DEPARTEMEN
OLEH :
201920461011089
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KELOMPOK 11
NIM: 201920461011089
LEMBAR PENILAIAN
NAMA MAHASISWA : Mega Dwi Anggraeni
NIM : 201920461011089
TGL PRAKTEK : 22 Juni 2020
MINGGU KE :9
No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................2
LEMBAR PENILAIAN...............................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................5
A. Definisi..............................................................................................................5
B. Etiologi..............................................................................................................5
C. Epidemologi.....................................................Error! Bookmark not defined.
D. Tanda dan Gejala...............................................................................................5
E. Patofisologi........................................................................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang...................................Error! Bookmark not defined.
G. Penatalaksanaan...............................................................................................11
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)...............................11
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI).......................................................................15
J. Luaran Keperawatan (SLKI)...........................................................................15
K. Intervensi Keperawatan (SIKI)........................................................................15
L. Daftar Pustaka..................................................................................................16
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................17
A. CASE REPORT...............................................................................................17
B. Pengkajian (Focus Assesement)......................................................................18
C. Analisa Data....................................................................................................19
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI).......................................................................20
E. Luaran Keperawatan (SLKI)...........................Error! Bookmark not defined.
F. Luaran Keperawatan (SIKI).............................Error! Bookmark not defined.
BAB III. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING).....25
A. Masalah Keperawatan......................................................................................25
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)..............................................25
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)................................................................25
BAB IV. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS).....................31
1. Judul Tindakan Keperawatan...........................Error! Bookmark not defined.
2. Judul Tindakan Keperawatan...........................Error! Bookmark not defined.
3. Judul Tindakan Keperawatan...........................Error! Bookmark not defined.
4. Judul Tindakan Keperawatan...........................Error! Bookmark not defined.
5. Judul Tindakan Keperawatan...........................Error! Bookmark not defined.
BAB V. MEET THE EXPERT (MTE)......................Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka.............................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif.
(Kemenkes RI, 2014). Diabetes adalah salah satu penyakit kronis dan serius
(James T, 2017).
B. Etiologi
menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang dibuat
Kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
b. Diabetes melitus (DM) tipe 2
dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga
menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga
dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin
DM tipe ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek
obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang
C. Manifestasi Klinis
medis paling sering dicari karena gejala yang berkaitan dengan hiperglikemi
(poliuria, polidipsia polifagia). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan
timbul gejala tambahan seperti nafsu makan mulai berkurang atau berat badan
turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, bila
tidak lekas diobati akan timbul rasa mual bahkan pasien akan jatuh pada keadaan
atau relatif dan kelebihan glukagon absolut atau relatif. Normalnya, terdapat
sama. Secara konseptual, perubahan respon biologik terhadap salah satu hormon
yang dapat menyebabkan efek serupa. Karena itu resistensi insulin dapat
meskipun rasio kedua hormon dalam plasma yang dinilai dengan immunoassay
tidak jelas abnormal atau bahkan menurun (glukagon aktif secara biologik,
D. Patofisologi
Kadar gula darah pada kondisi normal akan selalu terkendali berkisar 70-
110 mg/dl, karena pengaruh kerja hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Setiap
(karbohidrat) di usus dan kadar gula darah akan meningkat. Peningkatan kadar
gula darah ini memicu produksi hormon insulin oleh pankreas. Berkat pengaruh
hormon ini, gula dalam darah sebagian masuk ke dalam berbagai macam sel
tubuh (terbanyak sel otot) dan akan digunakan sebagai bahan energi dalam sel
tersebut. Sel otot kemudian menggunakan gula untuk beberapa keperluan yakni
sebagai energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada sisa
maka sebagian sisa tersebut di ubah menjadi lemak dan protein. Jika fungsi
insulinnya tidak efektif. Hal ini seperti pada DM tipe II terdapat resistensi
jaringan baru dan memperbaiki jaringan. Semua hormon yang terkait dalam
metabolisme glukosa, hanya insulin yang bisa menurunkan gula darah. Insulin
adalah hormon yang kurang dalam penyakit diabetes mellitus ( James T, 2017). .
