SKRIPSI
i
KAJIAN NARRATIVE : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
HIDROKLOROKUIN SEBAGAI OBAT OFF-LABEL DALAM
PENGOBATAN COVID-19
SKRIPSI
OLEH:
DYTA ARNISA RIFNI
I1022151029
i
KAJIAN NARRATIVE : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
HIDROKLOROKUIN SEBAGAI OBAT OFF-LABEL DALAM
PENGOBATAN COVID-19
SKRIPSI
OLEH
Dyta Arnisa Rifni
NIM : I1022151029
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
ii
KAJIAN NARRATIVE : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN
HIDROKLOROKUIN SEBAGAI OBAT OFF-LABEL DALAM
PENGOBATAN COVID-19
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : I1022151029
Jurusan : Farmasi
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
NIM. I1022151029
iv
v
iii
Motto
(Imam Asy-Syafi’i)
viii
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
kehadirat kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta Bapak Heri Wahyudi dan Ibu Hartutik
semangat dan cinta kasih yang tiada mungkin bisa kubalas hanya
selesainya skripsi yang sederhana ini dapat membuat Ayah dan Ibu
bahagia.
2. Adik saya Zheni Reyza Kurnia dan adik bungsu Melda Aprilia Aristi
yang sangat saya sayangi. Terima kasih atas doa dan motivasinya agar
viii
vii
3. Terimakasih kepada pacar saya saat ini Arif Widiyansyah Harahap, yang
mendengar keluh kesah saya menjelang sidang skripsi ini. Semoga tetap
viii
viii
6. Terima kasih kepada orang yang pernah singgah, yang sudah banyak
sehingga aku menjadi pribadi yang lebih dewasa serta lebih berhati-
viii
vi
ix
KATA PENGANTAR
yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmat yang diberikan sehingga
salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Program Studi Farmasi
bantuan, bimbingan, perhatian, dan dorongan dari banyak pihak. Sehingga pada
Universitas Tanjungpura.
pendidikan.
viii
vii
x
7. Nera Umilia Purwanti, M.Sc., Apt. Selaku dosen penguji II yang telah
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
Skripsi penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
dengan terbuka bersedia menerima kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang
akan datang. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat
farmasi.
Pontianak, 2021
Penulis
viiiviii
DAFTAR ISI
HALAMANN JUDUL..............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................iii
MOTTO.............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
ABSTRAK.............................................................................................................xii
ABSTRACT..........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.I Latar Belakang................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
I.3 Tujuan Penalitian...........................................................................................3
I.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
II.1. Pengertian virus COVID-19........................................................................4
II.1.1 Penyebaran COVID-19 ..................................................................5
II.2 Klasifikasi Identifikasi Infeksi......................................................................6
II.2.1. Penularan COVID-19......................................................................8
II.2.2. Organ- Organ yang dapat Terinfeksi...............................................9
II.2.3. Pencegahan COVID -19................................................................11
II.2.4. Faktor Risiko ................................................................................12
II.2.5. Tata Laksana..................................................................................13
II.3 Hidroklorokuin............................................................................................17
II.3 Narrative Rivew (Kajian Naratif)………………………………………...17
II.4. Landasan Teori..........................................................................................24
II.5 Kerangka Konsep........................................................................................25
II.6 Hipotesis Penelitian...................................................................................26
ix
ii
viii
x
iii
DAFTAR GAMBAR
Kriteria Inklusi….………………………………………..30
ABSTR
xi
viii
iv
ABSTRAK
viii
xii
ABSTRACT
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang berasal dari kelompok COVID-19 viridae. Virus ini dinamakan COVID-19
19 umumnya ditemukan pada hewan seperti unta, ular, hewan ternak, kucing, dan
kelelawar. Manusia dapat tertular virus apabila terdapat riwayat kontak dengan
hewan tersebut, misalnya pada peternak atau pedagang di pasar hewan.(2) Virus
penyakit COVID-19 berdasarkan data pasien yang terkonfirmasi dari hasil tes di
laboratorium.(3,4) Penyebaran virus ini melalui tetesan air liur (droplets) atau
muntah (fomites), dan melalui kontak dekat tanpa pelindung. Selain itu,
penyebaran virus COVID-19 bisa melalui dudukan toilet, pegangan pintu kamar
fecal shedding hingga kini bukan menjadi transmisi utama dan hanya ditemukan
1
2
membuktikan secara uji klinis di Cina bahwa obat tersebut dapat digunakan untuk
yang digunakan untuk kondisi darurat seperti pada pandemi saat ini. Apabila
kondisi pandemi berakhir maka obat ini tidak dianjurkan untuk digunakan
kembali atau fungsinya sesuai izin pertama kali didaftarkan di FDA atau BPOM(6)
Obat-obat tersebut telah menjadi fokus perhatian ilmiah, media, dan politik global
oleh BPOM sebagai terapi untuk penyakit autoimun. (6) Kedua obat tersebut
ditentukan. (7,8)
label dalam pengobatan COVID -19 dengan menggunakan metode naratif review
artikel.
artikel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan virus RNA galur tunggal, memiliki selubung (enveleopedi), dan sense-
positif. Virus COVID-19 hidup sama seperti virus lainnya yaitu dengan cara
menempel pada sel inang. Virus ini berbentuk bulat dan terkadang bervariasi
ukuran kurang lebih 31kb, menjadikan virus ini virus RNA terbesar yang pernah
ditemukan.
