OLEH :
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas
juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan
kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi, yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari - hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4. Pohon Masalah
Stressor
5. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa
baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Videbeck, (2008)
ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang,
berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :
6. Gejala Klinis
Gejala – gejala ansietas antara lain sebagai berikut (Kumbara et al., 2018):
a. Gejala Fisik, misalnya:
1. Adanya perubahan yang dramatis pada tingkah laku, gelisah atau tidak
tenang dan sulit tidur.
2. Terjadi peregangan pada otot-otot pundak, leher, perut. Terjadi
perubahan irama pernapasan.
3. Terjadi kontraksi otot setempat; pada dagu, sekitar mata dan rahang.
b. Gejala Psikis, misalnya:
1. Terjadinya gangguan pada perhatian dan konsentrasi.
2. Perubahan emosi.
3. Menurunnya rasa percaya diri.
4. Tidak ada motivasi.
7. Pathway Ansietas
4. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus intervensi pada
pasien dengan respons ansietas menurut tingkatannya, yaitu :
1. Intervensi dalam ansietas tingkat berat dan panik
2. Prioritas tertinggi dari tujuan keperawatan harus ditunjukkan untuk
menurunkan ansietas tingkat berat atau panik pasien dan intervensi
keperawatan yang berhubungan harus supportif dan protektif.
3. Intervensi dalam ansietas tingkat sedang
4. Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang perawat
dapat mengimplementasikan intervensi keperawatan re-edukatif atau
berorientasi pada pikiran
5. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses pemecahan masalah.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus menerus
pada respons ansietas pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC.
Kumbara, H., Metra, Y., & Ilham, Z. (2018). Analisis Tingkat Kecemasan (Anxiety)
Dalam Menghadapi Pertandingan Atlet Sepak Bola Kabupaten Banyuasin Pada
Porprov 2017. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17(2), 28–35.
Livana, Fatoni, N., & Mubin, M. F. (2019). Gambaran Tingkat Ansietas Suami Atau
Istri Yang Ditinggal Pasangannya Bekerja Diluar Negeri. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 5(1), 48. https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.48-52
PH, L., Keliat, B. A., & Putri, Y. S. E. (2016). Penurunan Respons Ansietas Klien
Penyakit Fisik dengan Terapi Generalis Ansietas di Rumah Sakit Umum Bogor.
4(1), 13–20.