Anda di halaman 1dari 43

1

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGULAK

DI SUSUN

Oleh :

SITI AISYAH
NIM. PO.71.20.1.19.130.RPL

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
2

Daftar isi

Halaman Sampul .................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Definisi ............................................................................................................. 1

B. Faktor Predisposisi ........................................................................................... 1

C. Faktor Presipitasi .............................................................................................. 2

D. Tanda dan Gejala .............................................................................................. 2

E. Tingkat Ansietas ............................................................................................... 3

F. Sumber Koping ................................................................................................. 6

G. Mekanisme Koping .......................................................................................... 6

H. Penalaksanaan Ansietas.................................................................................... 7

I. Asuhan Keperawatan ......................................................................................... 9

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 19

BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................ 20


1

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi
(Videbeck, 2008). Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang
spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati,
2005). Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai
gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan
atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan
adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan.

B. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis
yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik
antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
2

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang


mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

C. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

D. Tanda dan Gejala


Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
3

E. Tingkatan Ansietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas.
Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
b. Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
4

a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
5

- Proses berpikir terpecah-pecah


- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
c. Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
6

- Sulit memahami stimulus eksternal


- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi.
c. Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- Lelah

F. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau
mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal.
Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah,
dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut
individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

G. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang
mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan
dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang
biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,
olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain
(Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat
dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan
tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
7

a Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan


pemenuhan kebutuhan.
b Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses
dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan
makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-
hal berikut :
a Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.
b Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap
disorganisasi kepribadian.
c Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
d Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

H. Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b Tidur yang cukup.
c Cukup olahraga.
d Tidak merokok.
e Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
8

3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya
diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
9

I. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Identitas Klien
a. Initial : Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki, karena
wanita lebih mudah stress dibanding pria.
b. Umur : Toddler - lansia
c. Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
d. Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan
mengalami ansietas

II. Alasan Masuk


Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.

III. Faktor Predisposisi (Stuart, 2007)


1. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
4. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi

IV. Fisik
a. Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung
respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah-
engah
10

b. Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)


c. Keluhan Fisik :  refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada
tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan,
TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.

V. Psikososial:
A. Konsep diri:
1. Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
2. Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3. Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
4. Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah lokus
eksternal dari keyakinan kontrol.
5. Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak rasional
terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

B. Hubungan Sosial:
1. Orang yang berarti: keluarga
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
11

C. Spiritual:
1. Nilai dan keyakinan
2. Kegiatan ibadah

VI. Status Mental:


1. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5. Afek : labil
6. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah curiga,
kontak mata kurang.
7. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8. Proses pikir : persevarsi
9. Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan
orang (ansietas berat)
11. Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan
terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka
pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14. Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan, tempat
tinggal, dan perawatan.
2. Kegiatan hidup sehari-hari:
a. Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
b. Perawatan diri
c. Nutrisi
d. Tidur
12

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif ( ansietas ringan ) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik). Menurut
Stuart (2007) Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang menimbulkan 2 jenis
mekanisme koping :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara realistis
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat
menjadi repon maladaptif terhadap stres.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor yang
tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
3. Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh
pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
4. Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
5. Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana
alam, pengusuran dan kebakaran.
6. Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam mencukupi
kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas kesehatan.

X. Pengetahuan Kurang Tentang


Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-obatan,
dan masalah lain tentang ansietas
13

XI. Aspek medik


Diagnosa Medik:
1. Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih
hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak
mampu istirahat dengan tenang (inability to relax)
2. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik:
a. Kedutan otot atau rasa gemetar
b. Otot tegang/kaku/pegel linu
c. Tidak bisa diam
d. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik:
a. Nafas pendek/ terasa berat
b. Jantung berdebar-debar
c. Telapak tangan basah dingin
d. Mulut kering
e. Kepala pusing/rasa melayang
f. Mual, mencret, perut tidak enak
g. Muka panas/ badan menggigil
h. Buang air kecil lebih sering
i. Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
a. Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
b. Mudah terkejut/kaget
c. Sulit konsentrasi pikiran
d. Sukar tidur
e. Mudah tersinggung
3. Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
14