Virus RNA adalah adalah virus yang memiliki RNA (ribonucleic acid)
sebagai yang materi geneti. Asam nukleat biasanya untai tunggal RNA (ssRNA),
disebabkan oleh virus RNA termasuk flu biasa, influenza, Severe Acute
termasuk keluarga besar virus yang menyebabkan berbagai penyakit mulai dari
batuk pilek sampai dengan penyakit yang lebih berat seperti Middle East
4
5
(SARS-CoV). COVID-19 adalah golongan virus baru yang ditemukan akhir tahun
suatu reseptor di permukaan sel. Setelah virus masuk ke dalam sel kemudian
Selain itu, virus ini secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan yang
mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter,
hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa
sel host. Berikut siklus dari virus COVID-19 setelah menemukan sel host sesuai
tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh
obligat atau menempel pada inang. Virus memiliki materi genetik RNA atau DNA
struktur virus yang khas berupa amplop dan tonjolan seperti paku. Amplop pada
struktur virus Corona adalah lapisan lipid ganda yang terdiri atas protein
penyusun membran (M), envelope (E), dan spike (S). Protein E dan M sangat
SARS-CoV adalah protein S yang berikatan dengan reseptor di sel host yaitu
ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus,
usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel
alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.
Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.
Replikasi dan transkripsi terjadi melalui sintesis virus RNA dengan translasi dan
perakitan dari komplek replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan
Variasi dari berapa jenis virus COVID-19 yang ada pada saat ini yaitu
terdapat 4 tipe virus COVID-19. Menurut Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) Amerika Serikat, tipe virus COVID-19 adalah tipe Alfa, tipe
Beta, tipe Gamma, dan tipe Delta. Dari keempat tipe tersebut, tipe yang umumnya
(beta COVID-19) dan SARS-CoV (beta COVID-19). Beberapa dari virus ini
paling baru dari virus kelompok ini adalah SARS-CoV-2, SARS-CoV, dan
MERS-CoV. (12)
seseorang yang terinfeksi seperti terisi oleh cairan sehingga mengganggu fungsi
kerja pada paru pasien. Virus ini juga menyebabkan pembengkakan di saluran
dalam pembuluh darah yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan organ
dan kematian.
(dicurigai dari ular), di Pasar Hewan di Cina selatan. Virus ini lalu ditularkan dari
bersin, dan tangan yang menyentuh droplet tersebut atau berjabat tangan. Virus ini
masuk ke tubuh manusia melalui hidung dan mulut, lalu menemukan sel inang di
saluran pernafasan kita (contohnya di hidung) dan memperbanyak diri. Sel inang
lalu pecah dan sel-sel disekitarnya kemudian ikut terinfeksi oleh virus.
Tanda dan gejala pasien yang terinfeksi virus COVID-19 dapat dirasakan
dalam 2-14 hari. Virus ini menyerang sel-sel di saluran pernafasan dan
menyebabkan gejala-gejala umum seperti hidung berair, batuk, nyeri atau rasa
tidak enak tenggorok, nyeri kepala dan nyeri otot. Gejala lain yang lebih buruk
8
seperti demam (suhu sama dengan atau di atas 38 0C), sesak / sulit bernafas,
baru.(14) Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel COVID-
2020 yaitu COVID-19. Virus yang disebabkan oleh virus Severe Acute
ke manusia dan telah menyebar secara luas di Cina dan lebih dari 190 negara dan
dunia. (16)
COVID-19 di Cina. Setiap hari trjadi peningkatan jumlah pasien dan memuncak
diantara akhir Januari hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan
datang dari Hubei dan provinsi di sekitar kemudian bertambah hingga ke provinsi-
provinsi lain dan seluruh Cina. Tanggal 30 Januari 2020, telah dilaporkan 7.736
berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka,
dengan jumlah kasus pasien sebanyak dua kasus. Pada tanggal 17 november 2020,
9
Indonesia telah mencapai jumlah kasus tertinggi yaitu 470.648 kasus dan 15.296
Tenggara.
infeksi COVID-19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya gejala dan tanda
klinis. Kontak adalah orang yang mengalami satu dari kejadian di bawah
ini selama 2 hari sebelum dan 14 hari setelah onset gejala dari kasus
a. Kasus terduga yang hasil tes dari COVID -19 inkonklusif; atau
alasan apapun.
