Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN CA PANKREAS


DI RUANG DIPO ATAS RSUD KANJURUHAN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

RIZKI GUNARTA
201920461011054

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN CA PANKREAS


DI RUANG DIPO ATAS RSUD KANJURUHAN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KELOMPOK - 12

NAMA: RIZKI GUNARTA


NIM: 201910461011054
TGL PRAKTEK/MINGGU KE : 11 MEI 2020 / MINGGU 5
Malang, 15 MEI 2020
Mahasiswa, Pembimbing,

Rizki Gunarta Anis Ika Nurrahmah

Page 2 of 39
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN...................................................................4
A. Definisi..........................................................................................................4
B. Etiologi..........................................................................................................4
C. Epidemologi..................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................4
E. Patofisologi...................................................................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................4
G. Penatalaksanaan............................................................................................4
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS)......................................................4
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI)....................................................................4
J. Intervensi dan Luaran Keperawatan (SIKI/SLKI)........................................4
K. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..............................................................4
BAB II. CASE REPORT.........................................................................................5
A. Judul Case Report.........................................................................................5
B. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..............................................................5
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................6
A. Pengkajian (Focus Assesement)...................................................................6
B. Analisa Data..................................................................................................6
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)....................................................................6
D. Intervensi Keperawatan (SIKI).....................................................................6
BAB IV. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)...7
A. Masalah Keperawatan...................................................................................7
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)............................................7
C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)..............................................................7
BAB V. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)...............8
1. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8

Page 3 of 39
2. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
3. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
4. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8
5. Judul Tindakan Keperawatan........................................................................8

Page 4 of 39
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kanker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang
melapisi saluran pankreas. Sekitar 95% tumor ganas pankreas merupakan
adenokarsinoma.Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan agak
lebih sering menyerang orang kulit hitam. Tumor ini jarang terjadi sebelum
usia 50 tahun dan rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada penderita yang
berumur 55 tahun (Alodokter, 2015).
Kanker pankreas terjadi ketika sel-sel di pankreas mengalami mutasi DNA
yang tak terkendali. Pankreas merupakan kelenjar besar sepanjang 15 cm
sebagai sistem pencernaan berfungsi memproduksi enzim dan hormon. (Kleef,
2016)

B. Etiologi

Adapun etiologi dari Kanker Pankreas yaitu :

1.      Faktor Resiko Eksogen

Merupakan adenoma yang jinak dan adenokarsinoma yang ganas yang


berasal dari sel parenkim (asiner atau sel duktal) dan tumor kistik.

Yang termasuk  factor resiko eksogen adalah makanan tinggi lemak dan


kolesterol, pecandu alkohol, perokok, orang yang suka mengkonsumsi kopi,
dan beberapa zat karsinogen.

2.      Faktor Resiko Endogen

Contohnya : Penyakit DM, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas (masih


belum jelas)

Page 5 of 39
Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke organ di sekitarnya atau
melalui pembuluh darah kelenjar getah bening. Lebih sering ke hati,
peritoneum, dan paru. Tapi agak jarang pada adrenal, Lambung, duodenum,
limpa.

Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum sehingga terjadi


perdarahan di duodenum. Kanker yang letaknya di korpus dan kauda akan
lebih sering mengalami metastasis ke hati, bisa juga ke limpa (Mayo clinic,
2018)

C. Tanda dan Gejala


Penyakit kanker pankreas dapat tumbuh pada setiap bagian pankreas,
adalah pada bagian kaput, korpus atau kauda dengan menimbulkan gejala
klinis yang bervariasi menurut lokasi lesinya dan bagaiman pulau langerhans
yang mensekresikan insulin. (Kleef, 2016)

Tumor yang berasal dari kaput pankreas (yang merupakan lokasi paling
sering) akan memberikan gambaran klinik tersendiri. Dalam kenyataannya,
karsinoma pankreas memiliki angka keberhasilan hidup 5 tahunan, paling
rendah bila dibandingkan dengan karsinoma lainnya.

Gejala khasnya yaitu :

 Nyeri pada abdomen yag hebat khususnya pada epigastrium. Rasa


sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang juga disertai nyeri pada
punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas sehingga
timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf.
 Ikterus karena sumbatan pada duktus koledikus
 Kadang-kadang timbul perdarahan gastrointestinal yang terjadi akibat
erosi pada duodenum yang disebabkan oleh tumor pankreas.
 Gangguan rasa nyaman menyebar sebagai rasa nyeri yang
menjengkelkan ke bagian tengah punggung dan tidak berhubungan
dengan postur tubuh maupun aktivitassinoma pancreas.

Page 6 of 39
 Timbulnya gejala defisiensi insulin yang terdiri atas glukosuria,
hiperglikemia dan toleransi glukosa yang abnormal Diabetes dapat
menjadi tanda dini (Mayo clinic, 2018).

