DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
OLEH :
INGGAR FOURUSITA
201920461011080
1
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
KELOMPOK 12
NIM: 201920461011080
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. Definisi......................................................................................................................................4
B. Etiologi......................................................................................................................................4
C. Epidemologi..............................................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................5
E. Patofisologi................................................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................8
G. Penatalaksanaan.........................................................................................................................8
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)..........................................................9
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)...............................................................................................12
J. Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI)...........................................12
Daftar Pustaka...................................................................................................................................18
3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga
campak, ”measles”, rubeola (IKA,FKUI Volume 2, 2009) Morbili ialah penyakit infeksi
virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium
prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 2007).
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2012).
B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak- bercak. Cara
penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 2007). Penyebab
penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus
virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan
pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang
formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas
komplemen (Rampengan, 2007).
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara
penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 2007). Campak adalah suatu virus
RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe
antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan
parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih,
paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam
kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 2010).
4
C. Epidemologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700
kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap
hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5
tahun.2Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus
campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus.
Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak
adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak
lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok
umur 1-4 tahun (3383 kasus) (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2014).
5
b. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,2006).
E. Patofisologi
Virus masuk melalui saluran pernafasan secara dropletdan selanjutnya masuk kelenjar
getah bening yang berada di bawah mukosa,virus memperbanyak diri kemudian
menyebar ke sel-sel jaringan limforetikuler seperti limpa. Sel monokuler yang terinfeksi
membentuk sel berinti raksasa yang disebut sel warthin, sedangkan sel T limfosit meliputi
kelas penekanan dan penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Pada saat 5-
6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk ke dalam
pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran
pernafasan, kulit, kandung seni, saluran usus, dan selanjutnya pada hari ke 9-10 fokus
infeksi berada di epitel saluran napas. Pada saat itu muncul gejala coriza(pilek) disertai
dengan peradangan selaput konjungtiva yang tampak merah. Pasien tampak lemah
disertai suhu tubuh yang meningkat, selanjutnya pasien tampak sakit berat sampai muncul
ruam kulit. Pada hari ke 2 tampak pada mukosa pipi suatu ulcera kecil merupakan tempat
virus tumbuh selanjutnya mati dan kelainan ini merupakan tanda patognomonik untuk
menegakkan diagnosa. Akhirnya muncul ruam makulopapular di hari ke-14 sesudah awal
infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi dan selanjutnya suhu tubuh
menurun (Sayetno,2008).
6
Pathway
Hiperplasi
Masuk sel nafas Kulit Epital saluran napas
jaringan
limfoid
Mempengaruhi termostat
dalam hipotalamus
7
F. Pemeriksaan Penunjang
8
8. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
- Penurun panas (antipiretik): Parasetamol atau ibuprofen
- Pengurang batuk (antitusif)
- Vitamin A dosis tunggal : 1) Di bawah 1 tahun: 100.000 unit, 2) Di atas 1 tahun:
200.000 unit
- Antibiotika Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi
sekunder (seperti otitis media dan pnemonia).
- Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan pada penderita morbili dengan
ensefalitis.
- Hidrokortison 100-200 mg/hr selama 3-4 hari
- Prednison 2 mg/kgBB/hr selama 1 minggu.
C. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)
Pengkajian
Pengkajian Data Dasar
1. Biodata Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam
terusmenerus berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2008 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang Anamnesa adanya demam terus-menerus
berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila
kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96) Adanya
nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2010 : 213)
c. Riwayat keperawatan dahulu Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah
dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Perry, 2010).
Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat
imunisasi campak (Wong, 2007). Anamnesa riwayat kontak dengan orang
yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2009).
d. Riwayat Keluarga Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan
hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat
genetik atau familial. (Perry, 2010).
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Bernafas Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat
bernafas.
9
b. Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS . Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan
:setelah di rumah sakit.
c. .Eliminasi
- BAK Kebiasaan : frekuensi, warna, bau. Perubahan setelah saki.