rawat inap) dan tidak adanya alternatif diagnosis lain yang secara lengkap dapat
virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada COVID -19 belum
diketahui dengan pasti proses penularan dari hewan ke manusia, tetapi data
diprediksi melalui droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan dalam
droplet. Hal ini sesuai dengan kejadian penularan kepada petugas kesehatan yang
merawat pasien COVID -19, disertai bukti lain penularan di luar Cina dari
seorang yang datang dari Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan diiringi penemuan
hasil positif pada orang yang ditemui dalam kantor. Pada laporan kasus ini bahkan
11
dikatakan penularan terjadi pada saat kasus indeks belum mengalami gejala
penularan antar manusia adalah laporan 9 kasus penularan langsung antar manusia
di luar Cina dari kasus index ke orang kontak erat yang tidak memiliki riwayat
suatu reseptor di permukaan sel. Setelah virus masuk ke dalam sel kemudian akan
Reseptor ACE2 yang menjadi target virus ini dapat ditemukan diorgan
seluruh tubuh kita. ACE2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal,
nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang
belakag, limpa, hati, ginal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus,
12
sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.(20) Reseptor ACE2 digunakan virus ini
untuk memasuki tubuh kita yang sebagai sel inang. (21) Ekspresi ACE2 terdeteksi
pada epitel alveolar tipe I dan tipe II, sistem pernapasan atas, jantung, epitel,
tubulus ginjal, pankreas, sel endotel dan enterosit. (22) Protein ACE2 diekspresikan
dalam sel epitel sel alveolar paru, sel miokard, sel gastrointestinal dan tubulus
terkait peningkatan risiko keparahan penyakit pasien COVID -19. Sekitar 23%
pasien yang sakit COVID-19 mengalami cedera jantung. (24) Ini menjadi salah satu
virus di sel endotel yang melapisi pembuluh darah otak itu sendiri. Faktanya,
batang otak, pusat komando yang memastikan kita terus bernapas bahkan ketika
bahwa terdapat gejala neurologis pada pasien COVID-19 muali dari kesulitan
13
kognitif hingga kebingungan. Hal ini merupakan tanda dari ensefalopati atau
istilah umumnya terjadi kerusakan pada otak.(28) Dilansir di website BBC lebih
dari 300 penelitian diari seluruh dunia telah menemukan prevalensi kelainan saraf
pada pasien COVID-19, termasuk gejala ringan seperti sakit kepala, kehilangan
juga dapat merusak organ ginal, hati, jantung, dan hampir semua sistem organ
dalam tubuh.
diantaranya yang pertama usus, ginjal, penciuman dan perasa. Pada usus COVID-
19 menginfeksi sel-sel yang melapisi bagian dalam usus besar dan kecil yang
disebut enterosit usus. Hal itu memungkinkan penyebab dari terjadinya diare,
mual, dan sakit perut yang dialami sepertiga pasien COVID-19. Sel-sel ginjal
yang melapisis tubulus yang menyaring senyawa beracun dari darah penuh
dalam sel di epitel hidung. Kehilangan sensorik bukan karena radang hidung,
pembengkakan, atau hidung tersumbat tapi karena kerusakan langsung pada sel
epitel ini.” Analaisis gangguan menemukan tingkat tinggi ACE2 dalam sel lidah
yang disebut keratinosit yang berkontribusi pada indera perasa. Sebuah temuan
14
di kaki dan emboli paru, gumpalan di arteri, dan gumpalan kecil dipembuluh
hingga masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh
bila berada di daerah berisiko atau padat, melakukan olah raga, istirahat cukup
serta makan makanan yang dimasak hingga matang dan bila sakit segera berobat
ke RS rujukan untuk dievaluasi. Saat ini tidak ada vaksinasi untuk pencegahan
virus sehingga pasien tidak lagi menjadi sumber infeksi. Upaya pencegahan yang
Berdasarkan data yang sudah ada, pasien yang berisiko lebih terserang
Distribusi jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait
ACE2. (32,33)
golongan ACE-I atau ARB sehingga pengguna kedua jenis obat ini
c. Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi
d. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga mengalami penurunan
Triase identifikasi pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe acute
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang sesuai. Pemberian terapi suportif
dan monitor pasien, pengambilan contoh uji untuk diagnosis laboratorium, tata
laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau gagal nafas dan acute
Terapi spesifik anti virus nCoV 2019 dan anti virus COVID-19 lainnya
masuknya virus ke dalam sel terutama di sel epitel alveolar. Pengembangan lain
adalah penggunaan remdesivir yang diketahui memiliki efek antivirus RNA dan
belum ada sehingga tata laksana utama pada pasien adalah terapi suportif
disesuaikan kondisi pasien. Terapi cairan adekuat diberikan sesuai kebutuhan dan
terapi oksigen diberikan sesuai dengan derajat penyakit, mulai dari penggunaan
kanul oksigen, masker oksigen. Bila dicurigai terjadi infeksi ganda diberikan
kesadaran pasien akan dirawat di ruang isolasi intensif (ICU) di rumah sakit
rujukan. (38)
Salah satu yang harus diperhatikan pada tata laksana adalah pengendalian
Pada pasien dengan gejala sedang dapat dilakukan tata laksana seperti
berikut : (40)
Isolasi dan pemantauan, rujuk ke rumah sakit ke ruang perawatan
COVID-19/ rumah sakit darurat COVID -19, isolasi di rumah sakit ke ruang
perawatan COVID -19/ Rumah Sakit Darurat COVID -19 selama 14 hari. Terapi
non farmakologis dilakukan dengan istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol
17
CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan ronsen dada secara berkala. Pada terapi
farmakologis diberikan Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%
habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV) selama perawatan,
Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau hidroksiklorokuin
(sediaan yg ada 200 mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400
mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari), Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral
(untuk 5-7 hari) dengan aternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam per iv atau per oral
mg/12 jam oral ATAU favipiravir (avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600
Pasien dengan gejala berat dapat dilakukan tata laksana melakukan isolasi
dan pemantauan dilakukan isolasi di ruang isolasi rumah sakit rujukan atau rawat
secara kohorting. Terapi non farmakologis dilakukan dengan istirahat total, intake
kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi cairan), dan oksigen.
Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis, bila
LDH, D-dimer, pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan, Monitor tanda-
dengan pulse oximetry ≤93% (di jari), PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg, Peningkatan
mekanik, shock atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU. Bila
mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas.
terutama pada pasien dengan edema paru. Posisikan pasien sadar dalam posisi
aerosol. NIV dan HFNC memiliki risiko terbentuknya aerosol yang lebih
dengan tekanan normal. Namun demikian, pasien terisolasi dari pasien yang
lain dengan standar APD yang lengkap. Untuk mengurangi aeorosol pada
titrasi flow rate HFNC<30 liter/menit. Bila pasien masih belum mengalami
ventilasi mekanik non invasif, maka harus dilakukan penilaian lebih lanjut.
kontrol EKG; Azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari) atau levofloxacin 750
mg/24 jam/intravena (5 hari); Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat
kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien.
75 mg/12 jam oral atau Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose
1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5);
Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
20
akumulasi heme bebas. Akumulasi heme ini menyebabkan kematian pada parasit
terapi penyakit autoimun, seperti lupus, dan rheumatoid artritis. Sebagai obat
ke dalam sel dan terkonsentrasi di dalam rongga sitoplasma yang bersifat asam.
Hal ini menyebabkan kenaikan pH di dalam vesikel pada sel makrofag atau sel
Hidroklorokuin juga diketahui dapat menekan sintesis TNF-alfa dan IL-6 pada sel
obat ini dapat masuk dan terkonsentrasi di dalam sel dalam bentuk tidak
permukaan sel sehingga interaksi antara makrofag dan sel T-helper berkurang. Hal
mengurangi aktivasi sel dendritik sebagai sel pemajan antigen dengaan menyekat
Obat ini dapat berinteraksi dengan reseptor ACE 2. Hal ini menyebabkan
telah digunakan dengan dosis 500 mg untuk dewasa, 2 kali sehari, lama terapi
≤10 hari.(46) Hidroklorokuin saat ini juga sedang dicoba di Malaysia dengan dosis
klorokuin dengan profil keamanan yang lebih baik, terutama pada penggunaan
22
jangka panjang. Oleh karena itu, beberapa ahli melakukan penelitian untuk
uncoating virus, alkalisasi lisosomal, interaksi dengan reseptor ACE2, dan sebagai
bisa terjadi pada penggunaan akut maupun kronik. Efek yang ditimbulkan berupa
neuripati, dan hipoglikemia. Kerusakan retina yang menetap dapat terjadi pada
Pada bulan Juni 2020, penggunaan obat diberikan scara kombinasi. Ada 5
1. Lopinavir-ritonavir
2. Remdesivir
SARS yang juga disebabkan oleh virus COVID-19 yang secara struktural
3. Favipiravir
burung dan flu babi, inluenza B, dan influenza C. Saat ini, favipiravir juga
sedang diteliti lebih lanjut untuk menangani infeksi virus Corona atau
24
dalam waktu lebih cepat atau dipangkas sebanyak 1-2 hari dengan
pada pasien yang baru terpapar oleh virus influenza, dari penderita atau
pengobatan yang digunakan pada saat terjadinya pandemi SARS dan MERS. Obat
efek antiviral yang kuat terhadap virus SARS-CoV pada sel primata. Efek
sebelum maupun sesudah paparan virus. Dari hasil perlakuan menunjukkan bahwa
dan klorokuin dalam sel VeroE6 ginjal monyet hijau Afrika (ATCC-1586) diukur
sitotoksik (CC50) 50% dari klorokuin dan hidroklorokuin adalah 273.20 dan
249.50 μm, tidak berbeda secara signifikan satu sama lain. Secara keseluruhan,
COVID-19. (47)
pengobatan COVID-19.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
tervalidasi. Oleh karena itu, alur pemilihan artikel tidak mutlak ditampilkan. (48)
penelusuran pustaka. Artikel yang terbit sampai dengan November 2020 dan
diterbitkan tidak lebih dari 10 tahun digunakan dalam kajian naratif ini.
juga dilakukan sebagai upaya untuk memperkaya kajian. Kata kunci ditambahkan
dengan logika Boolean (AND, OR, atau NOT), bila menambahkan logika AND
mempersempit pencarian.