D. Patofisologi
Sebagian besar karsinoma pankreas terjadi di kaput, sehingga sering
terjadi obstruksi duktus koledokus distal yang menyebabkan tingginya ALP
serum (4-5 kali di atas batas normal) dan kadar bilirubin.4,5 Hasil tes faal hati
pada pasien akan didapatkan peningkatan parameter-parameternya, seperti
AST 168 U/L, ALT 217 U/L, ALP 992 U/L, GGT 462 U/L, bilirubin total
18,26 mg/ dL, bilirubin direk 15,40 mg/dL, amilase 206,7 U/L, lipase 127,2
U/L. Kadar CEA pasien ini 3,29 mg/dL (nilai rujukan < 2,5 dl ). Carbohydrate
Antigen 19-9 (CA 19-9) merupakan substansi yang dihasilkan oleh sel-sel
kanker kelenjar eksokrin pankreas dan dapat dideteksi pada pemeriksaan
darah.Penanda tumor CA 19-9 meningkat pada karsinoma kaput pankreas, CA
19-9 dianggap paling baik untuk diagnosis karsinoma kaput pankreas, dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (Irmayanti et all, 2018)
Gejala kanker pankreas pada tahap lanjut tergantung bagian kelenjar
pankreas yang terjangkit karena pankreas memiliki dua jenis jaringan kelenjar.
Pertama adalah kelenjar yang memproduksi enzim pencernaan atau disebut
dengan kelenjar eksokrin. Kedua adalah kelenjar yang memproduksi hormon,
atau disebut juga dengan kelenjar endokrin.
Kelenjar eksokrin merupakan kelenjar yang paling sering terjangkit kanker
pankreas dengan gejala yang umumnya terjadi seperti penyakit kuning,
kehilangan berat badan, dan nyeri punggung atau nyeri perut. (Kleef, 2016)

Page 7 of 39
Page 8 of 39
Faktor eksogen Faktor endogen Faktor genetik

Pathway :

Kanker pankreas

Kanker kaput pankreas

Obstruksi duktus koledokus

Kolestasis ekstra hepati


Obstruksi aliran getah empedu

Mendesak dan
Feses berwarna pekat menginfiltrasi
dan urine berwarna duodenum
gelap

Peradangan
Ketidakseimbangan
duodenum
Nyeri akut nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Page 9 of 39
E. Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini adalah beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kanker
pankreas:

 Tes pencitraan organ dalam tubuh seperti ultrasound scan, CT, MRI,


dan PET scan. Selain itu, endoluminal ultrasonography (EUS) juga
dapat dilakukan jika CT scan atau MRI scan yang telah dilakukan
masih kurang jelas. Endoskop atau alat kamera kecil akan dimasukkan
melalui mulut menuju lambung untuk memotret kondisi pankreas.
 Laparoskopi atau pembedahan ‘lubang kunci’ di daerah perut untuk
memasukkan mikroskop kecil yang disebut dengan laparoskop , untuk
melihat organ-organ di dalam rongga perut dan panggul.
 Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) hampir
sama dengan EUS, yaitu proses memasukkan endoskop melalui mulut
dan menuju lambung. Namun endoskop dalam proses ERCP
digunakan untuk menyuntikkan pewarna khusus ke saluran pankreas
dan empedu guna mengetahui keberadaan tumor yang menyumbat. Tes
ini dilakukan jika seseorang menderita penyakit kuning.
 Biopsi atau proses pengambilan sampel sel yang dicurigai sebagai
tumor untuk diperiksa di bawah mikroskop. Alat kecil yang menempel
pada endoskop dapat digunakan untuk biopsi saat melakukan prosedur
laparoskopi, ERCP atau EUS. (American society of clinical oncologi,
2018).

F. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah beberapa jenis perawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kanker pancreas :

1. Operasi :
Jenis perawatan kanker pankreas yang paling banyak dilakukan adalah
dengan melakukan operasi karena bisa mengobati kanker pankreas
hingga sembuh sepenuhnya. Namun tidak semua penderita kanker
pankreas bisa melakukan operasi, hanya 1 dari 5 pasien yang cocok
untuk melakukan operasi pengangkatan tumor. (Oberstain, 2013).

Berikut ini adalah beberapa prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kanker pankreas:

 Operasi yang paling banyak dilakukan adalah operasi Whipple, yaitu


untuk mengangkat kepala pankreas. Dalam operasi ini, dokter juga
mungkin mengangkat bagian pertama usus kecil, kantong empedu,
bagian saluran empedu, dan terkadang sebagian dari lambung. Sekitar
30 persen pasien yang telah melakukan operasi Whipple memerlukan
obat enzim untuk membantu mencerna makanan. Operasi ini memiliki
waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan operasi
pengangkatan pankreas total.
 Operasi  pancreatectomy  total untuk mengangkat seluruh pankreas.
Selain itu, operasi ini juga mengangkat organ limpa, saluran empedu,
sebagian usus kecil, kantong empedu, kelenjar getah bening sekitar
pankreas, dan terkadang sebagian dari lambung. Pasien yang telah
melakukan operasi ini perlu mengonsumsi enzim untuk membantu
mencerna makanan. Pengangkatan organ pankreas yang berfungsi
memproduksi insulin akan membuat pasien menderita diabetes juga.
Selain itu, pasien harus mengonsumsi antibiotik penisilin seumur
hidup dan vaksinasi rutin untuk mencegah terkena infeksi dan
penggumpalan darah akibat pengangkatan organ limpa.
 Operasi pancreatectomy distal untuk mengangkat bagian tubuh dan
ekor pankreas tapi membiarkan kepala pankreas. Operasi ini juga
mengangkat sebagian lambung, sebagian usus besar, ginjal sebelah

