Anda di halaman 1dari 110

STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN KEYAKINAN DIRI

TERHADAP PENYEMBUHAN COVID-19 PADA MAHASISWA


KEPERAWATAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Arizki Rahman Hakim

I1031181033

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN KEYAKINAN DIRI
TERHADAP PENYEMBUHAN COVID-19 PADA MAHASISWA
KEPERAWATAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Skripsi, 2022
Arizki Rahman Hakim, Ichsan Budiharto, M. Ali Maulana

XXV + 84 Halaman + 5 Lampiran

ABSTRAK
Latar belakang : Pandemi Covid-19 mengharuskan setiap masyarakat yang
terpapar untuk melakukan isolasi mandiri termasuk juga mahasiswa keperawatan.
Saat diharuskan melakukan isolasi mandiri, mahasiswa keperawatan memiliki
banyak stressor yang mempengaruhi keyakinan dirinya. Tujuan : Untuk
mengeksplorasi pengalaman keyakinan diri mahasiswa keperawatan Universitas
Tanjungpura saat melakukan proses isolasi mandiri. Metode : Menggunakan
desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi sebanyak enam partisipan
dengan metode snowball sampling. Pengambilan data menggunakan metode
wawancara semi terstruktur selama 10-20 menit dengan menggunakan analisa
tematik. Hasil : Terdapat empat tema terindetifikasi dari tematik analisis, yaitu (1)
paparan Corona Virus Disease (Covid-19) yang memaparkan cara partisipan
terpapar Covid-19, waktu partisipan Covid-19, serta tanda dan gejala yang
partisipan rasakan ; (2) Strategi peningkatan keyakinan diri berupa pemenuhan
kebutuhan dasar, pemenuhan kebutuhan informasi, dan mekanisme koping;
(3)Faktor-faktor keyakinan diri yaitu dukungan lingkungan sekitar, harapan,
motivasi, dan tingkat pengetahuan; dan (4) Hambatan peningkatan keyakinan diri
berupa perubahan kondisi fisik, stresor, dan interaksi dan komunikasi.
Kesimpulan : Gambaran pengalaman keyakinan mahasiswa keperawatan saat
melakukan isolasi mandiri dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah
paparan Covid-19, strategi peningkatan, keyakinan diri, faktor-faktor keyakinan
diri, dan hambatan peningkatan keyakinan diri

Kata kunci : Keyakinan diri, Covid-19, Mahasiswa Keperawatan


Refrensi : 86 (2006-2021)
PHENOMENOLOGY STUDY OF SELF EFFICACY EXPERIENCE ON
COVID-19 HEALING IN NURSING STUDENTS, UNIVERSITY OF
TANJUNGPURA

Skripsi, 2022
Arizki Rahman Hakim, Ichsan Budiharto, M. Ali Maulana

XXV + 84 Halaman + 5 Lampiran

ABSTRACT
Background: The Covid-19 pandemic requires every exposed community to self-
isolate, including nursing students. When required to self-isolate, nursing students
have many stressors that affect their self-confidence (Self Efficacy). Objective:
To explore the self-efficacy experience of nursing students at Tanjungpura
University during the self-isolation process. Method : Using a qualitative design
with a phenomenological approach as many as six participants with the snowball
sampling method. Collecting data using a semi-structured interview method for
10-20 minutes using thematic analysis. Results: There were four themes
identified from the thematic analysis, namely (1) exposure to Corona Virus
Disease (Covid-19) which explained how participants were exposed to Covid-19,
when participants were Covid-19, and the signs and symptoms that participants
felt; (2) self efficacy enhancement strategies in the form of fulfilling basic needs,
fulfilling information needs, and coping mechanisms; (3) self efficacy factors,
namely the support of the surrounding environment, expectations, motivation, and
level of knowledge; and (4) Barriers to increasing self efficacy in the form of
changes in physical condition, stress load, and interaction and communication.
Conclusion: The description of the experience of nursing students' beliefs when
doing independent isolation is influenced by several aspects including exposure to
Covid-19, improvement strategies, self efficacy, self efficacy factors, and barriers
to increasing self efficacy.

Key word : Self Efficacy, Covid-19, nursing student


Refrence : 86 (2006-2021)

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Arizki Rahman Hakim

NIM : I1031181033

Program Studi : Keperawatan

Fakultas : Kedokteran

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Studi Fennomelogi

Pengalaman Keyakinan Diri Terhadap Penyembuhan Covid-19 Pada Mahasiswa

Keperawatan Universitas Tanjungpura”, adalah murni hasil karya sendiri yang

belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang diacu dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan keseluruhan skripsi

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pontianak, 12 April 2022


Yang Menyatakan

Arizki Rahman Hakim


NIM.I1031181033

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan atas kehadirat Allah Subhanhhuwata’ala yang

telah melimpahkan nikmat, karunia, serta rahmat-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Fenomenologi Pengalaman

Keyakinan Diri Terhadap Penyembuhan Covid-19 Pada Mahasiswa

Keperawatan Universitas Tanjungpura”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat lulus jenjang Pendidikan

Sarjana di Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Tanjungpura. Saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini baik dari bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya dan masih jauh dari

kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang saya miliki.

Atas segala kekurangan dan ketidaknyamanan skripsi ini, saya

mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi

ini. Semoga Allah Subhanhhuwata’ala berkenan membalas segala kebaikan dan

pengorbanan semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan skripsi

ini.

Pontianak, 12 April 2021

Peneliti

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari rahmat serta karunia Allah

SWT serta dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak yang

memberikan kekuatan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan banyak terimakasih kepada

1. Prof. Dr. H. Garuda Wiko, SH., M.Si selaku Rektor Universitas Tanjungpura

Pontianak;

2. Orangtua yang saya cintai, Ibunda Kres Arimurti, Ayahanda Asnari dan

ketiga adik saya Muhammad Zikril Hakim, Nafisha Azzahhra, dan Ibnu

Abidzar atas segala bentuk dukungan moral, material serta doa yang

senantiasa mengiringi setiap langkah saya;

3. Dr. Muhammad Asroruddin, Sp.M selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura Pontianak;

4. Titan Ligita, S.Kp., MN., PhD selaku Kepala Jurusan Keperawatan

Universitas Tanjungpura Pontianak dan selaku dosen penguji II;

5. Ns, Ikbal Fradianto, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Universitas Tanjungpura Pontianak;

6. Ns, Ichsan Budiarto, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang senantiasa

bersabar serta banyak memberikan masukan dan saran demi skripsi ini;

v
7. Ns, Muhammad Ali Maulana,S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing II

yang senantiasa bersabar serta banyak memberikan masukan dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini;

8. Herman. S.Kep., Ners., M.Kep selaku penguji 1 yang telah memberikan

masukan, kritikan dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan civitas akademik di Fakultas Kedokteran Universitas

Tanjungpura Pontianak;

10. Teman-teman Program Studi Keperawatan angkatan 2018 (Oxygen 18).

11. Peneliti yang telah menyelesaikan skripsi ini hingga akhir;

12. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses

penyelesaian skripsi yang yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah

diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai

tambahan referensi bacaan.

Pontianak, 12 April 2022

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii


ABSTRAK ................................................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi
UCAPAN TERIMAKASIH..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8


2.1 Konsep Corona Virus Disease ......................................................... 8
2.1.1 Definisi Covid-19 ................................................................. 8
2.1.2 Etiologi Covid-19 ................................................................. 9
2.1.3 Patofisiologi Covid-19 .........................................................10
2.1.4 Manifestasi Klinis Covid-19 ................................................12
2.1.5 Pencegahan Penularan Covid-19 ..........................................15
2.2 Konsep Keyakinan Diri ...................................................................22
2.2.1 Definisi Keyakinan Diri .......................................................22
2.2.2 Teori Keyakinan Diri ...........................................................23
2.2.3 Faktor-faktor Keyakinan Diri ...............................................26
2.3 Kerangka Konseptual .......................................................................34

BAB III METODOLODI PENELITIAN .............................................................35


3.1 Desain Penelitian ..............................................................................35
3.2 Setting dan Konteks Penelitian ........................................................36
3.3 Subjek Penelitian..............................................................................36
3.3.1 Populasi ................................................................................36
3.3.2 Partisipan ..............................................................................37
3.4 Intrumen Penelitian ..........................................................................38
3.5 Prosedur dan Cara Pengumpulan Data .............................................39

vii
3.6 Analisa Data dan Keandalan Hasil Penelitian ..................................40
3.6.1 Analisa Data .........................................................................40
3.6.2 Keandalan Hasil Penelitian ..................................................42
3.7 Pertimbangan Etika Penelitian .........................................................44

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................46


4.1 Paparan Corona Virus Disease (Covid-19) ......................................46
4.1.1 Cara Terpapar Covid-19 .......................................................46
4.1.2 Waktu Terpapar Covid-19 ....................................................47
4.1.3 Tanda dan Gejala Covid-19..................................................48
4.2 Strategi Peningkatan Keyakinan Diri ...............................................49
4.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Dasar ..............................................49
4.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Informasi .......................................50
4.2.3 Mekanisme Koping ..............................................................51
4.3 Faktor-Faktor Keyakinan Diri ..........................................................52
4.3.1 Dukungan Lingkungan Sekitar.............................................52
4.3.2 Motivasi ................................................................................53
4.3.3 Harapan ................................................................................54
4.3.4 Tingkat Pengetahuan ............................................................54
4.4 Hambatan Peningkatan Keyakinan Diri ...........................................55
4.4.1 Perubahan Kondisi Fisik ......................................................55
4.4.2 Stresor...................................................................................56
4.4.3 Interaksi dan Komunikasi.....................................................57

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................58


5.1 Interpretasi Data ...............................................................................58
5.1.1 Paparan Corona Virus Disease (Covid-19) ..........................58
5.1.2 Strategi Peningkatan Keyakinan Diri ...................................62
5.1.3 Faktor-faktor Keyakinan Diri ...............................................65
5.1.4 Hambatan Peningkatan Keyakinan Diri ...............................69
5.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................73
5.3 Implikasi Keperawatan.....................................................................74

BAB VI PENUTUP ...............................................................................................75


6.1 Kesimpulan ......................................................................................75
6.2 Saran .................................................................................................75
6.2.1 Bagi Institusi ........................................................................76
6.2.2 Bagi Partisipan .....................................................................76
6.2.3 Bagi Pelayanan Kesehatan ...................................................76
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .....................................................76

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................77


LAMPIRAN ..............................................................................................................xii

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Waawancara ............................................................................xii


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian .................................................................xiii
Lampiran 3 lembar Persetujuan Partisipan ................................................................xvi
Lampiran 4 Surat Lolos Kaji Etik ..............................................................................xvii
Lampiran 5 Analisis Tematik .....................................................................................xviii

ix
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Covid-19 merupakan sebuah penyakit yang menyerang saluran pernafasan

manusia, penyakit ini disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS CoV-2). Penyakit ini bermula dari Kota Wuhan Provinsi

Hubei China pada akhir tahun 2019. Pada awalnya penyakit ini dianggap sebagai

penyakit flu biasa. Akan tetapi, pada kenyataannya penyakit ini menular dengan

cepat karena interaksi antara manusia yang terpapar virus SARS CoV-2 dengan

manusia yang sehat. Pada tanggal 11 Maret 2020 Organisasi Kesehatan Dunia,

World Health Organization (WHO) mendeklarasikan sebagai masalah pandemi

global karena penyebaran yang begitu cepat dan terjadi tidak hanya di China dan

bahkan mendunia (Dias, 2020).

WHO menyatakan pada tanggal 22 Oktober 2021 tercatat terdapat

242,348,657 kasus manusia yang terpapar virus Covid-19 dengan 4,927,723

kasus kematian. Sedangkan, di Negara Indonesia tercatat 4,238,594 kasus manusia

terpapar Covid-19 dengan angka kematian mencapai 143,153 orang. (World

Health Organization, 2021). Data yang dilansir pada lokadata.beritagar.id yang

bekerja sama dengan Kemenkes RI menyatakan bahwa kasus tertinggi Covid-19

terletak pada rentang usia 31- 45 tahun yaitu sebesar 582,291 kasus dan diikuti

oleh rentang usia 19-30 tahun dengan 493,695 kasus (Kemenkes RI, 2021).

1
2

Covid-19 yang telah menyebar diseluruh dunia menimbulkan kekhawatiran

tersendiri bagi orang-orang yang sedang terpapar penyakit Covid-19. Dewasa ini

banyak berita hoax yang menyebar di masyarakat membuat seolah-olah penyakit

ini sangat sulit disembuhkan dan munculnya varian-varian baru dari Covid-19.

Hal tersebut bisa saja menurunkan keyakinan diri pasien Covid-19 untuk sembuh

dari penyakitnya. Journal of Adolescent Health (2021) menyatakan bahwa

penyakit Covid-19 menyebabkan meningkatnya rasa cemas (77%), meningkatnya

rasa individu terisolasi (79%), dan hampir setengah dari peserta penelitian (45%)

menyatakan bahwa penyakit tersebut mempengaruhi keyakinan diri atau motivasi

untuk sembuh dari penyakit Covid-19 (Dewi, 2021).

Saya sebagai peneliti pernah terpapar virus yang menjadi sumber pandemi

di seluruh dunia, yaitu Covid-19 tepatnya pada bulan Maret 2021. Peneliti

melakukan isolasi mandiri selama 2 minggu setelah dinyatakan positif, sesuai

dengan arahan pemerintah berdasarkan surat edaran nomor HK.

02.01.MENKES/202/2020 tentang protokol isolasi mandiri penanganan Covid-19.

Selama melakukan isolasi mandiri, peneliti mengalami banyak penurunan dari

segi fisik maupun psikologis. penururan dari segi fisik tersebut berupa penurunan

fungsi tubuh, sesak nafas, dan kelelahan ketika melakukan aktivitas berat.

Sedangkan, dari segi psikologis penurunan yang terjadi berupa kecemasan dan

kekhawatiran yang berlebihan, serta peningkatan stresor selama melakukan isolasi

mandiri.

Selama melakukan isolasi mandiri, psikologis peneliti terganggu, dimana

peneliti mengalami kecemasan yang berlebihan dikarenakan angka kasus Covid-


3

19 yang selalu meningkat dan belum ditemukannya vaksin Covid-19, selain itu

Stresor juga meningkat dimana pada saat isolasi mandiri peneliti juga terbebani

dengan tugas perkuliahan. Kecemasan yang berlebihan tersebut berdampak pada

rasa keyakinan diri yang menurun sebagai motivasi awal seseorang. Penurunan

keyakinan diri membuat adanya rasa tidak percaya pada perawatan yang dijalani.

Hal tersebut terlihat dari kurangnya rasa semangat peneliti untuk melakukan

aktivitas berjemur dipagi hari dan mengonsumsi vitamin C serta buah-buahan

untuk meningkatkan imun tubuh.

Sulastri (2021) menyatakan bahwa kesembuhan atau kebiasaan saat

melakukan perawatan yang dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya keyakinan diri. Setiap individu memiliki kesediaan untuk

berpartisipasi dalam intervensi atau perilaku kesehatan yang didasari oleh

pemikiran positif dan keyakinan yang kuat untuk mejalani perawatan (Afro,

2021). Akan tetapi, kebanyakan orang menganggap bahwa kesembuhan dari suatu

penyakit akan lebih cepat jika lebih berfokus pada tindakan medis yang dilakukan.

Hal tersebut dapat dimaklumi jika seorang individu kurang terpapar informasi

terkait faktor-faktor penyembuhan suatu penyakit. Akan tetapi bagi mahasiswa

kesehatan apakah hal itu berlaku, mengingat mahasiswa kesehatan sudah

mendapatkan paparan informasi tersebut di dunia perkuliahan yang dilakukan.

Keyakinan diri merupakan salah satu bagian dari faktor internal kepatuhan

terhadap perawatan yang dilakukan. Prestiana dan Purbandini (2012) menyatakan

bahwa keyakinan diri merupakan bagian karakteristik dari suatu individu atau

keyakinan dari seseorang mengenai kemampuan untuk melakukan aktivitas atau


4

suatu cara untuk mencapai hasil tertentu (Putra and Susilawati, 2018). Keyakinan

diri mempengaruhi cara seseorang berfikir, motivasi diri, dan perilaku saat proses

perawatan. Pola perilaku yang adaptif akan terbentuk seiring dengan

meningkatnya keyakinan diri. Akan tetapi, saat ini bagaimana kita bisa

mengetahui secara pasti bahwa keyakinan diri dapat mempercepat penyembuhan

Covid-19. Sedangkan, kasus Covid-19 setiap harinya meningkat dan munculnya

varian baru dari Covid-19 (Mandala., 2021).

Mahasiswa keperawatan merupakan sekumpulan mahasiswa di bidang

kesehatan yang saat ini berada dalam proses peralihan menuju proses dewasa.

Mahasiswa keperawatan merupakan perpanjangan tangan dari tenaga medis yang

menangani kasus Covid-19 di Indonesia. Dilihat dari sisi pengetahuan mahasiswa

keperawatan setidaknya lebih mengetahui terkait tata cara pencegahan,

penanganan, dan pengobatan dari Covid-19. Pengetahuan tersebut akan membuat

mahasiswa keperawatan memiliki sikap hati-hati yang lebih dibandingkan

mahasiswa atau remaja lain. Akan tetapi dari studi pendahuluan yang peneliti

lakukan ternyata terdapat beberapa mahasiswa keperawatan di Universitas

Tanjungpura yang terpapar Covid-19. Mengapa hal itu bisa terjadi sedangkan dari

sisi pengetahuan mahasiswa keperawatan lebih waspada dibandingkan

mahasiswa atau remaja lainnya.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti menemukan bahwa terdapat

kecemasan yang berlebihan dan aktivitas yang tinggi pada mahasiswa

keperawatan selama masa pandemi. Kecemasan tersebut diakibatkan karena

tuntutan sebagai mahasiswa keperawatan yang memiliki etos belajar yang tinggi
5

dan perkuliahan yang dilakukan secara daring mengakibatkan stres mahasiswa

keperawatan Universitas Tanjungpura meningkat. Selain dari sisi psikologis

mahasiswa keperawatan di Universitas Tanjungpura juga memiliki aktivitas yang

cukup tinggi, dimana dari 3 mahasiswa yang diwawancara turut aktif mengikuti

kegiatan sosial dan mengatakan bahwa masih terdapat beberapa mahasiswa yang

tergabung dalam himpunan mahasiswa, organisasi, dan komunitas sosial yang

memungkinkan mereka bertermu dengan kumpulan orang yang ramai. Dari hal-

hal tersebutlah mahasiswa keperawatan banyak yang terpapar dan memiliki tanda

gejala Covid-19.

Beberapa faktor antara psikologis dan pola aktivitas yang tinggi tersebut

mengakibatkan mudahnya mahasiswa keperawatan di Universitas Tanjungpura

untuk terpapar Covid-19 walaupun dari sisi fisik, pengetahuan, beban mental

seharusnya mahasiswa keperawatan lebih baik daripada remaja atau mahasiswa

lainnya. Berangkat dari beberapa fenomena dan pemaparan artikel yang ada,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran keyakinan diri

pada mahasiswa keperawatan Universitas Tanjungpura.

I.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengalaman keyakinan diri mahasiswa keperawatan dalam

menjalani penyembuhan Covid-19 ?


6

I.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

keyakinan diri terhadap penyembuhan Covid-19 pada mahasiswa keperawatan

Universitas Tanjungpura.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berikut tujuan khusus dari penulisan skripsi ini, yaitu :

a. Eksplorasi apa saja yang menjadi faktor meningkatnya keyakinan diri dalam

penyembuhan Covid-19

b. Eksplorasi apa saja yang menjadi faktor penghambat menurunnya keyakinan

diri dalam penyembuhan Covid-19

I.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber pustaka tentang

gambaran keyakinan diri terhadap penyembuhan Covid-19 pada mahasiswa

keperawatan Universitas Tanjungpura dan dapat menjadi rujukan bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang gambaran keyakinan diri

terhadap penyembuhan Covid-19.