1.1.1 Pohon Masalah

Risti mencederai diri sendiri, orang


lain, lingkunganAsam Lambung
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh Gangguan Persepsi sensori:
halusinasi lihat
anorexia
Defisit
Mual, muntah Isolasi sosial perawatan diri

meningkat

Gangguan proses pikir : Ansietas

Koping individu inefektif

Harga Diri Rendah

Kurang pengetahuan Peristiwa Traumatik


15

1.1.2 Rencana Intervensi


Diagnosa keperawatan :
1. Resiko tinggi mencederai diri, orla, dan lingkungan b.d halusinasi lihat.
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUK : Klien mampu mengontrol rasa cemasnya
Intervensi Rasional
• Memperkenalkan diri dengan sopan dan
ekspresi wajah bersahabat
a. BHSP dengan klien
• Tanyakan nama klien
• Jabat tangan klien

• Terima dan dukung pertahanan klien


• Kenalkan realita yang berhubungan dengan
mekanisme koping klien
b. Pasien akan terlindung dari bahaya
• Berikan umpan balik pada klien tentang
perilaku, stressor dan sumber koping

c. Ciptakan lingkungan tenang dan


jauh dari kegaduhan
d. Jauhkan klien dari benda yang
berbahaya seperti benda tajam
2. Ansietas b.d harga diri rendah.
TUM : Klien dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannya.
TUK : Klien mengenal cara- cara untuk mengurangi kecemasannya
Intervensi Rasional
a. Monitor intensitas kecemasan Dengan memonitor tingkat ansietas pasien
kita bisa menentukan seberapa tingkat
ansietas pasien dan seberapa bahaya ansietas
tersebut.
b. Tetap bersama klien ketika tingkat Keselamatan klien merupakan suatu prioritas.
ansietasnya tinggi (berat atau panik) Klien yang sangat cemas tidak boleh
ditinggal sendiri—rasa cemasnya akan
meningkat.
c. Pindahkan klien ke tempat yang Kemampuan klien untuk menghadapi
tenang dengan stimulus minimal atau stimulus yang berlebihan terganggu. Perilaku
16

sedikit. Penggunaan ruangan kecil cemas dapat meningkat akibat stimulus


atau area siklusi dapat diindikasikan eksternal. Ruangan yang lebih kecil dapat
meningkatkan rasa aman klien. Semakin
besar are, klien akan semakin tersesat dan
panik.
d. Tetap tenang dalam menghadapi Klien akan merasa lebih aman jika perawat
klien. tenang dan jika klien merasa bahwa perawat
dapat mengendalikan situasi.
e. Gunakan pernyataan yang singkat, Kemampuan klien untuk menghadapi
sederhana, dan jelas. abstraksi atau kompleksitas terganggu.
f. Sadari perasaan dan tingkat Ansietas dikomunikasikan secara
ketidaknyamanan atau ansietas interpersonal. Bersama klien yang cemas
perawat sendiri. dapat meningkatkan tingkat ansietas perawat
sendiri.
g. Dorong partisipasi klien dalam Latihan relaksasi merupakan cara yang
latihan relaksasi. Latihan ini dapat efektif dan nonkimiawi untuk mengurangi
mencakup bernapas dalam, relaksasi ansietas.
otot progresif, medikasi, imajinasi
terbimbing, dan pergi ke tempat
yang tenang dan damai (untuk jiwa).
3. Koping individu inefektif b.d. harga diri rendah
TUM :Menunjukan koping yang efektif.
TUK :Menunjukan pengendalian impuls dengan mempertahankan pengendalian diri
tanpa pengawasan secara konsisten.
Intervensi Rasional
Peningkatan koping : Membantu pasien untuk beradaptasi untuk
- Nilai kesesuaian pasien terhadap beradaptasi dalam menerima stressor,
perubahan gambaran diri. p[erubahan atau ancaman yang berpengaruh
- Nilai dampak kehidupan pasien pada pemenuhan kebutuhan dan peran dalam
terhadap peran dan hubungannnya kehidupan.
dengan orang lain.
Dukung pembuatan keputusan : Memberikan informasi dan dukunagn pada
- Explorasi metode yang digunakan pasien dalam membauta keputusan berkaitan
pasien pada masa sebelumnya dalam dengan perawatan kesehatan.
mengatasi masalah kehidupan.
17