Hormon insulin diproduksi oleh sel beta pulau langerhans yang terdapat
pada pankreas. Insulin berperan untuk memastikan bahwa sel tubula dapat
memakai bahan bakar. Peran insulin untuk membuka pintu sel agar bahan bakar
dapat masuk ke dalam sel. Terdapat reseptor pada permukaan setiap sel, saat
reseptor membuka (oleh insulin) maka glukosa dan asam amino dapat masuk ke
dalam tubuh. Jika sel tanpa hormon insulin, sel tersebut tidak bisa memproduksi
glukosa untuk mendapatkan energi. Glukosa yang tidak masuk ke dalam sel
Langerhans mengandung sel khusus seperti sel alfa, sel beta, sel delta, dan sel F.
dalam darah dan peningkatan glukosa dalam urine, dengan insulin, hepar dapat
mengambil glukosa, lemak, dan asam amino dari peredaran darah. Hepar
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, yang lain disimpan dalam sel otot,
dan sel lemak. Glikogen dapat diubah kembali menjadi glukosa apabila
jumlah insulin yang berkurang atau insulin tidak efektif, glukosa tidak bisa
glukosa) akan terhambat. Karena sel tidak memperoleh bahan bakar, hepar
Faktor
Genetik Obesitas
Usia imunologi
Reaksi autoimun
Pankreas
Defisiensi insulin
Glukoneogenesis Hiperglikemia
Ketidakstabilan
Glikosuria glukosa darah
Lemak Protein
Osmotic
Ketogenesis BUN ↑ Diuresis Hipovolemia
Hemokonsentrasi
PH ↓
Mual muntah
Trombosis
Asidosis
Aterosklerosis
Koma Makrovaskuler
Kematian
Mikrovaskuler
Defisit Jantung Serebral Ekstremitas
Nutrisi
Retina Ginjal
Miokard Stroke Gangren
Infark Renitopati Nefropati
Diabetik
Gang. Integritas Gagal ginjal
Gang.
kulit
Penglihatan
Risiko Jatuh
E. Pemeriksaan Penunjang
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi
kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
a. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
b. Latihan fisik
c. Pemantauan
d. Terapi
1. Sulfonaria
- Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
e. Pendidikan kesehatan
- Pengumpulan data
- Keluhan utama: apa yang dikeluhkan klien saat pertama kali datang ke RS,
beberapa komplikasi
riwayat penyakit
- Pemeriksaan fisik keadaan umum : kesadaran, GCS, Vital sign, BB dan TB.
darah tinggi
- Aktivitas / istirahat : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus
otot menurun, Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi,
- Integritas ego: Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
- Eliminasi: Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang
Diare, nyeri tekan abdomen Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan
berbau bila ada infeksi. Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif
Kulit kering bersisik, turgor kulit jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas
aseton ).
koma , gangguan memori ( baru, masa lalu ), kacau mental, reflek tendon
- Keamanan: Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi,
- Gangguan integritas kulit: Luaran utama adalah integritas kulit dan jaringan “
meningkat” (L.14125)
- Defisit nutrisi: Intervensi utama adalah manajemen nutrisi dan promosi berat
badan
keselamatan lingkungan
K. Daftar Pustaka
Kaur H, & Kochar R. (2017). Stress and Diabetes Melitus. International Journal
Kusnanto, Mei SP, Panji A, & Arifin H. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan
42.
A. CASE REPORT
A 62 year old female, Mrs. L, was internally referred to the general clinic
from the dentist clinic within Puskesmas Nusa Penida I with a diagnosis of
dental abscess in the frst right molar. The patient was experiencing pulsating
pain and swelling of the upper right side of her jaw, with the pain radiating
through to her right ear for the last two days. She sensed a rotting smell coming
out of her mouth, had a fever, and a general headache throughout. Two weeks
beforehand, the patient complained of her upper teeth being sensitive, feeling
shooting pain whenever she was eating something hot or cold. This pain radiated
The patient has never been checked for her blood glucose level and was
never diagnosed with diabetes. She denied any symptoms of frequent urination,
least four large meals a day with a dominance of rice in every meal. She denied
her fngers and toes at times. Her vision started to become blurry since a year
ago. She denied having a family history of diabetes or any other remarkable
disease.
Mrs. L runs an eatery with the help of household assistants, having little
physical activity throughout the day. She usually sleeps early at 7 pm and wakes
resulted in her paying no attention to her diet and lifestyle. She is an active
blood pressure was 140/90 mmHg, heart rate of 90 times per minute, respiration
rate of 18 times per minute, temperature of 37.5oC. Her height was 155 cm and
her weight 75 kg, making her Body Mass Index (BMI) 31.2, which is
categorized as obesity class I. Her fasting plasma glucose (FPG) was 400mg/dl.
Keluhan utama saat masuk rumah sakit: Nyeri dan pembengkakan di rahang
PenidaI dengan diagnosis abses gigi. Pasien mengalami nyeri berdenyut serta
adanya pembengkakan di rahang bagian kanan atas selama dua hari terakhir.