7

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai data dan gambaran terkait keyakinan diri

terhadap penyembuhan Covid-19 pada mahasiswa keperawatan Universitas

Tanjungpura.

b. Bagi Partisipan

Dapat memberikan informasi dan meningkatkan pemahaman partisipan

terkait gambaran keyakinan diri terhadap penyembuhan Covid-19.

c. Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat memberikan pemahaman serta edukasi kepada masyarakat terkait

bagaimana cara peningkatan keyakinan diri dan bagaimana cara yang baik untuk

melakukan proses isolasi mandiri.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat memberikan gambaran penelitian kepada peneliti selanjutnya terkait

bagaimana keyakinan diri terhadap penyembuhan pada Covid-19.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Corona Virus Disease (Covid-19)

2.1.1 Definisi Covid-19

Covid-19 merupakan sebuah penyakit yang menyerang saluran pernafasan

manusia, penyakit ini disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS CoV-2). Sepanjang sejarah, telah ditemukan dua jenis

coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan

gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Kemenkes (2020) menyebutkan

bahwa Novel Coronavirus atau yang dikenal dengan 2019-nCoV adalah virus

jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

Coronavirus adalah salah satu jenis virus RNA yang memiliki strain

tunggal positif, berkapsul, dan tidak memiliki segmen. Virus ini tergolong

kedalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus memiliki

struktur yang berbentuk seperti kubus dengan protein S dan biasanya berlokasi di

permukaan virus. Protein S memiliki fungsi sebagai antigen utama virus dari

masuknya virus kedalam sel host. Virus ini sensitif terhadap suhu panas dan dapat

dinonaktifkan(Yuliana,2020).

8
9

Coronavirus sebenarnya merupakan salah satu virus yang menyerang hewan

dan biasanya ditemui pada hewan kelelawar dan unta. Virus ini memiliki sampul

(Enveloped), yang berbentuk bulat dan lebih sering berbentuk pleomorfik. Dinding

pada virus iini memiliki lapisan yang menutupi virus ini dengan protein S. Protein

S ini akan berikatan dengan reseptor di dalam tubuh host. Terdapat beberapa jenis

dari Coronavirus diantaranya yaitu 229E, NL63 dari genus Polygonum, OC43 dan

HPU dari genus beta, Middle East Respiratory Syndrome-associated Coronavirus

(MERSCoV), dan Severe Acute Respiratory Syndromeassociated Coronavirus

(SARS-CoV). (Levani et al, 2021).

2.1.2 Etiologi Covid-19

Penyebab infeksi virus Covid-19 tidak diketahui secara pasti, peneliti dari

Negara China menduga penyebab utama virus korona adalah kucing jenis palm

sebagai reservoir alami dari Human Coronavirus untuk SARS dan unta jenis

dromedary untuk MERS. Peneliti dari Institute of Virology di Wuhan melakukan

identifikasi terhadap Coronavirus sebagai etiologi potensial (Beniac et al., 2006).

Handayani (2020) mengatakan bahwa Coronavirus berasalah dari faktor zoonosis

atau virus yang berasal dari hewan. Proses penularan dari hewan ke manusia

belum diketahui secara pasti. Akan tetapi data filogenetik memungkinkan bahwa

virus ini berasal dari hewan dan diprediksi melalui droplet dan kontak dengan

virus (Fitriani et al., 2020).

Muncul statement baru bahwa coronavirus berasal dari virus yang dibawa

oleh kelelawar yang kemudian ditularkan kepada manusia, informasi ini

berkembang ke telinga masyarakat, yang menyebutkan bahwa virus ini


10

merupakan rekombinan dari dua virus, yaitu yang berasal dari virus yang dibawa

oleh kelelawar dan virus yang tidak diketahui asalnya dengan pasti sehingga

membuat para ahli menyatakan bahwa virus tersebut dapat menyebar melalui

udara, sehingga membuat Pemerintah China melakukan penyemprotan disinfektan

ke pemukiman, warga, jalanan umum hingga ke fasilitas umum (Susilo et al,

2020).

2.1.3 Patofisiologi Covid-19

Coronavirus atau yang lebih dikenal sebagai Covid-19 merupakan virus

yang menyerang saluran pernapasan manusia. Virus ini termasuk kedalam genus

Betacoronavirus yang memiliki kemiripan dengan virus SARS. Coronavirus

diduga merupakan virus yang menyerang atau menjangkit hewan, seperti

kelelawar. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Levanni (2021) bahwa

virus tersebut memiliki kemiripan dengan Coronavirus pada kelelawar sebesar

(90,5%). Akan tetapi, bedanya virus ini menyerang saluran pernapasan manusia

terutama alveoli pada paru-paru manusia (Levani, Prastya and Mawaddatunnadila,

2021).

Coronavirus dapat menyerang membran mukosa yang berada di nasal dan

laring manusia dan menyerang alveoli pada paru-paru manusia. Kemudian virus

ini akan menyerang traktus respiratory dan akan merusak organ target lainnya dan

akan mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2). Organ-organ

target dari Coronavirus adalah paru-paru, jantung, sistem renal, sistem

gastroinstestinal manusia. SARS-CoV 2 akan membantu masuknya Coronavirus

untuk masuk kedalam organ-organ target dari virus tersebut dan akan berikatan
11

dengan ACE-2. ACE-2 akan menjadi reseptor bagi Coronavirus yang

diekspresikan pada sel epitel, dan bergantung pada priming protein S ke protease

selular, yaitu Transmembran Protease Serin 2 (TMPRSS2) (Fitriani, 2020).

SARS-Cov-2 atau Coronavirus memiliki tidak hanya 1 reseptor sebagai

pengikat virus tersebut pada organ targetnya, diantaranya yaitu Angiotensin

Converting Enzyme type 2 (ECA2) untuk SARS-CoV dan CD26 untuk MERS-

CoV. Kedua reseptor tersebut memiliki kesamaan melalui protein S dari virus

tersebut meskipun terdapat mutasi asam amino pada domain pengikat reseptor.

Perbedaan reseptor tersebut juga dipengaruhi oleh hewan apa yang menjadi inang

dari virus tersebut. Hal tersebut didasarkan pada serangkaian struktur tingkat atom

SARS-CoV yang diisolasi dari inangnya (Shock, 2020).

ACE-2 yang menjadi reseptor dari Coronavirus akan mengalami

downrehgulation akan memproduksi angiotensin II akan meningkatkan

permeabilitas vaskuler dan akan membuat kerusakan pada alveoli paru-paru

manusia. Setelah menempel pada pada resptor genom RNA virus akan

melepaskan selubungnya dan akan menghasilkan protein struktural dan non-

struktural. Kemudian virus dilepaskan melalui fusi membran plasma ke organ-

organ target pada manusia. Setelah virus masuk maka akan terjadi kerusakan sel

dengan menarik sel-sel inflamasi seperti monosit, makrofag, dan neutrofil yang

akan teraktivasi dan mengeluarkan sitokin pro-inflamasi dan kemokin. Hal

tersebut akan menyebabkan efek sitopatik dan imunopatologi (Titik, 2020).

Pada fase selanjutnya Coronavirus akan menyebar melalui aliran darahh

manusia terutama pada jaringan yang akan mengekspresikan ACE-2. Organ-organ


12

seperti paru-paru, jantung, dan saluran cerna masnuia akan terinfeksi dan akan

menimbulkan beberapa gejala awal. Pada serangan membran kedua akan

menyebabkan demam, mulai terasa sesak, lesu di paru-paru serta akan membuat

limfosit pada tubuh menurun. Serangan kedua akan terjadi sekitar 4-7 hari gejala

awal sejak virus tersebut bereplikasi pada tubuh manusia. Jika penyebaran virus

tersebut tidak diatasi maka akan menimbulkan badai sitokin yang akan

menimbulkan komplikasi lainnya(Mu’afa and Asih, 2021).

Setelah virus mereplikasikan diri dan berhasil menyerang organ-organ target

Coronavirus akan menyebar ke sel lain dan akan keluar tubuh melalui tubuh

melalui droplet. Kemudian virus akan mati dan akan rusak akibat dari banyaknya

virus yang bereplikasi. Sel-sel yang telah rusak dan mati tersebut akan

menumpuk pada paru-paru manusia dan akan menimbulkan terhambatnya

sirkulasi oksigen yang masuk. Hal itu akan menimbulkan sesak napas yang begitu

kuat pada manusia. Siklus tersebut akan terus berulang setiap Coronavirus

menemukan sel target baru (Mu’afa and Asih, 2021).

2.1.4 Manifestasi Klinis Covid-19

Covid-19 yang pada awalnya hanya dikira flu dan batuk biasa ternyata

memiliki banyak sekali tanda dan gejala dari penyebaran virus tersebut. Infeksi

dari Covid-19 menimbulkan beberapa jenis gejala diantaranya yaitu gejala ringan,

gejala sedang, dan gejala berat. Secara umum tanda dan gejala klinis dari penyakit

ini adalah demam tinggi dengan suhu (>38o C), batuk dan kesulitan bernapas.

Gejala-gejala tersebut lambat laun juga akan bisa berubah menjadi gejala berat

seperti sesak napas yang semakin memberat, fatigue, myalgia, dan gejala
13

gastrointestinal (Kemenkes RI, 2020c). Berikut ini beberapa sindrom klinis yang

dapat muncul sebagai tanda dan gejala dari Covid-19, yaitu (Yuliana, 2020) :

a. Tidak Berkomplikasi

Manifestasi ini merupakan kondisi teringan dari Covid-19. Gejala yang akan

muncul berupa gejala yang tidak memiliki spesifik atau tidak memicu masalah

pada organ lainnya. Gejala utama seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan,

malaise, sakit kepala, sesak napas dan nyeri otot akan tetap timbul. Akan tetapi,

pada orang dengan usia lanjut gejala tersebut tidak menjadi khas, karena beberapa

kasus Covid-19 tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan

b. Pneumonia Ringan

Gejala utama yang akan muncul pada pneumonia ringan ini umumnya sama

dengan gejala utama seperti batuk, demam, dan sesak. Akan tetapi, gejala tersebut

tidak mengarah ke pneumonia berat atau yang memperparah pneumonia. Pada

anak-anak yang memiliki gejala pneumonia akan menimbulkan batuk atau

kesusahan untuk bernapas.

c. Pneumonia Berat

Gejala yang akan muncul dari pneumonia berat ini adanya kecurigaan pada

infeksi saluran napas. Hal itu dapat dilihat dari takipnea pada pasien.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Levani et al (2021) mengatakan

bahwa masa inkubasi dari Coronavirus adalah 4 hari dengan rentang 2 sampai 7

hari setelah proses infeksi. Pada awal infeksi virus gejala yang akan muncul

adalah demam, batuk kering, dan myalgia. Gejala-gejala tersebut dipengaruhi oleh

faktor usia dan status imunitas pasien. Levani (2021) menjelaskan bahwa
14

individu yang terpapar Covid-19 dengan gejala ringan biasanya akan sembuh

kurang lebih seminggu. Akan tetapi, pada pasien dengan gejala yang cukup berat

akan memakan waktu yang lama dalam penyembuhannya. Hal tersebut

diakibatkan oleh gagal napas progresif karena virus telah merusak alveolar

(Levani, Prastya and Mawaddatunnadila, 2021).

Selain menyerang saluran pernapasan, Coronavirus juga bisa menyerang

saluran perncernaan, hal itu dikatakan dalam penelitian yang dilaporkan Kumar

dkk, (2020) sakit pada abdominal juga menjadi salah satu tanda dan gejala

terinfeksinya Covid-19. Pada sistem neurologis Coronavirus juga menjadi salah

satu presentase awal, hal itu diakibatkan oleh masuknya virus tersebut pada sel

yang mengekspresikan ACE-2, dan dapat mengakibatkan kejang sebagai

gangguan dari sistem neurologis (Fitriani, 2020).

Mengarah ke gejala yang lebih berat Coronavirus akan menyebabkan

munculnya penyakit pneumonia. Gejala tersebut biasanya akan muncul setelah

onset 8 hari dan comorbid yang mengikuti biasanya adalah usia lansia (>65

tahun). Gejala dari pneumonia tersebut akan mengakibatkan gagal napas, syok,

hingga tidak berfungsinya organ lain. Gejala lain yang timbul karena pneumonia

diantaranya yaitu nyeri kepala, nyeri tenggorokan, mual, muntah, dan hidung

berair. Gejala-gejala yang muncul dari Covid-19 terlalu banyak, karena virus ini

dapat menyerang ke berbagai organ lainnya. Oleh karena itu Covid-19 disebut

sebagai the great imitator (Syam, et al, 2021).


15

2.1.5 Pencegahan Penularan Covid-19

Saat ini Covid-19 menjadi masalah kesehatan yang mendunia. Induk

organisasi kesehatan dunia WHO mendeklarasikan Covid-19 sebagai pandemi di

dunia pada tanggal 11 Maret 2020. Penyebaran dari virus yang begitu cepat

menyebabkan frekuensi peningkatan jumlah pasien yang terpapar Covid-19.

Untuk itu perlu dilakukan penanggulangan dan pencegahan dari berbagai sektor

baik dari sektor pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan untuk

menanggulangi pandemi tersebut (Kuswoyo, 2021). Berikut ini beberapa

pencegahan yang dilakukan oleh beberapa sektor yang berpengaruh diantaranya

sebagai berikut :

a. Upaya Penanganan Sektor Pemerintahan

Berbagai negara saat pandemi Covid-19 menerapkan berbagai kebijakan

salah satunya yaitu lockdown. Akan tetapi Pemerintah Indonesia memodifikasi

kebijakan tersebut menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Penerapan

PSBB diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) nomor 21 tahun 2020 tentang

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan diatur juga dalam Keputusan

Presiden (Keppres) nomor 11 tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia

(Perencanaan et al., 2020).

Prinsip dalam pelaksanaan PSBB ini sebenarnya hanya bersifat umum pada

suatu wilayah yang memiliki kasus Covid-19 tinggi. Tujuan dari pelaksanaan

PSBB untuk mencegah penyebaran yang dapat disebabkan oleh aktivitas

masyarakat di suatu wilayah. Pelaksanaan PSBB di suatu wilayah dimana


16

masyarakat masih dapat melakukan aktivitas namun, dibatasi dengan peraturan-

peraturan yang begitu ketat. Kegiatan-kegiatan masyarakat yang dapat

dilaksanakan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 9 tahun

2020 tentang Pedoman PSBB sebagai penanganan Covid-19 (Perencanaan et al.,

2020).

Dalam penerapan aturan PSBB juga diatur dalam Keputusan Menteri

Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan

dan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja dan Perkantoran. Dari aturan

tersebut menyatakan bahwa seluruh tempat kerja dan perkantoran harus

menerapkan sistem Work From Home (WFH). Akan tetapi, akibat dari aturan ini

menyebabkan roda perekonomian di Indonesia terganggu, sehingga Presiden Joko

Widodo meminta masyarakat Indonesia untuk bisa berdamai dengan situasi

pandemi. Dari aturan tersebut membuat beberapa kantor menerapkan sistem WFH

pada sebagian karyawannya ( Nurcahyo, 2020).

Dunia pendidikan juga tidak luput dari terdampak Covid-19, untuk itu

pemerintah Indonesia menerapkan sistem pembelajaran secara online atau dalam

jaringan (daring). Kebijakan itu diambil karena tidak memungkinkan untuk

mengumpulkan massa yang ramai di tempat pendidikan, sedangkan mahasiswa

dan pelajar membutuhkan informasi pendidikan dan tidak memungkinkan untuk

memberikan waktu libur secara lama. Kebijakan tersebut dilakukan mengingat

tidak bisa diprediksinya kapan pandemi Covid-19 akan berakhir (Aly et al.,

2020).
17

b. Upaya Pencegahan Sektor Masyarakat

Upaya peningkatan angka kasus Covid-19 yang begitu cepat membuat

masyarakat harus mematuhi beberapa aturan dan gaya hidup baru atau yang biasa

disebut dengan New Nornal. New Nornal adalah suatu tatanan hidup atau aktivitas

baru yang dilakukan semenjak pandemi Covid-19 meluas. Tujuan dari tatanan

hidup baru (New Normal) adalah sebagai pencegahan yang dilakukan agar

mengurangi paparan Coronavirus. Ruang lingkup dari pelaksanaan New Nornal

ini adalah pengendalian dan pencegahan Covid-19 di masyarakat secara umum

(Handayani et al. 2020).

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.

01.07/MENKES/382/ 2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di

Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Pengendalian Covid-19 memaparkan bahwa

masyarakat memiliki peranan penting untuk memutus rantai penyebaran virus

Covid-19 dengan cara mematuhi beberapa protokol kesehatan. Protokol kesehatan

tersebut memuat diantaranya sebagai berikut (Kemenkes RI, 2020a):

1. Perlindungan Kesehattan Individu

Penularan Covid-19 merupakan penularan yang dapat ditularkan melalui

antar individu secaras droplet. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan

individu untuk mencegah Covid-19 diantaranya sebagai berikut (Kemenkes RI,

2020a) :

a) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan

mulut hingga dagu. Apabila menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan

masker kain 3 lapis.


18

b) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan

air mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol /

handsanitizer.

c) Selalu menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang

tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang mengandung virus).

d) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena

droplet dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari

kerumunan, keramaian, dan berdesakan.

e) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) seperti mengonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik

minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta

menghindari faktor risiko penyakit.

2. Perlidungan Kesehatan Masyarakat

Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang harus dilakukan

oleh semua lintas sektor untuk mencegah dan mengendalikan penularan Covid-19.

Dalam perlindungan kesehatan masyarakat peran pengelola, penyelenggara, atau

penanggung jawab tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk menerapkan

beberapa aturan diantaranya sebagai berikut (Kemenkes RI, 2020a):

a) Upaya pencegahan

Sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk

memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari

pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media. Perlindungan kepada masyarakat

tidak hanya bersifat edukasi melainkan juga proteksi dengan penerapan aturan-
19

aturan yang membiasakan masyarakat untuk hidup dengan kebiasaan baru atau

New Normal.

Penyediaan sarana untuk proteksi Covid-19 juga dilakukan dengan

penyediaan tempat mencuci tangan diseluruh fasilitas umum. Sarana dan

prasarana tersebut dilakukan sebagai pemenuhan standar dari pemerintah bagi

seluruh faslitas umum. Hal itu dilakukan agar tempat-tempat umum diizinkan

untuk dibuka. Fasilitas umum yang sudah diperbolehkan buka juga diharuskan

untuk menerapkan aturan menjaga jarak dan penegakan disiplin terkait protokol

kesehatan yang diberlakukan.

b) Upaya penemuan kasus

Penemuan kasus juga diatur agar masyarakat dapat mengenali tanda dan

gejala dari Covid-19 secara umum. Fasilitas untuk penemuan kasus baru juga

dipantau secara langsung oleh Dinas Kesehatan disetiap wilayah. Hal itu

dilakukan sebagai upaya pencegahan dan penanganan secara cepat oleh Fasilitas

Kesehatan di suatu wilayah. Edukasi dilakukan kepada fasilitas umum dengan

memberikan arahan terkait pengecekan awal yang harus dilakukan untuk

mendeteksi gejala Covid-19.

Seluruh fasilitas umum juga terus dikoordinir dengan memberikan nomor

satgas di suatu wilayah dan pelaporan dapat dilakukan dengan cepat apabila

terdapat masyarakat yang memiliki tanda dan gejala Covid-19. Tanda dan gejala

umum yang diedukasi kepada seluruh tempat umum diantaranya yaitu gejala

demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas.


20

c) Upaya penanganan

Upaya penanganan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pada suatu

daerah saja, melainkan memerlukan banyak dukungan dari berbagai lintas sektor.

Dalam upaya pencegahan tersebut pemerintah berkoordinasi dengan dinas

kesehatan atau fasilitas kesehatan setempat untuk melakukan pelacakan pada

tempat-tempat yang dianggap memiliki potensi tinggi. Pengecekan dilakukan

sangat ketat, dengan pengadaan pemeriksaan Rapid Test atau Real Time

Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), serta penanganan sesuai kebutuhan.

Seluruh fasilitas umum yang sudah diizinkan diharuskan untuk mematuhi

standar protokol kesehatan ditempat umum. Substansi protokol kesehatan yang

diterapkan di fasilitas umum perlu memperhatikan titik kritis dalam penularan

Covid-19. Beberapa hal juga perlu diperhatikan dalam upaya penanganan

penyeberan Covid-19, diantaranya karakteristik kegiatan, lamanya kegiatan,

jumlah orang yang terlibat. Kelompok komorbid, dan penyandang disabilitas

(International Labour Organization, 2020).

c. Upaya Pencegahan Sektor Tenaga Kesehatan

Pencegahan dan penanganan Covid-19 pada tenaga kesehatan harus menjadi

prioritas utama dalam segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan fasilitas

kesehatan terkait. Sejalan dengan prinsip kerja yaitu pencegahan pada tingkat

pertama, harus diorganisasikan untuk merumuskan dan meningkatkan kerja dan

solusi teknologi dan menstandarisasi pencegahan dan pengendalian Covid-19.

