DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
OLEH :
RIZKI GUNARTA
201920461011054
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK - 12
Page 2 of 39
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................4
A. Definisi..........................................................................................................4
B. Etiologi..........................................................................................................4
C. Epidemologi..................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................4
E. Patofisologi...................................................................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................4
G. Penatalaksanaan............................................................................................4
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS)......................................................4
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)....................................................................4
J. Intervensi dan Luaran Keperawatan (SIKI/SLKI)........................................4
K. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..............................................................4
BAB II. CASE REPORT.........................................................................................5
A. Judul Case Report.........................................................................................5
B. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..............................................................5
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................6
A. Pengkajian (Focus Assesement)...................................................................6
B. Analisa Data..................................................................................................6
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)....................................................................6
D. Intervensi Keperawatan (SIKI).....................................................................6
BAB IV. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)...7
A. Masalah Keperawatan...................................................................................7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)............................................7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..............................................................7
BAB V. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)...............8
1. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
Page 3 of 39
2. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
3. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
4. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
5. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
Page 4 of 39
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Kanker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang
melapisi saluran pankreas. Sekitar 95% tumor ganas pankreas merupakan
adenokarsinoma.Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan agak
lebih sering menyerang orang kulit hitam. Tumor ini jarang terjadi sebelum
usia 50 tahun dan rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada penderita yang
berumur 55 tahun (Alodokter, 2015).
Kanker pankreas terjadi ketika sel-sel di pankreas mengalami mutasi DNA
yang tak terkendali. Pankreas merupakan kelenjar besar sepanjang 15 cm
sebagai sistem pencernaan berfungsi memproduksi enzim dan hormon. (Kleef,
2016)
B. Etiologi
Page 5 of 39
Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke organ di sekitarnya atau
melalui pembuluh darah kelenjar getah bening. Lebih sering ke hati,
peritoneum, dan paru. Tapi agak jarang pada adrenal, Lambung, duodenum,
limpa.
Tumor yang berasal dari kaput pankreas (yang merupakan lokasi paling
sering) akan memberikan gambaran klinik tersendiri. Dalam kenyataannya,
karsinoma pankreas memiliki angka keberhasilan hidup 5 tahunan, paling
rendah bila dibandingkan dengan karsinoma lainnya.
Page 6 of 39
Timbulnya gejala defisiensi insulin yang terdiri atas glukosuria,
hiperglikemia dan toleransi glukosa yang abnormal Diabetes dapat
menjadi tanda dini (Mayo clinic, 2018).
D. Patofisologi
Sebagian besar karsinoma pankreas terjadi di kaput, sehingga sering
terjadi obstruksi duktus koledokus distal yang menyebabkan tingginya ALP
serum (4-5 kali di atas batas normal) dan kadar bilirubin.4,5 Hasil tes faal hati
pada pasien akan didapatkan peningkatan parameter-parameternya, seperti
AST 168 U/L, ALT 217 U/L, ALP 992 U/L, GGT 462 U/L, bilirubin total
18,26 mg/ dL, bilirubin direk 15,40 mg/dL, amilase 206,7 U/L, lipase 127,2
U/L. Kadar CEA pasien ini 3,29 mg/dL (nilai rujukan < 2,5 dl ). Carbohydrate
Antigen 19-9 (CA 19-9) merupakan substansi yang dihasilkan oleh sel-sel
kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada pemeriksaan
darah.Penanda tumor CA 19-9 meningkat pada karsinoma kaput pankreas, CA
19-9 dianggap paling baik untuk diagnosis karsinoma kaput pankreas, dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (Irmayanti et all, 2018)
Gejala kanker pankreas pada tahap lanjut tergantung bagian kelenjar
pankreas yang terjangkit karena pankreas memiliki dua jenis jaringan kelenjar.
Pertama adalah kelenjar yang memproduksi enzim pencernaan atau disebut
dengan kelenjar eksokrin. Kedua adalah kelenjar yang memproduksi hormon,
atau disebut juga dengan kelenjar endokrin.