Pasien merasakan bau busuk dari mulutnya, demam dan sakit kepala.
bahwa gigi atasnya sensitif, merasakan sakit ketika memakan sesuatu yang
puasa 400mg/dl
2. Analisa Data
Keperawatan (SIKI)
.
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
agen tindakan keperawatan
pencedera fisik selama 1x24 jam Observasi
(abses) d.d diharapkan “Tingkat 1. lokasi, karakteristik,
nyeri (D.0077) Nyeri (L.08066) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
menurun dengan nyeri
kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri
menurun (5) non verbal
2. Mual menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
PEMBERIAN ANALGETIK
(I.08243)
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan respon
pasien
4. Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
2. Ketidakstabila Setelah dilakukan MANAJEMEN HIPERGLIKEMIA
n kadar (1.03115)
tindakan keperawatan
glukosa darah
selama 1x24 jam Observasi
b.d gangguan
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
gula darah diharapkan
hiperglikemia
puasa d.d “Kestabilan kadar 2. Monitor gula darah
hiperglikemi 3. Monitor tanda dan gejala
glukosa darah
(400mg/dl) hiperglikemia
(D.0027) (L.03022)” menurun
Terapeutik
dengan kriteria hasil :
1. Berikan asupan caairan oral
1. Pusing menurun (5) 2. Konsultasi dengan medis jika tanda
dan gejala memburuk
2. kadar glukosa dalam
darah membaik (5) Edukasi
1. Anjurkan menghindari olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari 250
mg/dl
2. Anjurkan monitor kadar gula darah
sendiri
3. Ajarkan pengelolaan diabetes
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin,
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
3. Kolaborasi pemberian kalium
3. Gangguan Setelah dilakukan PERAWATAN LUKA (1.14564)
integritas tindakan keperawatan
jaringan b.d selama 1x24 jam Observasi
Kurang diharapkan “Integritas 1. Monitor karakteristik luka
terpapar Kulit dan Jaringan 2. Monitor tanda0tanda infeksi
informasi (L.14125)” meningkat
tentang upaya dengan kriteria hasil : Terapeutik
mempertahank 1. 1. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
an / menurun (5) pembersih nontoksik
melindungi 2. 2. bersihkan jringan nekrotik
integritas 3. 3. Pasang balutan jenis luka
jaringan d.d darah membaik (5) 4. Berikan diet dengan kalori 30-35
nyeri (D.0192) kkal/kg BB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kg BB/ hari
5. Berikan vitmin neutral dan mineral
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan lemak
3. Ajarkan prosedur perawatan luka
sendiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement
2. Kolaborasi pemberian antibiotik
4. Risiko cidera Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh (1.14540)
d.d tindakan keperawatan
ketidakstabilan selama 1x24 jam Observasi
profil darah diharapkan “Tingkat 1. Identifikasi faktor resiko jatuh
(D.0136 cedera “ menurun 2. Identifikasi faktor lingkungan yang
dengan kriteria hasil : meningkatkan resiko jatuh
1. Risiko cedera
menurun (5) Terapeutik
1.1. Gunakan alat bantu berjalan
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
2. Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
5. Defisit Setelah dilakukan EDUKASI KESEHATAN (1.12383)
pengetahuan tindakan keperawatan
tentang selama 1x24 jam Observasi
diabetes diharapkan “Tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
mellitus b.d Pengetahuan (L12111) kemampuan menerima informasi
kurang meningkat dengan 2. Identifikasi fator yang dapat
terpapar kriteria hasil : meningkatkan dan menurunkan
informasi d.d 1. Kemampuan motivasi perilaku hidup bersih dan
menujukka menjelaskan sehat
perilaku tidak pengetahuan tentang
sesuai anjuran suatu topik Terapeutik
(D.0111) meningkat (5) 1. Sediakan materi dan media
2. Kemampuan pendidikan kesehatan
menggambarkan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
pengalaman sesuai kesepakatan
sebelumnya yang 3. Berikan kesempatan bertanya
sesuai dengan topik
meningkat (5) Edukasi
3. Perilaku yang 1. Jelaskan faktor risiko yang
sesuai dengan mempengaruhi kesehatan
pengetahuan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
meningktat (5) sehat
A. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut
4. Risiko jatuh
5. Deficit pengetahuan
sedang dirawat, pasien yang gelisah, atau yang takut dengan jarum suntik dalam
El Geziry. A., Toble. Y., Al Kadhi. F., Pervaiz .M., & Al Nobani., M. 2018.