Page 11 of 39
kiri, kelenjar adrenal bagian kiri, dan kemungkinan diafragma bagian
kiri juga akan diangkat.
 Jika tidak bisa disembuhkan, operasi untuk meredakan gejala dan
membuat pasien lebih nyaman bisa dilakukan. Operasi ini
menggunakan ERCP untuk meletakkan stent atau tabung pembuka di
dalam saluran empedu untuk mencegah penumpukan unsur bilirubin
yang menyebabkan penyakit kuning. Operasi bypass yang
menghambat saluran empedu dapat dilakukan jika
penggunaan stent tidak cocok untuk pasien. Saluran empedu yang
tersumbat akan dipotong bagian atasnya dan disambungkan kembali
ke usus agar bisa menyalurkan cairan empedu

2. Kemoterapi
Untuk membinasakan sel kanker ganas di dalam tubuh atau mencegah
pertumbuhannya, pasien dapat melakukan kemoterapi dengan obat-
obatan antikanker. Kemoterapi dapat dilakukan sebelum atau setelah
operasi, atau jika operasi tidak bisa dilakukan. Obat kemoterapi
memiliki dua bentuk, yaitu yang dikonsumsi secara langsung dan yang
diberikan melalui infus.
3. Radioterapi
Untuk membantu memperkecil tumor dan meredakan rasa sakit yang
diderita, pasien dapat melakukan terapi kanker menggunakan sinar
radiasi energi tinggi yang disebut dengan radioterapi. Bagi pasien
yang tidak bisa melakukan operasi untuk mengatasi kanker, biasanya
dokter akan menyarankan untuk melakukan perawatan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi. (Mayo clinic, 2018)

G. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS)


1. Data fokus pengkajian
a. Anamnesa
1) Data Biografi
Tn.x.

Page 12 of 39
Umur : 58 tahun
2) Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengeluh nyeri diperut bagian kanan atas sejak 4 bulan
yang lalu, mual dan kehilangan nafsu makan.

3) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki usia 58 tahun, datang ke RS dengan keluhan
nyeri perut bagian kanan atas dan mengeluh mata kuning dan
kuning seluruh badan disertai rasa gatal. Riwayat demam
mendahului mata kuning disangkal. Pasien juga mual dan
muntah serta perut kembung. Awalnya nafsu makan menurun
karena merasa cepat kenyang dan perut terasa cepat penuh. Saat
itu tidak ada benjolan pada perut. Pasien berobat ke dokter
umum dan didiagnosis dispepsia. Karena tidak ada perubahan,
pasien berobat ke dokter penyakit dalam; penanda virus hepatitis
non-reaktif. Urin warna seperti teh pekat, Feses warna pucat,
konsistensi lunak. Pasien didiagnosis tumor kaput pankreas
berdasarkan hasil pemeriksaan tes faal hati, penanda tumor
CEA, CA 19-9, CT scan abdomen, dan MRI cholangio
pancreatography.

H. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien ca pankreas diantaranya
yaitu :
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis (infeksi) d.d mengeluh nyeri
(D.0077)
2. Nausea b.d gangguan biokimiawi d.d mengeluh mual (D.0076)

I. Intervensi dan Luaran Keperawatan (SIKI/SLKI)


Luaran keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul diantaranya :

Page 13 of 39
1. DX : Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis (infeksi) d.d mengeluh
nyeri (D.0077)
Luaran : Tingkat nyeri ( L.08066 )
Ekspektasi : Menurun
Kriteria hasil

Keluhan nyeri menurun 5


Anoreksia menurun 5
Mual menurun 5
Muntah menurun 5

2. Dx : Nausea b.d gangguan biokimiawi d.d mengeluh mual (D.0076)


Luaran : Tingkat nausea ( L.08065 )
Ekspektasi : Menurun

Keluhan mual menurun 5


Perasaan ingin muntah menurun 5

Intervensi keperawatan pada pasien ca pankreas diantaranya :


1) Dx : Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis (infeksi) d.d mengeluh nyeri
(D.0077)
Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)

Page 14 of 39
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kalaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Dx : Nausea b.d gangguan biokimiawi d.d mengeluh mual (D.0076)


Intervensi : managemen mual (1.03117)
Observasi
 Identifikasi pengalaman mual
 Identifikasi nafsu makan terhadap kualitas hidup (misal nafsu
makan)
 Identifikasi faktor penyebab mual
 Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual
 Monitor mual
 Monitor asupan nutrisi dan kalori

Terapeutik

 Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual


 Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik

Edukasi

 Anjurkan istirahat dan tidur yag cukup


 Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
 Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual

Kolaborasi
Kalaborasi pemberian antiemitik

Page 15 of 39
J. Daftar Pustaka (Sumber Reference) :

Alodokter (2015). Kanker pancreas, gejala penyebab dan mengobati.