27
28
kasus yang diteliti dan mengkajinya.(49) Analisis data yang digunakan dalam
Anotasi berarti suatu kesimpulan sederhana dari suatu artikel, buku, jurnal, atau
beberapa sumber tulisan yang lain, sedangkan bibliografi diartikan sebagai suatu
daftar sumber dari suatu topik.(50) Dari kedua definisi tersebut, anotasi
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu analisis anotasi bibliografi.
Ketiga hal tersebut adalah: (1) Identitas sumber yang dirujuk; (2) Kualifikasi dan
tujuan penulis; (3) Simpulan sederhana mengenai konten tulisan; dan (4)
telah dirumuskan.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Gambaran Pengumpulan Artikel
Hasil dari penelusuran artikel pada PubMed tidak semua artikel dapat
digunakan karena banyak artikel yang tidak sesuai dengan materi yang akan
dibahas. Kemudian artikel akan di pilih dengan pembahasan yang sesuai dengan
penelitian yang akan di teliti, pemilihan artikel yang tepat yaitu dengan cara
menggunakan ata kunci yang sesuai, sehingga didapatkan hasil dari jumlah artikel
yang akan digunakan. Berikut pengambaran pada pemilihan artikel yang akan
digunakan :
30
31
pada 199 subjek untuk menilai LPV/r dibandingkan pelayanan standar pada
klinis. Pada penilaian mortalitas 28-hari didapatkan angka yang lebih rendah pada
in vitro menunjukkan obat ini dapat menginhibisi infeksi virus secara efektif. (53)
Uji klinis fase 3 acak tersamar terkontrol plasebo pada pasien COVID-19 telah
diteruskan dosis 100 mg pada 9 hari dan terapi rutin (grup intervensi) dengan
plasebo dosis sama dan terapi rutin (grup kontrol). Uji klinis ini diharapkan
32
poten dibandingkan LPV/r dan tidak terdapat perbedaan signifikan reaksi efek
samping. (53) Studi uji klinis tanpa acak tak tersamar menunjukkan favipiravir lebih
baik dalam median waktu bersihan virus dibandingkan LPV/r (4 hari vs 11 hari).
Selain itu, favipiravir juga lebih baik dalam perbaikan gambaran CT scan dan
atau meninggal. Studi ini tidak melanjutkan dengan analisis sehingga tidak dapat
coronavirus. (61)
reseptor SARS-CoV. Efektivitas obat ini semakin baik karena memiliki aktivitas
33
EC50 yang lebih rendah (0.72 vs 5.47 μM). Selain itu, hidroksiklorokuin lebih
memiliki potensi tiga kali lipat dibandingkan klorokuin, yaitu hidroklorokuin 400
mg dua kali sehari sebagai dosis awal dilanjutkan 200 mg dua kali sehari selama 4
Uji klinis tak tersamar tanpa acak yang dilaporkan meneliti efektivitas
setiap harinya sampai 6 hari pasca perekrutan. Total sampel 42 dengan rincian 26
senyawa yang bersifat basa lemah, sehingga obat ini dapat masuk dan
aktivasi sel dendritik sebagai sel pemajan antigen dengaan menyekat reseptor sel
digunakan untuk mengatasi COVID-19. Salah satu obat yang digunakan untuk
dalam kondisi darurat untuk beberapa kasus serius seperti COVID-19. Dari hasil
mortalitas pada pasien COVID-19 yang dirawat inap di rumah sakit. (55,58)
Disisi
lain, efek samping yang berbahaya untuk pengobatan pada pasien COVID-19
PCR-cleared at day
15. A poor clinical
outcome (PClinO)
was observed for 46
patients (4.3%) and 8
died (0.75%) (74-95
years old). All deaths
resulted from
respiratory failure
and not from cardiac
toxicity. Five patients
are still hospitalized
(98.7% of patients
cured so far). PClinO
was associated with
older age (OR 1.11),
severity of illness at
admission (OR 10.05)
and low HCQ serum
concentration.