Dalam pelaksanaannya tenaga kesehatan akan dipantau secara langsung oleh

gugus tugas pengendalian Covid-19 dalam pengawasan rencana operasional agar


21

meminimalisir tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 (Tim Kerja Kementerian

Dalam Negeri, 2020).

Perawatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan hendaknya memperhatikan

pada APD (alat pelindung diri) yang digunakan. Dalam hal ini APD akan

menunjang kinerja dari tenaga kesehatan yang bertugas secara langsung agar

mengurangi transmisi penyebaran secara airbone virus Covid-19. WHO

menyarankan APD yang dapat digunakan sebagai penanganan Covid-19 untuk

tenaga kesehatan yaitu masker medis/bedah, kacamata, pelindung wajah, dan

jubah, serta alat-alat untuk prosedur-prosedur tertentu, masker respirator

penyaring (standar N95 atau FFP2 atau FFP3 atau yang setara) dan apron (WHO,

2020).

Selain penggunaan APD yang ketat penggunaan triage akan membantu

dalam pencegagahan penyebaran Covid-19 bagi tenaga kesehatan. Triage akan

membantu dalam pengenalan dini dan pengendalian sumber penyakit. Hal itu jelas

akan mempermudah tenaga kesehatan untuk mengantisipasi pasien yang datang.

Dengan penerapan triage juga pengendalian lingkungan di fasilitas kesehatan

akan menjadi lebih baik dan akan menerapkan standar kewaspadaan yang tinggi.

Tenaga kesehatan memerlukan kewaspadaan sesuai transmisi tambahan lainnya

untuk melindungi diri dan mencegah transmisi airbone dan pathogen lain yang

tidak diketahui (WHO, 2020).

Pelaksanaan protokol kesehatan di fasilitas kesehatan juga menerapkan

prinsip pencegahan infeksi (PPI). Prinsip PPI diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


22

Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Peraturan menteri tersebut dibuat

sebagai pedoman agar tenaga kesehatan memahami konsep dalam penanganan

pasien tidak terpapar virus Covid-19. Dalam pedoman tersebut lebih menekankan

pada prinsip-prinsip prosedur tindakan dan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)

di fasilitas kesehatan (Kemenkes RI, 2017).

2.2 Konsep Keyakinan Diri

2.2.1 Definisi Keyakinan Diri

Keyakinan diri merupakan sebuah keyakinan dari dalam diri seseorang

terhadap sesuatu. Keyakinan diri akan melandasi motivasi seseorang dalam

mencapai sesuatu. Motivasi awal ini akan merubah cara pandang seseorang

terhadap sesuatu, dalam hal ini penyembuhan terhadap Covid-19. Seseorang akan

memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap dan kepatuhan

terhadap perawatan yang dilakukan (Klassen and Klassen, 2018) menyatakan

bahwa keyakinan diri tidak terlepas dari masa lalu sehingga akan mempengaruhi

penilaian pribadi tentang harga diri dan pola pikir dari suatu individu.

Keyakinan diri tidak hanya berfokus pada motivasi awal dari suatu tindakan

perawatan yang dilakukan, melainkan juga melibatkan persepsi risiko dari suatu

penyakit. Persepsi risiko merupakan suatu gambaran dan dampak dari suatu

penyakit atau tindakan yang dilakukan. Pemahaman subjektif terhadap suatu

bahaya akan mempengaruhi keyakinan seseorang yang mengacu pada evaluasi

psikologis seseorang. Persepsi subjektif tersebut dipegaruhi oleh lingkungan dan


23

tingkat pengetahuan terhadap dampak atau konsekuensi dari hasil yang merugikan

(Diana, 2021).

Keyakinan diri merupakan penentu penting dari kesediaan dan kepatuhan

inidvidu untuk terlibat dalam perilaku pencegahan dan penanganan Covid-19

(Diana, 2021). Keyakinan diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

beradaptasi terhadap sesuatu yang sedang mengancam seorang individu secara

sehat dan produktif. Keyakinan diri akan mencerminkan dari ketahanan dan

kemampuan untuk merubah cara pandang dari pengalaman emosional yang buruk.

Seorang yang memiliki keyakinan diri yang baik akan dapat mengatasi stres,

memulihkan kecemasan, depresi, dan reaksi stres yang terjadi (Diponegoro et al.,

2021).

Keyakinan diri akan berperan sangat penting dalam penbentukan

mekanisme koping. Mekanisme koping individu yang terpapar Covid-19 sangat

memerlukan sumber daya psikologis. keyakinan diri yang kuat akan membentuk

serta mempertahankan sumber daya psikologis yang baik sehingga akan

mengurangi sumber stress, emosi negatif, dan mencapai keseimbangan dalam pola

pikir dan tingkah laku seorang individu (Pratiwi, Ismail and Irayana, 2021).

2.2.2 Teori Keyakinan Diri

a. Teori Kognitif Sosial

Teori kognitif sosial dikenal juga sebagai teori keyakinan diri Teori ini

dikenalkan oleh Albert Bandura. Teori ini merujuk pada keyakinan individu

terhadap kemampuan seorang individu dalam mencapai tujuan yang ingin diraih.

Keyakinan diri akan menurunkan upaya untuk menyerah atau mengurangi tekanan
24

stress seorang individu. Lingkaran positif yang kuat akan terbentuk seiring dengan

peningkatan keyakinan diri disaat situasi yang sulit dhadapi. Teori ini merupakan

teori turunan dari teori pembelajaran sosial, yang membahas perilaku manusia

secara kompleks (Lianto, 2019).

Teori kognitif sosial berusaha menyajikan suatu kerangka teoritis yang

menganalisa pikiran dan tingkah laku manusia. Teori ini dilihat dari sudut

pandang individu yang dihadapi dengan situasi atau kondisi yang kurang baik.

Tingkah laku manusia saat dalam masalah sebagian besar adalah hasil perolehan

dan menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap pada diri

seorang individu. Teori kognitif sosial ini muncul berdasarkan pengalaman

individu disaat dalam masalah, sambil mengamati tingkah laku orang lain dan

meniru tingkah laku tersebut (Yanuardianto, 2019).

Albert Bandura menyatakan bahwa perilaku individu dapat terbentuk

dengan proses belajar, namun perilaku tersebut harus memperhatikan suatu

fenomena yang sedang terjadi. Dalam teori kognitif terdapat turunan yang

menjelaskan paradigma behaviorisme. Paradigma behaviorisme merupakan pola

pikir manusia yang mengatur kemampuannya untuk bertahan pada kondisi

tertentu dan untuk mencapai tujuan dari seorang individu. Paradigma itulah yang

biasa dikenal dengan keyakinan diri. Komponen-komponen keyakinan diri pada

teori diantaranya yaitu situasi lingkungan, emosi, dan kognitif individu (Abdullah,

2019).
25

b. Teori Resilensi atau Ketahanan diri

Resilensi atau ketahanan diri adalah sebuah kontruksi dari disiplin ilmu

yang dipopulerkan oleh Michael Rutter, Teori resilensi ini akan membantu dalam

menjembatani komunikasi, persepsi, dan fisiologis stres dari seorang individu.

Teori ini menjelaskan bahwa ketahanan diri merupakan sebuah kemampuan untuk

beradaptasi secara positif ketika dihadapkan dengan situasi atau kondisi yang

buruk. Selama proses ini akan menghasilkan sebuah perkembangan, dimana

seorang indivu akan memperluas perspektif mereka dan mengubah menjadi

perilaku yang lebih baik (Afifi, et al, 2016).

Teori resilensi merupakan sebuah teori konseptual yang digunakan pada

proses perkembangan atau kapasitas dinamis seorang individu. Ketahanan diri

seseorang dipengaruhi oleh pengalaman negatif yang berpotensi mengganggu

fungsi dan perkembangan adaptif seorang individu. Pengalaman negatif yang

dialami individu akan merubah persepsi dan pola pikirnya dan akan menghambat

proses protektif dalam pembangunan keyakinan diri. Proses pembangunan

keyakinan diri akan dilakukan dengan cara mencari perlindungan dan

kenyamanan diri pada seorang individu (Yates, Tyrell and Masten, 2015).

Konsep resilensi sangat penting karena menandakan perubahan fokus

mental dari suatu penyakit. fokus dari teori ini adalah perubahan perilaku yang

menciptakan pola pikir positif dalam menghadapi situasi dan kondisi yang buruk.

Rutter mendefinisikasn resilensi sebagai sebuah konsep interaktif yang berkaitan

dengan kombinasi pengalaman risiko yang serius. Ketahanan diri yang dimaksud
26

pada teori ini lebih menekankan sebagai kompetensi sosial yang mengarah pada

perilaku yang positif (Shean, 2015).

Teori ini mengatakaan bahwa resilensi pada manusia bukanlah sebuah sifat

yang melekat pada individu. Resilensi akan muncul seirng dengan interaksi

individu dengan pengalaman buruknya dan lingkungannya. Resilensi muncul

karena adanya kaitan antara dimensi kepribadian dan keyakinan diri, seperti

kesadaran; namun, ada bukti bahwa pengalaman membentuk ciri kepribadian.

2.2.3 Faktor-faktor Keyakinan Diri (Self Efficacy)

Keyakinan diri pada pasien Covid-19, diharapkan bisa menjadi sebuah

kekuatan dan kepercayaan terhadap kemampuan seorang individu dalam

menjalani perawatan. Keyakinan dir akan menguatkan pola pikir dan perilaku

untuk melenyelesaikan tindakan perawatan. Dalam model Health Belief Model

(HBM) tercapainya kesehatan seorang individu akan ditentukan oleh sikap atau

perilaku kesehatan, model ini juga menjelaskan bahwa sikap individu terbentuk

dari 6 hal, diantaraya yaitu (Fanani and Kesuma, 2014) :

a. Risiko Kerentanan (Perceived Susceptibility)

Faktor ini seorang individu akan memiliki persepsi dan pandangan tersendiri

pada suatu penyakit yang dialaminya. Dalam menfaktor ghadapi suatu penyakit

seorang individu akan memiliki banyak sekali persepsi baik itu persepsi yang baik

dan yang buruk, akan tetapi hal tersebut juga diliat dari beberapa sisi. Secara

awam masyarakat akan melihat dari tata cara pengobatan yang dilakukan. Secara

modern atau tradisional serta tingkatan dalam tindakan yang dilakukan. Hal itu
27

akan menimbulkan pro dan kontra pada persepsi seorang individu terkait

keberhasilan dalam mencapai kesembuhan dari suatu penyakit (Putro, 2018).

Persepsi yang ada pada masyarakat seakan menyepelekan suatu penyakit

akan berpengaruh dalam keyakinan diri. Pola pikir masyarakat tersebut akan

membuat suatu penyakit yang ada akan sulit dideteksi hingga tindakan akan telat

dilakukan perawatan hingga tahap akhir. Keterlambatan dalam melakukan

tindakan akan menimbulkan parahnya suatu penyakit yang diderita dan kematian

akibat dari suatu penyakit. Keadaan tersebut akan menimbulkan pembiayaan yang

besar sehingga persepsi individu terhadap kesembuhan akan turun. Individu akan

merasa penyakit yang dideritanya merupakan suatu yang sulit diderita (Wijaya et

al., 2021).

Menurunnya keyakinan terhadap tindakan yang dilakukan akan individu

terkait biaya dan keberhasilan tindakan juga dipengaruhi oleh paparan informasi

suatu individu. Informasi yang didapatkan, membuat individu melakukan suatu

swamedikasi, yaitu pengobatan secara mendiri untuk menjaga kesehatannya

sendiri dengan informasi seadanya. Dengan melakukan swamedikasi masyarakat

akan lebih memilih tindakan yang dilakukan sendiri dan disesuaikan dengan biaya

yang akan dikeluarkan relatif murah. Akan tetapi, dengan minimnya paparan

informasi yang didapat seorang individu terkadang melewati suatu tindakan yang

mesti dilewati, sehingga terkadang memperparah keadaanya (Sholiha, Fadholah

and Artanti, 2019).


28

b. Keyakinan Individu (Perceived Severity)

Suatu masalah atau penyakit yang diderita oleh seorang individu akan

menyebabkan ketakutan dan kecemasan. Hal tersebut mengakibatkan seseorang

merasa sulit untuk bisa mencapai atau melewati masalah yang dideritanya.

Masalah-masalah tersebut akan menimbulkan penurunan keyakinan seorang

individu, menyikapi hal tersebut setidaknya setiap individu memiliki sikap untuk

bertahan pada suatu masalah. Sikap untuk bertahan pada suatu masalah dikenal

dengan resilensi, yaitu berkaitan dengan keyakinan individu untuk mencegah,

meminimalkan, dan bahkan menghilangkan dampak dari masalah tersebut

(Bimbingan et al., 2021).

Keyakinan diri pada diri seseorang akan timbul seiring dengan banyaknya

dukungan dari lingkungan sekitar. Dukungan yang diberikan, akan membantu

dalam memecahkan masalah atau menguraikan stresor yang diterima. Bantuan

secara nyata akan membuat beban yang ada pada seseorang akan menurun, dan

keyakinan diri dalam mencapai kesembuhan akan meningkat sehingga kepatuhan

dalam menjalankan tindakan medis akan baik. Penerimaan dari individu juga akan

berubah seiring dengan dukungan yang diberikan oleh lingkungan sekitar. Hal itu

tercerminkan dari kombinasi perilaku dan pola pikir yang berubah dari yang

sebelumnya (Santoso, 2020).

Keyakinan diri yang kuat ditunjukkan dengan sikap yang enggan menyerah

dalam perawatan yang dilakukan, selalu memiliki harapan yang baik dan

keyakinan yang kuat untuk berhasil dalam upaya penyembuhan. Keyakinan yang

kuat juga akan membuat seorang individu akan memegang kendali atas masalah
29

atau penyakit yang dideritanya. Pola pikir yang positif akan terbentuk dengan

keyakinan diri yang kuat juga, sehingga imunitas akan mudah meningkat dan

menurunkan faktor-faktor yang stress yang akan timbul akibat penyakit yang

diderita (Rosada and Partono, 2020).

c. Pandangan Seseorang (Perceived Benefits)

Ditengah masa pandemi yang tengah terjadi akan banyak muncul stigma

atau pandangan individu terhadap penyakit yang muncul dalam hal ini Covid-19.

Banyaknya berita hoax yang muncul menyebabkan individu takut dan khawatir

yang berlebihan terhadap gejala yang muncul. Kurangnya paparan informasi

terhadap Covid-19 membuat masyarakat berpikir bahwa penyakit ini sulit

disembuhkan. Sebagai penyakit yang baru muncul stigma masyarakat akan

cenderung kearah negatif. Seseorang yang diduga terdapat gejala Covid-19 akan

mendapatkan diskriminasi dan perlakukan yang berbeda di lingkungan

masyarakat (Dai, 2020).

Pandangan terhadap suatu penyakit tidak terlepas dari lingkungan sekitar

seorang individu. Pandangan sosial dalam konteks merupakan hubungan negatif

antara seseorang dengan lingkungan sekitar. Pandangan tersebut bisa saja

mengarah pada pandangan postif dan negatif, pandangan tersebut dapat

memberikan pengaruh seseorang untuk menyembunyikan masalah atau penyakit

yang dideritanya. Perilaku diskriminasi dimasyarakat akan membuat seseorang

yang terinfeksi Covid-19 enggan untuk melakukan perawatan secara cepat pada

fasilitas kesehatan (Abdillah, 2020).


30

Pandangan terhadap masalah atau penyakit yang dialai seorang individu

akan berpengaruh dalam pola pikir individu menjalani perawatan. Pola pikir yang

baik akan terbentuk seiring dengan terpenuhinya informasi yang didapat dan

dukungan dari lingkungan sekitar. Manusia sebagai mahluk sosial akan lebih

mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, namun tidak terlepas juga bahwa

manusia sebagai mahluk biologis yang harus terpenuhi kebutuhannya. Hal itu

menyebabkan bahwa sisi sosial dan biologis saling berikatan. Ketika fungsi

biologis seorang individu terganggu maka dukungan sosial akan menunjang demi

tercapainya suatu tujuan atau kesembuhan (Agustang et al, 2021).

d. Hambatan yang Dapat Berubah (Perceived Barier)

Seorang individu akan melakukan perawatan atau mencari cara untuk keluar

dari masalah yang dialaminya. Akan tetapi, dalam proses yang dilewati banyak

sekali hal yang tidak terduga terjadi, baik itu kearah positif maupun negatif.

Hambatan-hambatan yang terjadi bisa merubah pola pikir dan menurunkan

keyakinan diri pada seorang individu. Banyak faktor yang menjadi hambatan

dalam menurunnya keyakinan diri individu diantaranya adalah komunikasi (Sari,

2018).

Komunikasi yang dilakukan pada umumnya tidak semudah yang dilakukan

pada individu yang sedang memiliki masalah atau menderita suatu penyakit.

Komunikasi antara dua belah pihak harus memperhatikan banyak aspek,

diantaranya aspek kebudayaan yang berbeda. Individu yang melakukan

komunikasi hendaknya harus bisa saling mengerti dengan kebudayaan masing-

masing. Perbedaan budaya dapat mempengaruhi pola pikir seseorang, terlebih lagi
31

pada individu yang menghadapi masalah. Kesalahan dalam melakukan

komunikasi akan memperburuk keyakinan seseorang (Ardiyanti, 2020).

Selain komunikasi, budaya juga bisa menjadi salah satu hambatan yang

mempengaruhi keyakinan diri. Budaya yang ada di Indonesia sudah mendarah

daging pada masyarakat, dimana budaya sudah menjadi aturan tidak tertulis yang

berlaku pada suatu daerah. Akan tetapi, pada budaya yang memiliki sifat

tertinggal akan mengakibatkan perbedaan pola pikir dari masyarakat tersebut.

Kebudayaan tercipta karena proses sosial dalam lingkungan berdasarkan ide, nilai,

dan minat dari suatu wilayah. Pola masyarakat yang baik jelas akan membentuk

pola pikir masyarakat yang baik dalam melakukan pencegahan dan penanganan

terhadap suatu masalah (Sampurno, et al, 2020).

e. Hal yang Menjadi Isyarat Dalam Mencapai Tujuan (Cues in Action)

Keyakinan diri yang baik pada manusia tidak muncul begitu saja, melainkan

harus ada faktor-faktor pemicunya. Keyakinan diri dalam kesembuhan juga harus

diiringi dengan kepatuhan dalam tindakan perawatan dan pencegahan masalah

yang akan timbul. Keyakinan diri akan muncul berdasarkan pengalaman pribadi

seorang individu dan lingkungan sekitarnya. Hal yang mendasari pola pikir dan

perilaku kesehatan seseorang yaitu pengalamannya. Seseorang yang menderita

suatu penyakit akan mengalami penurunan terkait harapan penyembuhan karena

pengalaman dan kepatuhan yang menurun selama perawatan (Prastyawati and

Fauziah, 2021).

Pada kasus pandemi seperti saat ini masyarakat akan memiliki

kekhawatiran yang tinggi. Hal itu dikarenakan penyebaran dan penularan Covid-
32

19 yang cepat dan meyakini dirinya berisiko untuk tertular. Kekhawatiran tersebut

akan menimbulkan keyakinan diri pada individu menurun, seakan tidak ada

langkah yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan penanganan Covid-19.

Persepsi masyarakat yang negatif perlu diluruskan dengan media informasi yang

baik tanpa menyebarkan berita hoax (Prastyawati and Fauziah, 2021).

Paparan informasi jelas berpengaruh dalam meningkatkan keyakinan diri

seseorang. Peran dari media informasi sangat berpengaruh dalam pencegahan dan

penanganan Covid-19. Media informasi yang baik akan memembuat pola pikir

dan persepsi dari masyarakat menjadi baik terhadap Covid-19. Dengan begitu

kekhawatiran masyarakat terhadap pandemi Covid-19 akan menurun dan

keyakinan diri masyarakat menjadi lebih baik. Protokol kesehatan akan terus

diterapkan seiring dengan pemahaman yang baik dari masyarakat terkait

pencegahan dan penanganan Covid-19 et al, 2020).

f. Motivasi

Motivasi atau keinginan dalam diri seseorang untuk mencapai sesuatu

merupakan salah satu bagian dari keyakinan diri . Motivasi merupakan langkah

awal dari terbentuknya keyakinan diri yang baik sehingga dalam menjalankan

perawatan seorang individu berpikiran positif dan memiliki keinginan untuk

sembuh. Motivasi bisa saja terbentuk dari dalam dan lingkungan seorang individu

(Puspitasari and Azis, 2017).

