Disusun Oleh:
MOH. LUTFILLAH
(NIM: 201910461011026)
DENGAN PNEUMONIA
MOH. LUTFILLAH
(NIM: 201910461011026)
ii
iii
Judul Karya Ilmiah Akhir Nurse : Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan
Pneumonia
Nama Lengkap : Moh. Lutfillah
NIM : 201910461011026
Jurusan : Program Studi Profesi Ners
Universitas/Institusi/Politeknik : Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Rumah dan No. Telp/HP : Dsn. Sabu’uk, DS. Junuk, Kec. Sreseh,
Kab. Sampang
081233329743
Alamat Email : moh.lutfillah995@gmail.com
Dosen Pembimbing
Nama Lengkap dan Gelar : Titik Agustiyaningsih, M. Kep
NIP UMM/ NIDN : 11205010415
Alamat Rumah dan No. Telp/HP : 081 7964 3332
Menyetujui, Malang,
Ketua Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang Dosen Pembimbing I
LEMBAR PENGESAHAN
iii
iv
Disusun Oleh:
MOH. LUTFILLAH
(NIM:201910461011026)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dalam Ujian Sidang
tanggal: 17 Juni 2020 dan telah diterima sebagai bagian persyaratan yang
diperlukan untuk meraih gelar NERS pada Program Studi Profesi Ners,
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
DEWAN PENGUJI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan KIAN dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PNEUMONIA”. KIAN
ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar NERS Keperawatan
iv
v
(Ns) pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat
bantuan, arahan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak
lupa penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang
terhormat:
1. Faqih Ruhyanuddin, M.Kep., Sp. KMB selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ririn Harini, S.Kep., Ns, M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu Profesi
Ners Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Titik Agustiyaningsih, M.Kep selaku dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, doa, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa terbaik, serta memberikan
imbalan dan diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT. Penulis menyadari terdapat
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat
Moh. Lutfillah
vi
ABSTRAK
vi
vii
Hasil : Didapatkan tiga prioritas masalah pada Tn. S, diantaranya bersihan jalan
napas tidak efektif, gangguan petukaran gas dan intoleransi aktivitas. Dari tiga
tersebut yang sudah teratasi adalah intoleransi aktivitas sedangkan bersihan jalan
napas dan gangguan pertukaran gas teratasi sebagian dengan Manajemen jalan
napas yaitu nebul, postural drainase, fisioterapi dada, dan batuk efektif.
ABSTRAK
Nursing Care for Mr. S with Pneumonia in the Inpatient Installation Room
(IRNA) 25 - RSUD DR. Saiful Anwar Malang
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN SAMPUL...................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
ABSTRAK .....................................................................................................vii
viii
ix
ABSTRACT.....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1Tujuan Umum.............................................................................4
1.3.2Tujuan Khusus.............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat Pelayanan Keparawatan dan Kesehatan........................5
1.4.2 Manfaat Keilmuan......................................................................5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................................50
5.2 Saran....................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................52
LAMPIRAN....................................................................................................55
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
3
4
4
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
13
PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
vv
Virus, bakteri,
B1 jamur, protozoa, Inhalasi dropletB2pada Bakteri/virus
B3masuk saluran B5 B6 B8
teraspirasi saluran nafas bagian atas nafas bawah
(Pneumonia)
Kekurangan volume
Pola Napas tidak Peningkatan Asupan cairan
cairan
efektif metabolisme berkurang
13
4. Kultur darah
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul,
Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula
ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan
LED meningkat
5. Tes Serologi: Membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme
secara spesifik.
6. LED (laju endapan darah): meningkat
7. Pemeriksaan Fisik Paru:Volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas
pemenuhan udara menurun, hipoksemia (Akter et al., 2015).
1. Ektrapulmoner
2. Meningitis
3. Arthritis
4. Endokarditis
5. Perikarditis
6. Peritonitis
7. Empiema
(Dahlan, 2009 & Djojodibroto, 2013)
Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga
pleura atau biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada Pneumonia
umumnya bersifat eksudatif. Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura yang
disebabkan oleh P. Pneumoniae dengan jumlah cairan yang sedikit dan
sifatnya sesaat (efusi parapneumonik). Efusi pleura eksudatif yang
mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah
disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage
menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Djojodibroto, 2013).