PClinO was
independently
associated with the
use of selective beta-
blocking agents and
angiotensin II
receptor blockers (p
< .05). A total of
2.3% of patients
reported mild adverse
events
(gastrointestinal or
skin symptoms,
headache, insomnia
and transient blurred
vision). (62)
World Inggris Rasio The new Analisis utama niat 405 hospitals in 30
Health tingkat england untuk mengobati countries, 954 for
Organiz kematian journal of memeriksa kematian hydroxychloroquine,
ation dihitung medicine di rumah sakit dalam no drug that
dengan empat perbandingan definitely decreased
stratifikasi berpasangan dari mortality, overall, or
menurut setiap obat reduced ventilation
usia percobaan dan initiation time or
kontrolnya (obat length of
tersedia tetapi pasien hospitalization. The
37
original clinical
studies on the
prophylactic role
of chloroquine or
hydroxychloroquin
e in COVID-19
were available.(64)
Peter et al Inggris Uji coba Journal Hidroksiklorokui The results showed
(2020) RECOVER NEJM n dan klorokuin that patients in the
Y adalah uji Group telah diusulkan hydroxychloroquin
coba Public sebagai e group were less
(Lanjutan) platform Health pengobatan untuk likely to be
yang Emergency penyakit COVID- discharged from
diprakarsai Collectiono 19virus 2019 the hospital alive
oleh urnal (COVID-19) within 28 days than
penyelidik berdasarkan in the usual care
untuk aktivitas in vitro group. (65)
mengevalua dan data dari studi
si efek yang tidak
pengobatan terkontrol dan uji
potensial coba kecil yang
pada pasien acak.
yang
dirawat di
rumah sakit
dengan
COVID-19.
Phulen et Inggris Tinjauan Journal Evaluasi Treatment with
al (2020) sistematis Wiley keamanan dan hydroxychloroquin
dan meta- Public kemanjuran e may yield an
analisis Health hidroksiklorokuin advantage in that
Emergency saja atau dalam there are fewer
Collection kombinasi cases showing
radiological
progression, with a
comparable
adverse event
profile when
compared to
control /
conventional /
standard
treatment. This
research needs
more clinical
studies to come to
39
a definite
conclusion. (66)
Thibault Inggris Ukuran efek Journal Tujuan dari Hydroxychloroquin
et al dikumpulka lsevier tinjauan e alone is not
(2020) n Public sistematis dan associated with
menggunak Health meta-analisis ini reduced mortality
an model Emergency adalah untuk in hospitalized
efek acak. Collection menilai apakah COVID-19 patients
Beberapa klorokuin atau but the
analisis hidroksiklorokuin combination of
subkelompo dengan atau tanpa hydroxychloroquin
k dilakukan azitromisin e and azithromycin
untuk menurunkan significantly
menilai mortalitas increases
keamanan COVID-19 mortality. (67)
obat. dibandingkan
dengan standar
perawatan.
Meo et. Al Inggris Studi in Jouyrnal Mengetahui All of these studies
(2020) vitro / in Eur Rev secara tidak show that
vivo, studi Med langsung khasiat chloroquine and
asli, uji Pharmacol klorokuin dan hydroxychloroquin
klinis, dan hidroksiklorokuin e are successful in
laporan untuk pengobatan treating COVID-19
konsensus COVID-19 infection. We found
ahli dengan that COVID-19
menentukan infection is highly
prevalensi pandemic in
COVID-19 di countries where
negara pandemi malaria is the least
dan nonpandemi pandemic and
malaria. pandemic the least
in countries where
malaria is very
pandemic. (68)
Teshale et Inggris Tinjauan Hindawi Untuk This meta-analysis
al (2020) Sistematis Canadian menghasilkan and systematic
dan Analisis Respiratory bukti terkini review, which
Meta JournalVolu untuk keamanan includes a number
me 2020, klinis dan of poorly designed
Article ID kemanjuran studies of COVID-
4312519, 16 hidroksiklorokuin 19 patients, reveals
pageshttps:/ dengan atau tanpa hydroxychloroquin
/doi.org/10. azitromisin di e is intolerable,
1155/2020/ antara pasien unsafe, and
431251 yang dirawat ineffective.
40
regimen developed
QTc prolongation,
many with absolute
QTc intervals
exceeding the
potential threshold
for proarhythmias,
but very few
developed
proarhythmias. (72)
Pathak et Inggris Tinjauan Diabetes& Melakukan The pooled risk
al (2020) Sistematis Metabolic tinjauan difference from the
dan Meta- Syndrome: sistematis dan desired outcome
Analisis Uji Clinical meta-analisis with
Coba Research& literatur yang hydroxychloroquin
Terkendali Reviews 14 mengevaluasi e versus the control
Acak (2020) kemanjuran group was 0.00 (95
1673e1680 hidroksiklorokuin CI -0.03 to 0.03)
dan formulasi which was not
terkait pada statistically
pasien COVID- significant (p =
19. 0.10). Current
evidence suggests
no benefit of
hydroxychloroquin
e in patients with
mild to moderate
COVID-19 disease.
Now some
hydroxychloroquin
e trials are in
progress and
hopefully more
data will become
available soon.
Management of
COVID-19 is set to
change for the
better in the future.
(73)
Hasil pengumpulan tabel dari naratif rivew artikel untuk pemakaian dosis
tabel dari beberapa penelitian yang menunjukkan hasil penggunaan dosis pada
terapi oral
dengan
hidroksiklorok
uin (200 mg,
dua kali sehari)
dan
azitromisin
( 500 mg,
sekali sehari)
selama
minimal 3 hari.