Kelenjar eksokrin merupakan kelenjar yang paling sering terjangkit kanker
pankreas dengan gejala yang umumnya terjadi seperti penyakit kuning,
kehilangan berat badan, dan nyeri punggung atau nyeri perut. (Kleef, 2016)
Page 7 of 39
Page 8 of 39
Faktor eksogen Faktor endogen Faktor genetik
Pathway :
Kanker pankreas
Mendesak dan
Feses berwarna pekat menginfiltrasi
dan urine berwarna duodenum
gelap
Peradangan
Ketidakseimbangan
duodenum
Nyeri akut nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Page 9 of 39
E. Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kanker
pankreas:
F. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah beberapa jenis perawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kanker pancreas :
1. Operasi :
Jenis perawatan kanker pankreas yang paling banyak dilakukan adalah
dengan melakukan operasi karena bisa mengobati kanker pankreas
hingga sembuh sepenuhnya. Namun tidak semua penderita kanker
pankreas bisa melakukan operasi, hanya 1 dari 5 pasien yang cocok
untuk melakukan operasi pengangkatan tumor. (Oberstain, 2013).
Berikut ini adalah beberapa prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kanker pankreas:
Page 11 of 39
kiri, kelenjar adrenal bagian kiri, dan kemungkinan diafragma bagian
kiri juga akan diangkat.
Jika tidak bisa disembuhkan, operasi untuk meredakan gejala dan
membuat pasien lebih nyaman bisa dilakukan. Operasi ini
menggunakan ERCP untuk meletakkan stent atau tabung pembuka di
dalam saluran empedu untuk mencegah penumpukan unsur bilirubin
yang menyebabkan penyakit kuning. Operasi bypass yang
menghambat saluran empedu dapat dilakukan jika
penggunaan stent tidak cocok untuk pasien. Saluran empedu yang
tersumbat akan dipotong bagian atasnya dan disambungkan kembali
ke usus agar bisa menyalurkan cairan empedu
2. Kemoterapi
Untuk membinasakan sel kanker ganas di dalam tubuh atau mencegah
pertumbuhannya, pasien dapat melakukan kemoterapi dengan obat-
obatan antikanker. Kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau setelah
operasi, atau jika operasi tidak bisa dilakukan. Obat kemoterapi
memiliki dua bentuk, yaitu yang dikonsumsi secara langsung dan yang
diberikan melalui infus.
3. Radioterapi
Untuk membantu memperkecil tumor dan meredakan rasa sakit yang
diderita, pasien dapat melakukan terapi kanker menggunakan sinar
radiasi energi tinggi yang disebut dengan radioterapi. Bagi pasien
yang tidak bisa melakukan operasi untuk mengatasi kanker, biasanya
dokter akan menyarankan untuk melakukan perawatan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi. (Mayo clinic, 2018)
Page 12 of 39
Umur : 58 tahun
2) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengeluh nyeri diperut bagian kanan atas sejak 4 bulan
yang lalu, mual dan kehilangan nafsu makan.
Page 13 of 39
1. DX : Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis (infeksi) d.d mengeluh
nyeri (D.0077)
Luaran : Tingkat nyeri ( L.08066 )
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil
Terapeutik
Page 14 of 39
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Kalaborasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kalaborasi pemberian antiemitik
Page 15 of 39
J. Daftar Pustaka (Sumber Reference) :
Page 16 of 39
BAB II. CASE REPORT
A. Judul Case Report
Pasien laki-laki usia 58 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri perut
bagian kanan atas mata kuning sejak 4 bulan dan kuning seluruh badan disertai
rasa gatal. Riwayat demam mendahului mata kuning disangkal. Pasien juga mual
dan muntah serta perut kembung. Awalnya nafsu makan menurun karena merasa
cepat kenyang dan perut terasa cepat penuh. Saat itu tidak ada benjolan pada
perut. Pasien berobat ke dokter umum dan didiagnosis dispepsia. Karena tidak ada
perubahan, pasien berobat ke dokter penyakit dalam; penanda virus hepatitis non-
reaktif. Urin warna seperti teh pekat, Feses warna pucat, konsistensi lunak. Pasien
didiagnosis tumor kaput pankreas berdasarkan hasil pemeriksaan tes faal hati,
penanda tumor CEA, CA 19-9, CT scan abdomen, dan MRI cholangio
pancreatography.