3.1 Pengkajian
Pasien bernama Tn. S berusia 43 tahun, bertempat tinggal di
Karang Besuki Malang, beragama Islam dan bersuku jawa. Latar belakang
pendidikan terakhir klien adalah sekolah dasar (SD) dengan pekerjaan
terakhir tukang kebersihan taman. Keluarga klien mengatakan bahwa klien
sebelum dibawa ke RSUD DR. Saiful Anwar Malang klien dirawat 3 hari
di RS Umum Univesitas Muhammadiyah Malang, dengan keluhan batuk
satu bulan yang lalu, keluhan sesak pada saat klien melakukan aktivitas
sedang. Keluarga klien beranggapan bahwa batuk dan sesak yang dirasakan
oleh klien biasa saja, tetapi pada beberapa hari kemudian batuk bertambah
sering, sesak napas bertambah berat dan berat badan bertambah menurun,
akhirnya klien dan keluarga mencurigai adanya masalah kesehatan pada
klien. Sehingga klien di bawa ke RS Umum Universitas Muhammadiyah
Malang dengan masuk melalui IGD dan ditempatkan di ruangan rawat inap
kelas 2 pada tanggal 05 – 08 Maret 2020 dan di rujuk ke RSUD DR. Saiful
Anwar Malang (RSSA) 08 Maret 2020.
Hasil pengkajian didapatkan bahwa Tn. S datang atas rujukan dari
RS Umum Universitas Muhammadiyah Malang untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang yang terdapat di RSSA. Kesadaran klien compos
mentis dengan GSC E4V5M6, batuk produktif terdapat dahak bewarna putih
kehijauan, konsitensi dahak kental, sesak napas dan adanya nyeri pada dada
kanan. Pasien berbaring di atas berangkat dengan terpasang O 2 Nasal kanul
4 lpm dan terpasang infus. Diagnosis yang telah ditetapkan adalah
Pneumonia.
22
23
kuning pekat, bau sedikit menyengat. Pola kebersihan diri pasien selama
dirumah mandi rutin 2x sehari secara mandiri, rutin memotong kuku setiap
minggu dan mencuci rambut 1 hari sekali. Selama di rumah sakit pasien
mandi diseka 2x/ hari setiap pagi dan sore oleh keluarganya.
Pemeriksaan yang dilakukan kepada klien mulai dari pemeriksaan
kesadaran, fisik dan pemeriksaan penunjang yang menggunakan X-Ray,
dan USG. Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh. Pada bagian
kepala pemeriksaan yang dilakukan adalah bagian rambut, mata, hidung,
mulut, telinga. Didapatkan hasil kepala bulat simetris (normocephalic).
Rambut klien tipis, terdistribusi merata pada kulit kepala, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi pada kulit kepala. Pergerakan bola mata simetris,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan normal, tidak terdapat
kotoran mata, tidak ada edema di sekitar mata, dan tidak ada kantung mata.
Posisi hidung simetris, tidak ada sekresi, polip atau hambatan dalam
bernapas. Selanjutnya pemeriksaan mulut, dari mulut klien tercium aroma
tidak sedap. Gigi terlihat tampak kotor, tidak terdapat stomatitis, terdapat
karies gigi, bibir kering dan pecah – pecah , serta membrane mukosa
kering. Pemeriksaan pada telingan didapatkan bahwa telinga klien bersih,
posisi kedua telinga simetris, dan tidak terdapat benjolan pada telinga serta
klien tidak mengalami gangguan pendengaran. Pemeriksaan pada bagian
leher. Didapatkan bahwa leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
terdapat gangguan proses menelan, dan tidak ada lesi.
Pada pemeriksaan dada/thoraks. Inspeksi: Bentuk thorak barrel
chest, bentuk dada asimetris (tampak lebih besar pada bagian dada kanan),
adanya retraksi intercostae otot bantu napas, pernapasan cuping hidung,
pola napas takipnea, tampak sianosis. Pada saat palpasi bagian thorax
pemeriksaan taktil/vocal fremitus getaran antara kanan dan kiri tidak sama
lebih bergetar sisi kiri. Saat perkusi dada terdapat suara dullness pada
daerah dada kanan bawah. Pemeriksaan auskultasi dada suara napas area
paru, bronchial dan bronkovesikuler yaitu kasar, suara paru terdengar
ronkhi dan adanya keluhan nyeri pada dada kanan. Auskultasi jantung juga
didapatkan suara jantung S1 dan S2 normal, reguler. Tidak terdapat adanya
bunyi jantung murmur ataupun gallop. Pada pemeriksaan abdomen, bentuk
25
abdomen cekung, tidak terdapat adanya lesi dan benjolan pada perut dan
tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan musculoskeletal pada klien didapatkan adanya oedem
pada telapak tangan kanan akibat plebitis, adanya kelemahan pada otot
4/4/4/4. Tidak ada fraktur dan dislokasi. Pada pemeriksaan integumen
terlihat tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, mukosa bibir kering, kulit
tipis dan kering, turgor kulit tidak lambat. CRT pada ujung kuku >2 detik
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum terlihat lemah. Ketika
di rumah sakit pasien pada awal masuk dengan keluhan batuk produktif
terdapat dahak bewarna putih kehijauan, konsitensi dahak kental, sesak
