Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

PADA PEMAKAIAN KB IUD

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh :

KELOMPOK-11

Julia Rika Sari 201920461011088


Amilia Candra S 201920461011077
Mega Dwi Anggraeni 201920461011089

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan tutorial oleh kelompok 11 ini sebagai salah satu tugas dari Departemen
Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners.
Dalam penyusunan laporan ini penyusun mendapat motivasi dan dukungan dari
banyak pihak dan tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Juwitasari, MS selaku dosen pembimbing Kelompok 11 Departemen
Keperawatan Maternitas 4
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan, baik moril
maupun materil. Teman-teman kelompok 11 yang telah memberikan
bantuan, masukan dan kerjasama yang luar biasa.
3. Serta pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Selain itu, kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bisa menjadi referensi tambahan dalam mencari informasi. Kami
menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun guna
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi.

Malang, 18 September 2020

Penyusun
BAB I

1.1 Latar belakang

Konsep mengenai kontrasepsi pascasalin bukanlah hal yang baru, akan tetapi belum

banyak perhatian yang diberikan pada metode ini. Penggunaan metode kontrasepsi

pascasalin seperti pemasangan intrauterine device (IUD) pada periode pascasalin dapat

menjamin rentang jarak kehamilan berikutnya. Pengaturan jarak kehamilan lebih dari dua

tahun dapat membantu wanita memiliki anak yang sehat. Tingkat kematian anak yang

dilahirkan dengan jarak kelahiran kurang dua tahun tiga kali lebih tinggi (102 kematian

per 1.000 kelahiran) dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan rentang jarak

kelahiran lebih dari empat tahun (31 kematian per 1.000 kelahiran) (Kusumobroto et al.,

2008).

Pemilihan IUD pascasalin sebagai metode kontrasepsi yang dipilih akseptor tidak bisa

terlepas dari faktor keamanan dan keefektifan IUD pascasalin. Hatcher et al. (1998)

menyatakan keamanan metode kontrasepsi berhubungan dengan rendahnya efek samping

yang tidak dikendaki apabila dilakukan dengan prosedur yang benar, sedangkan

keefektifan berhubungan dengan kemampuan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak

dikehendaki pada akseptor yang masih menggunakan alat kontrasepsi. Pemasangan IUD

yang dilakukan segera setelah plasenta lahir dari berbagai penelitian memiliki tingkat

keamanan dan keefektifan yang cukup tinggi. Efek kontrasepsi jangka panjang yang

bersifat reversibel dan tidak mengganggu produksi air susu ibu menjadi nilai lebih dari

IUD pascasalin. Waktu setelah persalinan merupakan waktu yang penting untuk

dilakukan pemasangan IUD pascasalin karena pada waktu tersebut wanita yang baru saja

melahirkan memiliki motivasi yang tinggi untuk memakai kontrasepsi. Pemasangan IUD
pascasalin juga memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi jika dibanding

pemasangan IUD interval (Grimes et al., 2010). Saat ini jenis IUD yang sering digunakan

untuk pemasangan IUD pascasalin adalah IUD CuT 380A.

Permasalahan terjadi saat pemasangan IUD pascasalin dengan menggunakan inserter

dari IUD CuT 380A yang ada dipasaran memiliki ukuran panjang yang lebih pendek

dibanding ukuran kedalaman kanalis uterus pascasalin. Kondisi ini mengakibatkan

pemasangan IUD pascasalin secara umum dilakukan dengan dua cara yaitu dijepit

menggunakan jari tangan atau dijepit dengan menggunakan klem cincin (ring forceps)

yang kemudian dimasukkan ke dalam uterus hingga, atas dasar itulah Siswosudarmo

(2014) dengan dukungan PT Kimia Farma Indonesia merancang inserter IUD pascasalin

yang berasal dari modifikasi inserter standar IUD CuT 380A yang disebut “R_inserter”.