Pemeriksaan fisik menunjukkan sakit sedang, gizi cukup, compos mentis.
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
35,6°C. Pasien anemis, ikterus. Tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing. Bunyi
jantung I/II murni, reguler, tidak ada bising jantung. Hepar teraba 3 jari di bawah
arcus costa dextra.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tampak pada tabel
PEMERIKSAAN RADIOLOGI Hasil CT scan abdomen didapatkan kesan:
Kolestatik dengan obstruksi distal CBD ec. tumor kaput pankreas, splenomegali.
Hasil MRI cholangio pancreatography didapatkan kesan: Tumor kaput pankreas
disertai kolestasis ekstra/intrahepatik dan duktus pankreatikus
DIAGNOSIS Kolestasis ekstrahepatik ec tumor kaput pankreas. Pada pasien
dilakukan pembedahan paliatif pemasangan stent perkutan dan stent
perendoskopik atau percutaneus transhepatic biliary drainage (PTBD).
Page 17 of 39
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN
Umur : 58 Tahun
I. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Pasien mengeluh nyeri diperut bagian kanan atas sejak 4 bulan yang lalu,
mual dan kehilangan nafsu makan
Page 18 of 39
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Tidak terkaji
A. DARAH LENGKAP
B. KIMIA DARAH
Ureum : .32............................( N : 10 – 50 mg / dl )
SGOT : ( N : 2 – 17 )
SGPT : ( N : 3 – 19 )
Bilirubin : ( N : 1,0 mg / dl )
C. ANALISA ELEKTROLIT
Page 19 of 39
Calsium : ............................. ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan,
MRI, Endoscopy dll.
Hasil CT scan abdomen didapatkan kesan: Kolestatik dengan obstruksi distal
CBD ec. tumor kaput pankreas, splenomegali.
Hasil MRI cholangio pancreatography didapatkan kesan: Tumor kaput
pankreas disertai kolestasis ekstra/intrahepatik dan duktus pankreatikus
B. Analisa Data
DATA PENYEBA MASALAH DIAGNOSA
B KEPERAWATA KEPERAWATA
(Tanda mayor &
N N
minor)
S: px mengatakan Agen cedera Nyeri akut Nyeri akut b/d
nyeri perut kanan atas fisiologis agen cedera
O: Tampak meringis, fisiologis (infeksi)
gelisah, sulit tidur, (D.0077)
bersikap protektif
Page 20 of 39
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis (infeksi) d.d mengeluh nyeri
(D.0077)
2. Nausea b.d gangguan biokimiawi d.d mengeluh mual (D.0076)
Page 21 of 39
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan
strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
Page 22 of 39
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
PEMBERIAN
ANALGETIK (I.08243)
Observasi
1. Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat
alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
5. Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
Page 23 of 39
dalam serum
3. Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
Page 24 of 39
2. Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN MUAL
(1.03117)
keperawatan selama 1x24
jam diharapkan “Tingkat Observasi
1. Identifikasi pengalaman
Nausea (L.08065)”
mual
menurun dengan kriteria 2. Identifikasi nafsu makan
terhadap kualitas hidup
hasil :
(misal nafsu makan)
1. Keluhan mual menurun 3. Identifikasi faktor
penyebab mual
(5)
4. Identifikasi antiemetik
2. Nafsu makan meningkat untuk mencegah mual
Nausea b.d 5. Monitor mual
(5)
6. Monitor asupan nutrisi
gangguan
dan kalori
biokimiawi
Terapeutik
d.d
1. Kurangi atau hilangkan
mengeluh keadaan penyebab mual
2. Berikan makanan dalam
mual
jumlah kecil dan menarik
(D.0076)
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan
tidur yag cukup
2. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik
Page 25 of 39
Catatan Perkembangan
No Dx Evaluasi
Page 26 of 39
BAB IV. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)
Page 27 of 39
kesehatan. Ini intervensi keperawatan direkomendasikan di lingkungan rumah
sakit dan di perawatan kesehatan primer.
