Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

OLEH :

INA SYAHDA FAJRIPRILIANTI


202110461011102

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Ansietas merupakan kebingungan atau kekwatiran pada sesuatu yang
terjadi dengan penyebab tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak
menentu dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu obyek
(Stuart, 2013 dalam PH et al., 2016). Ansietas merupakan respon emosional
terhadap penelitian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar
dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas merupakan reaksi
emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun yang
hanya dibayangkan (Livana et al., 2019).
Menurut Asmadi, (2008) ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai
asal ansietas, teori tersebut antara lain:
a. Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma
budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
tersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan
dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan
dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain
ataupun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi
cemas. Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan
merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan
hubungan antara manusia.
c. Teori Perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi.
Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang
diinginkan akan menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan yang
menyebabkan seseorang menjadi ansietas.

2. Rentang Respon Ansietas


Menurut Stuart, (2007) rentan respon ansietas adalah sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas
juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan
kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari - hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4. Pohon Masalah

Gangguan Pola Tidur

Ansietas Core Problem

Koping Tidak Efektif

Stressor
5. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa
baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Videbeck, (2008)
ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang,
berat dan panik.

a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :

RESPON FISIK RESPON KOGNITIF RESPON


EMOSIONAL

- Ketegangan otot - Lapang persepsi luas - Perilaku otomatis


ringan
- Terlihat tenang, - Sedikit tidak sadar
- Sadar akan percaya diri
lingkungan - Aktivitas
- Perasaan gagal sedikit menyendiri
- Rileks atau sedikit
gelisah - Waspada dan - Terstimulasi
memperhatikan
- Penuh perhatian banyak hal - Tenang
Rajin
- Mempertimbangkan
informasi
- Tingkat pembelajaran
optimal

b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu


yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Respons dari
ansietas sedang adalah sebagai berikut :

RESPON FISIK RESPON KOGNITIF RESPON


EMOSIONAL

- Ketegangan otot - Lapang persepsi - Tidak nyaman


sedang menurun
- Mudah tersinggung
- Tanda-tanda vital - Tidak perhatian
meningkat secara selektif - Kepercayaan diri
goyah
- Pupil dilatasi, mulai - Fokus terhadap
berkeringat stimulus meningkat - Tidak sabar

- Sering mondar- - Rentang perhatian - Gembira


mandir, memukul menurun
tangan
- Penyelesaian
- Suara berubah : masalah menurun
bergetar, nada suara
tinggi - Pembelajaran
terjadi dengan
- Kewaspadaan dan memfokuskan
ketegangan
menigkat
- Sering berkemih,
sakit kepala, pola
tidur berubah, nyeri
punggung

c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :

RESPON FISIK RESPON KOGNITIF RESPON


EMOSIONAL

- Ketegangan otot - Lapang persepsi - Sangat cemas


berat terbatas
- Agitasi
- Hiperventilasi - Proses berpikir
terpecah-pecah - Takut
- Kontak mata buruk
- Sulit berpikir - Bingung
- Pengeluaran
keringat meningkat - Penyelesaian - Merasa tidak
- Bicara cepat, nada masalah buruk adekuat
suara tinggi
- Tidak mampu - Menarik diri
- Tindakan tanpa mempertimbangkan
tujuan dan informasi - Penyangkalan
serampangan
- Hanya - Ingin bebas
- Rahang menegang, memerhatikan
mengertakan gigi ancaman
- Mondar-mandir, - Preokupasi dengan
berteriak pikiran sendiri
- Meremas tangan, - Egosentris
gemetar

d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena


hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Respon dari panik adalah sebagai berikut :

RESPON FISIK RESPON KOGNITIF RESPON EMOSIONAL

- Flight, fight, atau - Persepsi sangat - Merasa terbebani


freeze sempit
- Merasa tidak
- Ketegangan otot - Pikiran tidak logis, mampu, tidak
sangat berat terganggu berdaya
- Agitasi motorik - Kepribadian kacau - Lepas kendali
kasar
- Tidak dapat - Mengamuk, putus
- Pupil dilatasi menyelesaikan asa
masalah
- Tanda-tanda vital - Marah, sangat takut
meningkat - Fokus pada pikiran
kemudian menurun sendiri - Mengharapkan hasil
yang buruk
- Tidak dapat tidur - Tidak rasional
- Kaget, takut
- Hormon stress dan - Sulit memahami
neurotransmiter stimulus eksternal - Lelah
berkurang
- Halusinasi,
- Wajah waham, ilusi
menyeringai, mulut mungkin terjadi
ternganga