Oberstein, PE, Olive, KP. (2013). Pancreatic cancer: why is it so hard to treat?
Therapeutic Advances in Gastroenterology (italic). 6(4). pp. 321–337 
Kleef, J. et al. (2016). Pancreatic Cancer. Nature Reviews. Disease primers
(italic). doi: 10.1038/nrdp.2016.22 
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Pancreatic Cancer. 
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Pancreatic Cancer. 
American Society of Clinical Oncology. (2018). Pancreatic Cancer: Types of
Treatment 
American Society of Clinical Oncology. Cancer .Net. (2018). Types of
Cancer. Pancreatic Cancer. Types of Treatment.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1 Cetakan). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (1 Cetakan). Jakarta: DPP PPNI.
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. (2007). Lecture Notes : Kedokteran
Klinis (6th ed.). Jakarta: Erlangga.
Sudoyo. A. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5 vol 3. Jakarta:
EGC
Silbernagl. S. 2009. Atlas Patofisiologi. Jakarta:EGC

Page 16 of 39
BAB II. CASE REPORT
A. Judul Case Report
Pasien laki-laki usia 58 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri perut
bagian kanan atas mata kuning sejak 4 bulan dan kuning seluruh badan disertai
rasa gatal. Riwayat demam mendahului mata kuning disangkal. Pasien juga mual
dan muntah serta perut kembung. Awalnya nafsu makan menurun karena merasa
cepat kenyang dan perut terasa cepat penuh. Saat itu tidak ada benjolan pada
perut. Pasien berobat ke dokter umum dan didiagnosis dispepsia. Karena tidak ada
perubahan, pasien berobat ke dokter penyakit dalam; penanda virus hepatitis non-
reaktif. Urin warna seperti teh pekat, Feses warna pucat, konsistensi lunak. Pasien
didiagnosis tumor kaput pankreas berdasarkan hasil pemeriksaan tes faal hati,
penanda tumor CEA, CA 19-9, CT scan abdomen, dan MRI cholangio
pancreatography.
Pemeriksaan fisik menunjukkan sakit sedang, gizi cukup, compos mentis.
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu
35,6°C. Pasien anemis, ikterus. Tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing. Bunyi
jantung I/II murni, reguler, tidak ada bising jantung. Hepar teraba 3 jari di bawah
arcus costa dextra.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tampak pada tabel
PEMERIKSAAN RADIOLOGI Hasil CT scan abdomen didapatkan kesan:
Kolestatik dengan obstruksi distal CBD ec. tumor kaput pankreas, splenomegali.
Hasil MRI cholangio pancreatography didapatkan kesan: Tumor kaput pankreas
disertai kolestasis ekstra/intrahepatik dan duktus pankreatikus
DIAGNOSIS Kolestasis ekstrahepatik ec tumor kaput pankreas. Pada pasien
dilakukan pembedahan paliatif pemasangan stent perkutan dan stent
perendoskopik atau percutaneus transhepatic biliary drainage (PTBD).

Page 17 of 39
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian (Focus Assesement)


Nama : Tn. X

Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

I. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Pasien mengeluh nyeri diperut bagian kanan atas sejak 4 bulan yang lalu,
mual dan kehilangan nafsu makan

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Nyeri di perut bagian kanan atas

II. DIAGNOSA MEDIS


Kolestasis ekstrahepatik ec tumor kaput pankreas.

III. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki usia 58 tahun, dengan keluhan mata kuning sejak 4 bulan
dan kuning seluruh badan disertai rasa gatal. Riwayat demam mendahului
mata kuning disangkal. Pasien juga mual dan muntah serta perut kembung.
Awalnya nafsu makan menurun karena merasa cepat kenyang dan perut
terasa cepat penuh. Saat itu tidak ada benjolan pada perut. Pasien berobat
ke dokter umum dan didiagnosis dispepsia. Karena tidak ada perubahan,
pasien berobat ke dokter penyakit dalam; penanda virus hepatitis non-
reaktif. Urin warna seperti teh pekat, Feses warna pucat, konsistensi lunak.
Pasien didiagnosis tumor kaput pankreas berdasarkan hasil pemeriksaan
tes faal hati, penanda tumor CEA, CA 19-9, CT scan abdomen, dan MRI
cholangio pancreatography.