2. Manajemen nyeri
EASL Clinical Practice Guidelines on The Prevelention, Diagnosis adn
Treatment of Gallstones
3. Manajemen nausea
Page 28 of 39
Influence of Barrows on The Decrease of Selling in Gastritis Clients in
Health Services
Nurhanifah. D.,Sari. D. N., Rahmawati. Influence of Barrows on The
Decrease of Selling in Gastritis Clients in Health Services. 2019.
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy
Secara teori, banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi atau
menurunkan rasa mual untuk penderita gastritis, salah satunya adalah
intervensi keperawatan dengan cara tirah baring. Tirah baring merupakan
keharusan pasien untuk berbaring ditempat tidur dalam jangka waktu yang
lama, perawatan ini bertujuan untuk pemulihan suatu masalah penyakit yang
mana dengan istirahat penderita gastritis khususnya yang mengalami gejala
mual akan merasakan ketenangan, rileks tanpa adanya tekanan emosional,
bebas dari kecemasan serta emosi dan ketegangan, dengan begitu rasa mual
yang dialami oleh penderita gastritis akan berkurang.
Posisi dalam melaksanakan tirah baring sangat berpengaruh, posisi tirah
baring untuk menurunkan rasa mual adalah posisi supine yaitu posisi pasien
terbaring terlentang dengan kedua tangan dan kaki lurus dalam posisi
horizontal yang bertujuan agar pasien merasa lebih rileks dan memberikan
posisi yang nyaman pada pasien, ketika seseorang berbaring dengan posisi
supine maka akan terjadi perubahan pada mekanisme otot-otot abdomen pada
lambung, otot pada lambung mengalami perubahan tekanan dimana dengan
posisi tersebut tekanan pada otot lambung mejadi relaksasi dan otot lambung
mengalami peregangan. Semua otot pada abdomen yang awalnya bekerja
keras karena asam lambung yang berlebih dan otot tersebut menjadi tertekan
Page 29 of 39
karena lambung telah bekerja keras, tetapi pada saat seseorang tirah baring
dengan posisi supine (terlentang) maka otot abdomen yang awalnya
berkontraksi berubah menjadi relaksasi. Dan jika relaksasi terjadi maka saraf-
saraf pada lambung juga akan mengalami ketenangan dan tidak akan
memberikan sinyal kepada hypotalamus untuk merangsang rasa mual.
Page 30 of 39
tempat inhaler hidung tanpa tidak terdaftar dalam penelitian. Setiap pasien
yang aktif muntah diberi dosis obat yang dipesan tanpa menggunakan inhaler;
namun, selanjutnya episode mual didorong untuk gunakan inhaler hidung
sebelum menerima tambahan obat.
Page 31 of 39
BAB V. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)
Page 32 of 39
3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi. Skala 4, nyeri
cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi). Skala 5, nyeri benar-benar
mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama. Skala 6, nyeri
sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera penglihatanS.
kala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas. Skala 8,
nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi
perubahan perilaku. Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan
menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan nyeri. Skala 10, nyeri
berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan Anda tak
sadarkan diri.