Caldern et Inggris Pengobatan Trisdictiona Menentukan Control -
dengan l claims kemanjuran Hydroxychloroquine
al (2020) hidroksiklor inpublished hidroksiklorok 200 mg taken every 12
okuin maps and uin versus hours for 7 days Dual
versus institutional hidroksiklorok therapy -
hidroksiklor affiliations. uin + Hydroxychloroquine
okuin + Nitazoxanid 400 mg taken every 12
Nitazoxanid dalam hours for two days and
pada pasien mengurangi then 200 mg taken
COVID-19 kebutuhan every 12 hours for four
dengan akan dukungan days + Nitazoxanide
faktor risiko ventilasi 500 mg orally every 6
untuk mekanis hours taken with food,
prognosis invasif untuk as long as seven days.
yang buruk: pasien dengan (76)
Ringkasan COVID-19.
terstruktur hidroksikloror
dari kuin saat ini
protokol sedang
studi untuk digunakan
uji coba dalam berbagai
terkontrol uji coba
secara acak dengan dosis
yang bervariasi
dalam upaya
untuk
mengobati
COVID-19.
Xueting Inggris Invitro Published Uji aktivitas Hydroxychloroquine
antiviral by Oxford farmakologis (EC50 = 0.72 μM) was
45
Lo’ai et
al(2020) Inggris Hydroxyquin International Mengetahui This potential side
olone sebagai Journal of Risiko effect is worrying in
mekanisme Risk & penggunaan cases of COVID-19
aksi potensial Safety in hidroksikloro for a variety of
melawan Medicine 31 kuin sebagai reasons. First, we
SARS-CoV 2 (2020) 111– pengobatan don't know the dosage
116 COVID-19 or length of treatment.
Second, many
COVID-19 patients
already have
underlying health
conditions, so higher
doses of
hydroxychloroquine
can be fatal.
However, there are
dozens of clinical
trials underway on the
efficacy of
hydroxychloroquine
so it will take time to
say the final word. (78)
atau uji klinis berisiko untuk masalah irama jantung. Pengujian di seluruh dunia
46
tentang obat ini untuk sementara berhenti ketika sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam jurnal ilmiah The Lancet mengklaim bahwa obat itu berpotensi
pengobatan pasien COVID-19 telah ditarik izinnya oleh Food and Drug
Administration (FDA). Adanya bukti baru dari uji klinis menunjukkan bahwa obat
Dalam situs resminya, Food and Drug Administration (FDA) mencabut izin
digunakan untuk merawat pasien rawat inap tertentu dengan COVID-19 ketika uji
klinis tidak tersedia, atau dinilai tidak layak dalam uji klinis. Food and Drug
berupa perpanjangan interval QT. Berdasarkan hasil studi klinik global dan data
penelitian di Indonesia serta menimbang risiko yang lebih besar daripada manfaat
47
kedua obat ini, maka dalam rangka kehati-hatian, Badan POM RI mencabut
telah mencabut EUA untuk klorokuin dan hidroksiklorokuin. Disusul oleh World
tidak digunakan lagi dalam pengobatan COVID-19 di Indonesia. Izin edar obat
19 masih tetap berlaku dan dapat digunakan untuk pengobatan sesuai dengan
indikasi yang disetujui pada izin edarnya. Namun obat yang mengandung
klorokuin dicabut izin edarnya karena tidak digunakan untuk indikasi lain. (69)
samping pada pasien penderita COVID-19 yang sangat berbahaya. Efek yang
dapat ditimbulkan berupa gangguan pada jantung dapat terjadi pada penggunaan
yang menetap dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang dan dapat
seperti di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet ada lebih dari 3 ribu
pasien yang dilaporkan sembuh dan sudah dipulangkan. Total pasien yang dirawat
sebanyak 4.470 pasien COVID-19 pada bulan juni 2020, total pasien yang
sembuk sebanyak 3.325 pasien COVID-19. Pada saat ini obat hidroksiklorokuin
sudah tidak digunakan lagi di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet
karena obat tersebut ditarik oleh FDA. Alasan obat hidroksiklorokuin ditarik
selain dari alasan efek samping yang berbahaya juga lantaran peninjau independen
pada obat hidroksiklorokuin tidak dapat mengakses data yang digunakan untuk
Remdesivir adalah obat antivirus yang sedang diteliti lantaran dianggap berpotensi
didemonstrasikan sebagai antivirus untuk mengatasi MERS dan SARS yang juga
disebabkan oleh virus COVID-19 yang secara struktural mirip dengan COVID-19.
penyebaran virus di dalam tubuh dan sistem imun pada pasien yang dapat
standart of care Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, obat remdesivir
penggunaan obat COVID-19 darurat. Oleh karena itu, obat ini tidak dapat di
49
oleh laboratorium. Terutama untuk orang dewasa atau remaja (berusia 12 tahun ke
atas dengan berat badan minimal 40 kilogram) yang dirawat di rumah sakit
dengan kondisi parah. Remdesivir juga memiliki efek samping yang perlu
diwaspadai.
berupa ruam merah, sesak napas, dan gatal-gatal; keringat dingin; mual dan
BAB V
V.1 KESIMPULAN
Efektivitas pada penggunaan obat hidroksiklorokuin sebagai obat off-label
dalam penggunaan resmi. Selain itu, efek samping yang akan diderita pasien dapat
menyebabkan iritma pada jantung sangat yang serius dan dapat berpotensi
V.2 SARAN
19.