Motivasi yang terbentuk dari luar dikenal dengan istilah dukungan sosial.

Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa kesenangan, perhatian, penghargaan

ataupun bantuan kepada seseorang. Dalam pemberian dukungan sosial seseorang


33

yang sedang terpapar Covid-19 akan merasa lebih dihargai dan tidak mendapatkan

perilaku diskriminasi. Dukungan sosial yang baik akan mengembalikan individu

keadaan normal setelah menderita suatu penyakit. Peningkatan keyakinan diri

akan memberikan dampak pada harapan untuk sembuh yang kuat dan

mempermudah dalam menjalani perawatan (Sekar and Puspita, 2021).

Dalam peningkatan motivasi kesembuhan perlu adanya peran dari tokoh

agama dalam menunjang sisi spiritual seseorang. Tokoh dianggap sebagai orang

yang berperan dalam perubahan dinamika keagamaan. Dengan pendekatan diri

yang kuat dengan Tuhan seseorang akan memiliki ketenangan dalam menjalankan

perawatan. Pendampingan yang dilakukan olehh tokoh agama akan membantu

seseorang untuk menurunkan tekanan psikologis dan akan menemukan cara dalam

pengalihan stress yang dialaminya. Pendekatan kepada Tuhan dilakukan seiring

dengan perawatan medis yang dilakukan dengan begitu kepatuhan dalam

perawatan akan semakin baik (Aula, 2020).


34

2.3 Kerangka Konseptual

TEORI KOGNITIF
SOSIAL

ALBERT BANDURA 1997

PROSES INTERNAL LINGKUNGAN

Self Efficacy dan Motivasi Keluarga, teman, tetangga

PERILAKU

Resilliensi dan Kepatuhan

Kualitas Hidup/
Kesembuhan

Keterangan : Diukur Tidak diukur


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan studi kualitatif dengan pendekatan studi

fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah sebuah metode penelitian yang

dilakukan dengan pendekatan wawancara yang mendalam pada partisipan yang

terpilih. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan data yang bersifat

deskriptif, baik berupa visual gambar; video, suara, maupun catatan yang

ditemukan di lapangan (Donsu, 2016). Metode kualitatif yang digunakan untuk

melihat lebih jelas dan terperinci dari prespektif yang berbeda-beda pandangan

partisipan tentang gambaran keyakinan diri terhadap penyembuhan covid-19.

Pendekatan fenomenologi merupakan salah satu pendekatan pada metode

kualitatif yang mendalami tentang perilaku, gagasan dari seseorang, dan tindakan

seorang individu yang dapat diterima dengan benar. Pendekatan fenomenologi

memberikan interpretasi, deskripsi, refleksi, dan modus riset melalui pengalaman

yang dialami oleh partisipan. Data yang digunakan pada pendekatan

fenomenologi bersifat lebih rinci dan padat. Rincian data yang diberikan

merupakan pengalaman yang rinci bbaik itu pengalaman yang menyenangkan

maupun sebaliknya (Donsu, 2016).

35
36

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi transenden.

Pendekatan fenomenologi transenden merupakan peneltian yang berfokus pada

pengalaman pribadi partisipan yang bersifat umum. Tantangan pada jenis

pendakatan fenomenologi trasenden yaitu asumsi dan persepsi dari partisipan

yang bereda-beda (Donsu, 2016).

3.2 Setting dan Konteks Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Pontianak yang berfokus pada mahasiswa

keperawatan Universitas Tanjungpura yang pernah terpapar Covid-19 dan telah

dinyatakan sembuh hingga mencapai saturasi data. Waktu penelitian ini dimulai

sejak disetujuinya proposal penelitian dan dikeluarkannya surat izin penelitian

dari komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura yaitu pada tanggal

2 Maret.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang digunakan dalam

penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang digunakan oleh

peneliti sebelumnya. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek atau subjek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik sehingga

peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Populasi pada

penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan Universitas Tanjungpura yang

berjumlah 320 mahasiswa.


37

3.3.2 Partisipan

Sampel merupakan bagian dari jumlah populasi penelitian yang dilakukan.

Penelitian kualitatif biasanya mengenal istilah sampel dengan partisipan.

Partisipan pada penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan Universitas

Tanjungpura yang pernah terpapar dan telah dinyatakan sembuh dari Covid-19

dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

a. Mahasiswa aktif Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura.

b. Mahasiswa keperawatan angkatan 2018-2021.

c. Partisipan pernah terpapar dan telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dengan

rentang tahun 2020 hingga 2021.

d. Partisipan yang terpapar Covid-19 melakukan perawatan isolasi mandiri.

Adapun kriteria ekslusi yang tidak dimasukkan pada penelitian kali ini,

diantaranya :

a. Mahasiswa keperawatan yang melakukan isolasi di fasilitas kesehatan.

b. Mahasiswa keperawatan yang memiliki penyakit komorbid atau penyakit

bawaan.

Pemilihan partisipan pada penelitian kualitatif didasarkan pada kode etik

dan terkesan tidak terstruktur dan tidak mengikuti baku (Donsu, 2016). Pemilihan

partisipan pada penelitian ini dilakukan dengan metode snow ball sampling,

dimana data diperoleh sedikit demi sedikit dan akhirnya bisa terkumpul secara

lengkap. Pada metode ini peneliti meminta rekomendasi dari salah satu partisipan

untuk memberikan partisipan yang dianggap cocok dan sesuai dengan kriteria

inklusi penelitian yaitu mahasiswa keperawatan Universitas Tanjungpura yang


38

pernah terpapar dan telah dinyatakan sembuh Covid-19 hingga mencapai saturasi

data. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 6 orang mahasiswa keperawatan

Universitas Tanjungpura (Donsu, 2016).

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan subjek yang menentukan hasil

dari penelitiannya. Sebagai instrument penelitian, peneliti kualitatif wajib

mengembangkan pemahamannya melalui komunikasi interpersonal secara verbal

dan non verbal dengan sistem wawancara. Wawancana dilakukan peneliti dan

partisipan yang memenuhi kriteria yaitu mahasisawa keperawatan Universitas

Tanjungpura yang pernah terpapar Covid-19 dan telah dinyatakan sembuh dari

Covid-19, adapun wawancara dilakukan dengan cara langsung dengan persetujuan

dari partisipan.

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri,

peneliti memiliki peran penting seperti memilih partisipan penelitian, melakukan

analisis dan pengolahan data, dan melakukan penyajian data. Alat bantu yang

digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yaitu voice

recorder, smartphone, alat tulis, lembar persetujuan menjadi partisipan, dan

pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi tentang pertanyaan yang

bertujuan untuk mendapatkan pandangan tentang pengaruhnya keyakinan diri

terhadap penyembuhan covid-19.


39

3.5 Prosedur dan Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dilakukan dengan

wawancara. Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data pada

penelitian kualitatif. Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan

pembicaraan yang dilakukan pada partisipan dan mempunyai tujuan dan

sebelumnya diawali dengan pertanyaan-pertanyaan informal. Terdapat beberapa

jenis wawancara yang dapat dilakukan pada penelitian dengan metode kualitatif,

diantaranya yaitu wawancara tidak terstruktur, semi terstruktur, percakapan

informal dan wawancara terstruktur (Rachmawati, 2007).

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang mendalam dan

dikolaborasikan dengan teknik wawancara semi terstruktur. Wawancara ini

dilakukan dengan merujuk pada wawancara. Pedoman tersebut digunakan sebagai

panduan dalam melakukan wawacancara, akan tetapi urutan pertanyaan tidak

sama pada setiap partisipan. Berikut ini tahapan alur penelitian yang dilakukan,

yaitu :

a. Tahapan pertama dari penelitian ini adalah pengumpulan data. Tahapan

pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu setelah surat kaji etik keluar

yaitu pada tanggal 2 Maret. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini

berjumlah 6 orang yang sesuai dengan kriteia inklusi penelitian.

b. Peneliti memberikan lembar penjelasan penelitian dan lembar persetujuan

kepada partisipan sebagai tanda kesediaan subjek untuk menjadi partisipan dan

pengisian data pribadi partisipan.


40

c. Peneliti melakukan kontrak waktu dengan partisipan untuk melakukan proses

wawancara.

d. Proses wawancara dilakukan selama kurang lebih 10 hingga 20 menit dan

direkam menggunakan voice recorder. Wawancara dilakukan dengan list

pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti.

e. Hasil wawancara file rekaman tersebut diubah menjadi transkrip dan

kemudian disimpan melalui google drive sebelum diolah dan di analisis.

f. Peneliti berkoonsultasi dengan pembimbing.proses ini dilakukan secara

berulang pada partisipan lainnya hingga mencapai saturasi data.

3.6 Analisa Data dan Keandalan Hasil Penelitian

3.6.1 Analisa Data

Analisa data pada penelitian kualitatif berfokus pada jenis data yang

diambil. Jenis data yang dapat diambil diantaranya yaitu catatan lapangan,hasil

wawancara, video, hasil observasi, dan hasil korespondensi email. Proses analisa

data ini digunakan sebagai jawaban atau kesimpulan dari penelitian yang

dilakukan. Setelah mendapatkan data yang diharapkan peneliti melihat kembali

cataatan dan hasil pengumpulan data dengandetail agar tidak terjadi bias pada

penelitian yang dilakukan (Donsu, 2016).

Analisa data digunakan sebagai hasil dari proses penelitian tentang

karakteristik populasi data. Hhipotesis digunakan sebagai langkah awal dari

proses analisa data untuk pengujian data yang telah didapatkan. Selain sebagai

hasil atau jawaban dari proses penelitian yang dilakukan, analisa data juga sebagai
41

proses penggambaran atau deskripsi data yang sudah didapatkan. Pada penelitian

kualitatif terdapat beberapa proses penelitian yang dilalui diantaranya yaitu

mempersiapkan data, mengorganisasikan data, proses, reduksi, dan memberikan

ringkasan dari penelitian yang dilakukan (Donsu, 2016).Berikut ini tahapan-

tahapan yang dilakukan pada analisa data penelitian ini, yaitu :

a. Peneliti membuat transkrip wawancara dengan mendengarkan seksama dan

teliti setiap kata-kata yang disampaikan oleh partisipan sehingga bisa

mendapatkan pemahaman makna secara keseluruhan dari data partisipan yang

terkumpul.

b. Peneliti meninjau kembali setiap transkrip dengan membaca transkrip secara

berulang-ulang dan memberikan nomor urutan pada kalimat yang dianggap

penting.

c. Peneliti melakukan perumusan makna dengan cara membuat table analisis

yang dimaksudkan agar peneliti mampu mencari intuisi dari pernyataan

infoman.

d. Peneliti melakukan pengelompokan dari pengaturan makna-makna berdasarkan

hasil perumusan yang telah dibuat.

e. Peneliti mengintegrasikan seluruh ide-ide yang muncul dari isi secara

keseluruhan dan lengkap dari gambaran fenomena yang diteliti.

f. Peneliti melakukan validasi denan menyampaikan tema yang muncul kepada

partisipan.
42

3.6.2 Keandalan Hasil Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pendekatakan

naturalistic untuk bisa memahami konteks tertentu pada lingkungan sekitar, dan

peneliti tidak memanipulasi fenomena yang dilakukan penelitian. Penelitian

kualitatif berusaha menggambarkan pengertian tentang individu, kelompok, dan

kejadian yang ada dengan konteks tertenu pada fenomena sosial. Validitas dan

reabilitas pada penelitian kualitatif perlu dilakukan, mengingat instrument utama

dari penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Spektrum konseptualisasi untuk

mengevaluasi hasil dan analisa data dilakukan menggunakan validitas dan

reabilitas pada penelitian kualitatif (Utsman, 2017).

Kredibilitas dipandang sebagai tujuan utama dari penelitian kualitatif yang

mengacu pada keyakinan dan kebenaran data serta interpretasinya. Kredibilitas

dalam penelitian kualitatif melibatkan 2 aspek. Aspek yang pertama yaitu studi

dilakukan dengan cara meningkatkan kepercayaan dari temuan dan menunjukkan

kredibilitas temuan hasil kepada orang lain. Dalam hal ini, peneliti melakukan

rechecking transkip verbatim yang telah ada untuk menilai kesesuaian antara hasil

verbatim. Kemudian peneliti meminta persetujuan dari partisipan yang dikenal

dengan member checking yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian hasil

temuan dengan partisipan

Konsep validitas pada penelitian kualitatif bukanlah merupakan konsep

tunggal, tetap, atau universal, melainkan dari niat metodologi penelitian tertentu.

Akan tetapi pada beberapa peneliti kualitatif, menjelaskan bahwa validitas pada

penelitian tidak perlukan, seiring berjalannya waktu uji validitas sangat diperlukan
43

untuk melakukan evaluasi dari penelitian yang telah dilakukan. Creswell & Miller

(2000) menjelaskan bahwa validitas pada penelitian dipengaruhi oleh persepsi

atau cara pandang peneliti dan tergantung pada paradigma yang dibangun. Upaya

untuk memunculkan makna penelitian dapat dihasilkan melalui evaluasi validitas

dan reabilitas. Gagasan penelitian kualitatif mengacu pada kreadibilitas dan

transferabilitas penelitian (Utsman, 2017).

Reliabilitas atau konsep keandalan dalam penelitian kualitatif merupakan

sebuah konsep yang digunakan untuk pengujian dan mengevaluasi penelitian.

Sebuah studi kualitatif yang baik yaitu yang dapat membantu memahami situasi

yang terjadi. Hal ini sejalan dengan konsep mutu penelitian, dimana keandalan

sangat menentukan dan perlu dilakukannya evaluasi atau pengujian. Tujuan dari

evaluasi kualitas penelitian kualitatif yaitu menjelaskan dan memberikan

pemahaman kepada orang lain hasil penelitian yang dilakukan. Kualitas penelitian

yang dilakukan evaluasi dapat dinilai dengan paradigm penelitian itu sendiri

hingga penelitian yang dilakukan dinilai baik (Utsman, 2017).

Keandalan data yang disajikan dengan beberapa kriteria sehingga penelitian

ini dapat dipercaya validitas dan reabilitasnya, berikut ini beberapa kriteria yang

disajikan yaitu (utami, 2016) :

a. Credibility (Derajat Kepercayaan)

Pada penelitian ini peneliti terlebih dahulu mempersiapkan peningkatan

pengetahuan peneliti dengan membaca beberapa literature serta jurnal-jurnal

terkait. Peneliti juga mempersiapkan diri dengan berlatih melakukan wawancara

agar data yang didapatkan lebih tajam dan lengkap


44

b. Transferbility (Derajat Keteralihan)

Pada penelitian ini agar hasil penelitian dapat diterapkan, maka hasil

penelitian ini harus dituliskan secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Untuk menerapkan kriteria ini peneliti berusaha untuk menuliskan semua temuan

terkait pengalaman partisipan saat proses wawancara.

c. Dependability (Derajat Ketergantungan)

Kriteria penelitian ini dilakukan dengan cara menstabilkan data yang

didapat dari proses pengumpulan data. Kestabilan tersebut didapatkan dengan

cara mengaitkan data penelitian dengan jurnal-jurnal terkait yang sesuai dengan

penelitian yang dilakukan.

d. Confirmability

Kriteria ini adalah objektifitas atau netralitas data, dimana tercapai

persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi data. Peneliti

menunjukkan transkip yang telah dibuat kepada partisipan dan pembimbing.

3.7 Pertimbangan Etika Penelitian

Etika penelitian adalah pertimbangan kritis yang perlu dipertimbangkan

dalam melakukan penelitian. Permasalah etik dapat saja muncul sewaktu-waktu

pada saat melakukan penelitian hingga publikasi dilakukan. Oleh karena itu untuk

menghindari masalah terkait etik yang dapat muncul peneliti harus bisa

mencermati peluang masalah etik dalam setiap tahap penelitian yang dilakukan.

Secara garis etika penelitian terbagi menjadi 2 yaitu etika penelitian pada saat

pengumpulan data dan etika pada saat mempublikasikan hasil penelitian.


45

Dalam hal ini peneliti melakukan uji pada komite etik Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura. Uji etik ini dimaksudkan untuk melindungi hak asasi

dan ksejahteraan subyek penelitian yang bergabung dalam penelitian ini. Komite

etik Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungura telah mengeluarkan surat

keterangan lolos kaji etik (Ethical-Clearence) dengan nomor 1531

/UN22.9/PG/2022. Dengan telah keluarnya surat lolos kaji etik (Ethical-

Clearence) maka penelitian ini bisa dilanjutkan dan dinyatakan terbebas dari

permasalahan etik yang munkin muncul selama penelitian berlangsung.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini peneliti berusaha untuk memaparkan data dan hasil penelitian

dengan judul “Studi Fenemenologi Pengalaman Keyakinan Diri Terhadap

Penyembuhan Covid-19 Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas

Tanjungpura”. Penelitian ini dilakukan pada enam partisipan yang merupakan

mahasiswa keperawatan Universitas Tanjungpura. Peneliti menemukan sebanyak

4 tema terindetifikasi dari tematik analisis yaitu :

4.1 Paparan Corona Virus Disease (Covid-19)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tema pertama ini terdiri dari

tiga kategori yaitu :

4.1.1 Cara Terpapar Covid-19

Kategori pertama dari tema ini adalah cara terpapar Covid-19 yang

partisipan rasakan. Pada kategori ini peneliti mencari informasi kepada partisipan

bagaimana partisipan bisa terpapar Covid-19 sebelum diharuskan untuk

melakukan isolasi mandiri. Empat dari enam partisipan yang dilakukan

wawancara menyatakan bahwa partisipan bisa terpapar Covid-19 karena

berkunjung ketempat yang ramai saat situasi pandemi. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan yang dikeluarkan oleh partisipan saat dilakukan proses wawancara,

yaitu :

“,,, Kalau mau keluar langsung ke tempat ramai…” (P1)

46
47

“…Aku terpaparnye habis acara nikahan kakak aku” (P6)

Adapun salah satu partisipan menyatakan bahwa ia bisa terpapar karena

mengikuti banyak kegiatan. Hal tersebut dapat diliat pada pernyataan berikut ini :

“…Kami kan baanyak ikut kegiatan…” (P4)

Salah satu partisipan menyatakan bahwa ia bisa terpapar Covid-19, karena

berpergian jauh. Hal itu dapat dilihat pada pernyataan berikut ini :

“Jadi tuh mungkin kamek kenaknye tuh gare-gare pergi jauh lah…” (P5)

4.1.2 Waktu Terpapar Covid-19

Kategori kedua pada tema ini menyatakan kapan partisipan bisa terpapar

Covid-19. Pada kategori ini peneliti berusaha mencari data dan informasi secara

mendalam mengenai waktu mereka bisa terpapar Covid-19. Tujuan dari data

waktu partisipan bisa terpapar Covid-19 adalah untuk mendukung apakah pada

saat itu terdapat sebuah acara atau kegiatan sehingga bisa ,mendukung pada

kategori yang pertama. Dua dari enam partisipan menyatakan bah mereka terpapar

pada Bulan Mei, yang dimana bulan tersebut bertepatan dengan hari raya lebaran.