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.79689
menggunakan terapi
kecemasan, mual dan denyut jantung pada pasien diobati dengan pemanasan
aktif untuk rasa sakit yang terkait dengan trauma ringan, sistitis, urolitiasis,
kolelitiasis, radang usus buntu, radang usus besar, dan trauma rektum. Ini adalah
terapi yang murah dan mudah digunakan efek samping minimal saat digunakan
dengan tepat. Terapi dingin termasuk menerapkan zat dingin atau perangkat ke
bagian tubuh mana pun. Sejumlah penelitian telah melaporkan bahwa perawatan
proses inflamasi. Kompres dingin dapat digunakan antara periode waktu 15 dan
Kompres panas dan dingin telah digunakan selama beberapa dekade dan
berabad-abad untuk meredakan rasa sakit termasuk nyeri otot, nyeri sendi, nyeri
menunjukkan bukti bahwa terapi es dan panas efektif dan dapat mengurangi rasa
- Panas merangsang reseptor termo di kulit dan jaringan yang lebih dalam. Ini
jangkauan sendi.
latar belakang budaya. Secara umum, doa adalah satu kegiatan spiritual sehari-
hari yang paling umum, yang dapat mengambil berbagai bentuk termasuk rasa
menjadi lebih dekat dan dicintai oleh Tuhan. Nyeri sering dirujuk dalam konteks
kesejahteraan dan kesehatan; oleh karena itu, spiritual dianggap sebagai salah
doa dan mencari dukungan spiritual khusus, untuk mengatasi lebih efektif
Pada pasien diabetes khususnya tipe 2, diet yang sangat disarankan yaitu diet
rendah kalori, meningkatkan konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian,
ikan, kacang-kacangan, dan mengurangi makan daging, olahan daging, olahan
karbohidrat dan minuman yang dimaniskan dengan gula, serta mengurangi
asupan garam (Milne & Rosa, 2019).
4. Manajemen edukasi kesehatan
Judul : Effectiveness of Systematic Health Education Model for Type 2
Diabetes Patient
Sebelum memulai sistem edukasi, peneliti tersebut mengumpulkan
data sosiodemografi, kebiasaan diet, konsumsi alkohol, merokok, aktivitas fisik,
perawatan kaki, pemantauan mandiri kadar glukosa, kepatuhan pengobatan,
beserta moriditas seperti obesitas, hipertensi dislipidemia, kardiopati, dll untuk
kemudian ditindak lanjuti sesuai dengan data yang diperoleh.
- Dengan gambar. Semua pasien diberi video tentang DM dan hipertensi,
yang didasarkan pada teknik audiovisual untu menciptakan kesadaran diri
yang lebih luas tentang pentingnya mengetahui diabetes. Edukasi berisi
patogenesis DM, bahaya, komplikasi, dan pengobatan. Sehingga
meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya mengendalikan faktor
risiko.
- Dengan mengunjungi sebuah pameran sehingga pasien mendapatkan
pengetahuan umum secara langsung tentang bagaimana efek obat pada
tubuh, model makanan, pengobatan alternatif, injeksi insulin sendiri,
tanda-tanda hipoglikemia, dan teknik menghitung karbohidrat.
- Dengan Buklet, yang diharapkan dapat meningkatkan manajemen diri
terhadap penyakit diabetes. Misalnya dengan gambar porsi diet, sayuran
setengah piring, ¼ karbohidrat, ¼ protein.
- Dengan program latihan mandiri seperti jalan kaki, jogging, berseped, dll
(Zhang, 2018).
5. Manajemen penurunan gulah darah
Judul :World Journal of Diabetes :Update on the treatment of type 2
Diabetes Mellitus
Aktivitas fisik dan olahraga adalah salah satu strategi dasar dalam
pengobatan diabetes mellitus dengan manfaat seperti meningkatkan sensitivitas
jaringan terhadap insulin, mengontrol kadar gula dalam darah, menstabilkan
tekanan darah, memelihara juga bisa menurunkan berat badan, menyehatkan
jantung, memiliki kualitas hidup yang lebih baik, kesejahteraan psikologis, dan
menurunkan depresi (Marín-peñalver et al., 2016).
El Geziry. A., Toble. Y., Al Kadhi. F., Pervaiz .M., & Al Nobani., M. (2018).
Non-PharmacologicalPainManagement.
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.79689
Milne, N., & Rosa, F. Di. (2019). The diabetes review : A guide to the basics,
23(1), 1–8.