DAFTAR PUSTAKA
10. Taylor WR, White NJ, 2004. Antimalarial drug toxicity: a review. Drug
Saf 27: 25–61.
13. Rothan HA, Byrareddy SN. (2020). The epidemiology and pathogenesis of
COVID-19virus disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun; published
online March 3. DOI: 10.1016/j.jaut.2020.102433.
14. Ren L-L, Wang Y-M, Wu Z-Q, Xiang Z-C, Guo L, Xu T, et al.(2020).
Identification of a novel COVID-19virus causing severe pneumonia in
human: a descriptive study. Chin Med J.; published online February 11.
DOI: 10.1097/CM9.0000000000000722.
25. Chen F, Liu ZS, Zhang FR, et al. 2020. First case of severe childhood
novel COVID-19virus pneumonia in Cina. Zhonghua Er Ke Za Zhi.
26. Huang, Y. Wang, X. Li, L. Ren, J. Zhao, Y. Hu, L. Zhang, G. Fan, J. Xu,
X. Gu. 2020. Clinical features of patients infected with 2019 novel
COVID-19virus in Wuhan, Cina. Lancet 395 (10223) (2020) 497–506.
27. Dariya B, Nagaraju GP. 2020. Understanding novel COVID-19: Its impact
on organ failure and risk assessment for diabetic and cancer patients.
Journal Elsevier.
30. World Health Organization. Infection prevention and control during health
care when novel COVID-19virus (Ncov) infection is suspected. [Internet]
2020. [cited 19 March 2020]. Availablesource/COVID-19viruse/getting-
workplace-ready- for-COVID-19.pdf
35. Zhang C, Shi L, Wang FS. Liver injury in COVID-19: management and
challenges. Lancet Gastroenterol Hepatol. 2020; published online March
4. DOI: 10.1016/S2468-1253(20)30057-1.
41. Slater AF, Cerami A., 1992, Inhibition by chloroquine of a novel haem
polymerase enzyme activity in malaria trophozoites, Nature. 1992 Jan
9;355(6356):167-9.
43. Jang CH, Choi JH, Byun MS, Jue DM, 2006, Chloroquine inhibits
production of TNF-α, IL-1β and IL-6 from lipopolysaccharide-stimulated
human monocytes/macrophages by different modes, Rheumatology,
Volume 45, Issue 6, June 2006, Pages 703–710
57
44. Vincent MJ, Bergeron E, Benjannet S, Erickson BR, Rollin PE, Ksiazek
TG, Seidah NG, Nichol ST. , 2006, Virol J. 2005 Aug 22;2:69.
45. Sahraei, Z., Shabani, M., Shokouhi, S. and Saffaei, A., 2020.
Aminoquinolines against COVID-19virus disease 2019 (COVID-19):
chloroquine or hydroxycloroquine. International Journal of Antimicrobial
Agents, p.105945
49. Pae, C.U. (2015). Why systematic review rather than narrative review.
Psychiatry Investigation, 12(3), 417–419.
61. Tan EL, Ooi EE, Lin CY, Tan HC, Ling AE, Lim B, et al. Inhibition of
SARS coronavirus infection in vitro with clinically approved antiviral
drugs. Emerg Infect Dis. 2004;10(4):581-6.
62. M Million et. al. Department of Physiology, College of Medicine, King
Saud University, Riyadh, Saudi Arabia. 2020
65. Yao X, Fei Ye 2 , Miao Zhang et al. n Vitro Antiviral Activity and
Projection of Optimized Dosing Design of Hidroksiklorokuin for the
Treatment of Severe Acute Respiratory Syndrome COVID-19virus 2
(SARS-CoV-2). 2020 Jul 28;71(15):732-739. doi: 10.1093/cid/ciaa237.
Published by Oxford University Press for the Infectious Diseases Society
of America.
66. Phulen Sarma et al. Evaluate the safety and efficacy of hidroksiklorokuin
alone or in combination. Evaluate the safety and efficacy of
hidroksiklorokuin alone or in combination. 2020
67. Sanket Shah, Saibal Das. A systematic review of the prophylactic role of
chloroquine and hidroksiklorokuin in COVID-19virus disease-19
(COVID-19). International Journal Rheum
76. Yao X, Fei Ye 2 , Miao Zhang et al. n Vitro Antiviral Activity and
Projection of Optimized Dosing Design of Hidroksiklorokuin for the
Treatment of Severe Acute Respiratory Syndrome COVID-19virus 2
(SARS-CoV-2). 2020 Jul 28;71(15):732-739. doi: 10.1093/cid/ciaa237.
61