Page 18 of 39
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Tidak terkaji

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak terkaji
 Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit,
suhu 35,6°C. Pasien anemis, ikterus.
 Pemeriksaan Abdomen : pasein mengeluh nyeri dibagian kuadran
kanan atas abdomen
3. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik (tanggal 11/08/2017)

A. DARAH LENGKAP

Leukosit : 14,100..............................( N : 3.500 – 10.000 / µL )

Eritrosit :4,41 .............................. ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )

Trombosit : .............................. ( N : 150.000 – 350.000 / µL )

Haemoglobin : 12,4...............................( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )

Haematokrit : 36...............................( N : 35.0 – 50 gr / dl )

B. KIMIA DARAH

Ureum : .32............................( N : 10 – 50 mg / dl )

Creatinin : 0,60.........................( N : 07 – 1.5 mg / dl )

SGOT : ( N : 2 – 17 )

SGPT : ( N : 3 – 19 )

BUN : ............................. ..( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )

Bilirubin : ( N : 1,0 mg / dl )

Total Protein : 6,7..........................( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )

GD puasa : ...............................( N : 100 mg/dl )

GD 2 jpp : ............................. .( N : 140 – 180 mg / dl )

C. ANALISA ELEKTROLIT

Natrium : ............................. ( N : 136 – 145 mmol / l )

Kalium : ............................. ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )

Clorida : ............................. ( N : 98 – 106 mmol / l )

Page 19 of 39
Calsium : ............................. ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )

Phospor : ............................. ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )

D. PEMERIKSAAN LAB LAIN :

E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :

Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan,
MRI, Endoscopy dll.
Hasil CT scan abdomen didapatkan kesan: Kolestatik dengan obstruksi distal
CBD ec. tumor kaput pankreas, splenomegali.
Hasil MRI cholangio pancreatography didapatkan kesan: Tumor kaput
pankreas disertai kolestasis ekstra/intrahepatik dan duktus pankreatikus

B. Analisa Data
DATA PENYEBA MASALAH DIAGNOSA
B KEPERAWATA KEPERAWATA
(Tanda mayor &
N N
minor)
S: px mengatakan Agen cedera Nyeri akut Nyeri akut b/d
nyeri perut kanan atas fisiologis agen cedera
O: Tampak meringis, fisiologis (infeksi)
gelisah, sulit tidur, (D.0077)
bersikap protektif

S: px mengeluh mual Gangguan Nausea Nausea b.d


dan kehilangan nafsu biokimiawi Gangguan
makan biokimiawi
(D.0076)
O: Saliva meningkat

Page 20 of 39
C. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis (infeksi) d.d mengeluh nyeri
(D.0077)
2. Nausea b.d gangguan biokimiawi d.d mengeluh mual (D.0076)

D. Intervensi Keperawatan (SIKI)


NO. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
(I.08238)
b/d agen keperawatan selama 1x24
cedera jam diharapkan “TingkatObservasi
fisiologi Nyeri (L.08066) menurun 1. lokasi,
karakteristik, durasi,
(inflamasi) dengan kriteria hasil :
frekuensi, kualitas,
d/d pasien intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
mengeluh 2. Identifikasi
(5) skala nyeri
nyeri selama
2. Mual menurun (5) 3. Identifikasi
dua hari respon nyeri non verbal
(D.0077) 4. Identifikasi
faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan

Page 21 of 39
analgetik

Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan
strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan
teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa

Page 22 of 39
nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

PEMBERIAN
ANALGETIK (I.08243)

Observasi
1. Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat
alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat
keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesic
5. Monitor efektifitas
analgesik

Terapeutik
1. Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
2. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar

Page 23 of 39
dalam serum
3. Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak
diinginkan

Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi

Page 24 of 39
2. Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN MUAL
(1.03117)
keperawatan selama 1x24
jam diharapkan “Tingkat Observasi
1. Identifikasi pengalaman
Nausea (L.08065)”
mual
menurun dengan kriteria 2. Identifikasi nafsu makan
terhadap kualitas hidup
hasil :
(misal nafsu makan)
1. Keluhan mual menurun 3. Identifikasi faktor
penyebab mual
(5)
4. Identifikasi antiemetik
2. Nafsu makan meningkat untuk mencegah mual
Nausea b.d 5. Monitor mual
(5)
6. Monitor asupan nutrisi
gangguan
dan kalori
biokimiawi
Terapeutik
d.d
1. Kurangi atau hilangkan
mengeluh keadaan penyebab mual
2. Berikan makanan dalam
mual
jumlah kecil dan menarik
(D.0076)
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan
tidur yag cukup
2. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik

Page 25 of 39
Catatan Perkembangan

No Dx Evaluasi

Nyeri akut b/d agen Sabtu S: pasien masih mengeluh nyeri


cedera fisiologis (infeksi) 09/05/
O: tampak meringis, bersikap protektif
d.d mengeluh nyeri 20
(D.0077) Jam : A: masalah teratasi sebagian
09.00
P: lanjutkan intervensi selanjutnya

 Kalaborasi pemberian obat


analgesic
2. Nausea b.d Jam S: pasien masih mengeluh sedikit mual
gangguan biokimiawi d.d 12.00
O: saliva meningkat
mengeluh mual (D.0076)

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi pemberian obat


antmetik

Page 26 of 39
BAB IV. INTERVENSI KEPERAWATAN (EVIDENCE BASED NURSING)