- Evaluasi kemampuan pasien dalam


mengambil keputusan.
Health Education :
- Memberikan informasi faktual yang
terkait dengan diagnose, pengobatan,
prognosis.
- Menganjurkan pasien untuk Meningkatkan koping individu klien dan
mengguanakan tekhnik relaksasi keluarga, serta memandirikan.
sesuai kebutuhan.
- Memberikan pelatihan ketrampilan
social yang sesuai.
Kolaboratif :
- Melibatkan sumber-sumber yang ada
di rumah sakit dalam memberikan
dukungan emosional untuk pasien
dan keluarga. Memaksimalkan upaya penyembuhan klien
- Fasilitasi pasien untuk mengenal dengan berkolaborasi dengan tenaga medis
kelompok yang mendukungnya, yang lain.
pemberi layanan kesehatan lainnya.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah, dan
asam lambung meningkat.
TUM : Menunjukan perawatan diri ; aktivitas kehidupan sehari-hari.
TUK : Pasien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri.
Intervensi Rasional
Pengkajian :
- Kaji kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
- Kaji deficit sensori kognitif atau fisik
Karena kemampuan dalam memenuhi nutrisi
yang dapat menyulitkan makan.
sensori, kognitif dapat berpengaruh pada
Pengelolaan gangguan makan :
proses pemenuhan nutrisi.
- Pencegahan dan penangan
pembatasan diet yang berat dan
aktivitas yang berlebih atau makan
dalam jumlah banyak ndalam satu
waktu.
18

Pengelolaan nutrisi : Pasien dengan ansietas cenderung tidak


- Pemberian asupan diet makanan dan memiliki nafsu makan, sehingga pemberian
cairan yang seimbang. makanan dalam porsi kecil diharapkan
- Pemberian makanan dalam porsi mampu menjaga nutrisi pasien agar tetap
kecil. seimbang.
Bantuan menaikan berat badan :
Mencegah penurunan berat badan yang
- Fasilitasi pencapaian kenaikan berat
signifikan.
badan.
Health Education :
- Tunjukan penggunaan alat bantu dan
aktivitas yang adaptif.
- Ajarkan pasien menggunakan
metode alternative untuk makan atau
minum
Sebagai upaya memandirikan klien dan
Kolaboratif :
keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien.
- Rujuk pasien dan keluarga pada
layanan social untuk mendapatkan
pertolongan kesehatan di rumah.
- Gunakan terapi fisik dan okupasi
sebagai sumber dalam perencaan
aktivitas perawatan pasien.
19

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. 3rd ed. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Aesculapius
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen. Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia.
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Viedebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
20

BAB II
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN ALAM


PERASAAN : KECEMASAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGULAK

Tanggal Pengkajian : 27 April 2020

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Informan : Ny. S
Alamat : Kelurahan Ngulak

B. RIWAYAT PENYAKIT
Klien merupakan seorang ibu rumah tangga. Klien mengatakan mengidap penyakit
Maag. Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya
MK : Gangguan alam perasaan : kecemasan

C. FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya
21

2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang sudah dialaminya sejak
beberapa bulan yang lalu, klien merasa mengidap penyakit Maag.
3. Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas dengan
masalahnya.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

E. PEMERIKSAAN FISIK (Senin, 27 April 2020)


1. Tanda-tanda vital
TD : 160/100 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
T : 36,9 oC
GDS : 131
Asam Urat : 5,5
2. Ukuran
BB : 65 Kg
TB : 163 cm
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan kepala pusing dan sakit kepala.
MK : Gangguan rasa nyaman
22

F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Ket :
: Laki-laki : Menikah

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Meninggal : Anak Kandung

: Klien

Penjelasan : Klien mengatakan tinggal bertiga bersama suami dan anak laki-lakinya
yang berusia 12 dan 17 tahun. Sedangkan orang tua dan saudara-saudaranya tinggal di
jawa.
MK : tidak ada

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Saat di wawancara, apakah ada bagian tubuh yang tidak disukai, klien
mengatakan senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki.
Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien seorang ibu rumah tangga. Biasanya klien menghabiskan waktu
luangnya dengan membersihkan rumah dan berbincang-bincang dengan
anak dan suaminya.
c. Peran
Klien berperan sebagai istri dan ibu bagi anaknya.
d. Ideal diri
Saat di wawancara, klien mengatakan bercita-cita ingin menyekolahkan
anaknya setinggi-tingginya.
e. Harga diri
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan tetangga baik, namun
kadang-kadang merasa takut dan cemas.
MK : Gangguan alam perasaan : cemas
23