- BAB Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi. Perubahan setelah sakit.
d. Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS.
e. Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien. Perubahan
setelah sakit.
f. Kebersihan Diri. Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g. Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal (36°-37°C),
pireksia/demam(38° -40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C
h. Rasa Nyaman, Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan
pasien. Observasi nyeri yang di keluhkan pasien.
i. Rasa Aman. Kaji keluarga pasien mengenai kecemasan yang ia rasakan
j. Sosialisasi dan Komunikasi Observasi social dan komunikasi pasien. Kaji
apakan pasien mampu bercanda dengan keluarganya.
k. Bekerja Kaji pasien apakah pasien mampu bermain dan bercanda dengan
keluarganya.
l. Ibadah Ketahui agama apa yang dianut pasien.
m. Rekreasi. Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik
yang tepat saat depresi.
n. Pengetahuan atau belajar. Seberapa besar keingintahuan keluarga mengenai
cara pencegahan diare pada anak. Disinilah peran perawat untuk memberikan
HE kepada keluarga pasien mengenai cara pencegahan diare pada anak.
Pemeriksaan Fisik Kulit :
a. Timbul rash. Rash mulai timbul sebagai eritema makulopapular ( penonjolan pada
kulit yang berwarna merah ). Timbul dari belakang telinga pada batas rambut dan
menyebar ke daerah pipi, seluruh wajah, leher, lengan bagian atas dan dada bagian
atas dalam 24 jam I. Dalam 24 jam berikutnya, menyebar menutupi punggung,
abdomen, seluruh lengan dan paha, pada akhirnya mencapai kaki pada hari ke 2-3,
maka rash pada wajah mulai menghilang. Proses menghilangnya rash berlangsung
10
dari atas ke bawah dengan urutan sama dengan urutan proses pemunculannya. Dalam
waktu 4 - 5 hari menjadi kehitam – hitaman ( hiperpigmentasi ) & pengelupasan
(desquamasi).
b. Kepala
1) Mata Konjungtivitis & fotofobia. Tampak adanya suatu garis melintang dari
peradangan konjungtiva yang dibatasi pada sepanjang tepi kelopak mata
(Transverse Marginal Line Injectio) pada palpebrae inferior, rasa panas di
dalam mata & mata akan tampak merah, berair, mengandung eksudat pada
kantong konjungtiva.
2) Hidung Bersin yang diikuti hidung tersumbat & sekret mukopurulen dan
menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncak serta menghilang
bersamaan dengan menghilangnya panas.
3) Mulut Didapatkan koplik's spot. Merupakan gambaran bercak – bercak kecil
yang irregular sebesar ujung jarum / pasir yang berwarna merah terang dan
bagian tengahnya berwarma putih kelabu. Berada pada mukosa pipi
berhadapan dengan molar ke – 2 , tetapi kadang – kadang menyebar tidak
teratur mengenai seluruh permukaan mukosa pipi. Timbulnya pada hari ke
– 2 setelah erupsi kemudian menghilang. Tanda ini merupakan tanda khas
pada morbili.
4) Leher Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior. Hal ini disebabkan karena aktivitas jaringan limphoid
untuk menghancurkan agen penyerang (virus morbili).
5) Dada
Paru : Bila terjadi perubahan pola nafas & ketidakefektifan bersihan jalan
nafas akan didapatkan peningkatan frekuensi pernafasan, retraksi otot bantu
pernafasan dan suara nafas tambahan. Batuk yang disebabkan oleh reaksi
inflamasi mukosa saluran nafas bersifat batuk kering. Intensitas batuk
meningkat mencapai
c. 12 puncak pada saat erupsi. Bertahan lama & menghilang secara bertahap dalam 5 -
10 hari.
d. Jantung : Terdengar suara jantung I & II.
e. Abdomen : Bising usus terdengar, pada keadaan hidrasi turgor kulit dapat menurun.
7)
11
f. Anus & genetalia Eliminasi alvi dapat terganggu berupa diare Eliminasi uri tidak
t.erpengaruh.
g. Ekstremitas atas dan bawah : Ditemukan rash dengan sifat sesuai waktu timbulnya. 5.