Intervensi dalam askep yg disusun wajib menyertakan EBN nya (minimal


menyertakan 5 jurnal).
A. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis (infeksi) d.d mengeluh nyeri (D.0077)
2. Nausea b.d gangguan biokimiawi d.d mengeluh mual (D.0076)
B. Intervesi by Evidence Based Nursing (Journal)
1. Manajemen nyeri
Outcomes of Non-Pharmacological Nursing Interventions’ on Patients
with Chronic Pain
Barbosa C, Gonçalves D, Pão-Alvo I, Tobio MA, Gonelha T et al. (2017)
Outcomes of Non-Pharmacological Nursing Interventions’ on Patients with
Chronic Pain. J Anesth Crit Care Open Access 9(3): 00344. DOI:
10.15406/jaccoa.2017.09.00344

Mengingat tingginya jumlah orang yang mengalami nyeri kronis, dengan


perbedaan kebutuhan perawatan, itu relevan untuk mengidentifikasi intervensi
keperawatan non-farmakologis dalam pengendalian nyeri dan peningkatan
kesehatan. Tujuan adalah untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan dan
hasil dari tindakan non-farmakologis pada nyeri kronis. Hasil analisis literatur
memungkinkan kita untuk mensintesis beberapa intervensi yang efisien
seperti: (1) akupresur titik aurikularis; (2) mendengar stimulasi; (3) manipulasi
tulang belakang leher dan dada; (4) terapi pijat (5) aktivitas fisik; (6) insentif
penggunaan pakaian dalam wol; (7) dialog terapeutik dan (8) intervensi
perilaku. Perbaikan yang signifikan dalam pengendalian nyeri seperti yang
ditemukan, seperti peningkatan kapasitas fungsional, peningkatan kualitas
hidup, kontrol ketidakmampuan psikologis, dan peningkatan literasi

Page 27 of 39
kesehatan. Ini intervensi keperawatan direkomendasikan di lingkungan rumah
sakit dan di perawatan kesehatan primer.
2. Manajemen nyeri
EASL Clinical Practice Guidelines on The Prevelention, Diagnosis adn
Treatment of Gallstones

Lammert. F., Acalovschi. M., Ercolani. G., Erpecum. K., Kurinchi S.


Gurusamy, Cees J., Laarhoven, Portincasa. P. 2016. EASL Clinical Practice
Guidelines on The Prevelention, Diagnosis adn Treatment of Gallstones.
Journal of Hepatology 2016 vol. 65 j 146–181

Untuk pengobatan analgesik, yang biasa digunakan adalah kombinasi


analgesik untuk kolik bilier dengan spasmolitik. Nonsteroid obat
antiinflamasi (NSAID) seperti diklofenak (mis. 50– 75 mg I.M.), ketoprofen
(mis. 200 mg I.V.) atau indometasin (mis. 50 mg I.V. atau 2 75 mg
supositoria) memiliki efek analgesik kolik bilier. Dibandingkan dengan obat
lain, NSID lebih berkhasiat mengendalikan rasa sakit dari pada obat
spasmolitik. Selain itu, kolik bilier yang disebabkan oleh batu kandung
empedu juga telah berhasil diobati dengan nitrogliserin.
Kolik bilier harus diobati dengan obat antiinflamasi nonsteroid (mis.
Diklofenak, indometasin). Selain itu, spasmolitik (misalnya butilkopolamin)
dan untuk gejala berat, opioid (misalnya buprenorfin) dapat diindikasikan.

3. Manajemen nausea

Page 28 of 39
Influence of Barrows on The Decrease of Selling in Gastritis Clients in
Health Services
Nurhanifah. D.,Sari. D. N., Rahmawati. Influence of Barrows on The
Decrease of Selling in Gastritis Clients in Health Services. 2019.
journal.umbjm.ac.id/index.php/healthy

Secara teori, banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi atau
menurunkan rasa mual untuk penderita gastritis, salah satunya adalah
intervensi keperawatan dengan cara tirah baring. Tirah baring merupakan
keharusan pasien untuk berbaring ditempat tidur dalam jangka waktu yang
lama, perawatan ini bertujuan untuk pemulihan suatu masalah penyakit yang
mana dengan istirahat penderita gastritis khususnya yang mengalami gejala
mual akan merasakan ketenangan, rileks tanpa adanya tekanan emosional,
bebas dari kecemasan serta emosi dan ketegangan, dengan begitu rasa mual
yang dialami oleh penderita gastritis akan berkurang.
Posisi dalam melaksanakan tirah baring sangat berpengaruh, posisi tirah
baring untuk menurunkan rasa mual adalah posisi supine yaitu posisi pasien
terbaring terlentang dengan kedua tangan dan kaki lurus dalam posisi
horizontal yang bertujuan agar pasien merasa lebih rileks dan memberikan
posisi yang nyaman pada pasien, ketika seseorang berbaring dengan posisi
supine maka akan terjadi perubahan pada mekanisme otot-otot abdomen pada
lambung, otot pada lambung mengalami perubahan tekanan dimana dengan
posisi tersebut tekanan pada otot lambung mejadi relaksasi dan otot lambung
mengalami peregangan. Semua otot pada abdomen yang awalnya bekerja
keras karena asam lambung yang berlebih dan otot tersebut menjadi tertekan

Page 29 of 39
karena lambung telah bekerja keras, tetapi pada saat seseorang tirah baring
dengan posisi supine (terlentang) maka otot abdomen yang awalnya
berkontraksi berubah menjadi relaksasi. Dan jika relaksasi terjadi maka saraf-
saraf pada lambung juga akan mengalami ketenangan dan tidak akan
memberikan sinyal kepada hypotalamus untuk merangsang rasa mual.