napas dan adanya nyeri pada dada kanan. Pada saat pasien mendapat
perawatan petama dengan memeriksa TTV dan anamnesis dari dokter dan
dianjurkan untuk pemeriksaan X-Ray dan USG dengan hasil X-Ray
opasitas lapang bawah paru kanan suspek massa paru dd Pneumonia dan
efusi pleura, sedangkan hasil USG tidak tampak echo cairan cavum pleura
kanan dan kiri tidak di berikan marker, tampak hepatisasi pada cavum
thorak kanan, klien terpasang O2 Nasal kanul 4 lpmdan infuse. Pada
pengukuran tanda-tanda vital didapatkan Tekanan Darah: 100/60 mmHg,
Nadi : 129 x/menit, RR: 26 x/menit, S : 38,2 oC dan hasil penilain GCS
E4V5M6 dengan kesadaran Compos mentis.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan pada tgl 09 Maret
2020 adalah pemeriksaan LAB Darah lengkap, Kimia klinik dan Elektrolit
dengan hasil :
A. Darah Lengkap
Leukosit : 6,850 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eosinofil : 0,6 (N:0–4)
26
Masalah keperawatan klien (1) adalah Bersihan jalan napas tidak efektif,
yaitu ketidakmampuan membersihkan sekret dan obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Berdasarkan hasil Pada
pengukuran tanda – tanda vital didapatkan Tekanan Darah: 100/60 mmHg,
Nadi : 129 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 38,2 oC dan hasil dari penilain GCS
yang dilakukan di ruangan rawat inap 25 RSSA E4V5M6 dengan kesadaran
Compos mentis. Sedangkan dari hasil pengkajian sesuai dengan masalah
keperawatan pada klien didapatkan data yaitu, batuk produktif, tidak
mampu mengeluarkan dahak, ketika klien mampu mengeluarkan dahak
banyak bewarna putih kehijauan, adanya kesulitan untuk bernapas
(dispnea), kedalaman napas dangkal, saat bernapas klien menggunakan otot
bantu napas intercostae, berbicara tidak jelas, klien tampak sianosis, adanya
suara ronkhi pada lapang paru kanan dan saat diperkusi bunyi dullness pada
lapang paru bagian kanan bawah.
Masalah keperawatan (2) yang terjadi adalah Gangguan pertukaran
gas yaitu kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan eleminasi
karbondiakosida pada membrane alveolus – kapiler. Data pendukung dari
hasil pemeriksaan analisis gas darah (BGA) didapatkan hasil, PH : 7,50
meningkat, PCO2: 36,2 normal, PO2: 50,0 menurun, SPO2 : 88,4 menurun
dan HCO3: 28,7 meningkat. Sedangkan data pendukung lainya yaitu, Nadi :
129 x/menit, adanya bunyi napas tambahan Ronkhi, klien tampak sianosis,
keringat dingin (diaphoresis) dan dipsnea. Pola napas cepat 26 x/menit,
dangkal dan napas cuping hidung.
Masalah keperawatan (3) yang terjadi adalah Intoleransi aktivitas
yaitu ketidakmampuan energi untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Data
pendukung yang didapatkan dari keluarga yaitu, keluarga klien mengatakan
klien tidak mampu untuk berjalan ke kamar mandi dan bertambah sesak
serta keluar keringat dingin. Sedangkan dari hasil pemeriksaan klien lemah,
tampak sianosis, tanda – tanda vital Tekanan Darah: 100/60 mmHg, Nadi :
129 x/menit, RR: 26 x/menit, kekuatan otot 4/4/4/4 dan Hb : 10,3 gr/dl.
Diagnosis yang dapat ditegakkan pada klien dari data pengkajian
yang sudah ditemukan adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, gangguan
pertukaran gas dan intoleransi aktivitas. Dari 3 diagnosis yang ditemukan,
28
maka dalam karya ilmiah ini penulis memfokuskan pada satu diagnosis
yang utama yaitu Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif untuk dapat
membantu klien meningkatkan kondisi kesehatan klien itu sendiri.
3.4 Implementasi
Implementasi asuhan keperawatn pada klien dilakukan selama 3
hari. Pertemuan terkait implementasi dilakukan ketika peneliti sedang
30
merontohkan dahak yang menempel pada jalan napas dan bisa di keluarkan.
Hal ini merupakan suatu tindakan yang memberikan solusi kepada klien
untuk merontohkan dahak dan mengeluarkan dahak, tindakan ini dilakukan
setelah tindakan nebul dengan pemberian obat combivent dan pulmicot,
memberikan minuman hangat, memposiskan semi-fowler dan memberikan
O2 Nasal kanul 4 lpm agar klien merasa nyaman untuk beristirahat.
3.5 Evaluasi
Penulis menguraikan tiga diagnosis utama yang diantaranya adalah
bersihan jalan napas tidak efektif, gangguan pertukaran gas dan intoleransi
aktivitas. Sedangkan proses analisis hasil atau evaluasi yang digunakan
adalah berupa SOAP dimana terdiri dari data berupa data subjektif atau
data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukannya implementasi 1x24
jam dan data objektif berupa hasil pemeriksaan yang dilakukan setelah
implementasi selama 1x24 jam. Selanjutnya adalah hasil analisis respon
subjektif dan objektif yang dijadikan dasar untuk melakukan planning atau
rencana pemberian intervensi selanjutnya.