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti, suami dan anak.
Klien mengatakan hanya tinggal dengan suami dan anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
klien mengatakan mengikuti beberapa kegiatan kelompok atau masyarakat,
seperti yasinan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain.
MK : Tidak ada
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam. Saat ditanya, apakah klien melaksanakan sholat 5
waktu, klien menjawab iya.
b. Kegiatan ibadah
Klien melakukan kegiatan sholat 5 waktu.
MK : tidak ada

G. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
MK : Tidak ada

2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan
jelas.
MK : Tidak ada
24

3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
MK : tidak ada

4. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun
gembira. Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang
menyenangkan.
MK : tidak ada

5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
MK : Tidak ada

6. Interaksi selama wawancara


Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak
mata klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau
menjawab pertanyaan perawat dengan panjang lebar. Klien nampak gelisah.
MK : Tidak ada

7. Persepsi – sensorik
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
MK : tidak ada

8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak
diulang berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat
lainnya dalam satu topik.
MK : Tidak ada
25

9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
MK : Tidak ada

10. Tingkat kesadaran


Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan
mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran
klien terhadap waktu, orang dan tempat jelas. Kesadaran compos mentis, GCS
E3V4M5
MK : Tidak ada

11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
MK : Tidak ada

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa
yang ditanyakan.
MK : Tidak ada

13. Kemampuan penilaian


Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan merapikan
tempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat tidur terlebih
dahulu karena kata klien itu juga lebih mendesak.
MK : Tidak ada

14. Daya tilik diri


Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
MK : Tidak ada
26

H. MEKANISME KOPING

ADAFTIF MALADAFTIF

√ Bicara dengan orang lain - Minum alkohol

√ Mempu menyelesaikan masalah - Reaksi lambat/berlebihan

√ Tehnik relaksasi - Bekerja berlebihan

- Aktivitas kostruktif - Menghindar

- Olahraga - Mencederai diri

- Memendam masalahnya
Penjelasan:
Saat diwawancara reaksi klien baik, klien dapat berbicara dengan orang lain
tanpa ada gangguan, dan klien dapat menyelesaikan masalah yang ada di
keluarga klien.

MK: Tidak ada

I. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Tidak ada masalah dengan dukungan kelompok, sebab klien dapat berkumpul
dan bersosialisasi dengan keluarga dan tetangga.
2. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya klien lulusan sarjana.
3. Masalah berhubungan dengan pekerjaan, spesifiknya klien tidak bekerja,
klien seorang ibu rumah tangga.
4. Tidak ada masalah dengan ekonomi, spesifiknya pendapatan > 2 juta).
5. Tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya klien
mempunyai jaminan kesehatan oleh BPJS.
6. Tidak ada masalah dengan perumahan, spesifiknya klien mempunyai tempat
tinggal yang bersih dan luas
7. Tidak ada masalah dengan dukungan lingkungan, spesifiknya klien cukup
berinteraksi dengan orang lain.
MK : Tidak ada
27

J. PENGETAHUAN KURANG TANTANG


Saat di wawancara, apakah klien tahu bahwa klien sedang sakit, klien menjawab
merasa ada masalah.

K. ASPEK MEDIS
Klien mengatakan mengonsumsi obat dari toko-toko biasa.

L. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan alam perasaan : kecemasan
2. Gangguan rasa nyaman

M. POHON MASALAH

Gangguan alam perasaan : kecemasan

Gangguan rasa nyaman


28

ANALISA DATA
No DATA MASALAH
1 DS :
- Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya,
mengidap penyakit Maag Gangguan alam
perasaan :
DO :
kecemasan
- Klien nampak gelisa
- Nyeri tekan pada abdmomen
2 DS :
- Klien mengatakan kepala pusing, nyeri ulu hati
- DO : Gangguan rasa
- Klien tampak menahan nyeri ulu hati nyaman
- TD : 160 / 90 mmHg
- T : 36,9 oC

N. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan alam perasaan : kecemasan
2. Gangguan rasa nyaman
29

O. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan alam perasaan : TUM :