4. Terapi mual muntah menggunakan esensial oil


Essential Oils to Reduce Postoperative Nausea and Vomiting
Fearrington. M. A., Qualls. B W., Carey. M. G., 2019. Journal of
PeriAnesthesia Nursing, Vol 34, No 5 (October), 2019: pp 1047-1053.
https://doi.org/10.1016/j.jopan.2019.01.010

Subjek diinstruksikan untuk menggunakan inhaler untuk satu dosis


(dua hingga tiga inhalasi dalam lambat dari nasal inhaler) sebelum menerima
obat penenang sebelum operasi. Inhaler kemudian ditempatkan di dalam
kertas grafik pasien, yang menyertai pasien selama mereka tinggal di rumah
sakit. Perawat di unit perawatan postanesthesia adalah dilatih untuk menilai
mual dengan setiap rangkaian vital tanda, menggunakan skala deskriptif
verbal 0 sampai 3, 5 dan untuk skor 1 hingga 3, berikan subjek pada nasal
inhaler sebagai intervensi pertama. Saat itu mual ditinjau kembali 5 menit
setelah inhaler digunakan, dan jika mual belum hilang, subjek akan
melakukannya ditawarkan dosis kedua dari inhaler. Subjek disarankan agar
mereka dapat, kapan saja, meminta dosis obat yang dipesan dengan atau dalam

Page 30 of 39
tempat inhaler hidung tanpa tidak terdaftar dalam penelitian. Setiap pasien
yang aktif muntah diberi dosis obat yang dipesan tanpa menggunakan inhaler;
namun, selanjutnya episode mual didorong untuk gunakan inhaler hidung
sebelum menerima tambahan obat.

C. Daftar Pustaka (Sumber Reference)

Page 31 of 39
BAB V. DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)

Menganalisa 5 tindakan via Youtube yang sesuaidenganintervensi yang


disusundalamaskepsebagaipemantapan DOPS
1. Judul Tindakan Keperawatan : Pengkajian nyeri
a) Definisi
Nyeri adalah aktivitas sensorik dan emosional sebagai manifestasi dari
proses patologis pada tubuh yang kemudian memengaruhi saraf sensorik
dan merusak jaringan. Reaksi ini lantas menimbulkan rasa tidak nyaman,
distres, bahkan derita. Secara umum, nyeri terbagi menjadi nyeri ringan,
nyeri sedang, dan nyeri berat. Lebih spesifik, nyeri digolongkan
berdasarkan jenis, penyebab, komplikasi, dan derajat nyeri
b) Indikasi Tindakan
Dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri
c) Prosedur Tindakan
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan melakukan kontrak
waktu
3. Mengkaji tingkat nyeri
 Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala nyeri
yang diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker.
Cara mendeteksi skala nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat
ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan
rasa nyeri. Seperti pada gambar: Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang
dirasakan. Raut wajah 2, sedikit nyeri. Raut wajah 3, nyeri. Raut wajah 4,
nyeri lumayan parah. Raut wajah 5, nyeri parah. Raut wajah 6, nyeri
sangat parah.
 Skala nyeri secara umum digambarkan dalam bentuk nilai angka, yakni 1-
10. Berikut adalah jenis skala nyeri berdasarkan nilai angka yang perlu
Anda ketahui. Skala 0, tidak nyeriSkala 1, nyeri sangat ringan. Skala 2,
nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu sakit. Skala

Page 32 of 39
3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi. Skala 4, nyeri
cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi). Skala 5, nyeri benar-benar
mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama. Skala 6, nyeri
sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera penglihatanS.
kala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas. Skala 8,
nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi
perubahan perilaku. Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan
menginginkan cara apapun untuk menyembuhkan nyeri. Skala 10, nyeri
berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan Anda tak
sadarkan diri.
 Sumber Reference : https://www.youtube.com/watch?v=6_spuexnTV8

2. Judul Tindakan Keperawatan : Pemberian obat melalui IV


a) Definisi
Pemberian terapi intravena adalah memberikan suatu obat dengan cara
menyuntikkan ke pembuluh darah vena
b) Tujuan Tindakan
Pemberian obat
c) Prosedur Tindakan
Persiapan alat:
1. Baki dengan pengalas
2. Alat suntik/syring
3. Obat yang akan diberikan sesuai
dengan instruksi dokter
4. kapas alkohol
5. plester
6. sarung tangan
7. tourniquet
8. pengalas
9. bengkok
Tindakan:
1. Bawa alat ke dekat pasien