Hari pertama dilakukannya implementasi didapatkan hasil bahwa
bersihan jalan napas klien cukup meningkat meskipun masih ada keluhan
tentang lainya. Selain itu produksi sputum, sulit bicara, sianosis, pola
pernapasan dan ronkhi cukup berkurang. Klien juga menunjukan batuk
produktif cukup menurun. Pada diagnosis keperawatan kedua klien
mengatakan keluhan dispnea, diaphoresis masih dirasakan. Tetapi dari hasil
pemantauan pola napas dan BGA cukup membaik. Pada diagnosis
33
ANALISIS SITUASI
34
35
d. Layanan unggulan
1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang disebabkan oleh bakteri,
virus dan jamur. Bakteri yang paling sering yaitu Streptococcus
Pneumonia, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, Klebsiella
Pneumoniae, Legionella sp., Pseudomonas aeruginosa, dan Acinobacter
sp yang berakibat buruk terhadap paru – paru. Infeksi ini umunya tersebar
dari seseorang yang terpapar di lingkungan tempat tinggal atau melakukan
kontak langsung dengan orang – orang yang terinfeksi, biasanya melalui
tangan atau menghirup tetesan air di udara (droplet) akibat batuk dan
bersin. Paru – paru terdiri dari kantung – kantung kecil yang disebut
alveoli, yang terisi udara ketika orang sehat bernapas. Tetapi ketika
seseorang menderita Pneumonia, alveoli dipenuhi dengan nanah dan
cairan, yang membuat pernapasan terasa sakit dan membatasi asupan
oksigen, peradangan paru yang menyebabkan nyeri saat bernapas dan
keterbatasan pemasukan oksigen. Pada kasus kelolaan bahwa Tn. S
mengalami kebersihan jalan napas tidak efektif.
2. Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh analisis kasus kelolaan pada klien
dengan diagnosis medis Pneumonia ditemukan tiga rencana diagnosis
keperawatan SDKI antara lain bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, gangguan pertukaran gas
dengan kondisi terkait Pneumonia, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh analisis kasus kelolaan pada klien
dengan diagnosis medis Pneumonia ditemukan tiga implementasi diagnosis
keperawatan antara lain bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan napas, gangguan pertukaran gas dengan kondisi
terkait Pneumonia, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
45
4. Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh analisis kasus kelolaan pada klien
dengan diagnosis medis Pneumonia ditemukan tiga evaluasi diagnosis
keperawatan antara lain bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan napas, gangguan pertukaran gas dengan kondisi
terkait Pneumonia, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh analisis dan pembahasan mengenai
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas terhadap tindakan nebul, postural drainase, fisioterapi dada, batuk
efektif pemberian oksigen, obat antibiotik dan pengaturan posisi semi-
fowler didapatkan kondisi klien membaik.
5.2 Saran
1. Bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang tindakan nebul, postural drainase, fisioterapi dada, batuk
efektif pemberian oksigen, obat antibiotik dan pengaturan posisi semi-
fowler pada klien dengan penyakit Pneumonia dan dapat meningkatkan
jalinan hubungan yang kooperatif.
2. Pemberian tindakan nebul, postural drainase, fisioterapi dada, batuk
efektif pemberian oksigen, obat antibiotik dan pengaturan posisi semi-
fowler dapat diaplikasikan pada pasien apapun diagnosis medisnya asal
tidak ada kontraindikasi.
3. Bagi institusi pendidikan agar meningkatkan bimbingan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif khususnya pada
pasien dengan Pneumonia.
4. Bagi mahasiswa agar selalu mengasah dan memperdalam ilmu yang
telah diperoleh sehingga dapat bermanfaat di masyarakat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan professional.
46
DAFTAR PUSTAKA
A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Surabaya : Health Books Publishing
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing 12th
Edition. China : LWW.
Dahlan Z. (2009). Pneumonia, dalam Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Indonesia.
Dahlan Z. (2014). Pneumonia.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol 2. 6 ed. In:
W.Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, K. MS, Setiati S, editors. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. hal. 964 - 71.
Farida Y., Trisna A., Deasy N. (2017). Study of Antibiotic Use on Pneumonia
Patient in Surakarta Referral Hospital. Journal of Pharmaceutical Science
and Clinical Research, 2017, 02, 44 – 52.
Harvey RA. Champe PC. (2013). Farmakologi Ulasan Bergambar 4th Ed. Jakarta:
EGC. hlm. 413-443.
47
Jinghua, M., Gaizhuang, L dan Qiaoli C. (2017). Pathogens and atibiotic resistance
of children with community-acquired penumoniae. Biomedical Research;
28(20): 8839-8843.