Ukuran R_inserter memiliki panjang 28 cm dan diameter 1 mm lebih lebar dibandingkan

inserter IUD CuT 380A standar. Dengan demikian diharapkan proses pemasangan IUD

pascasalin ke dalam uterus lebih mudah dan menggunakan kaidah “no touch technique”

yang diharapkan dapat mengurangi efek samping dan meningkatkan keefektifan IUD

pascasalin. mencapai fundus. Kedua cara pemasangan ini tidak sesuai dengan kaedah”no

touch technique”. Untuk dapat memasang IUD pascasalin secara ”no touch technique”

maka dibutuhkan IUD yang memiliki inserter yang lebih panjang dari inserter IUD yang

ada
BAB II

KASUS

Identitas/ Biodata

Nama Istri : Nyonya PJ Nama Suami : Tuan.H


Umur : 34 Tahun Umur : 36 Tahun
Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia Suku/Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMEA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Kawat 3 No. 23 Alamat : Jl. Kawat 3 no23

Tj.Mulia Medan Tj.Mulia Medan

a. Anamnesa (Data Subjektif)

1. Alasan masuk : Ingin Menjarangkan Kehamilan dengan KB IUD

2. Riwayat menstruasi :

Menarche: Pada umur 13 tahun

Siklus: 28 Hari

Lamanya: 5 Hari

Banyaknya: 3x Ganti

pembalut Sifat darah: Khas

Menstruasi Warna: Merah

3. Riwayat pernikahan

Kawin ke-: I ( Pertama ) Lama perkawinan : 4 Tahun

4. Riwayat persalinan terakhir


Tanggal persalinan: 24 Maret 2018 Jenis persalinan : Spontan

Apakah sedang menyusui: Saat ini Ibu Sedang dalam Masa Menyusui

5. Riwayat KB sebelumnya

Riwayat 2 Tahun terakhir apakah ada memakai alat kontrasepsi :

No Metode KB Ada / Tidak


1. PIL Tidak
2. IUD Tidak
6.
3. Suntik TIdak
4. Kondom Tidak 7.

8.

9.

6. Riwayat penyakit lainnya

Sedang mendapat pengobatan jangka panjang : Tidak Saat ini sedang menderita

penyakit kronis: TIdak

a. Riwayat sosial

Merokok: Tidak

Minuman keras: Tidak

b. Riwayat Ginekologi

Tumor: Tidak

Operasi Ginekologi: Tidak

Penyakit kelamin: Tidak

GO: Tidak

Sifilis: Tidak

Herpes: Tidak

Keputihan:Tidak
Perdarahan tanpa sebab: Tidak

c. Riwayat kesehatan yang lalu

DM: Tidak Ada Riwayat Penyakit Dm

Jantung: Tidak Ada Riwayat penyakit Jantung

Hepatitis: Tidak Ada Riwayat Penyakit Hepatitis

Hipertensi: Tidak Sedang Menderita Penyakit

Hipertensi TBC: Tidak Ada Riwayat Penyakit TBC

7. Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)

a. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Baik

 Tanda-Tanda Vital

• TB : 160 cm Pols : 82 x/i

• BB : 62 kg RR : 23 x/i

• TD : 120/ 70 mmHg

• Temp : 36,8 C

b. Pemeriksaan Kasus Obstetri

1. Abdomen

Pembesaran : Tidak ada pembesaran pada Abdomen

2. Vagina dan Vulva

Varices : Tidak Ditemukan varises pada vagina dan vulva

Kemerahan : Tidak ada Kemerahan pada Vagina dan Vulva Tanda-

tanda peradangan : Tidak dijumpai adanya tanda tanda peradangan

3. Pemeriksaan dalam (VT):

Uterus : Tampak berwarna merah dan Tidak ada kelainan Portio


: Antefleksi

4. Inspekulo

Tumor : Tidak ada dijumpai Tumor Pendarahan : Tidak ada

Perdarahan Panjang Uterus: Panjang Uterus 7cm

5. Pemeriksaan Penunjang

Test Urine (Plano Test) : Negatif

8. Analisa

a. Diagnosa: Ibu Akspetor KB IUD

b. Masalah: Tidak Ada Masalah yang ditemukan

c. Kebutuhan :

Konseling KB IUD

Prosedur Pemasangan KB IUD

9. Pelaksanaan

a. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaannya :

TB :160 cm Pols : 82 x/i

BB : 62 kg

RR: 23 x/i

TD: 120/ 70 mmHg

Temp: 36,8 C

Pada pemeriksaan obstetri tidak ada masalah, portio antefleksi, panjang rahim

7cm dan tidak ada kelainan dalam rahim. Ibu dapat menggunakan alat kontrasepsi

KB IUD/AKDR (Coper Tcu 380 A) Ibu mengerti dan merasa senang akan hasil

pemeriksaannya.

b. Menjelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan memberi kesempatan untuk
ibu bertanya. Ibu mengerti dan sudah merasa cukup jelas dengan informasi yang

diberikan.