Page 33 of 39
2. Cek nama pasien dan
pastikan 5 benar obat
3. Lakukan pengoplosan obat
dengan melihat expired data, kejernihan, dan kemasan obat di depan
pasien
4. Pastikan pasien dengan posisi
nyaman
5. Jaga privasi pasien
6. Cuci tangan sebelum
tindakan
7. Gunakan sarung tangan
8. Bebaskan daerah yang akan
disuntik dari pakaian
9. Pasang tourniquet
10. Pasang pengalas
11. Pilih daerah yang akan
disuntik
12. Desinfeksi daerah yang akan
disuntik dari dalam keluar dengan gerakan melingkar
13. Keluarkan gelembung udara
dalam alat suntik
14. Tusuk jarum dengan sudut
15-30 derajat
15. Tarik sedikit untuk
memastikan jarum masuk ke vena, ditandai dengan keluarnya darah dan
suntikkan obat
16. Tutup bekas tusukan dengan
kapas dan di plester
17. Rapikan alat dan
dokumentasi
 Sumber Reference : https://www.youtube.com/watch?v=277jGNIpOQo

Page 34 of 39
3. Judul Tindakan Keperawatan : Pemberian obat melalui IV (melalui selang
infus)
a) Definisi
Pemberian obat melalui IV (melalui selang infus)
b) Tujuan Tindakan

c) Prosedur Tindakan
 Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
 Kapas alkohol
 Sarung tangan
 Obat yang sesuai
 Spuit 2 ml – 5 ml
 Safety box
Prosedur kerja:
 Cuci tangan
 Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
 Salam terapeutik
 Identifikasi klien
 Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
 Atur klien pada posisi yang nyaman
 Pasang perlak pengalas
 Pakai sarung tangan
 Siapkan obat, jika dalam bentuk vial buka tutp viap kemudian swab karet
vial dan ambil obatnya, jika dalam bentuk ampul patahkan ampul dan
ambil obat
 Pastikan tidak ada udara dalam spuit
 Swab bolus iv
 Lakukan penusakan pada bolus yang telah swab
 Tekuk selang infus ketika memasukkan obat/ mengunci cairan infus
sebelum memasukkan obat
 Masukkan obat berlahan
 Swab kembali bolus iv
 Buang spuit pada safety box
 Buka sarung tangan
 Cuci tangan
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

 Sumber Reference : https://www.youtube.com/watch?v=DcoCbZeVZKg

Page 35 of 39
4. Judul Tindakan Keperawatan : Manajemen nyeri dengan teknik napas dalam
a) Definisi
Manajemen nyeri dengan teknik napas dalam yaitu menarik napas dua
sampai tiga kali lalu dihembuskan secara perlahan agar merasakan
ketenangan dan kenyaman

b) Tujuan Tindakan
Relaksasi dan mengurangi rasa nyeri
c) Prosedur Tindakan

1. Siapkan lingkungan
dan posisi yang nyaman
2. Jelaskan tujuan
tindakan yang akan dilakukan
3. Informed consent
4. Kaji nyeri
5. Instruksikan pasien
untuk tarik nafas, tahan, dan hembuskan melalui mulut

Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=r6x8KdPZb3c

5. Judul Tindakan Keperawatan : Terapi akupresur mual muntah


a) Definisi
Terapi komplementer pada pasien yang mengalami mual muntah akut
akibat kemoterapi.

b) Tujuan Tindakan
Menurunkan rasa mual muntah
c) Prosedur Tindakan

1. Rentangkan
tangan ke depan tubuh kita dengan telapak tangan menghadap ke atas
2. Letakkan ibu
jari di lengan tangn dengan jarak enam jari dari pergelangan tangan lalu
tekan

Page 36 of 39
3. Letakkan lengan tangan satunya diatas lengan tangan yang sudah
ditekan dengan ibu jari, lalu tekan

4. Pijat kaki di bagian belakang lutut

5. Pijat di titik seperti gambar sbanyak 5 kali

Page 37 of 39
 Sumber Reference: https://www.youtube.com/watch?v=00wuug9i4Go

Analisa MTE

Page 38 of 39
Cara menganalisa EKG :

5 komponen dasar yang harus dimiliki sebuah gambaran EKG yang normal :

1. Gelombang P.
Gelombang ini umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil
depolarisasi atrium kanan dan kiri. Jika ada kelainan pada atrium maka
akan ada kelainan pada gelombang ini
2. Segmen PR
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan
gelombang P dan gelombang QRS, yang menggambarkan aktivitas
listrik dari atrium ke ventrikel. Jika ada gangguan konduksi dari
atriumke ventrikel maka aka nada perubahan pada segmen PR.
3. Gelombang kompleks QRS
Gelombang ini ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil
depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Gelombang Q merupakan
gelombang ke bawah yang pertama, gelombang R gelombang ke atas
yang pertama, dan gelombang S gelombang ke bawah pertama setelah
R.
4. Gelombang ST
Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks
QRS dan gelombang T
5. Gelombang T
Gelombang ini merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri

Page 39 of 39

Anda mungkin juga menyukai