Patty RF, Fatimawali, dan Wewengkang DS. (2016). Identifikasi dan Uji
Sensitifitas Bakteri yang Diisolasi dari Sputum Penderita Pneumonia di
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou-Manado terhadap Antibiotik Ampisillin,
Cefixime, dan Siprofloksasin. Pharmacon. 5 (1): 125-134.
Said M. Pneumonia. In: Rahajo NN, Supriyatno B, Setyanto DB. (2015).Buku Ajar
Respirologi Anak. edisi pert. jakarta: IDAI; 2015. hal: 350–64.
Strickland, S., Rubin, B., Drescher, G., Haas, C., O’Malley, C.,Volsko, T. (2013).
AARS Clinical Practice Guideline : Effectiveness of Nonpharmacologic
Airway Clearance Therapies in Hospitalized Patients. Respiratory Care, 58,
12, 2187 – 2193.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
LEMBAR PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
Pneumonia
DI RUANG 27 RSSA
Oleh:
NIM : 201910420311102
50
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
N a m a : Tn. S Nama : Ny. S
Umur : 43 Tahun Umur : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Kebersihan Taman Alamat : Karang besuki
Gol. Darah :O Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Karang besuki, Sukun Malang
pasien dirujuk ke RSSA pada siang hari pada tanggal 08 Maret 2020 dengan
alasan dilakukan pemeriksaan penunjang.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Satu bulan yang lalu pasien sudah mulai batuk biasa, keluhan sesak disaat pasien
melakukan aktivtas berat, keluarga pasien beranggapan bahwa batuk dan sesak
napas yang dialami pasien biasa saja. tetapi pada beberapa hari kemudian batuk
bertambah sering dan sesak napas bertambah berat dan badan bertambah kurus.
akhirnya pasien dan keluarganya mencurigai adanya masalah kesehatan pada
pasien. sehingga pasien dibawa ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua pasien “Bapak” juga mempunyai riwayat penyakit paru –paru
2. Riwayat Psikologi
Klien menerima penyakit yang dideritanya
3. Riwayat Sosial
Social ekonomi cukup
4. Riwayat Spiritual
Klien selama di RS tidak sholat, tetapi di rumah klien melaksankan sholat
3. PemeriksaanWajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+), Kelopak mata/palpebra oedem
(-) ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka (-),
peradangan (-), luka (-), benjolan (-), bulu mata rontok (-), konjungtiva
dan sklera perubahan warna ananemis/anemis), warna iris
(hitam/hijauntukbiru), reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis),
pupil (isokor/an isokor).
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi
(adakah pembengkokan (-). Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran
(-),Pembengkakan (-), pembesaran / polip (-), menggunakan
Oksigen(+) : Nasal Kanul 4 lpm
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal (labioscisis, palatoscisis, atau
labiopalatoscisis), warna bibir, lesi (-), Bibir pecah (+), Amati gigi,gusi,
dan lidah : Caries (+), Kotoran (+), Gigi palsu (-), Gingivitis (-), Warna
lidah, Perdarahan (-) dan abses (-).Amati orofaring atau rongga mulut :
Bau mulut, Benda asing : (ada /tidak)
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk Normal Ukuran normal Warna normal,
lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-).
Dengan otoskop periksa membran timpani amati, warna ....., transparansi
, perdarahan (-), perforasi (-).
e. Keluhanlain: Tidak ada keluhan
4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/bulat,
Normocephalus), kesimetrisan (+), Hidrocepalus (-), Luka
(-),Darah(-),Trepanasi (-).
Palpasi :Nyeritekan(-),fontanella/padabayi(cekung/tidak)
b. Leher
Inspeksi: Bentuk leher (simetris/asimetris), peradangan (- ), jaringan
54
5. Pemeriksaan Thoraks/Dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
1. Bentuk torak (Normalchest/ Pigeonchest/Funnelchest/
Barrelchest).
2. Susunan ruas tulang belakang (Kyposis/Scoliosis/Lordosis).
3. Bentuk dada (simetris/asimetris) tampak lebih besar pada
bagian kanan.
4. Keadaan kulit, sianosis (-)
5. Retrasksi otot bantu pernapasan : Retraksi intercosta (+), retraksi
suprasternal (-), Sternomastoid (-),cuping hidung (+)
6. Pola nafas (Eupnea /TakipneuntukBradipnea/Apnea/Chene
Stokes/Biot’s/ Kusmaul)
7. Amati: sianosis(+), batuk(+) terdapat dahak dengan jumlah
banyak bewarna putih kehijauan dan kental .
PALPASI
Pemeriksaan taktil/ vocal fremitus: getaran antara kanan dan kiri
teraba (sama/tidaksama) lebih bergetar sebelah kiri.