Klien mampu mengurangi dan
kecemasan
mengontrol kecemasannya.
TUK : 1. Bina hubungan saling percaya Pembinaan hubungan saling
1. Setelah diberikan askep selama dengan : percaya merupakan dasar
2 kali pertemuan (tiap a. Sapa klien dengan ramah
pertemuan 20 menit) baik verbal maupun non terjalinnya komunikasi terbuka
diharapkan klien membina verbal sehingga meningkatkan rasa
hubungan saling percaya b. Perkenalkan diri dengan komunikasi klien.
dengan KH : sopan.
a. Wajah klien cerah dan c. Tanyakan nama lengkap
tersenyum klien dan nama panggilan
b. Klien mau membalas salam. yang disukai.
c. Klien mau menyebutkan d. Jelaskan tujuan pertemuan.
nama sambil berjabat tangan e. Jujur dan menepati janji
dan ada kontak mata f. Tunjukkan sikap empati dan
d. Klien bersedia menceritakan menerima klien apa adanya.
perasaannya

TUK : 1. Adakan kontak sering dan singkat Dapat mengetahui kapan klien
2. Klien dapat mengidentifikasi secara bertahap. mengalami kecemasan.
dan menggambarkan perasaan 2. Bantu klien untuk Untuk mengadopsi koping yang
tentang kecemasannya dengan mengidentifikasi dan baru, klien pertama kali harus
KH : menggambarkan perasaan yang menyadari perasaan dan
a. Klien dapat menyebutkan mendasari kecemasannya. mengatasi penyangkalan yang
waktu, isi, frekuensi 3. Kaitkan perilaku klien dengan disadari atau tidak disadari
timbulnya kecemasan. perasaan tersebut Mengetahui cara yang terbaik
b. Klien dapat mengungkapkan 4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengontrol kecemasan
30

perasaannya terhadap beralih dari topik yang tidak


kecemasannya. mengancam ke isu konflik
5. Tinjau penilaian terhadap stresor,
TUK : nilai-nilai yang terancam dan cara
3. Klien dapat mengidentifikasi konflik berkembang
penyebab kecemasannya dengan 6. Identifikasi bersama klien cara /
KE : tindakan yang dilakukan jika
a. Klien dapat menceritakan terjadi kecemasan.
penyebab kecemasan 7. Ajarkn teknik distraksi dan
b. Klien dapat menyebutkan relaksasi
tindakan yang biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
kecemasannya.
c. Klien dapat memilih cara
mengatasi kecemasannya.
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji KU klien dan memonitor 1. Untuk mengetahui keadaan
keperawatan selama 1 x 30 meni, kesehatan klien.
tanda-tanda vital
diharapkan gangguan rasa nyaman 2. Untuk mengetahui lokasi,
pada klien berkurang, dengan kriteria 2. Kaji nyeri klien frekuensi nyeri yang
hasil : dirasakan klien.
3. Anjurkan posisi senyaman
a. Klien mampu mengontrol 3. Untuk meminimalisir rasa
kecemasan mungkin nyeri yang dirasakan oleh
b. Kualitas tidur dan istirahat klien.
4. Ajarkan latihan teknik relaksasi
adekuat 4. Dengan teknik distraksi dan
c. Status lingkungan yang nyaman dan distraksi. relaksasi, dapat mengalihkan
rasa nyeri klien dan
mengurangi ras nyeri pada
klien.
31

P. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan pukul
1. Gangguan alam 28 April 1. Membina hubungan S:
perasaan : 2020 saling percaya - Klien mengatakan
kecemasan 2. Bantu klien untuk setelah berbincang-
mengidentifikasi dan bincang, klien
menggambarkan mengetahui cara
perasaan yang mengontrol
mendasari kecemasan.
kecemasannya.
3. Identifikasi bersama O:
klien cara / tindakan - Klien dapat
yang dilakukan jika mengontrol
terjadi kecemasan. kecemasan
4. Ajarkan teknik distraksi - Nampak gelisah pada
dan relaksasi pasien berkurang
- Kontak mata baik

A:
- Gangguan alam
perasaan : kecemasan

P:
Masalah teratasi,
hentikan intervensi.

