DEPARTEMEN
KEPERAWATAN JIWA
OLEH :
201920461011088
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN JIWA
KELOMPOK - 11
NIM: 201910461011088
Page 2 of 40
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN....................................................................................................4
I. Definisi.....................................................................................................................................4
II. Klasifikasi................................................................................................................................4
III. Etiologi.................................................................................................................................8
IV. Tanda dan Gejala.............................................................................................................11
V. Phatway.................................................................................................................................13
VI. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................14
VII. Penatalaksanaan..............................................................................................................14
VIII. Komplikasi........................................................................................................................15
IX. Pengkajian........................................................................................................................15
Daftar Pustaka..............................................................................................................................20
BAB II. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA.........................................................21
I. Identitas Klien......................................................................................................................21
II. Alasan Masuk........................................................................................................................21
III. Riwayat Penyakit Sekarang Dan Faktor Presipitasi..................................................21
IV. Faktor Predisposisi.........................................................................................................21
V. Pemeriksaaan Fisik.............................................................................................................22
VI. Pengkajian Psikososial (Sebelum dan Sesudah sakit)..............................................23
VII. Status Mental....................................................................................................................24
VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang........................................................................................29
IX. Mekanis Mekoping...........................................................................................................31
X. Masalah Psikososial dan Lingkungan..............................................................................31
XI. Pengetahuan Kurang Tentang.......................................................................................31
XII. Aspek Medis......................................................................................................................32
XIII. Daftar Diagnosa Keperawatan.......................................................................................32
XIV. Pohon Masalah.................................................................................................................32
XV. Prioritas Diagnosa Keperawatan..................................................................................33
XVI. Analisa Data......................................................................................................................33
XVII. SLKI dan SIKI.................................................................................................................33
XVIII. Implementasi Evaluasi................................................................................................36
Page 3 of 40
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
I. Definisi
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara
sbyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart & Sundeen,
2013).
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-akan
akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan
rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap ssuatu yang
berbahaya, sedangkan ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian
tersebut (Sarlito Wirawan Sarwono 2012).
Kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau
pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang
spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman
langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya
tidak terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan merupakan keadaan
emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan,
seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas (Annisa, 2016).
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta
bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah
satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas (AH.
Yusuf, 2015)
II. Klasifikasi
Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu
ringan, sedang, berat dan panic (Murangguna, 2018).
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut
Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut
(Murangguna, 2018) :
Page 4 of 40
Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
Respons emosional
- Perilaku otomatis Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
b. Ansietas sedang
Merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar
berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
Respon fisik
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
Page 5 of 40
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
Respons emosional
- Tidak nyaman Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
c. Ansietas berat
Ansietas berat, yakni terdapata sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut:
Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
Respons emosional
- Sangat cemas
Page 6 of 40
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
d. Panik
Panik: individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai
berikut:
Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Page 7 of 40
Antisipasi
h,
ketakutan,
dan teror.
Hal yang
rinci
terpecah - Lepas kendali
dari
proporsiny - Mengamuk, putus asa
a karena
- Marah, sangat takut
mengalami
kehilangan - Mengharapkan hasil yang buruk
kendali,
- Kaget, takut
individu
yang - Lelah
mengalami
panik tidak
Respon adaftif
mampu Respon Maladaftif
melakukan
sesuatu
walaupun
dengan
arahan.
Panik
mencakup Ringan Sedang Berat Panik
disorganisa
si
III.kepribadia
Etiologi
n dan Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik.
menimbulk
Rangsangan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri
an
peningkata
sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur
n aktivitas
pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul
motorik,
menurunny
perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah
a
kemampua
maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian, penderita
n untuk
biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.
berhubung
an dengan
a. Teori Biologis
orang lain,
persepsi- Biokimia
yang Biokimia dan neurofisiologis berpengaruh pada etiologi dari kelainan-
menyimpa
ng, dan kelainan ini telah diselidiki; bagaimanapun, bukti empiris selanjutnya
kehilangan penting sebelum hubungan definitif dapat ditentukan (Tawnsend, 2013).
pemikiran
yang - Genetik
rasional.Ri
Penyelidikan akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa kelainan ansietas
ngan
paling sering ditemukan pada populasi umum. Hal ini telah
memperlihatkan bahwa kelainan ini lebih umum antara hubungan
kekerabatan seseorang dengan kelainan secara biologis generasi pertama
dari populasi umum (DSM-III-R, 2007 didalam Murangguna, 2018).
Page 8 of 40
b. Teori Psikososial
- Psikodinamik
Teori ini menganggap predisposisi untuk kelainan ansietas saat tugas-
tugas yang diberikan untuk tahap perkembangan awal belum
terpecahkan. Dalam berespon terhadap stres, prilaku dihubungkan
dengan penampilan tahap dini ini, seperti regresi pada seseorang atau
terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Erikson, 2003 didalam
Murangguna, 2018).
- Interpersonal
Sullivan (2003) melengkapi respon ansietas untuk kesukaran dalam
hubungan interpersonal yang berasal dari hubungan awal Ibu-anak. Anak
tidak menerima mutlak kebutuhanya akan kasih sayang dan
pemeliharaan (Murangguna, 2018).
- Sosiokultural
Horney (2009) menyatakan kelainan ansietas dipengaruhi oleh suatu
kontra diksi yang banyak terjadi dalam masyarakat yang mengkontribusi
perasaan tidak aman atau ketidakberdayaan (Murangguna, 2018).
c. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
- Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua element kepribadian dan super ego mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedang super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh noma-
norma budaya seseorang (Murangguna, 2018).
- Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma , seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan yang spesifik
(Murangguna, 2018).
- Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatau yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menggangap ansietas sebagai
suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
Page 9 of 40
menghindari kepedihan (Murangguna, 2018).
- Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi
(Murangguna, 2018).
- Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
ansietas. Penghambatan asam aminobutirik-gamma neroreulator (GABA)
juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas, sebagai mana halnya dengan endorfin
(Murangguna, 2018).
d. Faktor yang berhubungan
- Terpapar racun
- Konflik yang tidak disadari mengenai nilai hidup/tujuan hidup
- Berhubungan dengan herediter
- Kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Transmisi inter personal
- Krisis situasional/maturasi
- Ancaman kematian
- Ancaman terhadap konsep diri
- Stres
- Perubahan dalam status peran, status kesehatan, pola interaksi, fungsi
peran, lingkungan, status ekonomi (Murangguna, 2018)
e. Akibat
- Pola nafas inefektif
- Kerusakan komunikasi verbal
- Resiko terhadap cedera
- Perubahan nutrisi
- Ketidakberdayaan
- Ketakutan
- Isolasi sosial
- Gangguan pola tidur
- Gangguan harga diri
Page 10 of 40
- Respon pasca trauma
- Kerusakan interaksi sosial (Murangguna, 2018)
Page 11 of 40
- Khawatir
- Cemas
c. Fisiologi
Subyektif: -
Obyektif:
- Suara gemetar
- Gemetar, tangan tremor
- Goyah
- Peningkatan respirasi (simpatis)
- Keinginan berkemih (parasimpatis)
- Ganguan tidur (parasimpatis)
- Nyeri abdomen (parasimpatis)
- Peningkatan nadi (simpatis)
- Peningkatan reflek (simpatis)
- Dilatasi pupil (simpatis)
- Perasaan tingling pada ekstermitas (parasimpatis)
- Peningkatan aktivitas kardiovaskuler (simpatis)
- Peningkatan keringat
- Wajah tegang
- Anoreksia (simpatis)
- Jantung berdetak kuat (simpatis)
- Diare (parasimpatis)
- Keraguan dalam berkemih (parasimpatis)
- Kelelahan (parasimpatis)
- Mulut kering (simpatis)
- Kelemahan (simpatis)
- Pulsasi menurun (parasimpatis)
- Wajah memerah (simpatis)
- Vasokonstriksi superfisial (simpatis)
- Gugup (simpatis)
- Penurunan tekanan darah (parasimpatis)
- Mual (parasimpatis)
- Sering berkemih (parasimpatis)
Page 12 of 40
- Pusing (parasimpatis)
- Kesulitan bernafas (simpatis)
- Peningkatan tekanan darah (simpatis)
d. Kognitif
Subyektif:
- Klien menyatakan bingung
- Klien sering mengatak lupa
- Klien sering menanyakan pertanyaan yang sama
Obyektif:
- Bloking
- Keasikan
- Merenung
- Kerusakan perhatian
- Penurunan lapang persepsi
- Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
- Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
- Sulit berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan belajar, menyelasaikan masalah
- Gejala kewaspadaan fisiologis
V. Phatway
Causa:
krisis situasional.
Kurangnya umpan balik positif.
Umpan balik negatif yang
konsisten.
Core problem:
kecemasan
Efek : sulit
berkosentrasi
Page 13 of 40
VI. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnosis / penunjang meliputi:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium
b. Uji psikologis
VII. Penatalaksanaan
Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut (Murangguna, 2018):
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
- Makan makan yang bergizi dan seimbang
- Tidur yang cukup
- Cukup olahraga
- Tidak merokok
- Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang serig di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL,
meprobramate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-oabatn yang ditujukan pada
organ pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:
- Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberika
keyakinan serta percaya diri.
- Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila
diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
P a g e 14 | 40
- Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.
- Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
- Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
- Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stresor psikososial.
VIII. Komplikasi
a. Depresi
b. Somatoform
c. Skizofrenia Hibefrenik
d. Skizofrenia Simplek
IX. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2013)
yaitu:
a. Identitas Klien
- Nama:
- Umur: Toddler - Lansia
- Pendidikan: orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih
rentan mengalami ansietas
- Pekerjaan: pekerjaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar
- Jenis Kelamin: Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita dari pada laki-laki,
karena wanita lebih mudah stress dibanding pria.
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnose awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit
c. Faktor Predisposisi
- Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego.
P a g e 15 | 40
- Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.
- Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
- Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi
dalam kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan
ansietas dengan depresi.
d. Fisik
Tanda Vital:
- Tekanan Darah: Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai
pingsan
- Nadi: Menurun
- Suhu: Normal (36°C – 37,5°C), ada juga yang mengalami hipotermi
tergantung respon individu dalam menangani ansietasnya
- Pernafasan: nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa terckik terengah-
engah
- Tinggi Badan dan Berat Badan: Normal (tergantung pada klien)
Selain itu juga dapat dikaji tentang respon fisiologis terhadap ansietas (Stuart,
2013):
- B1: Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
- B2: Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin
pingsan, pingsan, TD menurun, denyut nadi menurun.
- B3: Reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia,
tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang.
- B4: Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih
- B5: Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdmen, mual, nyeri ulu hati.
- B6: Lemah
e. Psikososial
P a g e 16 | 40
Konsep diri:
- Gambaran diri: wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah,
keringat berlebihan.
- Identitas: gangguan ini menyerang wanita dari pada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan stressor yang berat
- Peran: menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat.
- Ideal diri: berkurang toleransi terhadap stress
- Harga diri: klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
Hubungan Sosial:
- Orang yang berarti: Keluarga
- Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam
kegiatan kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar
dalam keluarga/kelompok/masyarakat
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Spiritual:
- Nilai dan keyakinan
- Kegiatan ibadah
f. Status Mental
- Penampilan: pada orang yang mengalami ansietas berat dan panic biasanya
penampilannya tidak rapi.
- Pembicaraan: bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
- Aktivitas motorik: lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
- Alam perasaan: sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
- Afek: labil
- Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersinggung, dan
mudah curiga, kontak mata kurang
- Persepsi: berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah
- Proses pikir: persevarsi
- Isi pikir: obsesi, phobia dan depersonalisasi
- Tingkat kesadaran: bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu,
tempat dan orang (ansieta berat)
- Memori: pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder)
akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat
jangka pendek
P a g e 17 | 40
- Tingkat konsentrasi dan berhitung: tidak mampu berkonsentrasi
- Kemampuan penilaian: gangguan kemampuan penilaian ringan
- Daya titik diri: menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
- Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan,
keamanan, tempat tinggal, dan perawatan
- Kegiatan hidup sehari-hari
- Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
- Perawatan diri
- Nutrisi
- Tidur
h. Mekanisme Koping
Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik).
Menurut Stuart (2013), Individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas
ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas
berat dan sedang menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
- Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berotientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stress secara
realistis
- Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada
tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas,
mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptive terhadap stres
i. Masalah Psikososial dan Lingkungan
- Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiatan
kelompok/ masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
- Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat
stressor yang tinggi akan memicu timbul ansietas.
- Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh
pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan
berikutnya.
- Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
P a g e 18 | 40
- Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena
bencana alam, penggusuran dan kebakaran.
- Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan financial dalam
mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
- Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas
kesehatan
j. Pengetahuan Kurang
Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-
obatan, dan masalah lain tentang ansietas.
k. Aspek Medik
Diagnosa Medik:
Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau
lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan
individu tidak mampu istirahat dengan tenang
Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik
- Kedutan otot atau rasa gemetar
- Otot tegang/ kaku/ pegel linu
- Tidak bisa diam
- Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik
- Nafas pendek/ terasa berat
- Jantung berdebar-debar
- Telapak tangan basah dingin
- Mulut kering
- Kepala pusingg/ rasa melayang
- Mual, mencret, perut tidak enak
- Muka panas/ badan menggigil
- Buang air kecil lebih sering
- Sukar menelan/ rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan penangkapan berkurang
- Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
- Mudah terkejut/ kaget
- Sulit konsentrasi pikiran
- Sulit tidur
- Mudah tersinggung
P a g e 19 | 40
Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan
rutin.
P a g e 20 | 40
Daftar Pustaka
P a g e 21 | 40
BAB II. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. Identitas Klien
Nama : Tn D Tanggal Dirawat: 25-08-2020
Umur : 30 tahun Tanggal Pengkajian: 25-08-2020
Pendidikan: SMK Ruang Rawat :
Agama : Islam Sumber Informasi : pasien
Status : Menikah
Jumlah anak: 2
Alamat :
Pekerjaan : Karyawan Bengkel
Jenis Kel. : Laki-Laki
No. RM :
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurangberhasil
Tidak berhasil Jelaskan:
√ Tidak ada
P a g e 22 | 40
b. Riwayat Trauma
No Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
1 Aniaya fisik ........... ........... ........... ..........
2 Aniaya seksual ........... ........... ........... ..........
3 Penolakan ……… ………. ……..
4 Kekerasan dalam rumah tangga ........... ........... ........... ..........
5 Tindakan criminal ........... ........... ........... ..........
Jelaskan
Tidak ada
Selalu menyenangkan
c. RIWAYAT PENYAKITKELUARGA
1. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?
Ada
√ Tidak
Kalauada :
Hubungan keluarga :
Gejala :…………………………………………………………………..….
Riwayat pengobatan :……………………………………………………………………...
V. Pemeriksaaan Fisik
Tanggal :
1. Keadaan umum:
Compos mentis
2. Tandavital: sebelum dan sesudah intervensi
TD : 130/90 mmHg
N: x/menit
S: ˚C
P: x/menit
3. Ukur: BB: 70kg TB 165 cm
a. Turun
b. √ Naik karena apa ? mekanisme ansietas atau berdiri sendiri
4. Keluhanfisik: yang dirakan pasien pada ansietas pasti terjadi
a. √ Tidak
b. Ya
c.
5. Pemeriksaan Fisik : (head totoe)
P a g e 23 | 40
tidak ada gangguan
VI. Pengkajian Psikososial (Sebelum dan Sesudah sakit)
1. Genogram: paien di kasik tanda panah, penjelasan tidak megulang
genogram, genogram 3 generasi
30
2. Konsep Diri akar dari pengkajian jiwa, harus kepasien langsung, jika dari
keluarga disimpan untuk di validasi kepasien sebagai alat bantu
a. Citra tubuh : tidak suka dengan perut, karena capek kalu dibuat kerja di
bengkel, buat angkat-angkat
Bagaian tubuh yg sering mengalami masalah, paling sering
menggannggu
b. Identitas : bisa ditanya mulai awal pengkajian, ada kaitannya dng
peran dan ideal diri
3. Spiritual
a. Nilai dankeyakinan
Tidak pernah ke dukun, kalau sakit beli obat di apotik kalau belum sembuh
baru pergi ke dokter
b. Kegiatan ibadah
Ibadahnya bolong-bolong
VII. Status Mental
1. Penampilan
Tidakrapi
Penggunaan pakaian tidaksesuai
Cara berpakaian tidak sepertibiasanya
√ Rapi
1. Kesadaran
Menurun:
√ Composmentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Gangguan Tidur:……………
Disosiasi:……………….
Berubah
Gangguan perhatian
2. Orientasi
√ Waktu
P a g e 25 | 40
√ Tempat
√ Orang
3. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
√ Lain-lain (baik)
Jelaskan:
Tn. D berbicara dengan baik dan tenang, dan mampu menjelaskan tentang
keadaan yang dialaminya sekarang.
4. Aktifitas
5. motorik/Psikomotor
Kelambatan:
√Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stuporkatatonik
Fleksibilitas serea
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas
Gagap
Stereotipi
Gaduh Gelisah Katatonik
Mannarism
Katapleksi
Tik
Ekhopraxia
Commandautomatism
Grimace
Otomatisma
Negativisme
Reaksi konversi
Tremor
P a g e 26 | 40
√ Verbigerasi
Berjalankaku/rigid
Kompulsif : sebutkan
tidak terkaji
Jelaskan :
Tn. D merasa mudah lelah karena perutnya yang besar
P a g e 27 | 40
6. Afek dan Emosi
Adekuat
Tumpul
MerasaKesepian
Apatis
Marah
Dangkal/datar
Inadekuat
Labil
Anhedonia
Eforia
Ambivalensi
Depresi/sedih
√ Cemas (Ringan, Sedang, Berat, Panik)
Jelaskan : klien merasa was-was jika keluar dan bersosialisai, takut tertular
covid-19, dan takut penyakit yang pernah di derita kambuh .
7. Persepsi-Sensorik
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
√ Tidak ada
Ilusi
Ada
√ Tidak ada
Depersonalisasi
Ada
√ Tidakada
Derealisasi
Ada
√ Tidakada
Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Ada
√ Tidak ada
8. Proses Pikir
a. ArusPikir
√Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilanganasosiasi
Bicaralambat
Flight ofidea
Bicara cepat
Irrelevansi
Mainkata-kata
Blocking
PengulanganPembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasibunyi
Lain-lain (tidak ada)
b. Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
Alienasi
Pikiran BunuhDiri
Preokupasi
P a g e 29 | 40
Pikiran Isolasi sosial
√ Ide yang terkait
Pikiran Rendahdiri
Pesimisme
Pikiranmagis
Pikirancuriga
Fobia,sebutkan
Waham:
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar /curiga
Nihilistik
Dosa
Sisippikir
Siarpiker
Kontrol pikir
c. Bentuk Pikir
√Realistik
NonRealistik
Dereistik
Otistik
10. Memori
√ Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1bulan) masih ingat tenang
P a g e 30 | 40
masa lalu
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1bulan) ingatan tentang
kejadian kemarin
Bantuan Minimal
Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantuan total
P a g e 31 | 40
3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
4. Berpakaian dan berhias
Bantuan Minimal
Bantuantotal
Tidak ada gangguan
5. Istirahat dan tidur
BantuanMinimal
Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan
Sistem pendukung
P a g e 32 | 40
IX. Mekanis Mekoping
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minumalkhohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan
Teknik relaksasi Bekerjaberlebihan
√ Aktifitas konstruktif Menghindar
Olahraga Menciderai diri
Lain-lain Tidak melalukan aktifitas
Tn. D sering sosialisasi dengan tetangga namun karena pandemic jadi was-was dalam
melakukan sosialisasi. Tn D juga bekerja di bengkel
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Mekanisme koping
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lain-lain, jelaskan
P a g e 33 | 40
XII. Aspek Medis
Diagnosa Medis
Pemeriksaan Laboratorium
Terapi Medik
XIII. Daftar Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Gangguan citra tubuh
cuausa
P a g e 34 | 40
XV. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Gangguan citra tubuh
a. Ansieetas b/d terpapar bahaya lingkungan d/d pasien merasa was-was jika ingin
keluar rumah dan bersosialisasi dengan masyarakat
SLKI SIKI
Setelah di lakukan tindakan Konseling (1.10334)
keperawatan selama 3x24 jam, maka Observasi:
tingkat ansietas menurun dengan 1. Identifikasi kemampuan
kriteria hasil: dan beri pengetahuan
1. Pola tidur, membaik (5) Terapeutik:
2. Perilaku gelisah, menurun (5) 1. Bina hubungan
3. Frekuensi pernapasan, membaik (5) terapeutik berdasarkan rasa percaya
4. Frekuensi nadi, membaik (5) dan penghargaan
2. Berikan empati,
kehangatan, dan kejujuran
3. Tetapkan tujuan dan
lama konseling
4. Berikan penguatan
P a g e 35 | 40
terhadap keterampilan baru
5. Fasilitasi untuk
mengidentifikasi masalah
Edukasi
a. Anjurkan mengekspresikan perasaan
b. Anjurkan pengembangan
keterampilan baru
c. Anjurkan mengganti kebiasaan
maladptif dengan adaptif
Terapi Relaksasi (1.09326)
Observasi:
1. Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
2. Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya
3. Monitor respon terhadap terapi
relaksasi
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
Terapeutik:
1. Ciptakan lingkungan tenang tanpa ada
gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
P a g e 36 | 40
tindakan medis lainnya
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurka sering
mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
5. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksai
b. Ansieetas b/d terpapar bahaya lingkungan d/d pasien merasa was-was jika ingin
keluar rumah dan bersosialisasi dengan masyarakat
SLKI SLKI
Setelah di lakukan tindakan Promosi Citra Tubuh (1.09305)
keperawatan selama 3x24 jam, maka Observasi:
citra tubuh (L.09067) meningkat 1. Identifikasi harapan citra
dengan kriteria hasil: tubuh berdasarkan tahap
1. Melihat bagian tubuh meningkat (5) perkembangan
2. Menyentuh bagian tubuh meningkat 2. Identifikasi perubahan citra
(5) tubuh yang mengakibatkan isolasi
3. Verbalisasi perasaan negative social
tentang perubahan tubuh menurun Terapeutik:
(5) 1. Diskusi perubahan
tubuh dan fungsinya
4. Verbalisasi perubahan gaya hidup
2. Diskusi kondisi
menurun (5) stress yang mempengaruhi citra
5. Focus pada bagian tubuh menurun tubuh (mis. penyakit, luka)
3. Diskusi cara
(5)
mengembangkan harapan citra tubuh
6. Respon nonverbal pada perubahan
secara realistis
tubuh membaik (5)
Edukasi
7. Hubungan social membaik (5)
P a g e 37 | 40
1. Anjurkan mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh
2. Anjurkan menggunakan alat bantu
3. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
4. Latih peningkatan penampilan diri
5. Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain.
2. TERAPI RELAKSASI S:
klaen mengatakan lebih rileks
Observasi:
menggunakan terapi
1. Identifikasi kesediaan,
aromaterapi
kemampuan, dan
O:
penggunaan teknik
klien kooperatif saat diajak
sebelumnya
berinteraksi
2. Monitor respon terhadap
Klien tampak mendengarkan
terapi relaksasi
dan memperhatikan
3. Periksa ketegangan otot,
penjelasan dari perawat dan
frekuensi nadi, tekanan
dapat mengulangi yang sudaj
darah, dan suhu sebelum
dijelaskan
dan sesudah latihan
Terapeutik:
A:
1. Ciptakan lingkungan tenang
Kognitif
tanpa ada gangguan dengan
Klien mampu
pencahayaan dan suhu
mengulangi tentang
ruang nyaman, jika
apa yang diajarkan
memungkinkan
Afek
2. Berikan informasi tertulis
P a g e 39 | 40
tentang persiapan dan Klien tampak santai
prosedur teknik relaksasi dan mendengarkan
3. Gunakan pakaian longgar perawat
4. Gunakan nada suara lembut Kontak mata klien baik
dengan irama lambat dan Klien kooperatif
berirama Psikomotor
5. Gunakan relaksasi sebagai Klien dapat menerima
strategi penunjang dengan masukan yang
analgetik atau tindakan diberikan
medis lainnya Menganjurkan klien
Edukasi: untuk melakukan
1. Jelaskan kegiatan yang positif
tujuan, manfaat, batasan, dan selalu menjaga
dan jenis relaksasi yang kesehatan
tersedia
2. Demonstra
sikan dan latih teknik
relaksai
P a g e 40 | 40