PERKUSI
Areaparu:(sonor/Hipersonor/dullnes)
AUSKULTASI
8. Suara nafas Area Vesikuler : (bersih/halus/kasar), Area Bronchial :
(bersih/halus/kasar), Area Bronko vesikuler
(bersih/halus/kasar).
9. Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-),
Pectoriloqui(-).
- Suara tambahan Terdengar : Rales (-), Ronchi (+), Wheezing (-),
Pleural fricion rub (-), bunyi tambahan lain(-)
- Keluhan lain terkait dengan paruntukthorax : nyeri dada sebelah
kanan.
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictuscordis(-),pelebaran (-)
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba:(Lemah/Kuat/Tidakteraba)
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ................... ( N = ICS II)
Batas bawah : .............. ( N = ICS V)
BatasKiri : .................. (N=ICSV Mid Clavikula Sinistra)
BatasKanan: ............... (N=ICSIV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal/ganda,(keras/lemah),(reguler/irreguler)
BJ II terdengar (tunggal/ganda),(keras/lemah),(reguler/irreguler).
Bunyi jantung tambahan : BJIII(-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
Keluhan lain terkait dengan jantung : tdiak ada keluhan
55
6. PemeriksaanAbdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar), Massa/ Benjolan (-), Simetris
(+), Bayangan pembuluh darah vena (-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltik usus...12 x/menit (N=5–35x/menit,Borborygmi(-)
PALPASI
Palpasi Hepar: Nyeri tekan (-), pembesaran (+), perabaan (keras/lunak),
permukaan (halus/berbenjol-benjol), tepihepar (tumpul/tajam)
(N=hepartidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan
pembesarannya.......... Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis
Scuffner ke berapa?........... (menunjukan pembesaran lien)
Palpasi Appendik: Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney. nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar kontralateral (-).
Palpasi Ginjal,Bimanual diskripsikan: nyeri tekan (-), pembesaran (-)
(N=ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen: tidak ada keluhan
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a. Inspeksi
56
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (-),
fraktur (-) lokasi fraktur …, jenis fraktur…… kebersihan luka……,
terpasang Gib (-), Traksi (-)
b. Palpasi
Oedem (-), LILA (tidak terkaji), Lakukan uji kekuatan otot (tidak terkaji)
c. Keluhan lain: akral dingin
A. PEMERIKSAANRADIOLOGI
Tanggal 08 Maert 2020
1. X-Ray : Opasitas lapang bawah paru kanan suspek massa paru dd
Pneumonia
Tanggal 10 Maret 2020
1. USG :
a) Tidak tampak echo cairan cavum pleura kanan tidak kami
berikan marker, tampak hepatisasi pada cavum thorak
kanan
b) Tida tampak echo cairan cavum pleura kiri tidak kami
berikan marker
kesimpulan : Konsolid pada hemithorak kanan
Tanggal 11 Maret 2020
1. USG Abdomen : Tidak tampak nodul proses metastasis pada hepar
dan lien maupun lymphanidopathy pada paraarta dan paraliaca.
konsolidasi basal paru kanan
Tanggal 9/3/2020
1. IVFD NS 14 TPM
2. Injk. Ceftriaxone 2x1 gr
3. Injk. Omeprazole 1x4 gr
4. Injk. NAC 3X1 mg
5. Injk. Nistatin amp 4x3 cc
6. Nebul : Combivent 3x1, Pulmicot 3x1
7. Lenofloxacin Infs : 750 mg x 1
8. Oksigen Nasal canul : 4 lpm
Tanggal 10/3/2020
1. IVFD NS 20 TPM + Frutoril
2. Injk. Ceftriaxone 2x1 gr
3. Injk. Ranitidine 2x50 mg
4. Injk. NAC 3X1 mg
5. Injk. Nistatin amp 4x3 cc
6. Nebul : Combivent 3x1, Pulmicot 3x1
7. Lenofloxacin Infs : 750 mg x 1
8. Oksigen Nasal canul : 4 lpm
Tanggal 11/3/2020
IVFD Asering : Aminofluid (2:1) 20 TPM
Infs. KCL 2mg + Ns 500mg
Injk. Ceftriaxone 2x1 gr
Injk. Ranitidine 2x50 mg
Injk. NAC 3X1 mg
Injk. Nistatin amp 4x3 cc
Nebul : Combivent 3x1, Pulmicot 3x1
Lenofloxacin Infs : 750 mg x 1
Oksigen Nasal canul : 4 lpm
Terapi PRC 2 labu
TTD PERAWAT
( Moh. Lutfillah )
60
ANALISIS DATA
Kerusakan
pertukaran gas
Gangguan
pertukaran gas
DO : menginvasi ruang
antar sel dan
Nadi 129 x/menit alveoli
RR : 26 x/menit
TD : 100/60 mmHg merangsang
Suhu: 38,2 C produksi neutrofil
Kekuatan otot : 4/4/4/4 dan sitokonin
pasien tampak pucat
Hb 10,3gr/dl proses inflamasi
sitokinin terlibat
dalam reaksi
inflamasi
sistem imun
menurun
63
Pneumonia
Terjadi interaksi
bakteri/virus
dengan antibody
perubahan struktur
membrane alveoli
cairan merembes
ke alveolus
Suplai O2 ke
ajringan tubuh
berkurang
Hipoksia jaringan
produksi energi
menurun
Aktivitas fisik
menurun
Intoleransi
Aktivitas
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
64
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostic (mis.
Bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE]
5. Depresi sistem saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom aspirasi mekonium
10. Infeksi saluran napas
Gangguan pertukaran gas dengan kondisi Pertukaran Gas (L.01001) Pemantauan Respirasi (I.01014)
terkait Pneumonia dibuktikan dengan PO2 Definisi : Oksigenasi dan /atau Mengumpulkan dan menganalisis data
menurun, peningkatan pH, takikardia, eliminasi karbondioksida pada untuk memastikan kepatenan jalan
bunyi napas tambahan, sianosis, membrane alveolus - kapiler dlam napas da keefektifan pertukrang gas
diaphoresis, napas cuping hidung, pola batas normal. Tindakan :
napas abnormal, dispnea. (D.0003) Observasi :
Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor frekuensi, irama,
Definisi : kelebihan atau kekurangan keperawatan selama 1x24 jam maka kedalaman, dan upaya napas
oksigenasi dan atau eleminasi Pertukaran Gas Meningkat dengan 2. Monitor pola napas (seperti
karbondioksia pada membrane alveolus – kriteria hasil bradipnea, takipnea,
kapiler . hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
1. Dispnea (menurun) stokes, biot, ataksik)
2. Bunyi napas tambahan (menurun) 3. Monitor adanya sputum
3. Diaforesis (menurun) 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi
Penyebab 4. Napas cuping hidung (menurun) paru
1. ketidakseimbangan ventilasi - 5. PO2 (membaik) 5. Auskultasi bunyi napas
perkusi 6. pH arteri (membaik) 6. Monitor saturasi oksigen
2. perubahan membrane alveolus –
68
Objektif
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. gelisah
4. napas cuping hidung
5. pola napas abnormal (cepat/lambat,
regular/ireguler, dalam/dangkal)
6. warna kulit abnormal (mos.
kebiruan, pucat)
7. kesadaran menurun
3 Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I. 05178)
Ketidakseimbangan antara suplai dan Definisi : Respon fisiologis tehadap Mengidentifikasi dan mengelola
kebutuhan oksigen dibuktikan dengan aktivitas yang membutuhkan tenaga penggunaan energi untuk mengatasi
frekuensi jantung meningkat >20% dari atau mencegah kelelahan dan
kondisi istirahat, mengeluh lelah, dispnea, Setelah dilakukan intervensi keperawatan mengoptimalkan proses pemulihan
merasa lemah, merasa tidak nyaman selama 1x24 jam maka Toleransi
setelah beraktivitas (D.0056). Aktivitas Meningkat dengan kriteria hasil Tindakan
1. Frekuensi nadi (meningkat) Observasi
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk 2. Saturasi oksigen (meningkat) 1. Identifikasi gangguan fungsi
melakukan aktivitas sehari – hari . 3. Keluhan lelah (menurun) tubuh yang mengakibatkan
4. Dispnea (menurun) kelelahan
5. Frekuensi napas (membaik) 2. Monitor kelelahan fisik emosional
Penyebab 6. Sianosis (menurun) 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Ketidakseimbanagn antara suplai 4. Monitor lokasi dan
dan kebutuhan oksigen ketidaknyamanan selama
2. Tirah baring melakukan aktivitas
3. Kelemahan
4. Imobilitas Terapeutik
70
D.0056 Observasi S:
16.30 1. mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang Keluarga pasien mengatakan pasien cepat
mengakibatkan kelelahan lelah jika berjalan disertai sesak napas dan
pasien mengalami gangguan pada paru keringat dingin
kananya bagian bawah. terdiagnosis medis
Pneumonia, RR: 26 x/menit O:
16.33 2. memonitor kelelahan fisik dan emosional 1. Frekuensi nadi : 129 x/menit (sedang)
pasien merasakan kelelahan jika melakukan 2. Saturasi oksigen : 88% (sedang)
aktivtas ringan seperti berjalan ke kamar 3. Keluhan lelah : masih merasakan
mandi, tampak sesak, SPO2 88% keluhan saat melakukan aktivitas
3. memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama berjalan kekamar mandi (sedang)
melakukan aktivtas 4. Dispnea : masih merasakan kesulitan
17.00 merasakan sesak napas dan keringat dingin untuk bernapas, apalagi setelah
pada tubuh beraktivitas ringan (sedang)
Nadi : 129 x/menit 5. Frekuensi napas : RR: 26 x/menit