c. Mempersiapkan alat alat dan Bahan Habis pakai untuk Pemasangan IUD (Copper

TCu 380 A ) Alat dan bahan telah dipersiapkan.

d. Memastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan melakukan pencucian

vagina ibu. Ibu telah melakukan pencucian vagina dan kandung kemih dalam

keadaan kosong.

e. Mempersilahkan Ibu untuk naik ke tempat tidur Ginekologi dan mengatur posisi

tidur ibu dengan posisi Ginekologi. Ibu telah naik ke tempat tidur dan telah diatur

pada posisi ginekologi.

f. Menggunakan sarung tangan untuk melakukan pemeriksaan genetalia eksterna

untuk melihat adanya ulkus, pembengkakan kelenjar bartolini dan kelenjar skene.

Pemeriksaan telah dilakukan dan tidak ada ditemukan kelainan.

g. Melakukan pemeriksaan panggul untuk menentukan besar, posisi, konsistensi dan

mobilitas uterus, adanya nyeri goyang servik dan tumor pada adneksa atau kavum

doublasi. Pemeriksaan telah dilakukan dan tidak ditemukan masalah

h. Memasukkan lengan IUD dalam kemasan steril IUD siap untuk digunakan.

i. Memasukkan speculum dan mengusap vagina dan servik dengan larutan antiseptic

sebanyak 2 kali/lebih

j. Vagina dan servik telah diusap dengan larutan antiseptic.

k. Memasang tenakulum untuk menjepit servik secara hati-hati pada posisi vertical

jam 10 atau jam 2, jepit dengan pelan hanya pada satu tempat untuk mengurangi

sakit.

l. Servik telah dijepit dengan tenakulum dengan posisi vertikal jam 10.
m. Memasukkan sonde uterus sekali masuk untuk mengurangi risiko infeksi dan untuk

mengukur posisi uterus serta panjang uterus (tidak menyentuh dinding vagina)

n. Uterus telah diukur dengan menggunakan sonde uterus, panjangnya 7 cm.

o. Memasukkan IUD kekanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher biru

dalam arah horizontal, menarik tenakulum sehingga kavum uteri, kanalis serviks

dan vagina berada dalam satu garis lurus, kemudian mendorong tabung inserter

sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri. Mengeluarkan sebagian tabung inserter

dari kanalis servikalis, pada waktu benang tampak tersembul keluar dari lubang

kanalis servikalis sepanjang 3-4 cm, potong benang tersebut dengan

menggunakan gunting untuk mengurangi risiko IUD tercabut keluar.

Kemudian, tarik tabung pendorong dengan hati-hati. Melepas tenakulum, bila ada

perdarahan banyak dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa sampai

pendarahan berhenti.

p. IUD Coper Tcu 380 A telah terpasang dengan baik.

q. Merendam alat-alat pemasangan IUD dengan cara merendam di larutan klorin

0,9%.

Data Perkembangan (Kunjungan Pasca Pemasangan 1 Minggu)

Tanggal : 11 Mei 2018 Pukul : 10.00 Wib

A. Subjektif

Ibu mengatakan pendarahan haid setelah pemasangan telah berhenti dan ibu ingin

melakukan kontrol sesuai jadwal yang telah ditentukan

B. Objektif

1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum ibu : baik

Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Obstetri

Porsio : Tampak Merah Muda, benang IUD tampak di depan mulut rahim

C. Analisa Data

Diagnosa: Ibu akseptor KB pasca pemasangan IUD satu minggu

Masalah: Tidak ada

Kebutuhan:

- Pantau IUD dalam rahim,

- Pendkes cara melaksanakan personal hygiene

- Kebutuhan konseling pasca pemasangan IUD

D. Pelaksanaan

1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan, bahwa keadaan ibu sehat

Ibu mengerti dan sangat senang akan penjelasan yang diberikan

2. Mempersilahkan ibu untuk melakukan pembilasan vagina dan sekaligus

menganjurkan ibu mengosogkan kandung kemih.

Ibu mengerti dan telah mengosongkan kadung kemih

3. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan kontrol iud Alat-alat telah

dipersiapkan

4. Mempersilahkan ibu untuk naik kemeja ginekologi dan mengatur posisi ibu pada

posisi obstetri

Ibu mengerti dan telah melakukannya

5. Melakukan pemeriksaan iud dengan cara bidan memakai sarung tangan steril lalu

melakukan vt kemudian memasang spekulum dan melakukan inspeku!o.

lud terpasang dengan baik dan benang terlihat di depan porsio kira-kira 3cm. Tidak

d umpai tanda-tanda peradangan pada porsio.


6. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

Ibu mengerti dan sangat senang bahwa iud terpasang dengan baik.

7. Membersihkan alat-alat pemasangan iud dan merapikan alat serta bhp Alat-alat

dan maman telah dibersihkan

8. Mempersilahkan ibu untuk turun dan menggunakan pakaian kembali. Ibu mengerti

dan telah menggunakan pakaiannya

9. Mendokumentasikan hasil pelayanan didalam kartu (K/I/KB/13) dan mencatat di

dalam registP7 Pendokumentasian telah dilakukan

KATA SULIT

1. Apa itu AKDR ?


AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan

refersible yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus

melalui kanalis servikalis (Imelda, 2018).

PERTANYAAN

1. Bagaimana prosedur KB IUD AKDR, beserta efek sampingnya ?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan IUD ?

3. Apa sama macam-macam IUD ?

4. Sebutkan kontraindikasi dan Indikasi pemakaian IUD !

5. Bagaimana cara memilih alat kontrasepsi yang tepat dan benar ?

6. Manakah alat kontrasepsi yang paling aman dan efektif? Berikan alasannya!

7. Apa saja komplikasi yang akan timbul setelah pemasangan IUD ?

8. Mengapa pada pemasangan IUD dapat menyebabkan perforasi uterus ?

9. Asuhan keperawatan pasien dengan IUD ?

10. Bagaimana cara pemasangan KB IUD?

JAWABAN

1. Bagaimana prosedur KB IUD AKDR, beserta efek sampingnya ?

Mekanisme AKDR dimasukkan ke dalam uterus.


AKDR menghambat kemampuan sperma
untuk masuk ke tuba falopii,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma
dan ovum bertemu, mencegah implantasi
telur dalam uterus.

Efektivitas: Pada umumnya, risiko kehamilan kurang


dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Efektivitas dapat bertahan lama, hingga
12 tahun.

Keuntungan khusus bagi Mengurangi risiko kanker endometrium.


kesehatan:

Risiko bagi kesehatan: Dapat menyebabkan anemia bila


cadangan besi ibu redah sebelum
pemasangan dan AKDR menyebabkan
haid yag lebih banyak. Dapat
menyebabkan penyakit radang panggul
bila ibu sudah terinfeksi klamidia atau
gonorea sebelum pemasangan.

Efek samping: Perubahan pola haid terutama dalam 3-6


banyak, haid tidak teratur, dan nyeri
haid).

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan IUD ?

1. Keuntungan :

a. Efektifitasnya tinggi

b. IUD sangat efektif segera setelah pemasangan

c. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat kapan harus ber KB

d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

f. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

g. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila

tidak terjadi infeksi)


h. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

i. Mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin, 2003; h. MK-75).

2. Kerugian:

a. Perubahan siklus haid (pada tiga bulan pertama dan akan berkurang

setelah tiga bulan)

b. Haid lebih lama dan banya

c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi

d. Saat haid lebih sakit

e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang

berganti-ganti pasangan (Saifuddin, 2003; h. MK-75).

3. Apa sama macam-macam IUD ?

1. IUD Non- hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke empat, IUD telah Dikembangkan

mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan Logam sampai

generasi plastik (polyetilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.

a. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi dua :

1) Bentuk terbuka (oven device)

Misalnya : Lippes loop, CUT, Cu-7, Margules, Spring Coil, Multiload, Nova-

T.

2) Bentuk tertutup (closed device) Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten berg

ring.

3) Menurut tambahan atau metal.

- Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3tahun), Cu

T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 Tahun), Cu-7, Nova T

(daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 Tahun). Pada jenis

Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD Menunjukkan luasnya

kawat halus tembaga yang ditambahkan, Misalnya Cu T 220 berarti

tembaga adalah 200mm2.

- Un Medicated IUD

Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

2. IUD yang mengandung hormonal

a. Progestasert-T=Alza T

Panjang 36mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor Warna hitam.

b. Mengandung 38mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg

progesteron per hari.

c. Tabung insersinya berbentuk lengkung, dan memiliki daya kerja 18 bulan.

d. Tekhnik insersi plunging (modified withdrawal).

e. LNG-20

- Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 Mcg p er hhar

- Angka kegagalan atau kehamilan, angka terendah kurang dari 0,5 per 100

wanita per tahun.

- Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan Perdarahan ternyata

lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, Karena 25% mengalami amenore

atau perdarahan haid yang sangat sedikit (Handayani, 2010; h. 140-141).

3. Sebutkan kontraindikasi dan Indikasi pemakaian IUD !

1. Kontraindikasi :
- Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita melakukan

senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang valid sejak periode

menstruasi normal yang terakhir.

- Penyakit inflamasi pelfik (PID) diantaranya : riwayat PID kronis, riwayat PID

akut atau subakut, riwayat PID dalam tiga bulan terakhir, termasuk endometritis

pasca melahirkan atau aborsi terinfeksi.

- Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah ektopik

- Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang telah

ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6 sampai 9cm.

- IUD sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan (Varney Helen, 2007; h.

450-451)

2. Indikasi :

- Usia reproduksi.

- Keadaan nullipara.

- Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

- Wanita yang sedang menyusui.

- Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.

- Tidak mengehendaki metode kontrasepsi hormonal (Handayani, 2010; h.

145).

- Efek samping

- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.

- Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan

penyebab terjadinya anemia.


- Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika

memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya

infertilitas.

- Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah

- pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari (Saifuddin, 2006; h.

MK-75 – MK-76).

4. Bagaimana cara memilih alat kontrasepsi yang tepat dan benar ?

Dengan menyesuaikan Kebutuhan dan budget (ekonomi) klien. Lebih lengkapnya bias

dilihat pada tael berikut:

Urutan Fase menuda Fase menjarangkan Fase tidak hamil


prioritas kehamilan kehamilan (anak ≤2) lagi (anak ≥ 3)

1 Pil AKDR Steril

2 AKDR Suntikan AKDR

3 Kondom Minipil Implan

4 Implan Pil Suntikan

5 Suntikan Implan Kondom

6 Kondom Pil

Sumber: Kemenkes RI dan HOGSI

5. Manakah alat kontrasepsi yang paling aman dan efektif? Berikan alasannya!

Sebenarnya IUD efektif mencegah kehamilan selama 10 tahun. Sementara alat KB

berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal, metode kontrasepsi

ini IUD memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 1-3%

dari 100 wanita yang memakainya.


6. Apa saja komplikasi yang akan timbul setelah pemasangan IUD ?

(Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca pemasangan, Perdarahan berat waktu haid

atau diantarnya yang mungkin penyebab Anemia, perforasi uterus).

7. Mengapa pada pemasangan IUD dapat menyebabkan perforasi uterus ?

Translokasi IUD masuk ke dalam rongga perut, sebagian atau seluruhnya umumnya

karena adanya perforasi uterus. Hal ini paling sering terjadi pada waktu insersi IUD

yang kurang hati-hati atau karena adanya lokus minoris pada dinding rahim atau pada

waktu usaha pengeluaran yang sulit. Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan

AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR

saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi

uterus AKDR mendorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya

sampai ke rongga perut Perforasi lebih sering terjadi pada IUD jenis tertutup, pada

pemasangan pasca persalinan dan masa laktasi, serta pada kelainan letak uterus yang

tidak diketahui.

8. Asuhan keperawatan pasien dengan IUD ?

Diagnosa keperawatan berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016),

pada Ibu Bersalin dengan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan

tentang KB IUD Post Plasenta

Diagnosa keperawatan Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif : Objektif :

Kesiapan peningkatan 1.Mengungkapkan tentang KB IUD post

pengetahuan tentang KB minat dalam belajar plasenta

IUD post plasenta


2.Menjelaskan pengetahuan

tentang KB IUD post plasenta

-Menggambarkan pengalaman

sebelumnya tentang suatu

topik

-Perilaku sesuai dengan

pengetahuan
Tabel 2

(sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosa Keperawatan

Indonesia,

2016)

3. Intervensi keperawatan

Intervensi merupakan suatu kategori perilaku keperawatan yang direncanakan

dimana tujuannya berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan,

ditetapkan serta intervensi keperawatan dipilih guna menyelesaikan suatu masalah

(P.A Potter & Perry, 2010). Rencana keperawatan tersebut disusun berdasarkan

hasil perumusan diagnosa yang telah ditentukan, yaitu dengan menggunakan

penerapan Satuan Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (Tim Pokja SLKI, 2018)

dan Satuan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Tim Pokja SIKI, 2018).