Hal itu dilihat pada pernyataan partisipan berikut ini :

“…Kire-kire kenak Covid tuh habis lebaran sekitar tanggal 31 Mei tahun

lalu” (P5)

“…Kire-kire Mei atau Juni gitulah…” (P4)

Salah seorang partisipan menyatakan bahwa ia bisa terpapar saat melakukan

perkuliahan saat luring. Hal itu dapat dilihat pada pernyataan berikut ini :

“Kalau aku ndak salah ingat itu pas kite lagi ee lab luring di kampus Bulan

Maret ndak salah…” (P1)


48

Dua dari enam pernyataan partisipan menyatakan bahwa mereka terpapar

Covid-19 saat ,menghadiri sebuah acara. Hal tersebut dapat dilihat pada

pernyataan berikut ini :

“Kayaknye antara Bulan September atau Oktober gitu…” (P3)

“…Bulan Desember 2020 sih…” (P6)

4.1.3 Tanda dan Gejala Covid-19

Kategori ketiga pada tema ini mengenai bagaimana tanda dan gejala yang

dirasakan partisipan sebelum diharuskan melakukan isolasi mandiri. Dari enam

partisipan yang dilakukan wawancara empat partisipan menyatakan bahwa

mereka kehilangan penciuman atau anosmia sebelum terdiagnosa Covid-19. Hal

itu dapat dilihat dari pernyataan berikut ini :

“…Hari kelima demam aku udah turun tapi aku kehilangan penciuma” (P2)

“…Penciuman hilang, makan ndka bise…” (P3)

Lima dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka merasakan demam

sebelum terdiagnosa Covid-19. Berikut ini beberapa pernyataan dari partisipan ,

dimana mereka merasakan demam, yaitu :

“…Terus ada demam juga sih…” (P6)

“…Terus rasa demam juga” (P1)

Tanda dan gejala lain yang dirasakan dari partisipan diantaranya yaitu

tidak enak badan dan merasa pegal-pegal. Hal tersebut dapat dilihat dari 3 dari 6

partisipan, berikut ini peryantaan tersebut :

“Badan aku ndak enak sekali kayak sakit badan…” (P1)

“…Pokoknye badan tuh pegal-pegal…” (P3)


49

“…kamek tuh ngerasa kayak pulang jelajah, pegal-pegal…” (P5)

Adapun tanda dan gejala yang terakhir yang banyak dirasakan oleh

partisipan adalah sakit tenggorokan. Dua dari enam partisipan menyatakan bahwa

mereka merasakan sakit tenggorokan saat terdiagnosa Covid-19. Hal itu dapat

dilihat dari pernyataan berikut ini :

“…Sempat ngherasain sakit tenggorokan…” (P4)

…Sakit tenggorokan gitu aja sih ki…” (P6)

4.2 Strategi Peningkatan Keyakinan Diri

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan pada tema kedua terdapat tiga

kategori, yaitu :

4.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Kategori pertama dalam tema ini adalah pemenuhan kebutuhan sehari-hari

partisipan. Pada kategori ini peneliti beruaha mencari tau lebih dalam bagaimana

partisipan bisa memenuhi kebuhan sehari-harinya saat melakukan isolasi mandiri.

Dua dari enam partisipan menyatakan bahwa dalam memenuhi kebuuhan sehhari-

hari dibantu oleh teman-teman yang bersedia membantu. Hal itu dapat dilihat dari

pernyataan berikut ini :

“…Minta bantu ke teman-eman yang sekiranya bisa bantu…” (P1)

“…Untuk kebutuhan sehari-hari sih kawan karne nginap tempat die” (P4)

Selain dibantu oleh teman-teman dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari,

dua diantara enam partisipan juga meminta bantuan kepada tetangga dalam
50

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berikut ini adalah pernyataan dari partisipan

tersebut, yaitu :

“..Ada satu orang jak sih yang mau negur sama belanjain…” (P5)

“…Mereka juga baik kok kayak nganterin makanan…” (P6)

Adapun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari terkadang keluarga

partisipan yang tidak memiliki gejala untuk pergi keluar. Hal itu dapat dilihat dari

dua diantara enam partisipan yang menyatakan hal tersebut. Berikut ini

peryantaan mengenai hal tersebut, yaitu :

“…Bapak yang keluar langsung stok banyak untuk selama isoman” (P2)

“Kalau untuk belanje sehari-hari sih adek…” (P3)

4.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Informasi

Kategori yang kedua dari tema ini adalah bagaimana partisipan dapat

memenuhi kebutuhan informasi terkait hal-hal yang perlu dilakukan selama isolasi

mandiri. Beberapa partisipan mendapatkan informasi tersebut di internet melalui

youtube. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari partisipan pertama yaitu :

“Kalau info-info kayak treatment dan lain sebagianya tuh aku tau dari

internet karne pemerintahkan gencar gitu kan kayka buat video, poster di

youtube” (P1)

Selain mengakses dari internert, beberapa partisipan memilih untuk

mendapatkan informasi terkait Covid-19 dari panduan-panduan yang di terbitkan

oleh Kemenkes. Dua dari dari enam partisipan, menyatakan hal tersebut. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataan berikut ini :


51

“Kalau untuk menghadapi isolasi mandiri kemarin cobe bace beberape

panduan” (P2)

“…Kan banyak panduan –panduan dari web Kemenkes” (P6)

Adapaun dua dari enam partisipan juga menyatakan bahwa paparan

informasi tersebut didapatkan dari sosial media. Hal itu dapat dilihat dari

pernyataan berikut ini :

“…Kan biasenye kayak di IG tuh kan ade yang lewat-lewat terkait gejala

Covid-19…” (P3)

“Karne udah banyak juga kan di sosmed informasi terkait Covid-19” (P4)

4.2.3 Mekanisme Koping

Kategori terakhir pada tema dua adalah mekanisme koping dari partisipan

saat melakukan isolasi mandiri. Pada kategori ini peneliti berusaha mencari tau

bagaimana partisipan bisa mengalihkan pikiran negatif akan masalah yang

dihadapinya saat melakukan isolasi mandiri. Dua dari enam partisipan

mengatakan bahwa mereka mengalihkan pikirannya dengan mengikuti kegiatan

secara online. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan berikut ini :

“… Aku kemarin ade kegiatan kan jadi sarana aku buat ngibur diri…” (P2)

“…Dengan rapat kegiatan walaupun online…” (P4)

Selain dengan mengikuti kegiatan, beberapa partisipan melakukan hal-hal

yang disenangi untuk mengalihkan pikiran mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari

pernyataan tiga dari enam partisipan, yaitu :

“Kalau aku lebih ke main game saSme nonto youtube sih…” (P1)

“Paligan tidur, scroll tiktok ig, same nonton drakor…” (P3)


52

4.3 Faktor-faktor Keyakinan Diri

Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa tema ini

memiliki empat kategori, yaitu :

4.3.1 Dukungan Lingkungan Sekitar

Kategori yang pertama pada tema ini adalah dukungan dari lingkungan

sekitar. Dukungan sekitar yang dimaksud pada kategori ini adalah dukungan dari

keluarga, teman, dan tetangga sekitat. Temuan hasil penelitian ini menyatakan

bahwa dukungan tersebut berpengaruh dalam peningkatan keyakinan diri

seseorang. Dua dari partisipan menyatakan bahwa keluarga sangat berpengaruh

bagi partisipan saat melakukan proses isolasi mandiri. Berikut ini pernyataan dari

partisipan, yaitu :

“kalau dari keluarge sendiri karne memang semue positif yee jadi lebih

same-same menguatkan sih…” (P2)

“lebih ke mamak sih yang ngerawat semuenye, karne mamak yang ndak

terlalu parah…” (P3)

Beberapa partisipan melakukan proses isolasi mandiri tidak berada di

kampuung halamannya dan berada jauh dari keluarga. Dua dari enam partisipan

menyatakan bahwa selama melakukan isolasi mandiri dukungan teman sangat

berpengaruh saat partisipan melakukan proses isolasi mandiri. Berikut ini

pernyataan dari partisipan, yaitu :

“…teman-teman lebih ke menyemangati sih kayak cepat sembuhu yaa,

mereka lebih support…minta bantu teman-teman yang sekiranya bisa bantu

buat Menuhin kebutuhan pribadi…” (P1)


53

“Alhamdulilah dari teman-teman dekat semue support bang…untuk beli

sehari-hari mungkin minta tolong teman…” (P4)

Dengan diharuskan melakukan isolasi mandiri dan keterbatasan untuk bisa

keluar dari rumah, beberapa partisipan juga dibantu oleh tetangga sekitarnya.

Dukungan ini diberikan kepada dua dari enam partisipan yang ada. Berikut ini

pernyataan dari partisipan tersebut, yaitu :

“…Tapi ada sih tetangga nanya gimane kondisi bapak. Kita pun nda

dikucilkan… ada 1 orang jak sih yang negur same mau bantu belanjain”

(P5)

“… senengnya tuh dari tetangga sekeliling kayak peduli gitu lohh.” (P6)

4.3.2 Motivasi

Kategori kedua merupakan motivasi saat melakukan isolasi mandiri. Pada

kategori ini peneliti berusaha mencari informasi apa saja atau siapa yang menjadi

motivasi bagi partisipan untuk bisa melewati masa isolasi mandiri. Empat diantara

enam partisipan menyatakan bahwa keluarga menjadi motivasi untuk bisa

melewati masa isolasi mandiri. Berikut ini peryantaan dari partisipan mengenai

keluarga yang menjadi motivasi untuk bisa sembuh yaitu :

“…Kalau motivasi luar sih mungkin orang tua sih…” (P1)

“ …Kalau untuk motivasi untuk sembuh dan lain sebagainye tetap keluarga

bang, karne ndak pengen orang tue dikampung khawatir” (P4)

Beberapa partisipan juga memotivasi dirinya dengan keyakinan dan

semangat untuk bisa sembuh dan melewati masa isolasi mandiri. Hal tersebut

dapat dilhat dari pernyataan dua dari enam partisipan, diantaranya yaitu :
54

“…Aku harus nerima aku positif yang penting aku bise ngelewatinnye dan

ndak boleh pasrah…” (P2)

“Motivasi kamej,semangat jakla hahah…” (P5)

4.3.3 Harapan

Kategori yang ketiga adalah harapan setelah melakukan isolasi mandiri.

Pada kategori ini peneliti berusaha mencari tau lebih dalam terkait harapan,

apakah terdapat perubahan pola pikir, atau suatu keinginan yang belum tercapai.

Lima dari enam partisipan keinginan terbesarnya adalah ingin segera sembuh dan

melewati masa isolasi mandiri dengan cepat. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan

berikut ini :

“Kalau harapan terbesar bise ngelewatin masa isolasi mandiri lebih cepat…”

(P1)

“Harapan aku sembuh jak si, karne ape kan dikurung terus” (P5)

Selain keinginan untuk cepat sembuh terdapat satu partisipan untuk bisa

keluar rumah karne rasa jenuh yang dialami. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan

berikut ini :

“… Kalau aku sembuh aku pengen keluar hirup udara segar…” (P2)

4.3.4 Tingkat Pengetahuan

Pada kategori keempat ini memaparkan bahwa tingkat pengetahuan

berpengaruh kepada seseorang saat melakukan isolasi mandiri. Tiga dari enam

partisipan menyatakan bahwa latar belakang sebagai mahasiswa meningkatkan

keyakinan diri partisipan selama melakukan proses isolasi mandiri. Latar belakang

sebagai mahasiswa kesehatan mempermudah partisipan untuk melakukan


55

tindakan apa yang harus dilakukan selama melakukan isolasi mandiri. Berikut ini

beberapa pernyataan dari partisipan, yaitu :

“…karne pengetahuan aku tuh lebih banyaklah karnakan aku bisa dibilang

mahasiswa kesehatan jadi aku juga paham ape-ape yang harus aku

lakukan…” (P1)

“…aku sendiri mahasiswa kesehatan jadi tau gitu ape-ape langkah yang

harus aku lakukan untuk mengatasi gejala-gejalanye jadi aku ndak terlalu

panik.” (P2)

Paparan informasi yang beredar juga dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang dan mempermudah dalam meningkatkan keyakinan diri seseorang. Dua

dari enam partisipan mengatakan bahwa paparan informasi yang mereka dapatkan

beperngaruh dalam peningkatan pengetahuan partisipan. Berikut ini penyataan

partisipan, yaitu :

“…benar-benar cari informasi dari situ sih buat ningkatkan pengetahuan

buat isolasi mandiri.” (P4)

“keyakinan diri aku kemarin tuh paparan informasi sih ki...” (P6)

4.4 Hambatan Peningkatan Keyakinan Diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa padatema keempat ini menghasilkan

tiga kategori, adapun ketiga kategori tersebut adalah :

4.4.1 Perubahan Kondisi Fisik

Pada kategori pertama ini memaparkan bahwa kondisi fisik menjadi salah

satu faktor penghambat dan penurun keyakinan diri dari partisipan. Empat dari
56

enam partisipan menyatakan bahwa perubahan kondisi fisiknya mempengaruhi

kecemasan partisipan. Berikut ini pernyataan dari partisipan tersebut :

“… Isoolasi mandiri udah jalan 2 minggu tapi kok gejalanya masih belum

hilang… jadi penciuman aku nih ndak kembali dan indra pengecap aku ndak

kembali…” (P1)

“Yee mempengaruhi sih kan demam same pusing tuh” (P3)

“Anosmia ki, karena kemarin tuh benar-benar cemas gitu loh ki…” (P6)

Parisipan lima menyatakan bahwa ia merasakan penurunan konsentrasi saat

melakukan isolasi mandiri. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan partisipan

lima berikut ini :

“…Kamek ngerasa penurunan konsentrasi…” (P5)

4.4.2 Stresor

Kategori kedua dari tema ini adalah apa yang menjadi stresor partisipan saat

melakukan isolasi mandiri. Empat dari enam partisipan menngatakan bahwa

mereka merasakan stres dikarenakan tugas saat perkuliahan. Hal itu dapat dilihat

dari pernyataan berikut ini :

“…Seharian ngadap laptop nah stres juga nambah mane tugas banyak” (P3)

“Selain itu kemarin aku juga iku PKM dengan dosen, jadi tugas agak

banyak gitu. Nah jadi pas kemarin tuh udahlah demam pusing terus banyak

deadline jadi agak stres gitu…” (P6)

Salah satu partisipan juga manyatakan bahwa anggota keluarga yang sakit

juga menjadi salah satu stresornya. Hal itu dapat dilihat pada pernyataan

partisipan lima berikut ini :


57

“…Kan, ngurusin bapak kamek, kuliah persentasi juga…” (P5)

Dua dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka memiliki kecemasan

terhadap efek yang berkepanjangan dan gejala yang tidak kembali normal.

Berikut ini penyataan dari partisipan tersebut :

:…Terus mungkin agak cemas takut penciuman tuh lama kembalinye. Itu

sih momen yang agak depress…” (P2)

“…Takut ada efek yang berkepanjangan… banyak tanggung jawab di

organisasi…” (P4)

4.4.3 Interaksi dan Komunikasi

Kategori yang terakhir ini merupakan salah satu faktor yang menghambat

peningkatan keyakinan diri pada partisipan. Tiga dari enam partisipan menyatakan

bahwa interaksi menjadi salah satu faktor penghambat untuk melakukan isolasi

mandiri. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan berikut ini :

“..Ndak bise dekat-dekat aku lagi dan mau interaksi pun susah…” (P1)

“…Susah buat akses kemane-mane, terus buat komunikasi juga agak susah

karne kan banyak kegiatan…” (P4)


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Interpretasi Hasil Penelitian

Temuan dalam penelitian ini mendapatkan empat tema yang berkolerasi

dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui gambaran keyakinan diri mahasiswa

keperawatan saat melakukan isolasi mandiri. Berikut ini keempat tema hasil

temuan penelitian ini, yaitu :

5.1.1 Paparan Corona Virus disease (Covid-19)

Pada penelitian kali ini ditemukan tiga kategori yang mendasari bagaimana

paparan Covid-19 yang terjadi pada partisipan. Ketiga kategori terebut adalah

bagaimana partisipan bisa terpapar Covid-19, waktu dari partisipan saat terpapar

Covid-19, dan tanda dan gejala yang dialami oleh partisipan saat terpapar Covid-

19. Pada kategori pertama didapatkan bahwa partisipan bisa terpapar saat pergi ke

suatu tempat yang ramai dengan kerumunan dengan tingkat protokol yang

rendahh. Selain itu beberapa partisipan menyatakan bahwa mereka terpapar

Covid-19 saat melakukan perjalanan jauh yang dimana saat era pandemi saat ini

harus mengurangi untuk melakukan perjalanan yang jauh.

Corona Virus Disease atau yang biasa dikenal dengan Covid-19 merupakan

penyakit yang menyerang saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe

Acute Respiratory Coronavirus 2 (SARS CoV-2) (Kemenkes RI, 2020b)..

58
59

Saat ini masyarakat seolah meremehkan penyakit tersebut dan mulai kendor

dalam menjalankan protokol kesehatan yang seharusnya di jalankan seperti

berpergian ketempat jauh dan ketempat yang penuh dengan kerumunan orang. Hal

tersebut sesuai dari hasil penelitian bahwa lima dari enam partisipan terpapar

Covid-19 saat berada ditempat yang penuh dengan kerumunan orang.

Penyebaran virus Covid-19 atau SARS CoV-2 dapat menyebar dengan

beberapa tranmisi diantaranya tranmisi kontak (Droplet), transmisi udara

(Airborne), dan tranmisi fomit. Penyebaran virus tersebut akan lebih mudah dan

lebih cepat apabila pada suatu kondisi yang ramai dengan kerumunan orang.

Transmisi droplet saluran napas dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak

erat (berada dalam jarak 1 meter) dengan orang terinfeksi yang mengalami gejala-

gejala pernapasan; dalam keadaan-keadaan ini, droplet saluran napas yang

mengandung virus dapat mencapai mulut, hidung, mata orang yang rentan dan

dapat menimbulkan infeksi (WHO, 2020).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prayitno et al., 2021) bahwa

virus Covid-19 dapat menyebar melalui transmisi udara atau yang disebut dengan

airborne. Penularan melalui transmisi ini mungkin biasanya ditemukan pada

fasilitas kesehatan. Proses penyebaran ini memerlukan proporsi yang cukup

antara jumlah aeorosol dan jumlah dari virus SARS CoV-2. Proporsi droplet

nuclei yang diembuskan atau proporsi droplet saluran napas yang menghasilkan

aerosol, serta dosis SARS-CoV-2 hidup yang diperlukan untuk menyebabkan

infeksi pada orang lain (WHO, 2020). Pada kondisi dengan kerumunan orang

yang berada pada ruangan tertutup/indoor yang padat, dipikirkan kemungkinan


60

terdapatnya transmisi secara aerosol atau airborne, kombinasi dengan transmisi

droplet (PDPI, 2020).

Sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, temuan pada

penelitian kali ini juga mendapatkan bahwa partisipan yang terpapar disebabkan

oleh penyebaran virus pada suatu kegiatan yang ramai. Dimana memang pada saat

kondisi ramai dan padat partisipan tidak bisa memastikan bahwa setiap orang

yang berada disana terjamin kesehatannya. Untuk itu, dalam meminimalisir atau

mencegah penyebaran virus Covid-19, sebaiknya untuk menghindar atau

menjauhi tempat yang ramai. Sepeti yang diketahui bahwa virus Covid-19 dapat

menyebar dengan cara airbone dan droplet. Perjalanan yang jauh juga dapat

menjadi salah satu faktor menybarnya virus Covid-19. Hal itu disebabkan

sepanjang perjalanan yang dilalui kita tidak dapat memastikan keamanan protokol

pada suatu daerah, bisa saja daerah yang dilewati merupakan daerah dengan

tingkat kejadian Covid-19 yang tinggi.

Temuan kedua dari kategori dikatakan bahwa partisipan terpapar pada saat

waktu-waktu yang dimana terdapat sebuah perayaan besar atau terdapat sebuah

kegiatan yang memungkinkan terjadinya kerumunan. Kelonggaran dalam

pelaksanaan protokol kesehatan terjadi karena masyarakat menganggap bahwa

pada saat itu sudah terjadi penurunan dari kasus Covid-19. Mudik menjadi sebuah

tradisi bagi masyarakat Indonesia pada saat perayaan hari raya Idul Fitri. Akan

tetapi dengan situasi pandemi saat ini dan presiden Joko Widodo, menerapkan

sebuah aturan untuk larangan mudik demi mencegah tingginya kasus Covid-19.

Larangan tersebut diatur dalam kebijakan Menteri Perhubungan dalam


61

Permenhub No. 25 Tahun 2020 (Rahayu, et al, 2021). Tercatat data dari Satgas

Covid-19 di Indonesia bahwa terjadi peningkatan kasus selama liburan lebaraan

sebesar 15,1 %, dimana 21 Provinsi terjadi kenaikan angka kasus Covid-19

(Satgas Covid-19 RI, 2021).

Tercatat pada tanggal 24 Juni 2021 Indonesia juga mengalami gelombang

kedua, dimana kasus Covid-19 mencapai 207. 685 kasus dengan peningkatan

sebesar 9,82% atau sekitar 21. 342 kasus (Satgas Covid-19, 2021).Peningkatan

kasus tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan dimana empat dari enam

partisipan mengalami Covid-19 pada tahun 2021. Temuan hasil penelitian

menyatakan bahwa partisipan yang terpapar Covid-19 tersebut, mengalami

beberapa tanda dan gejala yang sama diantaranya yaitu kehilangan penciuman,

demam, badan terasa pegal-pegal dan sakit. (Levani, et al, 2021) dalam jurnalnya

mnyatakan bahwa gejala umum dari awal dari Covid-19 adalah demam,

kelelahan, atau myalgia, dan batuk kering. Kemenkes RI dalam buku penanganan

Covid-19 membagi tandadan gejala dari Covid-19 kedalam 6 jenis, yaitu

Uncomplicated illness, pneumonia ringan, pneumonia berat, Acute Respiratory

Distress Syndrome (ARDS), sepsis, dan syok septik (Kemenkes RI, 2020d).

Penentuan seseorang terdiagnosa Covid-19 terdapat tiga tanda dan gejala

yang merujuk pada WHO dan buku pedoman penatalaksanaan Covid-19. Tiga

tanda dan gejala tersebut adalah demam, batuk keting, dan sulit bernafas atau

sesak. Apabila terjadi tiga gejala tersebut maka seseorang harus bisa untuk

melakukan pengecekan seperti swab PCR sebagai sebuah test diagnostik yang

digunakan. Kemudian ketiga gejala tersebut akan diperkuat dengan tanda dan
62

gejala lainnya seperti nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare, dan batuk berdarah.

Akan tetapi gejala tambahan tersebut tidak semuanya dirasakan oleh individu

yang terpapar Covid-19 (Hidayani, 2020). Sehingga perlu adanya kesadaran diri

dalam menjaga protokol kesehatan dan pemahaman terakait tanda dan gejala dari

Covid-19. Hal tersebut dilakukan agar penyebaran daru Covid-19 dapat ditekan

dengan kesadaran tiap-tiap individu.

5.1.2 Strategi Peningkatan Keyakinan Diri

Hasil temuan dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan bahwa pada

tea ini terdapat tiga kategori. Ketiga kategori tersebut merupakan strtaegi yang

dilakukan oleh partisipan untuk meningkatkan keyakinan diri selama melakukan

proses isolasi mandiri. Ketiga kategori tersebut adalah strategi dalam pemenuhan

kebutuhan dasar sehari-hari, sstrategi pemenuhan kebutuhan informasi, dan

mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan saat melakukan proses isolasi

mandiri. Pada kategori pertama ditemukan bahwa terdapat hambatan partisipan

untuk memenuhi kebutuhan dasar, sehingga memerlukan bantuan lingkungan

sekitar partisipan.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia memiliki berbagai macam kebutuhan

yang harus dipenuhi. Kebutuhan manusia merupakan hal-hal yang harus tercapai

dalam mencapai keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan

untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. (Kasiati, 2016). Berdasarkan

temuan penelitian, partisipan menyatakan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan

dasar menjadi terhambat karena adanya proses isolasi mandiri yang dijalani, akan

tetapi dalam teori maslow menjelaskan bahwa kebutuhan sehari-hari manusia


63

termasuk kedalam kebutuhan yang paling dasar dan harus dipeuhi agar fisiologis

manusia tidak terjadi gangguan (Ghaidan et al., 2022).

Banyaknya peraturan yang membatasi aktivitas manusia untuk bisa

memenuhi kebutuhan dasarnya menjadikan manusia memiliki stresor tersendiri.

Untuk itu, dalam pemennuhan kebutuhan dasar manusia memerlukan adanya

bantuan dari lingkungan sekitar agar kebutuhan dasar yang diperlukan tidak

terhambat (Ghaidan et al., 2022). Manusia juga dikenal sebagai mahluk yang

utuh. Sebagai makhluk yang utuh secara sosial, manusia perlu hidup bersama

orang lain, saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup,

mudah dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk bertingkah laku sesuai

dengan harapan dan norma yang ada (Kasiati, 2016). Sejalan dengan penelitian

(Kasiati, 2016) lima dari enam partisipan mengatakan hal yang sama, dimana

dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka dibantu oleh tetangga sekitar.

Pada kategori yang kedua ditemukan bahwa paparan informasi yang

ditemukan sangat membantu dalam pelaksanaan proses isolasi mandiri. Dalam

mencapai aktuliasasi yang tinggi atau kesehatan yang diinginkan manusia tidak

luput dari paparan informasi. Sejalan dengan teori pengguna (Uses) Isi media

dalam pemenuhan (Gratification) atas kebutuhan seseorang menjelaskan bahwa

paparan informasi yang digunakan melalui media tersebut digunakan dalam

bidang komunikasi, dimana pengguna media dianggap sebagai orang yang

aktif serta selektif dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti yang diketahui

bahwa pandemi Covid-19 selain menimbulkan gangguan kesehatan juga


64

menimbulkan sebuah krisis informasi, sehingga perlu adanya sebuah filter untuk

menyaring informasi yang ada (Tutiasri, et al, 2020).

Kebutuhan informasi akan timbul ketika pengetahuan yang dimiliki

seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk

mencari sebuah informasi tambahan. Masyarakat akan cenderung tidak ingin

tertinggal akan informasi ini karena kekhawatiran mereka dengan keadaan yang

tidak pasti ini. Informasi yang dirasa kurang ini dapat menciptakan perasaan

kekhawatiran jika terjadi secara terus menerus. Kemampuan perlu diperbaharui

untuk dapat beradaptasi dan informasi perlu ditambah agar dapat mengetahui apa

yang perlu dilakukan di masa pandemi ini (Hammadi, 2021). Hal tersebut sejalan

dengan temuan penelitian, dimana partisipan mencari informasi-informasi terkiat

bagaimana tatacara pelaksanaan informasi mandiri pada buku panduan yang ada.

Mekanisme koping yang dilakukan oleh partisipan untuk membantu

mengatasi berbagai tekanan dan stresor yang dihadapi partisipan saat melakukan

proses isolasi mandiri. Mekanisme koping dibutuhkan untuk memotivasi diri

sendiri selama masa pandemi Covid-19. Koping menjadi hal penting dalam

menentukan respon yang dapat muncul apakah adaptif atau maladaptif dari setiap

kehidupan individu. Kematangan seseorang akan mempengaruhi kemampuan

mekanisme koping seseorang sehingga stresor terhadap suatu masalah menurun

dan kemampuan adaptasi yang lebih besar terhadap suatu masalah (Muthia et al,

2021).

Kemampuan menyesuaikan diri pada saat pandemi Covid-19 akan

mengakibatkan kualitas hidup yang lebih baik sehingga menurunkan


65

kemungkinan untuk terpapar dari Covid-19 (Sitorus and Barus, 2018). Beberapa

strategi tersebut dapat diterapkan saat proses isolasi mandiri. Dengan kebutuhan

dasar yang tercukupi maka kondisi fisik seseorang akan jauh lebih baik. Selain itu

kebutuhan informasi juga harus diiringi agar sejalan dengan kebutuhan lainnya.

Jika kedua kebutuhan tersebut terpenuhi maka seseorang yang melakukan proses

isolasi mandiri akan lebih mudah untuk mencapai aktualisasi diri atau keyakinan

diri yang baik. Sejalan dengan teori 5 kebutuhan maslow bahwa dalam mencapai

aktualisasi diri perlu adanya komponen-komponen lain yang mendukung.

(Hasanah and Haziz, 2021).

Dalam mencapai suatu kesehatan atau tingkat keyakinan diri yang tinggi

perlu adanya faktor-faktor pendukung agar keyakinan diri dapat meningkat

dengan baik. Untuk itu perlu adanya strategi tersendiri bagi setiap orang agar

dapat mempermudah proses isolasi mandiri yang dilakukan. Hambatan yang

terjadi saat melakukan proses isolasi mandiri bukanlah sebuah halangan untuk

bisa terus melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan. Akan tetapi

saat melakukan proses isolasi mandiri perlu adanya strategi agar hambatan yang

ada dapat diminimalisir agar proses isolasi mandiri dapat berjalan dengan mudah.

Hambatan yang dapat diatasi dengan mudah akan meningkatkan tingkat

kepercayaan diri untuk bisa sembuh dari Covid-19.

5.1.3 Faktor-faktor Keyakinan Diri

Hasil temuan penelitian yang sudah dilakukan didapatkan bahwa terdapat

beberapa faktor yang yang berpengaruh keyakinan diri seseorang. Keempat faktor

tersebut adalah dukungan dari lingkungan sekitar, harapan, motivasi dan tingkat
66

pengetahuan seseorang. Dukungan dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh

dalam keyakinan diri seseorang. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar

sangat diperlukan dan menjadi faktor utama dalam menjalani proses isolasi

mandiri. Selain itu, disamping pelayanan medis yang masih sangat dibutuhkan

seseorang yang terpapar Covid-19 untuk mempertahankan kesehatannya, mereka

juga membutuhkan serangkaian pelayanan lain seperti dukungan psikososial

dalam menghadapi situasi isolasi mandiri yang dijalaninya (Rahakbauw, 2018).

Dukungan psikososial terhadap seseorang bisa saja muncul dari mana saja,

akan tetapi fokus utama dalam memberikan dukungan adalah keluarga. Fungsi

keluarga selalu terbentuk dalam relasi antar anggota keluarga yang memiliki

pengaruh kuat bagi anggota-anggotanya, baik secara psikis maupun fisik. Pola

kekeluargaan manusia sebagian ditentukan oleh tugas khusus yang dibebankan

kepadanya. Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggung

jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Pada saat

sebuah lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting,

keluarganya tentu berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkan

kemampuan berbicara dan menjalankan banyak fungsi sosial (Rahakbauw, 2018)..

Temuan hasil penelitian menjelaskan bahwa partisipann mendapatkan

dukungan dan motivasi dari keluarga. Dukungan terebut tidak hanya berupa

dukungan psikologis. sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Oktaviani &

Jannah, 2019) keluarga berperan dalam kesuksesan seseorang dalam menjalani

proses isolasi mandiri. Peran keluarga yang bersifat menghibur dan sebagai

penguat perilaku yang mengarahkan keyakinan bahwa individu merasa dicintai


67

dan dihargai. Keluarga dapat memberikan sebuah tindakan dan penerimaan

terhadap setiap anggota keluarga yang terpapar suatu penyakit atau memiliki suatu

masalah. Dukungan yang dimaksud dapat bersifat memberikan bantuan dan

pertolongan jika ada yang membutuhkan.

Selain dari dukungan keluarga teman-teman juga berperngaruh dalam

memberikan dukungan dan motivasi bagi individu yang terpapar Covid-19.

Dukungan sosial, emosional dan dukungan informasi perlu diberikan terlebih lagi

disituasi pandemi seperti saat ini. Dukungan dari teman-teman dan lingkungan

sosial dapat diartikan sebagai kenyamanan, kepedulian, penghargaan, atau

bantuan nyata yang diberikan kepada seseorang (Putra & Susilawati, 2018).

Kedekatan dengan teman-teman sekitar akan memberikan dampak terhadap gaya

hidup dan perilaku yang dilakukan seseorang dalam melakukan isolasi mandiri.

Dalam keadaan dan situasi pandemi seperti ini, peran dari teman kan memberikan

dukungan dan sebagai pengingat dalam melaksanakan protokol kesehatan serta

perilaku penanganan isolasi mandiri. Hubungan yang baik dengan teman-teman

dalam situasi yang sulit juga dapat meningkatkan tingkat dukungan dan

kesejahteraan dari seseorang (Nurul et al, 2020).

Dengan adanya dukungan dari lingkungan sekitar seseorang akan merasa

dihargai dan merasa dibutuhkan. Dengan adanya perasaan tersebut akan

meningkatkan pengharapan dan motivasi seseorang. Harapan dan motivasi

merupakan langkah awal dari terbentuknya keyakinan diri yang baik sehingga

dalam menjalankan perawatan seorang individu berpikiran positif dan memiliki

keinginan untuk sembuh (Puspitasari & Azis, 2017). Motivasi awal ini akan
68

merubah cara pandang seseorang terhadap sesuatu, dalam hal ini penyembuhan

terhadap Covid-19. Seseorang akan memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi

perubahan sikap dan kepatuhan terhadap perawatan yang dilakukan. Pola perilaku

yang adaptif akan terbentuk seiring dengan meningkatnya keyakinan diri (Klassen

& Klassen, 2018).

Motivasi yang baik akan menimbulkan pengharapan yang baik untuk bisa

pulih atau untuk bisa sembuh dari suatu penyakit yang diderita. Harapan dapat

menjadi suatu kekuatan untuk bisa bersama melewati masa-masa yang sulit dalam

hal ini adalah masa isolasi mandiri. Dengan motivasi yang baik, harapan akan

menjadi suatu realitas, dimana situasi yang sulit dengan berbagai tantangan dan

hambatan mampu untuk bisa diatasi. (Yohanes, 2016). Harapan pada saat

melakukan proses isolasi mandiri lebih kearah untuk sembuh dan pulih dari

Covid-19. Harapan tersebut merupakan hasil proses kognitif seseorang atau pola

pikir dari seseorang yang diiringi dengan motivasi kuat agar kesembuhan dapat

dicapai dengan lebih cepat. (Jannah,et al , 2020).

Selain itu, tingkat pengetahuan seseorang juga berpengaruh dalam

keyakinan diri seseorang. Aktivtias perawatan yang dilakukan oleh seseorang

akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang. Akvitias perawatan yang dilakukan

akan didasari oleh pemikiran yang didapatkan oleh seseorang, yang kemudian

akan memberikan arahan terkait perawatan yang dil;akukan. Pengetahuan

seseorang bisa saja didapatkan dari latar belakang seseorang seperti tingkat

pendidikan dan pekerjaan. Akan tetapi pengetahuan seseorang tidak saja didasari

oleh latar belakangnya, bisa saja seseorang memiliki kemampuan pegetahuan


69

yang mumpuni dari pengalaman yang seorang individu dapatkan. Dalam

mencapai sebuah keyakinan diri yang baik seseorang akan berusaha untuk

mencari sebuah informasi untuk dapat meningkatkan pengetahuannya (Herawati

and Purwanti, 2018).

Dukungan dari lingkungan sekitar akan meringankan beban masalah dana

akan menurunkan stresor seseorang. Dengan dukungan yang baik maka

pengharapan dan motivasi seseorang akan naik untuk bisa meningkatkan

keyakinan diri dan unutk mencapai suatu kesembuhan. Dengan motivasi awal

yang baik seseorang akan lebih patuh untuk melakukan perawatan isolasi mandiri.

Selain itu paparan informasi juga dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan

seseorang saat melakukan isolasi mandiri. Dengan terpenuhinya keempat faktor

tersebut maka akan mempermudah perawatan isolasi mandiri dan kesembuhan

yang lebih cepat.

5.1.4 Hambatan Peningkatan Keyakinan Diri

Dari penelitian yang sudah dilakukan ditemukan terdapat beberapa

hambatan yang dapat menurunkan keyakinan diri seseorang saat melakukan

proses isolasi mandiri. Hambatan tersebut diantaranya yaitu perubahan kondisi

fisik, stresor partisipan, dan interaksi serta komunikasi. Pada kategori pertama

didapatkan bahwa perubahan kondisi fisik yang terjadi menyebabkan keyakinan

diri pada partisipan menurun. Perubahan tersebut terjadi dalam kurun waktu yang

cukup lama sehingga membuat partisipan merasa cemas dan khawatir.

Saat melakukan proses isolasi mandiri, kondisi fisik seseorang jelas

terganggu, karena pada dasarnya Covid-19 menyerang saluran pernapasan dan


70

menyerang beberapa organ lainnya yang memungkinkan untuk terjadi komplikasi

jika seseorang tersebut memiliki penyakit bawaan (Mu’afa and Asih, 2021).

Covid-19 akan menyebar melalui aliran darah manusia terutama pada jaringan

yang akan mengekspresikan ACE-2. Organ-orang seperti paru-paru, jantung, dan

saluran cerna manusia akan terinfeksi dan akan menimbulkan beberapa gejala

awal. Pada serangan kedua akan menyebabkan demam, mulai terasa sesak, lesu

diparu-paru serta akan membuat limfosit pada tubuh menurun (Mu’afa and Asih,

2021).. Selain menyerang saluran pernapasan, Coronavirus juga bisa menyerang

saluran perncernaan, hal itu dikatakan dalam penelitian yang dilaporkan Kumar

dkk, (2020) sakit pada abdominal juga menjadi salah satu dampak terinfeksinya

Covid-19 (Fitriani, 2020).

Covid-19 dapat menyerang organ tubuh lainnya dampak dari penurunan

kondisi fisik yang muncul ini terlalu banyak. Oleh karena itu Covid-19 disebut

sebagai the great imitator (Syam, Zulfa and Karuniawati, 2021). Infeksi Covid-19

menyebabkan kelompok penyakit pernapasan parah yang mirip dengan penyakit

pernapasan akut parah sindrom coronavirus dan kematian yang tinggi. Dampak

dari penurunan kondisi fisik ini jelas akan menghambat aktivitas fisik yang akan

di lakukan seseorang dalam melakukan isolasi mandiri. Akan tetapi, (Yuliawan,

2021) dalam jurnalnya memaparkan bahwa pentingnya untuk melakukan aktivitas

fisik untuk menghindari komplikasi dari Covid-19. Karena jika aktivitas fisik

yang tidak mencukupi akan berakibat pada kekebelan tubuh yang berdampak pada

tingkat imunitasnya.
71

Kemudian pada hambatan yang dapat menurunkan keyakinan diri adalah

stresor yang dirasakan. Selain dari pola fisik, psikologis dari partisipan juga

menjadi salahh satu faktor penghambat dalam melakukan proses isolasi mandiri.

Stress akademik menjadi salah satu yang meningkatkan stresor partisipan.

Perspektif subjektif terhadap suatu kondisi akademik, yang dialami oleh

mahasiswa yang secara terus menerus menimbulkan penurunan daya tahan tubuh

mahasiswa sehingga mudah mengalami penurunan daya tahan tubuh. Gejala-

gejala yang dialami oleh partisipan seperti demam, anosmia, pusing akan

menurunkan konsentrasi dari seseorang untuk mengerjakan tugas perkuliahan

yang dilakukan. Situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan akan

meningkatkan stresors antara kondisi fisik yang sedang menurun dan tuntuan

stress akademik.( Harahap et al., 2020).

Selain stres yang dihadapi oleh paartisipan, informasi-informasi yang

beredar menambah kecemasan dan stres tersendiri bagi partisipan yang melakukan

proses isolasi mandiri. Aktivitas seseorang di dunia maya untuk mencari sebuah

hiburan justru menjadikan kegiatan tersebut untuk memicu sebuah stress

infodemik. Berita yang belum benar adanya menambah ketakutan seseorang

tentang bahaya dari Covid-19. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Yuwono,

2020) menjelaskan bahwa stres pada seseorang dapat sangat beragam meski

dengan stresor yang jenisnya dan intesitasnya serupa. Hal tersebut didukung

dengan data bahwa pencarian Covid-19 pada halaman Google dimulai dari bulan

Mei menurun. Walaupun tidak menjadi sebuah data yang utama, akan tetapi hal
72

tersebut menunjukkan adanya gejala penurunan sumber stresor dari segi

informasi.

Selain itu hambatan dari sektor interaksi dan komunikasi jelas

berpengaruh. Komunikasi dan interaksi seseorang juga menjadi terbatas karena

partisipan diharuskan untuk melakukan proses isolasi mandiri. Kebiasaan

seseorang untuk melakukan interaksi dengan lingkungan ssekitar saat ini menjadi

terbatas, hal itu dikarenakan hampir semua aktivitas yang dilakukan di masyarakat

dilakukan secara daring atau online. Transformasi interaksi dan komunikasi yang

dilakukan secara online menjadi tantangan tersendiri bagi setiap individu

(Sunrowiyati et al., no 2020). Komunikasi menjadi terbatas sehingga menyulitkan

untuk melakukan sebuah aktivitas. Keterbatasan itu sendiri menyulitkan seseorang

yang terpapar Covid-19 untuk meningkatkan keyakinan dirinya. Seiring dengan

kemajuan teknologi interaksi dan komuinikasi dapat dilakukan dengan bantuan

media elektronik.

Penggunaan media elektronik tidak hanya dapat mempermudah interaksi

dan komunikasi seseorang. Akan tetapi media elektronik juga dapat mengganggu

komunikasi dan bahkan dapat menambah stresor seseorang. Kemajuan teknologi

yang tidak diirngi dengan kemajuan sumber dayanya juga akan menyulitkan

seseorang untuk melakukan sebuah komunikasi yang efektif. Tuntutan pekerjaan

dan perkuliahan yang diharuskan untuk dilakukan secara daring tidak bisa diikuti

dengan situasi pandemi seperti ini. Bagi beberapa orang, hal tersebut akan

menyebabkan menurunnya kepatuhan dalam melakukan isolasi mandiri dan


73

mengharuskan untuk menyelesaikan tuntutan pekerjaan dan perkuliahan mereka

secara langsung. (Sunrowiyati et al., no 2020).

Untuk itu agar dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi perlu

adanya keselaran antara kondisi fisik dan psikologis seseorang. Dengan kondisi

fisik psikologi yang terjaga, seseorang dapat meningkatkan kualitas sumber daya

manusia untuk mengiringi kemajuan teknologi sehingga komunikasi tidak lagi

menjadi suatu hambatan saat melakukan isolasi mandiri. Dengan berkurangnya

hambatan yang terjadi, maka seseorang akan lebih fokus dalam melakukan

perawatan isolasi mandiri dan meningkatkan kepercayaan diri untuk sembuh dari

Covid-19.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, dan masih

terdapat banyak sekali hambatan serta kendala selama penelitian ini berlangsung.

Keterbatasan peneliti sebagai peneliti pemula untuk melakukan eksplorasi kepada

partisipan sehingga banyak terjadi blocking saat proses wawancara berlangsung.

Kurang dalamnya informasi yang diberikan oleh partisipan juga menjadi salah

satu hambatan penelitian ini, dimana beberapa partisipan masih malu untuk

mengungkapkan pengalaman isolasi mandiri mereka. Hal tersebut menyebabkan

peneliti harus kembali menghubungi partisipan untuk menggali lebih dalam

informasi yang dirasa kurang untuk menunjang pennelitian ini.


74

5.3 Implikasi Keperawatan

Temuan ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber bagi perawat untuk

bisa memahami bagaimana keyakinan diri dari seseorang. Hal itu bisa

memberikan dampak terhadap pelayanan keperawatan yang ada, dimana perawat

bisa memperhatikan seluruh aspek untuk bisa meningkatkan keyakinan diri

terhadap perawatan isolasi mandiri yang dilakukan. Selain itu hasil temuan ini

bisa dijadikan sebagai salah satu acuan untuk melakukan pengkajian secara

mendalam. Pengkajian yang dilakukan oleh seorang perawat hendaklah dilakukan

secara holistic dengan memperhatikan berbagai aspek. Dengan temuan penelitian

ini akan memberikan implikasi berupa pengkajian yang dilakukan oleh perawat

tidak hanya berfokus pada masalah klinis dari pasien tetapi juga memperhatikan

aspek psikologis terutama pada keyakinan diri.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian tentang Studi Fenomenologi Keyakinan Diri Terhadap

Penyembuhan Covid-19 Pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Tanjungpura

dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Penelitian ini menemukan 4 tema, diantaranya yaitu paparan Covid-19, strategi

peningkatan keyakinan diri, faktor-faktor keyakinan diri, dan hambatan

peningkatan keyakinan diri.

b. Terdapat empat faktor yang ditemukan pada penelitian ini, dimana keempat

faktor tersebut adalah dukungan lingkungan sekitar, harapan, motivasi, dan

tingkat pengetahuan seseorang.

c. Terdapat tiga faktor yang dapat menghambat peningkatan keyakinan diri

seseorang, diantaranya yaitu perubahan kondisi fisik, stresor yang dialami,

serta interaksi dan komunikasi seseorang.

6.2 Saran

Berdasarkan keseluruhan rangkaian penelitian yang telah dilakukan, maka

peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat untuk

berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian ini, diantaranya yaitu :

75
76

6.2.1 Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber bacaan tambahan mengenai

pengalaman keyakinan diri terhadap penyembuhan Covid-19. Sehhingga nantinya

mahasiswa maupun tenaga pendidikan dapat mengetahui bagaimana cara untuk

bisa meningkatkan keyakinan diri pada pasien Covid-19 yang melakukan proses

isolasi mandiri.

6.2.2 Bagi partisipan

Partisipan yang teribat pada penelitian ini diharapkan dapat mendapatkan

informasi terkait keyakinan diri yang penting untuk penyembuhan Covid-19 dan

bisa untuk membantu menyebarkan informasi kepada masyarakat luas agar

masyarakat tidak panic dan takut saat terpapar Covid-19 dan diahruskan

melakukan isolasi mandiri

6.2.3 Bagi pelayanan Kesehatan

Pemberi pelayanan kesehatan, khususnya profesi keperawatan diharapkan

dapat memberikan pemahaman serta edukasi kepada masyarakat terkait

bagaimana cara peninngkatan keyakinan diri dan bagaimana cara yng baik untuk

melakukan prose isolasi mandiri

6.2.4 Bagi peneliti Selanjutnya

Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pengalaman keyakinan diri

terhadap penyembuhan Covid-19 dengan partisipan yang lebih luas. Peneliti

selanjutnya dapat melanjutkan penelitian dengan menggunakan partisipan selain

dari mahasiswa kesehatan atau pada orang yang tergolong usia dewasa ataupun

lansia, sehingga dapat menjadi pelengkap dari penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, L. A. (2020) ‘Stigma terhadap orang positif’, , pp. 11–24.

Abdullah, S. M. (2019) ‘Social Cognitive Theory : A Bandura Thought Review


published in 1982-2012’, Psikodimensia, 18(1), p. 85. doi:
10.24167/psidim.v18i1.1708.

Afifi, T. D., Merrill, A. F. and Davis, S. (2016) ‘The theory of resilience and
relational load’, Personal Relationships, 23(4), pp. 663–683. doi:
10.1111/pere.12159.

Afro, R. C. (2021) ‘Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Terhadap


Protokol Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat Jawa Timur:
Pendekatan Health Belief Model’, Journal of Community Mental Health
and Public Policy, 3(1), pp. 1–10. doi: 10.51602/cmhp.v3i1.43.

Agustang, A., Mutiara, I. A. and Asrifan, A. (2021) ‘Genealogi Stigma Sosial


Terhadap Pasien Covid 19’, pp. 93–105.

Ahmad Rosidi and Edy Nurcahyo (2020) ‘Penerapan New Normal


(Kenormalanbaru) Dalam Penanganan Covid-19 Sebagai Pandemi Dalam
Hukum Positif’, ournal Ilmiah Rinjani: Media Informasi Ilmiah Universitas
Gunung Rinjani , 8.2(21), pp. 193–197.

Aly, M. N. et al. (2020) ‘Panduan Aman “New Normal” Menghadapi Pandemi


Covid-19’, Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services), 4(2),
p. 415. doi: 10.20473/jlm.v4i2.2020.415-422.

Ardiyanti, H. (2020) ‘Komunikasi Media Yang Efektif Pada Pandemi Covid-19’,


INFO Singkat: Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis Dpr RI,
Vol. XII(7), pp. 25–30.

Beniac, D. R. et al. (2006) ‘Architecture of the SARS coronavirus prefusion


spike’, Nature Structural and Molecular Biology, 13(8), pp. 751–752. doi:
10.1038/nsmb1123.

Bimbingan, J. et al. (2021) ‘Tingkat Resiliensi Pasien Covid-19 Pada Rumah


Sehat’, 6(September), pp. 41–51.

Dai, N. F. (2020) ‘Stigma Masyarakat Terhadap Pandemi Covid-19’, Prosiding

77
Nasional Covid-19, pp. 66–73.

Diana, Z. (2021) ‘Hubungan antara Persepsi Risiko COVID-19 dan Self-Efficacy


Menghadapi COVID-19 dengan Kepatuhan terhadap Protokol Kesehatan
pada Masyarakat Surabaya The Relationship between COVID-19 Risk
Perception and Self-Efficacy in Facing COVID-19 with Compliance wit’,
Mind Set Edisi Khusus TIN, 1(1), pp. 105–116.

Dias, M. d. O. & L. D. R. de O. A. (2020) ‘Will COVID-19 Pandemic Reshape


our Society?’, Journal of Humanities and Cultural Studies,
V02I02.012(2(2)), pp. 81–85.

Diponegoro, A. M. et al. (2021) ‘The Resilience of Recovered Covid-19 Patients’,


KnE Social Sciences, 2020(February), pp. 386–392. doi:
10.18502/kss.v4i15.8227.

Donsu, J. D. T. (2016) Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


PUSTAKABARUPRESS.

E. Susilo, Rumende, Yulianti, Y. (2020) ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan


Literatur Terkini’, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), p. 415. doi:
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415.

Fanani, S. and Kesuma, T. (2014) ‘Health Belief Model pada Pasien Pengobatan
Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun’, Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental, 03(4).

Feni Fitriani, A. P. T. et al. (2020) ‘Jurnal Respirologi Indonesia’, journal of the


Indonesia society of Respirology, VOL. 40, N, pp. 119–129. doi: p-ISSN
0853-7704, e-ISSN 2620-3162.

Ghaidan et al. (2022) ‘Implementasi Konsep Teori Humanistik dalam Kesehatan


Mental’, (2020), pp. 62–76.

Hammadi, A. H., Masa, D. I. and Covid, P. (2021) ‘Informasi Di Masa Pandemi’.

Handayani, D. et al. (2020) ‘Corona Virus Disease 2019’, Jurnal Respirologi


Indonesia, 40(2), pp. 119–129. doi: 10.36497/jri.v40i2.101.

Harahap, A. C. P., Harahap, D. P. and Harahap, S. R. (2020) ‘Analisis Tingkat


Stres Akademik Pada Mahasiswa Selama Pembelajaran Jarak Jauh Dimasa
Covid-19’, Biblio Couns : Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan, 3(1),
pp. 10–14. doi: 10.30596/bibliocouns.v3i1.4804.

Hasanah, W. O. and Haziz, F. T. (2021) ‘Implementasi Teori Humanistik Dalam

78
Meningkatkan Kesehatan Mental’, Nosipakabelo: Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam, 2(02), pp. 79–87. doi: 10.24239/nosipakabelo.v2i02.841.

Herawati, E. and Purwanti, O. S. (2018) ‘Hubungan Antara Pengetahuan Dengan


Efikasi Diri Penderita Tuberkulosis Paru’, Jurnal Berita Ilmu Keperawatan,
11(1), pp. 1–9. doi: 10.23917/bik.v11i1.10585.

Hidayani, W. R. (2020) ‘Faktor Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan


COVID 19 : Literature Review’, Jurnal Untuk Masyarakat Sehat
(JUKMAS), 4(2), pp. 120–134. doi: 10.52643/jukmas.v4i2.1015.

International Labour Organization (2020) Pedoman Pencegahan dan


Penanggulangan COVID-19 di Tempat Kerja.

Jannah, A. A., Ardiana, A. and Purwandari, R. (2020) ‘Hubungan Perilaku Caring


Perawat Dengan Tingkat Harapan Sembuh Pada Pasien Kanker Yang
Menjalani Program Kemoterapi Di Rumah Sakit Baladhika Husada Jember’,
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 23(3), pp. 169–177. doi:
10.22435/hsr.v23i3.3123.

Kasiati, N. W. R. (2016) Modul Bahan Ajar Keperawatan Kebutuhan Dasar


Manusia.

Kemenkes RI (2017) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27


Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

Kemenkes RI (2020a) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat
Di Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Jakarta.

Kemenkes RI (2020b) Pedoman Kesiapan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus


(2019-ncov).

Kemenkes RI (2020c) Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus


Disease (Covid-19). Revisi ke. Edited by S. dr. Listiana Aziza, Sp.KP;
Adistikah Aqmarina, SKM; Maulidiah Ihsan. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2020d) ‘Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Serta Definisi


Coronavirus Disease (COVID-19)’, Germas, pp. 11–45.

Kemenkes RI (2021) Kasus positif Covid-19 menurut kelompok umur, 2021,


lokadata.beritagar.id. Keperawatan, F., Katolik, U. and Mandala, W. (2021)
‘Jurnal Keperawatan Malang Volume 6 , No 1 , Juni 2021
Klassen, R. M. and Klassen, J. R. L. (2018) ‘Self-efficacy beliefs of medical

79
students: a critical review’, Perspectives on Medical Education, 7(2), pp.
76–82. doi: 10.1007/s40037-018-0411-3.

Kuswoyo, D. (2021) ‘Pencegahan Penularan Covid-19 dengan Pemberlakuan


Perilaku 3M’, Jurnal Peduli Masyarakat, 3(2), pp. 123–128. doi:
10.37287/jpm.v3i2.502.

Levani, Prastya and Mawaddatunnadila (2021) ‘Coronavirus Disease 2019


(COVID-19): Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi’, Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan, 17(1), pp. 44–57.

Lianto, L. (2019) ‘Self-Efficacy: A Brief Literature Review’, Jurnal Manajemen


Motivasi, 15(2), p. 55. doi: 10.29406/jmm.v15i2.1409.

Mu’afa, K. and Asih, T. S. N. (2021) ‘Model Dinamika Interaksi Virus Corona (


SARS-CoV-2 ) Penyebab COVID-19 dengan Sistem Imun Tubuh’, Prisma,
4, pp. 718–726.

Muthia Faradilla, Diana Pefbrianti, H. H. (2021) ‘Kecemasa dan Strategi


Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Selama Masa Pandemi Covid-19’,
Eesti NSV Teaduste Akadeemia Toimetised. Keemia. Geoloogia, 24(2), pp.
219–224. doi: 10.3176/chem.geol.1975.2.10.

Nur Indah Fitriani (2020) ‘Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Patogenesis, Dan
Manifestasi Klinis’, Jurnal Medika Malahayat, Volume 4, pp. 194–201.

Nurul Aula, S. K. (2020) ‘Peran Tokoh Agama Dalam Memutus Rantai Pandemi
Covid-19 Di Media Online Indonesia’, Living Islam: Journal of Islamic
Discourses, 3(1), p. 125. doi: 10.14421/lijid.v3i1.2224.

Nurul Fadhillah Kundari, Wardah Hanifah, Gita Aprilla Azzahra, Nadzira Risalati
Qoryatul Islam, dan H. N. (2020) ‘Hubungan Dukungan Sosial dan
Keterpaparan Media Sosial terhadap Perilaku Pencegahan COVID-19 pada
Komunitas Wilayah Jabodetabek Tahun 2020’, (May), pp. 281–294.

Oktaviani, A. and Jannah, S. R. (2019) ‘Dukungan Keluarga Dengan Motivasi


Untuk Sembuh Pada Residen Di Instalasi Rehabilitasi Napza’, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 4(2), pp. 113–118.

PDPI, P. D. P. (2020) ‘Surat Himbauan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (


Pdpi ) Terkait Update Transmisi Covid-19’, (19), pp. 10–11.

Perencanaan, K. et al. (2020) ‘Covid-19, New Normal, dan Perencanaan


Pembangunan di Indonesia’, Jurnal Perencanaan Pembangunan: The
Indonesian Journal of Development Planning, 4(2), pp. 240–252. doi:
10.36574/jpp.v4i2.118.

80
Prastyawati, M. and Fauziah, M. (2021) ‘Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Pencegahan COVID-19 Mahasiswa FKM UMJ pada Pandemi
COVID-19 Tahun 2020’, AN-NUR : Jurnal Kajian dan Pengembangan
Kesehatan Masyarakat, 1, pp. 173–184.

Pratiwi, H., Ismail, M. and Irayana, I. (2021) ‘Efikasi Diri, Stres Pengasuhan dan
Strategi Koping Orang Tua dari Anak Berkebutuhan Khusus di Masa
Pandemi Covid-19’, Jurnal Smart PAUD, 4(1), pp. 11–22. Available at:
http://ojs.uho.ac.id/index.php/smartpaud/article/view/15341.

Prayitno, J. et al. (2021) ‘Tinjauan Teknologi Inaktivasi Virus Untuk


Penanggulangan Pandemi Covid-19’, Jurnal Bioteknologi & Biosains
Indonesia (JBBI), 8(1), pp. 137–154. doi: 10.29122/jbbi.v8i1.4612.

Prayitno, S. A., Pribadi, H. P. and Ifadah, R. A. (2020) ‘Peran Serta Dalam


Melaksanakan Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19) Pada Masyarakat’, DedikasiMU(Journal of Community Service),
2(3), p. 504. doi: 10.30587/dedikasimu.v2i3.1657.

Puspitasari, R. and Azis, A. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Kesembuhan Pasien Tuberkulosa Paru Di Puskesmas Mauk Kabupaten
Tangerang’, Jurnal Kesehatan, 7(2). doi: 10.37048/kesehatan.v6i3.9.

Putra, P. S. P. and Susilawati, L. K. P. A. (2018) ‘Hubungan Antara Dukungan


Sosial Dan Self Efficacy Dengan Tingkat Stres Pada Perawat Di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah’, Jurnal Psikologi Udayana, 5(01), p. 145. doi:
10.24843/jpu.2018.v05.i01.p14.

Putro, B. D. (2018) ‘Persepsi dan Perilaku Pengobatan Tradisional Sebagai


Alternatif Upaya Mereduksi Penyakit Tidak Menular’, Sunari Penjor:
Journal of Anthropology, 2(2), pp. 102–109. \

Rachmawati, I. N. (2007) ‘Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif ’:, pp.


35–40.

Rahakbauw, N. (2018) ‘Dukungan Keluarga Terhadap Kelangsungan Hidup


ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)’, Insani, 3(2), pp. 64–81.

Rahayu, N. F., Fauzi, A. M. and Aprilianti, D. A. (2021) ‘Kebijakan Pemerintah


Dan Tradisi Mudik Lebaran Pada Masa Pandemi Covid-19’, SUPREMASI:
Jurnal Pemikiran, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Hukum dan Pengajarannya,
16(1), p. 64. doi: 10.26858/supremasi.v16i1.20342.

Rosada, A. and Partono, P. (2020) ‘Sikap Optimis Dimasa Pandemi Covid-19’,

81
Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman, 6(2), pp. 112–126. doi:
10.35309/alinsyiroh.v6i2.3889.

Sampurno, M. B. T., Kusumandyoko, T. C. and Islam, M. A. (2020) ‘Budaya


Media Sosial, Edukasi Masyarakat, dan Pandemi COVID-19’, SALAM:
Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(5). doi: 10.15408/sjsbs.v7i5.15210.

Santoso, M. D. Y. (2020) ‘Review Article: Dukungan Sosial Dalam Situasi


Pandemi Covid 19’, Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian dan
Pengembangan, 5(1), pp. 11–26. doi: 10.32630/sukowati.v5i1.184.

Sari, Y. N. (2018) ‘The urgency of developing trust and interpersonal


communication skills of students through role playing’, Konselor, 7(3), pp.
89–94. doi: 10.24036/02018738684-0-00.

Satgas Covid-19 (2021) ‘Indonesia Covid-19 Data Analysis (Update Date: 27


June 2021)’, p. 186. Available at: www.covid19.go.id.

Satgas Covid-19 RI (2021) ‘Analisis Data Covid-19 Indonesia’.

Sekar, D. And Puspita, F. (2021) ‘Hubungan Dukungan Sosial Dengan Motivasi


Untuk Sembuh Pada Survivor Covid-19 The Relationship Between Social
Support And Motivation To Recover For Covid-19 Survivors menyatakan
bahwa wabah tersebut merupakan Public Health Emergency OfIntenational
Berdasar’, 1(1), pp. 62–72.

Shean, M. (2015) ‘Current theories relating to resilience and young people: A


literature review’, VicHealth, p. 45.

Shhock, B. J. G. (2020) ‘COVID-19: Aspek Virologi dan Patogenesis’, 23(1), pp.


77–86.

Sholiha, S., Fadholah, A. and Artanti, L. O. (2019) ‘Tingkat Pengetahuan Pasien


Dan Rasionalitas Swamedikasi Di Apotek Kecamatan Colomadu’,
Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy, 3(2), pp. 1–11. doi:
10.21111/pharmasipha.v3i2.3397.

Sitorus, F. E. and Barus, D. T. (2018) ‘Hubungan Koping Stres Dengan


Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis Paru’, Jurnal
Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 1(1), pp. 1–6. doi:
10.35451/jkf.v1i1.47.

Sunrowiyati, S. et al. (2020) ‘Urgensi Komunikasi dalam Menumbuhkan Motivasi


di Era Pandemi Covid-19’.

Syam, A. F., Zulfa, F. R. and Karuniawati, A. (2021) ‘Manifestasi Klinis dan

82
Diagnosis Covid-19’, eJournal Kedokteran Indonesia. doi:
10.23886/ejki.8.12230.

Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri (2020) ‘Pedoman Umum Menghadapi


Pandemi Covid-19 Bagi Pemerintah Daerah : Pencegahan, Pengendalian,
Diagnosis dan Manajemen’, Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Titik, R. H. S. R. (2020) ‘Bunga Rampai Artikel Penyakit Virus Korona (


COVID-19 ) Editor : Titik Respati’, Kopidpedia, pp. 203–215.

Tri Sulastri & Muhammad Zufri (2021) ‘Resiliensi di Masa Pandemi: Peran
Efikasi Diri dan Persepsi Ancaman Covid-19’, Jurnal Penelitian Psikologi,
Vol 12 No, pp. 25–32.

Triana Dewi (2021) ‘Jurnal Keperawatan & Kebidanan Jurnal Keperawatan &
Kebidanan’, Jurnal Keperawatan, 13(1), pp. 213–226.

Tutiasri, R. P., Laminto, N. K. and Nazri, K. (2020) ‘Pemanfaatan Youtube


Sebagai Media Pembelajaran Bagi Mahasiswa di Tengah Pandemi Covid-
19’, Jurnal Komunikasi Masyarakat dan Keamanan (KOMASKAM), vol.2,
No.(26556–6125), pp. 1–15.

utami, ngesti (2016) Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. cetakan


pe. Edited by L. Nadia. Kemenkes RI.

Utsman (2017) ‘Validitas Dan Reliabilitas Untuk Mengevaluasi Mutu Penelitian


Kualitatif’, Jurnal Unnes, (October), pp. 1–14.

WHO (2020) ‘Penggunaan rasional alat perlindungan diri untuk penyakit


coronavirus (COVID-19) dan pertimbangan jika ketersediaan sangat
terbatas’, World Health Organization, pp. 1–31.

WHO, W. H. O. (2020) ‘Modes of transmission of virus causing COVID-19:


implications for IPC precaution recommendations’, Geneva: World Health
Organization;,

Wijaya, A. E. et al. (2021) ‘Bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Penyakit


Tidak Menular Dan Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Di Kota
Ambon Dan Pulau Saparua?’, Molucca Medica, 14(2021), p. 66.

World Health Organization (2021) Case of Covid-19.

Yanuardianto, E. (2019) ‘Teori Kognitif Sosial Albert Bandura (Studi Kritis


Dalam Menjawab Problem Pembelajaran di Mi)’, Auladuna : Jurnal Prodi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(2), pp. 94–111. doi:

83
10.36835/au.v1i2.235.

Yates, T. M., Tyrell, F. A. and Masten, A. S. (2015) ‘Resilience Theory and the
Practice of Positive Psychology From Individuals to Societies’, Positive
Psychology in Practice: Promoting Human Flourishing in Work, Health,
Education, and Everyday Life: Second Edition, (Id 0951775), pp. 773–788.
doi: 10.1002/9781118996874.ch44.

Yohanes, I. W. M. (2016) ‘Pengharapan di Masa yang Suram’, sciences, Health,


4(1), pp. 1–23.

Yuliana, Y. (2020) ‘Corona virus diseases (Covid-19): Sebuah tinjauan literatur’,


Wellness And Healthy Magazine, 2(1), pp. 187–192. doi:
10.30604/well.95212020.

Yuliawan, D. (2021) ‘Representasi aktivitas fisik pada pasien COVID-19 selama


karantina’, Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 11(1), pp. 8–13.

Yuwono, S. D., Studi, P. and Konseling, B. (2020) ‘Profil Kondisi Stres Di Masa
Pandemi Covid-19 Sebagai’, pp. 132–138.

84
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

Judul penelitian : Studi Fenomenologi Pengalaman Self Efficacay Terhadap

Penyembuhan Covid-19 Pada Mahasiswa Keperawatan

Universitas Tanjungpura.

Tanggal :

Tempat :

Waktu wawancara :

Pewawancara : Arizki Rahman Hakim

Naskah wawancara :

a. Bagaimana perasaan yang anda rasakan saat mengetahui anda terpapar Covid-

19 ?

b. Bagaimana keyakinan diri anda saat melakukan perawatan isolasi mandiri

Covid-19?

c. Bagaimana tanggapan dan respon dari lingkungan sosial anda saat mengetahui

anda terpapar Covid-19?

d. Bagaimana tanggapan lingkungan keluarga anda pada saat anda melakukan

isolasi mandiri Covid-19?

e. Apakah terdapat ketakutan atau kekhawatiran saat terpapar Covid-19

f. Bagaimana harapan anda jika sudah sembuh dari Covid-19 saat melakukan

perawatan isolasi mandiri.

xii
Lampiran 2

LAMPIRAN PENJELASAN PENELITIAN

Anda yang terhormat, saya meminta kesediannya untuk berpartisipasi dalam


penelitian ini. Keikutsertaan dari penelitian ini bersifat sukarela/ tidak memaksa.
Mohon untuk dibaca penjelasan dibawah dengan seksama dan disilahkan bertanya
bila ada yang belum dimengerti.
Judul Studi Fenomenologi Pengalaman Keyakinan Diri Terhadap
Penyembuhan Covid-19 Pada Mahasiswa Keperawatan
Universitas Tanjungpura
Peneliti Utama Arizki Rahman Hakim
Institusi Universitas Tanjungpura
Peneliti Lain 1. Ns. Ichsan Budiharto,S.Kep.,Mkep
2. Ns. M. Ali Maulana,S.Kep.,M.Kep
Lokasi Kota Pontianak
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengalaman keyakinan
diri terhadap penyembuhan Covid-19. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 30
hari masa pengumpulan data informasi penelitian dari 4 orang jumlah responden
yang berada di Kota Pontianak. Adapun responden yang kami harapkan dapat
berpartisipasi adalah mahasiswa keperawatan yang pernah terpapar Covid-19
dengan kriteria inklusi pada penelitian ini berupa mahasiswa aktif Pogram Studi
Keperawatan, mahasiswa angkatan 2018-2021, pernah terpapar Covid-19 dan
telah dinyatakan sembuh dalam rentang tahun 2021 hingga 2021, dan partisipan
melakukan isolasi mandiri diri di rumah.. Adapun kriteria responden yang
menjadi pengecualian untuk tidak dapat diikutkan dalam penelitian ini adalah

xiii
mahasiswa keperawatan yang melakukan isolasi di fasilitas kesehatan dan
mahasiswa keperawatan yang memiliki penyakit bawaan atau comorbid.
Penelitian ini dapat menjadi dapat menambah sumber pustaka tentang
gambaran keyakinan diri terhadap penyembuhan Covid-19 pada mahasiswa
keperawatan Universitas Tanjungpura dan dapat menjadi rujukan bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang gambaran keyakinan diri
terhadap penyembuhan Covid-19.. Dalam penelitian ini, dapat memberikan
informasi dan meningkatkan pemahaman partisipan terkait gambaran keyakinan
diri terhadap penyembuhan Covid-19.
Di dalam penelitian ini sebelum dilakukan proses pengambilan data,
responden akan diberikan informasi mengenai penjelasan sebelum penelitian, dan
formulir kesediaan untuk mengikuti penelitian. Selama proses pengambilan data,
responden diharapkan dapat memberikan bagaimana pengalaman yang dirasakan
partisipan terkait dengan keyakinan diri salama melakukan perawatan isolasi
mandiri.
Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan
imbalan sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini berupa
bingkisan sederhana yang akan diberikan kepada responden. Peneliti menjamin
bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan atau merugikan
Bapak/Ibu/Saudara/(i). Bila selama penelitian ini Bapak/Ibu/Saudara/(i)
merasakan ketidaknyamanan, maka Bapak/Ibu/Saudara/(i) berhak untuk
berhenti menjadi responden tanpa mendapatkan sanksi ataupun konsekuensi
pembatalan dari peneliti. Berkas penelitian dan kerahasiaan identitas
Bapak/Ibu/Saudara/(i) sebagai responden akan terjaga selama proses
pengumpulan data, pengolahan data, penyajian dan publikasi hasil penelitian.
Kemudian berkas penelitian akan dimusnahkan jika sudah tidak dipergunakan
lagi.
Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Anda diminta untuk
menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Sebagai Peserta Penelitian’ setelah Anda benar benar memahami tentang

xiv
penelitian ini. Anda akan diberi salinan persetujuan yang sudah ditanda tangani
ini.
Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang
dapat mempengaruhi keputusan Anda untuk kelanjutan kepesertaan dalam
penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Anda. Bila ada pertanyaan
yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi peneliti : Arizki
Rahman Hakim dengan nomor HP 089504006977. Tanda tangan Anda dibawah
ini menunjukkan bahwa Anda telah membaca, telah memahami dan telah
mendapat kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan
menyetujui untuk menjadi peserta penelitian.
Peserta/ Subyek Penelitian,

______________________ ____________
Tanda Tangan dan Nama Tanggal (wajib diisi): / /

Peneliti

_______________________________ __________________
Tanda Tangan dan Nama Tanggal

Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah


dijelaskan dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian dan persetujuan
untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.

xv
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN

Saya yang bertanda tangan dibawahh ini


Nama :
Umur :
Alamat :
No. HP :

Menyatakan bersedia menjadi partisipan pada penelitian yang dilakukan oleh :


Nama : Arizki Rahman Hakim
NIM : I1031181033
Alamat : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Jl. Prof.
Dr. Hadari Nawawi Pontianak
Judul Penelitian : Studi Fenomenologi Pengalaman Self Efficacay Terhadap
Penyembuhan Covid-19 Pada mahasiswa keperawatan
Universitas Tanjungpura

Saya akan bersedia untuk diwawancara demi kepentingan peneltian. Dengan


ketentuan, identitas pribadi akan dirahasiakan dan hanya semata-mata untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Demikian surat pernyataan ini saya sampaikan,
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pontianak, 2022
Partisipan

( )

xvi
Lampiran 4

SURAT LOLOS KAJI ETIK

xvii
Lampiran 5

ANALISIS TEMATIK

Tema 1 : Paparan Corona Virus Disease (Covid-19)


Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema
P1 “…kalau mau keluar
langsung ke tempat
ramai…”
P2 “pertame ade anggota 1. Tempat
keluarge yang kenak…” ramai
P3 “pertame-tame tuh ade 2. Anggota Cara
acara keluarga terus keluarge
mama pergi kesana…” 3. Acara terpapar
P4 “Kami kan banyak ikut keluarga Covid-19
kegiatan...” 4. Banyak
P5 “Jadi tuh mungkin kamek kegiatan
kenaknhye tuh gare-gare 5. Pergi jauh
pergi jauh lah tuh”
P6 “…aku terpaparnya habis Paparan
acara nikahan kakak aku”
Corona Virus
P1 “Kalau aku ndak salah
ingat itu pas kite lagi ee.. Disease
lab luring langsung di
(Covid-19)
kampus bulan Maret
kalau ndk salah…” 1. Bulan Maret
2. September
P2 “Bulan tujuh kemarin”
atau Oktober
P3 “Kayaknye antara bulan 3. Mei atau Waktu
September atau Oktober Juni Terpapar
gitu…” 4. 31 Mei
P4 “…kire-kire Mei atau tahun lalu Covid-19
Juni gitulah..” 5. Desember
P5 “…kenak Covid tuh tahun 2020
habis lebaran sekitar 6. Bulan tujuh
tanggal 31 Mei tahun
lalu”
P6 “Bulan Desember tahun

xviii
2020 sih…”
P1 “pertama-pertama agak 1. Penciuman
mulai samar-samar samar-
Tanda dan
mencium bau… badan samar
aku ndak enak sekali, 2. Kehilangan gejala
kayak sakit badan terus penciuman
Covid-19
rasa demam juga…” 3. Anosmia
P2 “Kemarin tuh 2 hari aku 4. Sakit
Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema
demam turun naik lalu badan
dihari ketige ade batuk 5. Demam
pas hari kelima demam 6. Batuk
aku udah turun tapi aku 7. Hidung
kehilangan penciuman… tersumbat
ade batuk lalu hidung 8. Pegal-
agak tersumbat…” pegal
P3 “penciuman hilang, 9. Sakit teng-
makan ndak bisa terus gorokan
sakit, pokoknye badan 10. Badan
tuh pegal-pegal, agak anget
pusing…” 11. Dada sakit
P4 “… sempat ngerasain 12. Penurunan
sakit tenggorokan kosentrasi
beberapa hari, terus pilek
dipagi hari same badan
agak anget…”
P5 “…kamek tuh ngerase
capek kayak pulang
jelajah, pegal-pegal
malamnya dada kamek
sakit tapi nda sesak, masi
bisa napas tapi sakit,
demam kamek juga
ada… kamek ngerasa
penurunan konsesntrasi
P6 “,,,aku anosmia 3-4 hari
gitu, terus ada demam
juga sih tapi ndak lama,
sama sakit tenggorokan
itu aja sih ki”

xix
Tema 2 : Strategi Peningkatan Keyakinan Diri
Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema
P1 “…minta bantu ke
teman-teman yang
sekiranya bisa bantu…”
P2 “…bapak yang keluar
langsung stok banyak
untuk selame isoman”
P3 “…Kalau untuk belanje
sehari-hari sih adek,
1. minta bantu
karne adek aku ndak ade
ke teman-
gejala…”
teman Pemenuhan
P4 “…untuk kebutuhan
2. stok banyak
sehari-hari sih dibantu kebutuahn
selama
kawan karne nginap
isoman dasar
tempat die…”
3. minta
P5 “…ada 1 orang jak sih
bantuan
yang negur same mau
tetangga
bantu belanjain…”
P6 “…Mereka juga baik kok
Strategi
kayak nganterin makanan
karena mama aku kan Peningkatan
ndak bisa masak juga
Keyakinan
waktu itu terus mereka
juga beliin vitamin dan Diri
keperluan sehari-hari…”
P1 “kalau info-info kayak
treatment dan lain
sebagainye tuh aku tau
dari internet. Karne kan
pemerintah gencar gitu
1. internet
kan kayak buat poster
2. poster
dan video di youtube…” Pemenuhan
3. video
P2 “kalau untuk menghadapi
4. panduan kebutuhan
isolasi mandiri kemarin
5. IG
cobe bace beberape informasi
6. Web
panduan…”
kemenkes
P3 “Jadi tuhh aku tuh sering
7. sosmed
bace-bace tuh kan
biasenye kayak di IG tuh
kana de yang lewat-lewat
terkait gejala Covid-
19…”
Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema

xx
P5 “…”
P6 “Kalau dari aku yaa yang
meningkatkan keyakinan
diri aku kemarin tuh
paparan informasi sih ki,
kan banyak tuh panduan-
panduan dari web
kemenkes gitu…”
P1 “Kalau aku lebih ke main
game same nonton
youtube sih buat ngisi
waktu luangnye…”
P2 “…aku kemarin ade
kegiatan kan jadi sarana 1. Main game
aku buat ngibur diri 2. Nonton
sih…” youtube
“koping aku sih karne 3. Kegiatan
udah 2 kali vaksin…” 4. Tidur
P3 “…sarana menghibur diri 5. Scroll
karne ndak bise kemane- tiktok
mane kan palingan tidur, 6. Scroll IG
scroll tiktok ig, nonton 7. Rapat
drakor gitu-gitu jak…” online Mekanisme
P4 “…dengan rapat kegiatan 8. Baca al-
quran koping
walaupun online terus
Tari juga sering bikin- 9. 2 kali
bikin story gitu tentang vaksin
keseharian…” 10. Menghinda
P5 “…Terus tuh kamek ri berita
lebih sering baca al- Covid-19
quran hahahha.” 11. Nonton
P6 “ngehindarin berita- drakor
berita Covid soalnya 12. Nonton
waktu itu lagi serem- film
seremnya kan. Terus aku
juga ngalihinnya kayak
makan apa yang
dipengen sambil nonton
film-film …”

xxi
Tema 3 : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keyakinan Diri
Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema
P1 “…teman-teman lebih
ke menyemangati sih
kayak cepat sembuhu
yaa, mereka lebih
support…”
“minta bantu teman-
teman yang sekiranya
bisa bantu buat
Menuhin kebutuhan
pribadi…”
P2 “kalau dari keluarge
sendiri karne memang
semue positif yee jadi
1. Teman-
lebih same-same
teman
menguatkan sih…”
2. Keluarge
P3 “lebih ke mamak sih
sendiri
yang ngerawat
3. Mamak
semuenye, karne Faktor-
4. Tetangga
mamak yang ndak Lingkungan
5. Same-same Faktor yang
terlalu parah…”
menguatkan sekitar
P4 “alhamdulilah dari Mempengaru
6. Support
teman-teman dekat
7. Peduli hi Keyakinan
semue support bang…”
8. Ngerawat
“…untuk beli sehari- Diri
9. Ndak
hari mungkin minta
dikucilkan
tolong teman…”
P5 “…Tp ada sih tetangga
nanya gimane kondisi
bapak. Kita pun nda
dikucilkan tapi kayak
ndak ditegur gara”
covid la kali yee jadi
agak takut gitu”
“ada 1 orang jak sih
yang negur same mau
bantu belanjain”
P6 “… senengnya tuh dari
tetangga sekeliling
kayak peduli gitu lohh.”
P1 “kalau harapan terbesar 1. Ngelewatin
bise ngelewatin isolasi isolasi Harapan
mandiri lebih cepat… mandiri

xxii
Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema
semua aktivitas yang 2. Sembuh
aku lakukan bisa 3. Pengen keluar
kembali normal… terus
harapan aku juga imun
aku lebih kuat…”
P2 “….kalau aku sembuh
aku pengen keluar hirup
udara segar…”
P3 “…Cuma pengen
sembuh karne
ndakpengen nularin ke
orang-orang…”
P4 “”yang pasti pengen
cepat sembuh
bang…terus ingat,
kasian same orang
tue…”
P5 “Harapan aku sembuh
jak si, karen ape kan
dikurung terus”
P6 “Cepat sembuh aja…”
P1 “… yang buat aku
yakin tuh karne
pengetahuan aku tuh
lebih banyaklah…
kalau motivasi dari luar
mungkin orang tua
sih…”
P2 “…aku harus nerima 1. Pengetahuan
aku positif yang penting 2. Orang tue
aku bise ngelewatinnye 3. Ndak boleh
dan ndak boleh pasrah
Motivasi
pasrah…” 4. Nularin ke
P3 “… aku ndak mau orang-orang
nularin ke orang-orang 5. Keluarga
yak same ndak mau 6. Deadline
nyusahin orang tue…”
P4 “… kalau untuk
motivasi untuk sembuh
dan lain sebagainye
tetap keluarge bang,
karne ndak pengen
orang tue di kampung
khawatir…”

xxiii
Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema
P5 “Motivasi kamek,
semngat jakla hahahha.
Ndak tau. Kayak hari”
tu udahlah yaa, jalanin
jak, yg pnting sembuh.”
P6 “yang memotivasi sih
ndak ade palingan
keluarga biar cepat
sembuh sama mau
ngerjain deadline-
deadline tugas
hahahah.”
P1 “…karne pengetahuan
aku tuh lebih banyaklah
karnakan aku bisa
dibilang mahasiswa
kesehatan jadi aku juga
paham ape-ape yang
harus aku lakukan…”
P2 “…aku sendiri
mahasiswa kesehatan
jadi tau gitu ape-ape
langkah yang harus aku
lakukan untuk
mengatasi gejala- 1. Pengetahuan
gejalanye jadi aku ndak
2. Mahasiswa Tingkat
terlalu panik.”
P3 “…dari kite yang anak- kesehatan pengetahua
anak kesehatan 3. Anak n
mungkin kalau kite
udah ngerasekan gejala- kesehatan
gejala gitu kan pasti 4. Informasi
kite swab tindakan
utamanye…”
P4 “…benar-benar cari
informasi dari situ sih
buat ningkatkan
pengetahuan buat
isolasi mandiri.”
P5 “…soalnya kan disitu
kita bisa tau apa yang
dilakukan sama biar
ndak kemakan berita
hoax…”

xxiv
Kode Kutipan Kata Kunci Kategori Tema
P6 “keyakinan diri aku
kemarin tuh paparan
informasi sih ki...”

xxv

Anda mungkin juga menyukai