6. Sianosis : mulai berkurang ketika pasien
Terapeutik dalam kondisi istirahat (sedang)
17.10 1. menyediakan lingkungan yang nyaman dan
rendah stimulus A:
memberisihkan tempat tidur pasien supaya Masalah Intoleransi aktivitas teratasi
tidur lebih nyaman sebagian
mengatur cahaya dengan cara menutupi mata
dengan kain unutk memberikan kenyamanan. P : Lanutkan Intervensi manajemen energi
pasien merasa nyaman dan tidur lebih lama Observasi 1,2,3
Terapeutik 1,2
Edukasi Edukasi 1,2,3,4
17.13 1. menganjurkan untuk tirah baring untuk Kolaborasi 1
mengurangi sesak
pasien tampak nyaman dan lebih tenang
76
Kolaborasi
17.40 1. Berkolarosi dengan ahli gizi cara meningkatkan
asupan makanan
pasien mendapatkan makanan tim dan susu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat nebul (combivent
dan pulmicot ) 1:1
10/3/20 D.0003 Observasi S:
09.00 1. Memonitor frekuensi irama, kedalaman, dan Keluarga pasien mengatakan keringat
upaya napas dingin mulai berkurang, keluhan batuk
cukup dalam, reguler, dispnea cukup berkurang dan sesak napas
09.10 2. memonitor pola napas 13.00
RR : 23x/menit O:
09.15 pasien menggunakan otot bantu napas 1. Dispnea : masi kesulitan untuk
intercostae dan cuping hidung bernapas dengan spontan (sedang)
3. memonitor adanya produksi sputum 2. Bunyi napas tambahan: terdengar
jumlah cukup berkurang, warna putih suara napas tambahan ronkhi pada
kehiajuan dan sedikit kental lapang paru kanan (sedang)
3. Diaforesis : masih keluar keringat
dingin hnaya melakukan aktivitas
09.20 4. memonitor saturasi oksigen ringan (sedang)
SPO2: 99% 4. napas cuping hidung : masih ada
79
Edukasi
09.25 1. menganjurkan untuk tirah baring untuk
mengurangi sesak
pasien tampak nyaman dan lebih tenang
09.30 2. menganjurkan menghubungi perawat jika tamda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
gejala keluhan cukup berkurang
81
Kolaborasi
09.40 1. Berkolabosi dengan ahli gizi cara meningkatkan
asupan makanan
pasien mendapatkan makanan tim dan susu
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian obat nebul (combivent
dan pulmicot ) 1:1
11/3/20 D.0003 Observasi 11/3/20 S :
09.00 1. Memonitor frekuensi irama, kedalaman, dan Keluarga pasien mengatakan keringat
upaya napas dingin berkurang, keluhan batuk dan sesak
dalam, reguler, dispnea masih ada ketika berkurang
berjalan saja 13.00
09.10 2. memonitor pola napas O:
RR : 22x/menit 1. Dispnea masih ada ketika berjalan
pasien sudah tidak menggunakan otot bantu (sedang)
napas intercostae dan cuping hidung 2. Bunyi napas tambahan: terdengar
09.15 3. memonitor adanya produksi sputum sedikit suara napas tambahan ronkhi
jumlah berkurang, warna putih kekuningan pada lapang paru kanan (sedang)
dan sedikit kental 3. Diaforesis : keringat dingin hanya
melakukan aktivitas ringan (sedang)
09.20 4. memonitor saturasi oksigen 4. napas cuping hidung : tidak ada
SPO2: 99% (cukup menurun)
CRT < 2 detik, sianosis tampak ketika 5. PO2 : 50 (sedang)
beraktivtas ringan/berjalan 6. PH : 75,0 (sedang)
84
09.25 5. memonitor nilai analisis gas darah 7. Pola napas : RR : 22x/menit, dalam,
nilai pH : 75,0, PO2: 50, HCO3 : 28,7 reguler (cukup menurun)
09.30 6. auskultasi bunyi napas
terdapat bunyi napas tambahan : ronkhi A:
pada lapang paru kanan Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
Terapeutik
09.35 1. mengatur interval pemantauan respirasi sesuai P:
kondiis pasien Lanjutkan intervensi pemantauan respirasi
pemantauan TTV 6-7 jam sekali, pasien Observasi 1,2,3,4,5,6
tampak nyaman dan tenang Terapeutik 1-2
2. mendokumentasikan hasil pemantauan Edukasi 1-2
kolaborasi 1
09.40 Edukasi
1. menjelaskan tujuan setiap tindakan dan
prosedur pemantauan
pasien dan keluarga tidak cemas dan dapat
mengetahui tindakan yang dilakukan
2. menginformasikan hasil pemantauan
pasien dan keluarga dapat mengetahuai
hasil dari pemantauan
kolaborasi
Kolaborasi dengan laboratorium untuk analisis darah