2 Gangguan rasa 28 April 1. Mengkaji keadaan S :


nyaman 2020 umum klien dan Klien mengatakan
masih ada rasa nyeri
memonitor tanda-tanda ulu hati
vital. O:
2. Mengkaji nyeri klien -
Klien nampak
lelah
3. Menganjurkan posisi - Keadaan umum
senyaman mungkin baik
- TD : 160/100
4. Mengajarkan teknik
mmHg
distraksi dan relaksasi. A: Gangguan rasa
nyaman
P: Masalah belum
teratasi, lanjutkan
intervensi :
- Kaji keadaan
32

umum klien dan


memonitor
tanda-tanda vital.
- Anjurkan posisi
senyaman
mungkin
33

Q. CATATAN PERKEMBANGAN

No. Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan pukul
1 Gangguan rasa 29 April 1. Mengkaji keadaan S :
nyaman 2020 umum klien dan Klien mengatakan
nyeri ulu hati
memonitor tanda-tanda berkurang
vital.
2. Mengkaji nyeri klien O:
- Klien nampak
3. Menganjurkan posisi lemah
senyaman mungkin - Keadaan umum
baik
4. Berkolaborasi dalam
- TD : 150/90
pemeberian obat mmHg
analgesik - GDS : 131

A: Gangguan rasa
nyaman
P: Masalah teratasi
- Kaji keadaan
umum klien dan
memonitor
tanda-tanda vital.
34

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan dengan Kecemasan

Nama pasien : Ny.S

Hari / Tanggal : Selasa, 28 April 2020

SP : 1( interaksi 1 )

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Keluarga mengatakan klien sering merasakan nyeri ulu hari
Data Objektif :
Klien tampak gelisah dan cemas.
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas/kecemasan
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. TujuanUmum :Mengatasi gangguan ansietas klien.
b. Tujuan Khusus :
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenal ansietas
3) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik pengalihan situasi(distraksi)
4) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik pengalihan situasi
(distraksi) untuk mengatasi ansietas
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi.
b. Membantu pasien mengenal ansietas.
c. Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan control dan rasa
percayadiri : pengalihan situasi.
35

B. Strategi Komunikasi
1) Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi bu, Saya Mahasiswa perawat yang sedang
tugas praktik di Puskesmas Ngulak, nama saya Siti Aisyah,. Saya adalah
mahasiswa dari Poltekkes. Kalau boleh tahu, nama Ibu siapa?”“Ibu senangnya
dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
c. Kontrak :
1) Topik
“Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan
latihan cara mengontrol cemas dengan latihan pengalihan situasi atau
biasanya sering disebut distraksi ?”
2) Waktu
“Berapa lama Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20menit saja”
3) Tempat
“Dimana Ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana jika
diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
4) Tujuan
“Agar Ibu dapat mengetahui kecemasan yang Ibu rasakan serta cara
mengatasinya”

2) Fase Kerja
“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini”
“Ouw jadi Ibu merasa cemas karena iu merasa mengidap penyakit maag. Jika boleh
saya tahu, bagaimana cara Ibu mengatasinya?”
“Saya mengerti bagaimana perasaan Ibu.. Setiap orang akan memiliki perasaan yang
sama jika diposisi Ibu Yang perlu Ibu ketahui adalah Ibu saat ini berada pada tingkat
kecemasan yang ringan. Untuk itu, Ibu perlu melakukan terapi disaat Ibu merasakan
perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat
kecemasan Ibu. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan Ibu
36

dengan metode pengalihan situasi yaitu dengan cara Ibu melepas kecemasan dengan
cara menonton televisi atau dengan cara berdzikir.
“Nah, Selanjutnya kita latihan distraksi, dimana distraksi ini bermanfaat untuk
megalihkan rasa cemas Ibu sehingga membuat pikiran dan fisik Ibu relaks atau
santai. Dalam teknik ini Ibu harus melakukan hal-hal yang dapat membua t Ibu relaks
misalnya dengan menonton acara televise kesukaan Ibu ataupun dengan berdzikir.
Nah, sekarang Ibu sudah tau kan hal-hal apasaja yang dapat Ibu lakukan untuk
mengurangi rasa cemas Ibu. Nanti apabila Ibu merasa cemas lagi, Ibu bias
melakukan pengalihan situasi yang saya beritahu tadi.

3) Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subyektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang Ibu
rasakan dan latihan distraksi?”

