (I. 05174) dengan menggunakan kedua (gangguan pola
lingkungan dd Observasi
Setelah dilakukan intervensi dukungan tidur pada tidur) evaluasi subjektif
mengeluh sulit untuk - Identifikasi
tidur, tidak puas keperawatan selama >24 jam faktor tanggal 14 september yang di dapatkan evaluasi
tidur dan istirahat membaik dengan kriteria penganggu
2021 pukul 17.00, setelah di lakukan terapi
tidak cukup (D. hasil : tidur
0055) Terapeutik intervensi yang di yaitu pada tanggal pada
Keluhan Cukup - Modifikasi
berikan : tanggal 15/09/21 di
sulit tidur menurun lingkungan
- Tetapkan e) Memfasilitasi ruangan dapatkan data subjektif
Keluhan Cukup jadwal tidur
dengan keadaan pasien mengatakan sulit
rutin
tidak puas menurun
- Lakukan tenang, menganjurkan tidur berkurang dan di
tidur prosedur
mematikan lampu dapatkan data objektif
untuk
Keluhan Cukup
meningkatk ruangan saat akan tampak lemas dan kantong
istirahat menurun an
tidak cukup tidur dan menutup mata berwarna hitam
kenyamanan
- Sesuaikan sketsel pukul 22.00 berkurang, gelisah
Kemampua Sedang jadwal
n f) Mengedukasi jadwal berkurang sehingga di
pemberian
beraktifitas obat dan tidur rutin pukul 17.00 dapatkan assessment
tindakan
g) Mengedukasi sebagian teratasi.
untuk
menunjang pentingnya tidur ketika
siklus tidur
sakit pukul 17.00
terjaga
Edukasi h) Memberikan edukasi
- Jelaskan
spiritual dengan doa-
69
pentingnya doa penunjang
tidur cukup
relaksasi sebelum tidur
selama sakit
- Anjurkan pukul 22.00
menepati
kebiasaan
waktu tidur
- Ajarkan
relaksasi
otot
autogenic
3. Intoleransi aktivitas Perfusi Renal L.02013 Manajemen cairan intoleransi aktivitas b.d Masalah ketiga
Observasi
b.d Setelah dilakukan intervensi ketidakseimbangan (intoleransi aktivitas) di
- Monitor
ketidakseimbangan keperawatan selama >24 jam status antara suplai dan dapatkan 2 hari
hidrasi
antara suplai dan meningkat dengan kriteria kebutuhan oksigen, tirah pengamatan di hasilkan
hasil : - Monitor
kebutuhan oksigen, hasil baring, intervensi yang evaluasi subjektif, pasien
pemeriksaan
tirah baring, Jumlah urin Meningkat di berikan pada tanggal mengatakan jika kelelahan
laboratoriu
kelemahan (D.0056) Nyeri Menurun m 15-16 september 2021: sedikit menurun, dengan
abdomen - Monitor
k) Mengidentifikasi di dapatkan data objektif
status
Kadar Membaik hemodinami gangguan fungsi tubuh keluhan lelah cukup
kreatinin k
yang mengakibatkan menurun, dyspnea saat
Terapeutik
plasma
- Catat kelelahan berativitas menurun,
intake-
l) Memonitor kelelahan perasaan lemah menurun
output dan
70
Kadar Membaik hitung fisik dan emosional sehingga di dapatkan
elektrolit balance
m) Memonitor pola assessment masalah
cairan 24
jam dan jam tidur teratasi.
- Berikan
n) Memonitor lokasi dan
asupan
cairan ketidaknyamanan
- Berikan
selama melakukan
cairan
intravena aktivitas
Kolaborasi
o) Menyediakan
- Kolaborasi
pemberian lingkungan nyaman
diuretic
dan rendah stimulus
p) Melakukan latihan
rentang gerak pasif
dan aktif
q) Memberikan aktivitasi
distraksi yang
menenangkan
r) Memfasilitasi duduk di
sisi tempat tidur
s) Menganjurkan tirah
71
baring
t) Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahan
72
73