Pemeriksaan penunjang Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia
ringan
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Hipertermi
3. Hipovolemia
4. Gangguan integritas kulit
5. Gangguan rasa nyaman
E. Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
SLKI SIKI
Setelah di lakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN JALAN NAPAS (I.01011)
selama 3x 24 jam, maka Bersihan Jalan 1. Observasi
Napas meningkat dengan kriteria hasil: o Monitor pola napas
1. Batuk efektif, meningkat o Monitor bunyi napas
2. produksi sputum, menurun tambahan
3. Mengi, menurun o Monitor sputum
4. Wheezing, menurun 2. Terapeutik
o Posisikn semi fowler atau
fowler
o Berikan minuman hangat
o Lakukan fisioterapi dada
o Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
o Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
o Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak terkontraindikasi
o Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
12
o Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
jika perlu.
2. Hipertermi
SLKI SIKI
Setelah di lakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
selama 3x 24 jam, maka Termoregulasi 5. Observasi
membaik dengan kriteria hasil: o Identifkasi penyebab
5. Menggigil, menurun (5) hipertermi (mis. dehidrasi terpapar
6. Kulit merah, menurun (5) lingkungan panas penggunaan
7. Takikardi, menurun (5) incubator)
8. Takipnea, menurun (5) o Monitor suhu tubuh
9. Suhu tubuh, membaik (5) o Monitor kadar elektrolit
10. Tekanan darah , membaik (5) o Monitor haluaran urine
6. Terapeutik
o Sediakan lingkungan yang
dingin
o Longgarkan atau lepaskan
pakaian
o Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
o Berikan cairan oral
o Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
o Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
o Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
o Batasi oksigen, jika perlu
7. Edukasi
13
o Anjurkan tirah baring
8. Kolaborasi
o Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
3. Hipovolemia
SLKI SLKI
Setelah di lakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)
selama 3x24 jam, maka status cairan 1. Observasi
membaik dengan kriteria hasil: o Periksa tanda dan gejala
1. Kekuatan nadi, Meningkat (5) hipovolemia (mis. frekuensi nadi
2. Frekuensi nadi, Membaik (5) meningkat, nadi teraba lemah, tekanan
3. Tekanan darah, membaik (5) darah menurun, tekanan nadi
4. Turgor kuli, membaik (5) menyempit,turgor kulit menurun,
5. Dyspnea, menurun (5) membrane mukosa kering, volume urine
6. Suhu tubuh, membaik (5) menurun, hematokrit meningkat, haus
dan lemah)
o Monitor intake dan output
cairan
2. Terapeutik
o Hitung kebutuhan cairan
o Berikan posisi modified
trendelenburg
o Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
o Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
o Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian cairan
IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
o Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
14
0,4%)
o Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. albumin, plasmanate)
o Kolaborasi pemberian produk
darah
4. Gangguan Rasa Nyaman
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Pemberian Analgetik (1.08243)
selama 3x24 jam, maka status Observasi:
kenyamanan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi karakteristik nyeri
hasil: (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
1. Keluhan tidak nyama, menurun (5) intensitas, frekuensi, durasi)
2. Gelisah, menurun (5) 2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Gatal, menurun (5) 3. Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID) dengan tingkat
keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik:
1. Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3. Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi:
15
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
5. Gangguan Integritas Kulit
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Perawatan Integritas Kulit (1.11353)
selama 3x24 jam, maka integritas kulit Observasi:
meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab gangguan
1. Kerusakan jaringan, menurun (5) integritas kulit
2. Kerusakan lapisan kulit, menurun (5) Terapeutik:
3. Kemerahan menurun(5) 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring.
2. Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode diare
3. Gunakan produk pprotalium atau
minyak pada kulit kering
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
16
Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)
Judul jurnal
The Difference Between the Conventional Warm Compress and Tepid Sponge
Technique Warm Compress in the Body Temperature Changes of Pediatric Patients
with Thypoid
Demam yang tidak mendapatkan perawatan yang baik dapat menyebabkan dehidrasi,
kerusakan neurologis, dan keang demam. Penggunaa kompres hangat dan teknik spons
hangat sebagai terapi modalitas untuk manajemen demam pada anak-anak tifoid memiliki
pengaruh yang baik, pada jurnal diatas peneliti ingin mengetahui perbedaan antara dua
intervensi tersebut. Pada kompres hangat konvensional hanya dikompres di dahi, sedangkan
teknik kompres spons hangat ditempatkan di dahi, ketiak, dan lipatan pada secara bersamaan.
Hasilnya teknik tepid spons hangat lebih signifikan dengan perubahan suhu yang lebih baik
setelah di kompres.
17
Daftar Pustaka
18