Sumber Reference : https://www.youtube.com/watch?v=6_spuexnTV8
Page 33 of 39
2. Cek nama pasien dan
pastikan 5 benar obat
3. Lakukan pengoplosan obat
dengan melihat expired data, kejernihan, dan kemasan obat di depan
pasien
4. Pastikan pasien dengan posisi
nyaman
5. Jaga privasi pasien
6. Cuci tangan sebelum
tindakan
7. Gunakan sarung tangan
8. Bebaskan daerah yang akan
disuntik dari pakaian
9. Pasang tourniquet
10. Pasang pengalas
11. Pilih daerah yang akan
disuntik
12. Desinfeksi daerah yang akan
disuntik dari dalam keluar dengan gerakan melingkar
13. Keluarkan gelembung udara
dalam alat suntik
14. Tusuk jarum dengan sudut
15-30 derajat
15. Tarik sedikit untuk
memastikan jarum masuk ke vena, ditandai dengan keluarnya darah dan
suntikkan obat
16. Tutup bekas tusukan dengan
kapas dan di plester
17. Rapikan alat dan
dokumentasi
Sumber Reference : https://www.youtube.com/watch?v=277jGNIpOQo
Page 34 of 39
3. Judul Tindakan Keperawatan : Pemberian obat melalui IV (melalui selang
infus)
a) Definisi
Pemberian obat melalui IV (melalui selang infus)
b) Tujuan Tindakan
c) Prosedur Tindakan
Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
Kapas alkohol
Sarung tangan
Obat yang sesuai
Spuit 2 ml – 5 ml
Safety box
Prosedur kerja:
Cuci tangan
Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
Salam terapeutik
Identifikasi klien
Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
Atur klien pada posisi yang nyaman
Pasang perlak pengalas
Pakai sarung tangan
Siapkan obat, jika dalam bentuk vial buka tutp viap kemudian swab karet
vial dan ambil obatnya, jika dalam bentuk ampul patahkan ampul dan
ambil obat
Pastikan tidak ada udara dalam spuit
Swab bolus iv
Lakukan penusakan pada bolus yang telah swab
Tekuk selang infus ketika memasukkan obat/ mengunci cairan infus
sebelum memasukkan obat
Masukkan obat berlahan
Swab kembali bolus iv
Buang spuit pada safety box
Buka sarung tangan
Cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Page 35 of 39
4. Judul Tindakan Keperawatan : Manajemen nyeri dengan teknik napas dalam
a) Definisi
Manajemen nyeri dengan teknik napas dalam yaitu menarik napas dua
sampai tiga kali lalu dihembuskan secara perlahan agar merasakan
ketenangan dan kenyaman
b) Tujuan Tindakan
Relaksasi dan mengurangi rasa nyeri
c) Prosedur Tindakan
1. Siapkan lingkungan
dan posisi yang nyaman
2. Jelaskan tujuan
tindakan yang akan dilakukan
3. Informed consent
4. Kaji nyeri
5. Instruksikan pasien
untuk tarik nafas, tahan, dan hembuskan melalui mulut
b) Tujuan Tindakan
Menurunkan rasa mual muntah
c) Prosedur Tindakan
1. Rentangkan
tangan ke depan tubuh kita dengan telapak tangan menghadap ke atas
2. Letakkan ibu
jari di lengan tangn dengan jarak enam jari dari pergelangan tangan lalu
tekan
Page 36 of 39
3. Letakkan lengan tangan satunya diatas lengan tangan yang sudah
ditekan dengan ibu jari, lalu tekan
Page 37 of 39
Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=00wuug9i4Go
Analisa MTE
Page 38 of 39
Cara menganalisa EKG :
5 komponen dasar yang harus dimiliki sebuah gambaran EKG yang normal :
1. Gelombang P.
Gelombang ini umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil
depolarisasi atrium kanan dan kiri. Jika ada kelainan pada atrium maka
akan ada kelainan pada gelombang ini
2. Segmen PR
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan
gelombang P dan gelombang QRS, yang menggambarkan aktivitas
listrik dari atrium ke ventrikel. Jika ada gangguan konduksi dari
atriumke ventrikel maka aka nada perubahan pada segmen PR.
3. Gelombang kompleks QRS
Gelombang ini ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Gelombang Q merupakan
gelombang ke bawah yang pertama, gelombang R gelombang ke atas
yang pertama, dan gelombang S gelombang ke bawah pertama setelah
R.
4. Gelombang ST
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks
QRS dan gelombang T
5. Gelombang T
Gelombang ini merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri
Page 39 of 39