Intervensi Keperawatan Pada Diagnosa

Keperawatan Kesiapan Peningkatan Pengetahuan

Diagnosa Tujuan Intervensi keperawatan

keperawatan dan kriteria


hasil

Kesiapan Setelah dilakukan 1. Verbalisasi minat dalam belajar

peningkatan intervensi selama 1x30 tentang KB IUD post plasenta

pengetahuan menit, diharapkan meningkat

tentang KB tingkat pengetahuan 2.Kemampuan menjelaskan

IUD post pasien meningkat pengetahuan tentang KB IUD post

plasenta dengan kriteria hasil : plasenta


Tabel 2
3.Kemampuan Edukasi keluarga tentang KB IUD post plasenta sesuai

menggambarkan berencana kesepakatan

pengalaman Observasi 3. Berikan kesempatan kepada

sebelumnya tentang 1. Identifikasi kesiapan pasien untuk bertanya

suatu topik dan kemampuan pasien 4. Lakukan penapisan pada ibu dan

4. Perilaku sesuai dengan menerima informasi pasangan untuk penggunaan KB

pengetahuan tentang tentang KB IUD post IUD post plasenta

KB IUD post plasenta plasenta 5. Lakukan pemeriksaan fisik

meningkat 2.Identifikasi 6. Fasilitasi ibu dan pasangan dalam

pengetahuan tentang pengambilan keputusan

tentang KB IUD post menggunakan KB IUD post

plasenta plasenta

Terapeutik 7. Diskusikan pertimbangan

1. Sediakan materi agama, budaya, perkembangan,

dan media sosial ekonomi terhadap

pendidikan penggunaan KB IUD post

kesehatan tentang plasenta

KB IUD post Edukasi

plasenta 1. Jelaskan tentang sistem reproduksi

2.Jadwalkan 2. Jelaskan mengenai metode

pemberian kontrasepsi KB IUD post plasenta

pendidikan kesehatan
4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan yang diperlukan dan

dilakukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Adapun kegiatan yang dilakukan

meliputi pengumpulan data secara berkelanjutan, mengobservasi respons ibu

selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (P.A

Potter & Perry, 2010). Adapun implementasi yang diberikan untuk diagnosa

keperawatan kesiapan peningkatan pengetahuan ibu bersalin tentang KB IUD post

plasenta, yaitu:

o Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan pasien menerima informasi

tentang KB IUD post plasenta

o Mengidentifikasi pengetahuan tentang KB IUD post plasenta

o Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan tentang KB IUD

post plasenta

o Menjadwalkan pendidikan kesehatan tentang KB IUD post plasenta

sesuai kesepakatan

o Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

o Melakukan penapisan pada ibu dan pasangan untuk penggunaan KB IUD

post plasenta

o Melakukan pemeriksaan fisik

o Memfasilitasi ibu dan pasangan dalam pengambilan keputusan

menggunakan KB IUD post plasenta

o Mendiskusikan pertimbangan agama, budaya, perkembangan, sosial

ekonomi terhadap penggunaan KB IUD post plasenta

o Menjelaskan tentang sistem reproduksi


o Menjelaskan mengenai metode KB IUD post plasenta

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual yang digunakan untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana

intervensi dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk

memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan

implementasi intervensi (Nursalam, 2017).

Adapun evaluasi dari tindakan keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada

ibu bersalin dalam pemenuhan kesiapan peningkatan pengetahuan tentang KB IUD

post plasenta, yaitu sebagai berikut : verbalisasi minat dalam belajar tentang KB IUD

post plasenta meningkat meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang

KB IUD post plasenta meningkat, kemampuan menggambarkan pengalaman

sebelumnya tentang KB IUD post plasenta meningkat, dan perilaku sesuai dengan

pengetahuan tentang KB IUD post plasenta meningkat.


DAFTAR PUSTAKA

Diagnosis Keperawatan Definisi&Klasifikasi. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran.

EGC

Belezza, M. (2017). Cushing’s Syndrome. Diakses dari https://nurseslabs.com/cushing

syndrome/

Martin, P. (2017). 6 Cushing’s Disease Nursing Care Plan. Diakses dari

https://nurseslabs.com/cushings-disease-nursing-care-plan/

Bulechek, M. Gloria, et all. (2013).  Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi

keenam Bahasa Indonesia. Philadelphia : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai