DI SUSUN
Oleh :
SITI AISYAH
NIM. PO.71.20.1.19.130.RPL
Daftar isi
A. Definisi ............................................................................................................. 1
H. Penalaksanaan Ansietas.................................................................................... 7
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008). Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang
spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati,
2005). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai
gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan
atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan
adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan.
B. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik
antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
2
C. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
E. Tingkatan Ansietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas.
Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
b. Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
4
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
5
F. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau
mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal.
Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah,
dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut
individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).
G. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang
mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan
dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang
biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,
olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain
(Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat
dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan
tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
7
H. Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b Tidur yang cukup.
c Cukup olahraga.
d Tidak merokok.
e Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
8
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
9
I. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Identitas Klien
a. Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki, karena
wanita lebih mudah stress dibanding pria.
b. Umur : Toddler - lansia
c. Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
d. Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan
mengalami ansietas
IV. Fisik
a. Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung
respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah-
engah
10
V. Psikososial:
A. Konsep diri:
1. Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
2. Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3. Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
4. Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah lokus
eksternal dari keyakinan kontrol.
5. Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak rasional
terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.
B. Hubungan Sosial:
1. Orang yang berarti: keluarga
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
11
C. Spiritual:
1. Nilai dan keyakinan
2. Kegiatan ibadah
meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Aesculapius
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen. Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia.
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
20
BAB II
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Informan : Ny. S
Alamat : Kelurahan Ngulak
B. RIWAYAT PENYAKIT
Klien merupakan seorang ibu rumah tangga. Klien mengatakan mengidap penyakit
Maag. Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya
MK : Gangguan alam perasaan : kecemasan
C. FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya
21
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang sudah dialaminya sejak
beberapa bulan yang lalu, klien merasa mengidap penyakit Maag.
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas dengan
masalahnya.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Ket :
: Laki-laki : Menikah
: Klien
Penjelasan : Klien mengatakan tinggal bertiga bersama suami dan anak laki-lakinya
yang berusia 12 dan 17 tahun. Sedangkan orang tua dan saudara-saudaranya tinggal di
jawa.
MK : tidak ada
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Saat di wawancara, apakah ada bagian tubuh yang tidak disukai, klien
mengatakan senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien seorang ibu rumah tangga. Biasanya klien menghabiskan waktu
luangnya dengan membersihkan rumah dan berbincang-bincang dengan
anak dan suaminya.
c. Peran
Klien berperan sebagai istri dan ibu bagi anaknya.
d. Ideal diri
Saat di wawancara, klien mengatakan bercita-cita ingin menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
e. Harga diri
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan tetangga baik, namun
kadang-kadang merasa takut dan cemas.
MK : Gangguan alam perasaan : cemas
23
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti, suami dan anak.
Klien mengatakan hanya tinggal dengan suami dan anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
klien mengatakan mengikuti beberapa kegiatan kelompok atau masyarakat,
seperti yasinan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain.
MK : Tidak ada
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam. Saat ditanya, apakah klien melaksanakan sholat 5
waktu, klien menjawab iya.
b. Kegiatan ibadah
Klien melakukan kegiatan sholat 5 waktu.
MK : tidak ada
G. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
MK : Tidak ada
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan
jelas.
MK : Tidak ada
24
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
MK : tidak ada
4. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun
gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang
menyenangkan.
MK : tidak ada
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
MK : Tidak ada
7. Persepsi – sensorik
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
MK : tidak ada
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya dalam satu topik.
MK : Tidak ada
25
9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
MK : Tidak ada
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
MK : Tidak ada
H. MEKANISME KOPING
ADAFTIF MALADAFTIF
- Memendam masalahnya
Penjelasan:
Saat diwawancara reaksi klien baik, klien dapat berbicara dengan orang lain
tanpa ada gangguan, dan klien dapat menyelesaikan masalah yang ada di
keluarga klien.
K. ASPEK MEDIS
Klien mengatakan mengonsumsi obat dari toko-toko biasa.
M. POHON MASALAH
ANALISA DATA
No DATA MASALAH
1 DS :
- Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya,
mengidap penyakit Maag Gangguan alam
perasaan :
DO :
kecemasan
- Klien nampak gelisa
- Nyeri tekan pada abdmomen
2 DS :
- Klien mengatakan kepala pusing, nyeri ulu hati
- DO : Gangguan rasa
- Klien tampak menahan nyeri ulu hati nyaman
- TD : 160 / 90 mmHg
- T : 36,9 oC
O. INTERVENSI KEPERAWATAN
TUK : 1. Adakan kontak sering dan singkat Dapat mengetahui kapan klien
2. Klien dapat mengidentifikasi secara bertahap. mengalami kecemasan.
dan menggambarkan perasaan 2. Bantu klien untuk Untuk mengadopsi koping yang
tentang kecemasannya dengan mengidentifikasi dan baru, klien pertama kali harus
KH : menggambarkan perasaan yang menyadari perasaan dan
a. Klien dapat menyebutkan mendasari kecemasannya. mengatasi penyangkalan yang
waktu, isi, frekuensi 3. Kaitkan perilaku klien dengan disadari atau tidak disadari
timbulnya kecemasan. perasaan tersebut Mengetahui cara yang terbaik
b. Klien dapat mengungkapkan 4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengontrol kecemasan
30
P. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
A:
- Gangguan alam
perasaan : kecemasan
P:
Masalah teratasi,
hentikan intervensi.
Q. CATATAN PERKEMBANGAN
A: Gangguan rasa
nyaman
P: Masalah teratasi
- Kaji keadaan
umum klien dan
memonitor
tanda-tanda vital.
34
SP : 1( interaksi 1 )
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Keluarga mengatakan klien sering merasakan nyeri ulu hari
Data Objektif :
Klien tampak gelisah dan cemas.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas/kecemasan
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. TujuanUmum :Mengatasi gangguan ansietas klien.
b. Tujuan Khusus :
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenal ansietas
3) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik pengalihan situasi(distraksi)
4) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik pengalihan situasi
(distraksi) untuk mengatasi ansietas
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi.
b. Membantu pasien mengenal ansietas.
c. Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan control dan rasa
percayadiri : pengalihan situasi.
35
B. Strategi Komunikasi
1) Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi bu, Saya Mahasiswa perawat yang sedang
tugas praktik di Puskesmas Ngulak, nama saya Siti Aisyah,. Saya adalah
mahasiswa dari Poltekkes. Kalau boleh tahu, nama Ibu siapa?”“Ibu senangnya
dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
c. Kontrak :
1) Topik
“Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan
latihan cara mengontrol cemas dengan latihan pengalihan situasi atau
biasanya sering disebut distraksi ?”
2) Waktu
“Berapa lama Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20menit saja”
3) Tempat
“Dimana Ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana jika
diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
4) Tujuan
“Agar Ibu dapat mengetahui kecemasan yang Ibu rasakan serta cara
mengatasinya”
2) Fase Kerja
“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini”
“Ouw jadi Ibu merasa cemas karena iu merasa mengidap penyakit maag. Jika boleh
saya tahu, bagaimana cara Ibu mengatasinya?”
“Saya mengerti bagaimana perasaan Ibu.. Setiap orang akan memiliki perasaan yang
sama jika diposisi Ibu Yang perlu Ibu ketahui adalah Ibu saat ini berada pada tingkat
kecemasan yang ringan. Untuk itu, Ibu perlu melakukan terapi disaat Ibu merasakan
perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat
kecemasan Ibu. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan Ibu
36
dengan metode pengalihan situasi yaitu dengan cara Ibu melepas kecemasan dengan
cara menonton televisi atau dengan cara berdzikir.
“Nah, Selanjutnya kita latihan distraksi, dimana distraksi ini bermanfaat untuk
megalihkan rasa cemas Ibu sehingga membuat pikiran dan fisik Ibu relaks atau
santai. Dalam teknik ini Ibu harus melakukan hal-hal yang dapat membua t Ibu relaks
misalnya dengan menonton acara televise kesukaan Ibu ataupun dengan berdzikir.
Nah, sekarang Ibu sudah tau kan hal-hal apasaja yang dapat Ibu lakukan untuk
mengurangi rasa cemas Ibu. Nanti apabila Ibu merasa cemas lagi, Ibu bias
melakukan pengalihan situasi yang saya beritahu tadi.
3) Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang Ibu
rasakan dan latihan distraksi?”
2) Obyektif
“Coba Ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”
3) Tempat
“Dimana Ibu akan latihan dengan saya besok? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya disini saja.”
38
SP : 2 dan ( interaksi 2 )
C. Proses Keperawatan
5. Kondisi Klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya. Klien mengatakan Mengidap
penyakit Maag.
Data Objektif
a. Klien terlihat gelisah
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
7. Tujuan Tindakan Keperawatan
c. Tujuan Umum : mengatasi gangguan ansietas klien.
d. Tujuan Khusus :
5) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
6) Pasien mampu mengenal ansietas
7) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi dan distraksi
8) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi untuk mengatasi ansietas
8. Tindakan Keperawatan
d. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraks.
e. Membantu pasien mengenal ansietas.
f. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi untuk meningkatkan kontrol
dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
39
D. Strategi Komunikasi
4) Fase Orientasi
d. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi bu, Saya Mahasiswa perawat yang sedang
tugas praktik di Puskesmas Ngulak, nama saya Siti Aisyah,. Saya adalah
mahasiswa dari Poltekkes. Kalau boleh tahu, nama Ibu siapa?”“Ibu senangnya
dipanggil apa?”
e. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? semalam tidurnya nyenyak?”
f. Kontrak :
5) Topik
“Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan
latihan cara mengontrol cemas dengan latihan relaksasi dan distraksi ?”
6) Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20 menit saja”
7) Tempat
“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, Bagaimana
jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
8) Tujuan
“Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan serta cara
mengatasinya”
5) Fase Kerja
“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini”
“Ouw jadi ibu merasa cemas dengan penyakit ibu?. Jika boleh saya tahu, bagaimana
cara Ibu mengatasinya?”
“Saya mengerti bagaimana perasaan Ibu. Setiap orang akan memiliki perasaan yang
sama jika diposisi Ibu. Yang perlu Ibu ketahui adalah Ibu saat ini berada pada
tingkat kecemasan yang ringan. Untuk itu, Ibu perlu melakukan terapi disaat ibu
merasakan perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan
tingkat kecemasan Ibu. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan
ibu dengan latihan relaksasi dulu, yaitu dengan cara tarik nafas dalam, ini
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang ibu rasakan”
40
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu perhatikan saya,
lalu ibu bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya bu. Ibu silakan
duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-
lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara
melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Sekarang coba ibu praktikkan”
“Bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan latihan ini
selama 5 sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai. Selain cara tersebut
untuk mengatasi kecemasan ibu, ibu bisa melakukan dengan metode pengalihan yaitu
dengan ibu melepas kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis kecemasan ibu
disebuah kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau ibu juga bisa mengatasinya dengan
mendengarkan musik.
“Nah, Selanjutnya kita latihan distraksi, dimana distraksi ini bermanfaat untuk
mengalihkan rasa cemas ibu sehingga membuat pikiran dan fisik ibu relak atau
santai. Dalam teknik ini ibu harus melakukan hal-hal yang dapat membuat ibu relak
misalnya dengan menonton acara televisi kesukaan ibu, membaca buku atau majalah
yang ibu suka, atau dengan mendengar music yang ibu sukai. Nah, sekarang ibu
sudah tau kan hal-hal apa saja yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi rasa cemas
ibu. Nanti apabila ibu merasa cemas lagi, ibu bisa melakukan salah satu teknik
distraksi atau pengalihan yang saya beritahu tadi.
6) Fase Terminasi
d. Evaluasi
3) Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan dan latihan relaksasi dan distraksi?”
4) Obyektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”