6. Gejala Klinis
Gejala – gejala ansietas antara lain sebagai berikut (Kumbara et al., 2018):
a. Gejala Fisik, misalnya:
1. Adanya perubahan yang dramatis pada tingkah laku, gelisah atau tidak
tenang dan sulit tidur.
2. Terjadi peregangan pada otot-otot pundak, leher, perut. Terjadi
perubahan irama pernapasan.
3. Terjadi kontraksi otot setempat; pada dagu, sekitar mata dan rahang.
b. Gejala Psikis, misalnya:
1. Terjadinya gangguan pada perhatian dan konsentrasi.
2. Perubahan emosi.
3. Menurunnya rasa percaya diri.
4. Tidak ada motivasi.
7. Pathway Ansietas

STRESSOR Asetilkolin bertugas membawa pesan


kimia yang mengikat reseptor nicotinic
asetilkolin ke neuron postsinaptik
Respon sistem saraf otonom

Neuron postsinaptik melepaskan


Menimbulkan aktifitas involunter norepinefrin (ne)

Cemas mengaktifkan hipotalamus


Aktifasi berkepanjangan respon
stimulus ini dapat memicu pelepasan
adrenalin dari kelenjar adrenal
Sistem saraf otonom
Sekali dirilis meningkat (ne) dan
adrenal ke reseptor adrenergic pada
Sistem saraf simpatis berbagai jaringan

Aktifasi sistem saraf simpatis Mengakibatkan peningkatan frekuensi


jantung, dilatasi arteri koronaria,
dilatasi pupil, dilatasi bronkus,
Neuron simpatik berinteraksi meningkatkan ketegangan otot,
dengan neuron simpatik perifer menyempitnya lapang persepsi,
melalui ganglia meningkatkan emosi, mudah marah,
ketakutan, meningkatkan tekanan
darah dan frekuensi nadi.
Melalui sinapsis kimia dalam
ganglia, neuron simpatik
bergabung dengan neuron ANSIETAS
simpatik perifer

Neuron simpatik perifer


melepaskan asetikolin pada
sinapsis dalam ganglia simpatik
8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Uji psikologis
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2. Tidur yang cukup.
3. Cukup olahraga.
4. Tidak merokok.
5. Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada pasien ansietas menurut Stuart, (2007), yaitu:
a. Identitas Klien
b. Alasan Masuk
c. Faktor Predisposisi
d. Pemeriksaan Fisik
e. Psikososial
f. Status Mental
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
h. Mekanisme Koping
i. Masalah Psikososial daan Lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek Medik
2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada ansietas sesuai dengan SDKI,
(2017), yaitu:
a. Ansietas (D.0080)
b. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
c. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
d. Koping Tidak Efektif (D.0096)
e. Harga Diri Rendah (D. 0086)
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Ansietas (D.0080)
Dengan data yang perlu dikaji sesuai dengan SDKI, (2017):

GEJALA & TANDA MAYOR GEJALA & TANDA MINOR


Subjektif Subjektif
- Merasa bingung - Mengeluh pusing
- Merasa khawatir dengan akibat - Anoreksia
dari kondisi yang dihadapi - Palpitasi
- Sulit berkonsentrasi - Merasa tidak berdaya
Objektif Objektif
- Tampak gelisah - Frekuensi napas meningkat
- Tampak tegang - Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur - Tekanan darah meningkat
- Diaforesis
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Suara bergetar
- Kontak mata buruk
- Sering berkemih
- Berorientasi pada masa lalu

4. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus intervensi pada
pasien dengan respons ansietas menurut tingkatannya, yaitu :
1. Intervensi dalam ansietas tingkat berat dan panik
2. Prioritas tertinggi dari tujuan keperawatan harus ditunjukkan untuk
menurunkan ansietas tingkat berat atau panik pasien dan intervensi
keperawatan yang berhubungan harus supportif dan protektif.
3. Intervensi dalam ansietas tingkat sedang
4. Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang perawat
dapat mengimplementasikan intervensi keperawatan re-edukatif atau
berorientasi pada pikiran
5. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses pemecahan masalah.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus menerus
pada respons ansietas pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. FK Universitas Indonesia.

Kumbara, H., Metra, Y., & Ilham, Z. (2018). Analisis Tingkat Kecemasan (Anxiety)
Dalam Menghadapi Pertandingan Atlet Sepak Bola Kabupaten Banyuasin Pada
Porprov 2017. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17(2), 28–35.

Livana, Fatoni, N., & Mubin, M. F. (2019). Gambaran Tingkat Ansietas Suami Atau
Istri Yang Ditinggal Pasangannya Bekerja Diluar Negeri. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 5(1), 48. https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.48-52

PH, L., Keliat, B. A., & Putri, Y. S. E. (2016). Penurunan Respons Ansietas Klien
Penyakit Fisik dengan Terapi Generalis Ansietas di Rumah Sakit Umum Bogor.
4(1), 13–20.

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed.). EGC.

Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC.

Anda mungkin juga menyukai