2) Obyektif
“Coba Ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”

b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Jam berapa Ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian Ibu. Jadi, setiap Ibu merasa cemas,
Ibu bisa langsung praktikkan cara ini”

c. Kontrak yang akan datang


1) Topik
“Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit kecemasan yang Ibu
rasakan, bagamana jika kita latihan kembali besok bu? Kita akan belajar
tentang cara mengontrol kecemasan Ibu dengan cara relaksasi”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan besok, dengan jam yang sama seperti hari
ini.Berapa lama Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya
besok? Bagaimana kalau 20 menit saja”
37

3) Tempat
“Dimana Ibu akan latihan dengan saya besok? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya disini saja.”
38

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan dengan Kecemasan

Nama pasien : Ny. S

Hari / Tanggal : Rabu, 29 April 2020

SP : 2 dan ( interaksi 2 )

C. Proses Keperawatan
5. Kondisi Klien
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya. Klien mengatakan Mengidap
penyakit Maag.
Data Objektif
a. Klien terlihat gelisah
6. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
7. Tujuan Tindakan Keperawatan
c. Tujuan Umum : mengatasi gangguan ansietas klien.
d. Tujuan Khusus :
5) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
6) Pasien mampu mengenal ansietas
7) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi dan distraksi
8) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi untuk mengatasi ansietas
8. Tindakan Keperawatan
d. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraks.
e. Membantu pasien mengenal ansietas.
f. Mengajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi untuk meningkatkan kontrol
dan rasa percaya diri : pengalihan situasi.
39

D. Strategi Komunikasi
4) Fase Orientasi
d. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi bu, Saya Mahasiswa perawat yang sedang
tugas praktik di Puskesmas Ngulak, nama saya Siti Aisyah,. Saya adalah
mahasiswa dari Poltekkes. Kalau boleh tahu, nama Ibu siapa?”“Ibu senangnya
dipanggil apa?”
e. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? semalam tidurnya nyenyak?”
f. Kontrak :
5) Topik
“Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan
latihan cara mengontrol cemas dengan latihan relaksasi dan distraksi ?”
6) Waktu
“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20 menit saja”
7) Tempat
“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, Bagaimana
jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
8) Tujuan
“Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan serta cara
mengatasinya”

5) Fase Kerja
“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan saat ini”
“Ouw jadi ibu merasa cemas dengan penyakit ibu?. Jika boleh saya tahu, bagaimana
cara Ibu mengatasinya?”
“Saya mengerti bagaimana perasaan Ibu. Setiap orang akan memiliki perasaan yang
sama jika diposisi Ibu. Yang perlu Ibu ketahui adalah Ibu saat ini berada pada
tingkat kecemasan yang ringan. Untuk itu, Ibu perlu melakukan terapi disaat ibu
merasakan perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan
tingkat kecemasan Ibu. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan
ibu dengan latihan relaksasi dulu, yaitu dengan cara tarik nafas dalam, ini
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang ibu rasakan”
40

“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu perhatikan saya,
lalu ibu bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya bu. Ibu silakan
duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-
lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara
melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Sekarang coba ibu praktikkan”
“Bagus sekali, ibu sudah mampu melakukannya. ibu bisa melakukan latihan ini
selama 5 sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai. Selain cara tersebut
untuk mengatasi kecemasan ibu, ibu bisa melakukan dengan metode pengalihan yaitu
dengan ibu melepas kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis kecemasan ibu
disebuah kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau ibu juga bisa mengatasinya dengan
mendengarkan musik.
“Nah, Selanjutnya kita latihan distraksi, dimana distraksi ini bermanfaat untuk
mengalihkan rasa cemas ibu sehingga membuat pikiran dan fisik ibu relak atau
santai. Dalam teknik ini ibu harus melakukan hal-hal yang dapat membuat ibu relak
misalnya dengan menonton acara televisi kesukaan ibu, membaca buku atau majalah
yang ibu suka, atau dengan mendengar music yang ibu sukai. Nah, sekarang ibu
sudah tau kan hal-hal apa saja yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi rasa cemas
ibu. Nanti apabila ibu merasa cemas lagi, ibu bisa melakukan salah satu teknik
distraksi atau pengalihan yang saya beritahu tadi.

6) Fase Terminasi
d. Evaluasi
3) Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang ibu
rasakan dan latihan relaksasi dan distraksi?”

4) Obyektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”

e. Rencana Tindak Lanjut (RTL)


“Jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu
bisa langsung praktikkan cara ini”
41

f. Kontrak yang akan datang


4) Topik
“Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit kecemasan yang ibu
rasakan, bagamana jika kita latihan kembali besok bu?
5) Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan besok, dengan jam yang sama seperti hari ini.
Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 20 menit saja”
6) Tempat
“Dimana ibu akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau
besok kita melakukannya disini saja.”

Anda mungkin juga menyukai